“Udah dong woy, gue merasa jomblo banget ini liat lo bedua.”
Yuda mengerang frustrasi, ia mengusap wajahnya kasar saat sekali lagi melihat Lian dan Jay menebar kemesraan di depannya.
Sungguh, hubungan Lian dan Jay adalah sebuah hubungan yang manis, tidak pernah seumur hidupnya Yuda pernah melihat sepasang kekasih yang saling tergila-gila sampai bucin seperti ini.
“Jay udah lepasin itu tangannya si Lian.” Yuda menggeram kesal saat Jay tak henti-hentinya meremat tangan Lian.
Jay terkekeh, “Sirik aja sih bang.”
Tahan Yuda agar tidak menimpuk kepala Jay dengan laptop yang ia pegang sekarang. Yuda memutar bola matanya menanggapi ucapan Jay. “Jadi gimana, udah fix mau gini undangannya?”
Lian mencondongkan tubuhnya untuk melihat layar laptop Yuda, menampilkan undangan mereka yang sudah empat kali di revisi. Design yang cantik, warna putih dan gold yang membuat undangan itu semakin elegan, dan yang membuat senyum Lian semakin mengembang adalah namanya dan Jay yang ada di sana.
“Aku oke kok, ini udah bagus banget.” Lian menoleh pada Jay. “Menurut mas gimana?”
Jay sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan tentang undangan mereka, ia senang bisa bertukar pendapat dengan Lian, mempersiapkan pesta pertunangan mereka tanpa ada campur tangan orangtua mereka benar-benar pengalaman yang menyenangkan bagi Jay, dan itu sangat membuatnya Bahagia.
Namun ia lebih bahagia ketika melihat wajah manis Lian yang selalu mengembangkan senyum, dengan nada suaranya yang begitu bersemangat ketika menanyakan pendapat Jay. Ia lebih bahagia menikmati kebahagiaan Lian, menjadi kepuasan tersendiri untuk dirinya.
Jay merasa mempercepat pertunangan mereka bukanlah hal yang salah.
“Bagus kok,” jawab Jay cepat, telunjuknya mengusap-usap pipi Lian. Halus, membuat Jay dengan gemas malah mencubitnya pelan. “Kalau gitu tinggal cetak aja bang nanti. Gue tanya ortu kita dulu mau cetak berapa.”
Yuda tersenyum puas, ia mengacungkan jempolnya. “Sip deh, nanti lo tinggal kasih tau gue aja ya.” Ia menyingkirkan laptopnya agar lebih leluasa mengobrol dengan kedua temannya yang masih sibuk meremat tangan satu sama lain. “Udah napa woi pegang-pegangannya, dunia masih aman, ga aka nada yang kabur.”
Lian tertawa mendengarnya, “Bang Yuda mau ikut gandengan juga? Sini bang.”
“Gue kalo gandengan sama Lian sih gapapa ya,” Senyum menggoda mengembang di wajah Yuda sebelum akhirnya ia melirik Jay yang sudah mencebik. “Tapi kalau sama Jay sih, dih ogah ya gue gandengan ama lu.”
“Dih gue juga ga mau gandengan sama lu bang.” Balas Jay sengit. “Lagian gak boleh pegang-pegan Lian.” Jay langsung merangkul Lian, menunjukkan sifat posesifnya tanpa disadari. “Punya gue.”
“Iyad eh iya punya lo,” Yuda menggeleng maklum. Ia tahu sekali kalau sudah berhubungan dengan Lian, Jay bisa menunjukkan sisi yang biasanya tidak pernah ia tunjukkan. “Btw, gimana soal liburan? Lian ikut ‘kan?”
Lian mengernyit, “Liburan? Ikut?” tanyanya bingung. “Hah, mau pada liburan emang.”
“Yaelah gue kira Jay udah kasih tau,” Yuda mencebik. “Gue ngajak anak-anak liburan ke puncak nih, mumpung masih libur lebaran ‘kan. Rencananya mau ajak lo sama temen-temen lo juga.”
“Maaf aku lupa,” Jay mendesah sedih, menatap Lian dengan tidak enak hati. “Tadi kelewat seneng ketemu kamu dek, jadinya sampai lupa bang Yuda ngajak liburan.”
Lian tersenyum, “Apa sih mas, aku ga marah. Jangan sedih gitu mukanya.” Telunjuknya menyentuh sudut bibir Jay. “Aku boleh ikut liburan sama kalian?”
Jay menarik jari Lian dan mengecupnya lembut. “Boleh dong. Ini jadi pertama kalinya kamu sama aku liburan bareng.” Ucapnya senang. “Apalagi bawa teman-teman kamu, pasti tambah seru. Mau ya?”
“Mau!” mata Lian sudah berbinar, terlalu senang dengan kata liburan bareng. Artinya ia bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Jay (walau teman-temannya ikut) dan itu pasti sangat menyenangkan.
Yuda, lagi-lagi, harus menjadi saksi bisu dari kemesraan Lian dan Jay. Ia tersenyum pedih saat melihat hampir tidak ada jarak diantara dua orang itu. Jay masih sibuk mengecupi jemari Lian, sementara Lian masih sibuk bicara tentang cara mengajak teman-temannya untuk ikut berlibur bersama mereka.
Ingatkan Yuda untuk tidak pergi bersama Jay dan Lian sendirian lagi, ia merasa jadi nyamuk sekarang.