Havanana

Drunk

#Drunk Kazuha nsfw

Hari semakin larut tanpa mereka sadari, Lumine hanya diam mendengarkan ketika Venti dan Xinyan saling bertukar pengetahuan dan obrolan, gadis itu diam – diam merasa penasaran dengan benda baru yang diberikan oleh sang archon anemo. Kazuha masih terlelap bersandar pada dinding, benar – benar terlihat pulas, Xinyan tidak menyalahkannya karena perjalanan mereka lumayan jauh dan hampir tanpa berhenti. “maaf, tavern akan tutup sebentar lagi” James, karyawan Diluc tiba – tiba menghampiri “ah maafkan kami, kami akan segera pergi” Xinyan dengan cepat mengemasi barang – barangnya “hehe sepertinya kita terlalu asik berbincang yah” Venti bangkit dari duduknya “selalu menyenangkan bertemu kawan lama, iya kan Paimon?” Lumine menatap James yang mulai merapihkan meja mereka “hem hem, benar sekali!” peri kecil itu bertepuk tangan walau matanya sudah terlihat sayu karena mengantuk “Xinyan, aku masih ingin berbincang banyak hal denganmu, apakah kamu masih punya waktu?” Venti menatap gadis pecinta music rock yang telah mengangkat tasnya “um boleh sih, kita pindah tempat?” Xinyan mengangguk mengiyakan “ada beberapa tempat yang mau kutunjukkan padamu, sepertinya bisa menjadi inspirasi untuk musikmu” Venti tersenyum gembira karena ajakannya disetujui “eh…tapi Kazuha?” tiba – tiba gadis berkucir dua itu teringat kawannya Mereka semua menatap ke arah laki – laki berdarah Inazuma yang masih tertidur pulas di bangkunya, mendengkur halus, sesekali bergumam tidak jelas. Sama sekali tidak sadar dengan keadaan sekitar, Lumine heran bagaimana mantan buron itu bisa hidup dengan sifatnya yang tidak waspada seperti ini, bagaimana jika seseorang merampoknya ketika dia mabuk? “tenang saja, traveler akan menanganinya, iya kan?” Venti menatapnya dengan senyum lebar, postur berkacak pinggang seolah keputusan sudah final Belum sempat Lumine mengutarakan suaranya, Paimon sudah mewakili “hei jangan seenaknya dong!” “ah jangan begitu, Kaeya kan yang membantumu mendapatkan tempat singgah bagus di Mondstadt dengan harga murah, kasurnya cukup untuk dua orang kok” Venti menatapnya dengan senyuman miring “benar kan?” “etto… benar sih..” Paimon memegangi kepalanya “lalu Xinyan?” Lumine menatap temannya yang berasal dari Liyue “benar, bagaimna dengan Xinyan, kamu kan tidak punya tempat tinggal pengamen! Dimana dia akan tidur?” Paimon ikut mengomel “aku tidak apa – apa kok, tidur dimana saja bisa asal tidak ada kodoknya, lagipula ada penyair ini bersamaku” Xinyan menoleh ke arah Venti “tolong jaga Kazuha ya” Lalu Venti dan Xinyan membalikkan tubuh begitu saja, keluar dari tavern tanpa mempedulikan seruan keberatan dari Lumine dan Paimon. Peri mungil itu menghentak – hentakkan kaki di udara “mereka seenaknya!” Lumine menghela nafas, tidak ada gunanya mengeluh karena kedua biduan itu sudah pergi, mungkin Venti akan mengajak Xinyan bertemu Dvalin dan menyanyikannya lagu nina bobo versi rock and roll. Gadis pengembara itu menatap Kazuha yang terduduk bersandar di bangkunya. Lumine ikut duduk di sampingnya, menepuk – nepuk pundaknya. “Kazuha, ayo kita pulang” Lumine mencoba berbicara padanya “Kazuhaaa hoiii bangunnn” Paimon berteriak nyaring Kazuha tidak bergeming. Lumine menghela nafas lagi. Sudah dipastikan jika ini tidak akan berhasil, jadi gadis itu mengalungkan lengan Kazuha ke atas lehernya dan memeluk pinggang Kazuha, berusaha memapahnya untuk bangkit. “Kazuha… ayo hng bangun!” dengan perjuangan, Lumine berhasil membuat laki – laki itu berdiri dan berjalan dengan gontai ke luar tavern “hati – hati pengembara!” Paimon ngeri sendiri melihat gadis pirang itu berusaha mengangkat laki – laki yang ukurannya lebih besar darinya Suasana di luar tavern masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang setelah makan malam, Lumine berusaha memapah Kazuha dengan susah payah dan tidak menubruk seseorang di tengah jalan. “pengembara, kamu tidak apa – apa? Kelihatannya kamu kesulitan?” seseorang berseragam KoF tiba – tiba berdiri di depan mereka “mau kubantu?” “ah Huffman” Paimon menyebut namanya “ahaha aku baik – baik saja” Lumine membenahi lengan Kazuha di lehernya “temanmu teler? Pingsan? Mau kuantar ke gereja?” kecemasan Huffman tampak di wajahnya “engga kok dia cuma mabok aja” Paimon menerangkan “iya ngga apa – apa, lagipula penginapanku sudah dekat, terima kasih” Lumine kembali melangkah “terima kasih tawarannya Huffman!” Paimon melambai dan menyusul Lumine Lumine berhasil sampai ke penginapannya, membuka pintu tanpa menjatuhkan Kazuha, Paimon membantu menyalakan saklar lampu dan akhirnya membaringkan laki – laki bersurai putih itu di atas ranjang. Lumine terengah, memegangi pundaknya yang pegal sambil menatap Kazuha dengan sebal. “akhirnya sampai juga” Paimon melayang di depannya “aku mau mandi dulu” Lumine bangkit, mengambil handuk dan gaun tidurnya dari dalam lemari Paimon mengangguk mengiyakan sebelum berhamburan menjadi debu bintang – bintang. Setelah membersihkan diri, Lumine berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya, menduduki tepian kasur, gadis itu mengeluarkan alat komunikasi yang baru Venti berikan beberapa saat lalu, bagaimana cara menggunakannya? Lumine terperajat pelan ketika sesuatu melingkari pinggangnya dari belakang hingga dodocomuniactor terjatuh dan menggelinding di lantai. Lumine menoleh ke belakang, menatap Kazuha yang mengedipkan matanya, beradaptasi pada terang lampu. “aku rindu kamu” gumam laki – laki itu dengan suara seraknya Lumine mendesah “kamu mabuk” “aku beneran rindu kok” ronin itu mengerucutkan bibirnya “teganya mengatakan perasaanku palsu” “kamu butuh sesuatu? Mau mandi?” Lumine berusaha melepaskan pelukan tangan Kazuha dari pinggangnya “mau kamu” Kazuha merengek, menempelkan dadanya ke punggung Lumine dan memeluknya dari belakang, meletakkan dagunya di atas bahu Lumine “Kazuha…” Lumine memperingatkan, sudah pusing menghadapi si cowok mabok “iya emang kenapa sih? Kita kan udah lama nggak ketemu, masa nggak boleh melepas rindu” oceh Kazuha di belakangnya “terakhir ketemu pas di Inazuma kemarin, kamu bener – bener nggak dateng ke Inazuma lagi ya, melupakanku?” “aku nggak melupakanmu” Lumine mematahkan tuduhannya, Kazuha benar – benar emosional saat mabuk, tidak ada orang lain seperti di Crux yang akan menanganinya ketika mabuk, hanya ada Lumine di sini, Kazuha sebenarnya sadar nggak sih sama kelakuannya yang menyusahkan saat mabuk? Kenapa dia terus – terusan mabuk walau tidak tahan alkohol? Lumine melupakan kekesalannya ketika sesuatu menggesek lehernya, nafas panas membelai kulit, Kazuha mengendusi bahu dan lehernya, menghirup aromanya dengan nikmat seakan menemukan nektar. “Kazuha” Lumine kembali memanggil namanya, menjauhkan lehernya dari jangkauan laki – laki itu “baumu enak” balas Kazuha, mengeratkan pelukan sehingga sang gadis tak bisa bergerak leluasa Tentu saja. Lumine kan habis mandi. Gadis itu memutar matanya. Kazuha sangat sensitif dengan aroma, laki – laki itu mempunyai indra penciuman yang tajam dan mengendusinya sudah menjadi hobi bagi si Kaedehara terakhir. Entah kenapa, sudah lama Kazuha sangat menyukai aromanya, dia sering kali mencuri kesempatan untuk membaui gadis dari dunia lain. Katanya, aromanya khas dan Kazuha tidak dapat menemukan bau yang sama dimanapun, dia ketagihan dan ketergantungan. Lumine menahan nafasnya ketika helaan nafas Kazuha melewati telinganya, gadis itu berhasil melepaskan pelukan Kazuha dari pinggangnya dan membalik tubuhnya membuat mereka berhadapan. Mata merah Kazuha setengah terbuka, wajahnya memerah dan nafasnya berbau dandelion wine. Lumine mengusap wajahnya, dasar Venti. Semua ini salah si pengamen itu. “Kazuha, bersihkan dirimu lalu istirahatlah” gadis itu menitahnya “kamu…nggak..kangen aku?” Kazuha berwajah sedih “Kazuha, kamu sedang mabuk” Lumine hendak bangkit dari ranjang sebelum tangannya ditarik paksa sehingga gadis itu terjatuh kembali, Kazuha langsung merangkak dan menindihnya, meletakkan dagunya di atas perut sang gadis “kamu nggak kangen aku?!” Kazuha cemberut Lumine membuka mulutnya karena terkejut atas kelakuan laki – laki bersurai putih. Kazuha berada diantara kedua kakinya, menindih setengah tubuhnya. “aku kangen kamu loh, banget! Kita udah lama nggak ketemu dan kamu bersikap dingin begini” laki – laki itu mulai merajuk, pindah posisi berbaring di samping Lumine dan memeluk tubuhnya, menenggelamkan wajahnya di dada gadis itu Ya ampun. Lumine kalang kabut. Menatap ke bawah. Ada dua tipe mabuk Kazuha. Yang pertama, dia akan beringas, yang kedua, dia akan bersikap seperti anak kecil yang clingy. Tidak mau lepas. Lumine menarik tangan Kazuha dari pinggangnya “Kazuha” Kazuha langsung menepis tangan gadis itu dan memeluknya erat – erat, sangat kencang. Tuh kan, tidak mau lepas. “biarkan seperti ini dulu” Kazuha bergumam di dadanya, suaranya teredam “kamu beneran nggak kangen?” Kazuha mengangkat wajahnya, cemberut Berapa kali dia bertanya hal yang sama? “iya iya aku kangen kamu juga” Lumine pasrah, mengelus surai kepala keluarga Kaedehara yang sedang mode manja “kamu nggak serius” ucap Kazuha, tambah cemberut “beneran” Lumine meyakinkan “bohong” sembur Kazuha “kalau beneran, cium aku” “itu mah maunya kamu” Lumine mendengus Kazuha adalah seseorang yang jago berciuman. Serius. Laki – laki itu sangat lihai mendominasi dan membawanya hingga mabuk, menuntunnya dalam buaian. Sebenarnya Lumine juga merindukannya, yah berciuman sedikit saja tidak apa – apa kan? “jangan kasar – kasar” Lumine memajukan wajahnya dengan ragu – raguKazuha tersenyum kecil, menggodanya dengan memaju mundurkan wajah, menggesek hidung satu sama lain sebelum membuka bibir dan melumat Lumine dengan lembut. Gadis itu mengerang ketika Kazuha menurunkan bibirnya ke rahangnya, menjilat garis dagunya, lidahnya terus menyerempet kulit leher dan menggigitnya. “Kazuha, no mark” Lumine menarik rambutnya Ia bisa merasakan Kazuha yang kembali cemberut. “besok kita mau pergi, jangan terlalu berlebihan malam ini” Lumine memberitahunya dengan lembut, mengelus pipinya “jadi, kalau di bagian tubuh yang nggak terlihat, boleh?” Kazuha menggerling nakal Tatapannya dari puppy eyes berubah drastis menjadi serigala, tangan lelaki itu menurunkan gaunnya hingga menampakkan kedua buah dada milik sang pengembara. Dengan malas, Kazuha menyeret tubuhnya untuk bersandar pada perut Lumine, menciumi perut rata gadis itu. Lumine tidak bisa menjawab, menggigit bibirnya ketika Kazuha menggigit pinggangnya, menjilat lubang pusernya hingga membuatnya merinding dan menghisap kulit perutnya hingga memerah. “puting kamu udah berdiri tuh” Kazuha menatap dengan seringai Sang gadis hanya membuang pandangnya ke arah lain, mencengkram seprai kasur dengan gelisah ketika Kazuha menghisap puncak dada kanannya seperti bayi sementara dada kirinya diremas pelan. “Susumu rasanya lebih baik daripada jus atau alkohol manapun” cup, Kazuha mencium nipplenya dengan cepat dan tersenyum ceria “jangan berlebihan, aku bahkan tidak menyusui” Lumine menyangkalnya “mau kubuat hamil biar keluar susu?” Kazuha memandangnya lurus, tatapannya berbahaya “jangan aneh – aneh” Lumine mendorong wajah Kazuha agar menjauh Kazuha tertawa halus, dia menarik pinggang Lumine dan mendudukannya di pangkuan, menyelipkan tangannya diantara paha gadis itu dan meraba selangkangannya dengan dua jari. Basah. Apa Lumine terangsang atas gagasan Kazuha mengembangbiakkannya? Dia menyukainya? Dia merindukannya kan? Hanya saja gadis itu tidak berterus terang. Tugas Kazuha untuk membuatnya mengatakan yang sebenarnya. Dua jari memasuki lipatan gadis itu. Lumine mengerang, mencengkram bisep Kazuha kuat – kuat. Kazuha tidak menggerakkan jarinya, kembali merasa familier atas rasa yang sudah lama ia rindukan, vagina lembab gadis itu yang menjepit jari dan kemaluannya. Merasakan tidak ada pergerakan, Lumine melebarkan pahanya, pinggulnya bergerak gelisah mendambakan gesekan. Kazuha menekuk dua jarinya dengan tiba – tiba. Lumine mendesah spontan, punggungnya melengkung dan dadanya membusung. “kamu merindukanku?” tatapan Kazuha menaunginya “katakan kamu merindukanku” dua jari itu merenggangkan lipatannya Lumine menjawabnya dengan erangan. “kamu kangen ini kan?” Kazuha memasuk keluarkan jarinya dengan tempo cepat, tidak memberi Lumine kesempatan untuk beradaptasi, dia sungguh ingin mengacaukan gadisnya, ingin memberinya pelajaran karena tidak berkata jujur padanya “Kazuhah ah aha pelan tolong! Pelanin ah please” Gadis itu kalang kabut, menggelinjang di atas pangkuan sang Kaedehara Kaedehara Kazuha, seorang ahli katana, bangsawan penempa dengan keahliannya pada bidang syair dan musik, termasuk bermain gitar. Sudah dapat dipastikan betapa lihainya jemarinya mengacaukan liang gadisnya. Lumine menekuk jemari kakinya ketika ibu jari Kazuha menggosok clitnya, merabanya dengan gerakan memutar. Stimulasi yang berlebihan, Kazuha membawanya ke ketinggian dengan begitu cepat. Benar, Lumine merindukannya. Baru saja dua jari dan rasanya dia sudah mau datang. “Kazuha mmhh Kazuha!” Lumine mulai menangis, nafasnya tak beraturan dan tangannya menarik yukata Kazuha dengan cakaran “yes honey, just come” berbeda dengan lengkingan tinggi Lumine, Kazuha justru bersuara tenang, bersenandung dengan indah ketika gadis di pangkuannya masturbasi Lumine terengah, berpegangan pada yukata luar Kazuha, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher laki – laki itu. Berbisik diantara senggal nafasnya “I miss you too..” “goodgirl” Kazuha terkekeh, membelai mahkota pirangnya dan menciumnya dengan lembut “istirahat, besok kita pergi kan?” Lumine tidak menjawab. Merapatkan bibirnya. Dia merasakannya dengan jelas. Keras yang menusuk tubuhnya. “Kazuha” Lumine mengucap namanya pelan “yes, hun?” Kazuha mengecup dahinya “kamu keras?” pipi Lumine memerah “um… I guess” Kazuha tertawa ringan “ngga apa – apa, ngga usah dipikirin, baru setengah berdiri kok, kamu istirahat aja” Lumine menggigit pipi bagian dalamnya, setengah berdiri tapi tendanya udah setinggi itu, bohong banget. Dengan pelan Lumine beranjak bangun dari pangkuan Kazuha, mendorong laki – laki itu untuk bersandar di punggung kasur dan menarik turun celananya. Kejantanan laki – laki itu langsung berdiri dengan bangga, terlihat memerah. “um, Lumi?” Kazuha ikut memerah, tidak menyangka dia ternyata sudah benar – benar keras Lumine membelai precum di kepala penisnya dengan ibu jari dan menjilat jarinya “aku bantu ya?” Belum sempat Kazuha menolak, kemaluannya sudah terbungkus oleh mulut gadis itu. Kazuha langsung jatuh bersandar ke tumpukan bantal di belakangnya, mendongak ke langit – langit kamar, pusing atas kenikmatan yang membanjirinya. Ah sial, sudah lama sekali. “Lumine ehm.. seben- ngg ah” Kazuha menutup mulutnya dengan punggung tangan, desahannya tidak bisa ditahan Bagaimana bisa dia bersikap tenang ketika gadis yang dicintainya memanjakannya dengan sepenuh hati? Lumine benar – benar serius untuk membuatnya senang, gadis itu menjentikkan lidahnya dengan lihai, menghisap kemaluannya dengan begitu baik dan tangannya yang membelai bijinya dengan lembut. Ia bisa langsung ejakulasi saat ini juga. “ahhmm mmore… moreee” Kazuha mulai meracau, memasrahkan diri untuk menikmati pelayanan kekasihnya “deeper! More deeeperr yeah” Lumine menurut, menenggelamkan seluruh panjang lelaki itu ke tenggorokannya, memakannya seluruhnya, memanjakan Kazuha sebaik yang ia bisa. Ketika nafas Kazuha semakin cepat, tangannya menjambak rambutnya, Lumine menarik diri, mengeluarkan penisnya dari mulutnya. “want me to ride you?” Kazuha membelalakkan matanya, mengatur nafas dan mencoba fokus “t-tapi kamu bilang jangan capek – capek, besok kita h-harus pergi kan? K-kalo male mini-“ “sttt” Lumine menaikkan jari telunjuknya, isyarat menyuruhnya diam “iya kalo kamu yang di atas kamu bakal bikin kita berdua kelelahan tapi biar aku aja yang mimpin” “kamu yakin?” Kazuha mendongak menatap Lumine, memegang kedua pahanya yang mengangkanginya “hn, kamu nikmatin aja” Lumine mulai menurunkan dirinya di atas kejantanan Kazuha yang berdiri, menenggelamkan panjang it uke dalam dirinya “aku kangen banget sama kamu” Kazuha menghela nafas, menatap dalam – dalam mata kuning Lumine dan membelai sisi wajahnya dengan lembut “aku juga” Lumine memegang tangan Kazuha di wajahnya, mulai menaik turunkan pinggangnya, tersenyum Kazuha menautkan tangan mereka, menjadikannya tumpuan untuk Lumine ketika bergerak. Gadis itu mengerahkan tanaganya untuk menggenjot dengan cepat ketika merasakan ukuran Kazuha bertumbuh di dalamnya, keringat menetes dari dahinya, payudaranya bergerak memantul dalam usahanya mempercepat gerakan, memejamkan matanya dengan bibir terbuka terengah, Kazuha yang melihat pemandangan itu tidak dapat menahan dirinya untuk meraup bibirnya dan menciumnya dalam – dalam. Lumine meremas kejantanannya erat – erat, menusukkan kejantanan Kazuha dalam – dalam, mereka mengerang bersama dalam panggutan bibir ketika gelombang kenikmatan menghampiri. Lumine melepas tautan, terengah – engah. Kazuha tersenyum “you know what, Lumi? Fuck about tomorrow, I think I will push you until your limit tonight” “K-Kazuha!” Lumine menjerit ketika Kazuha membalik posisi mereka “kamu pengembara yang legendaris, pasti masih ada kan staminanya? Kuat kan? Kuat lah ya” lalu sedetik kemudian, Kazuha menggenjotnya lagi “ah ah ah Kazuha! Kazuhaaaa!!!” Kazuha menahan kedua tangannya dan bergerak keluar masuk tanpa menahan diri Mereka berdua sama sekali tidak menyadari jika dodocomunicator yang menggelinding di lantai ternyata tersambung ke tempat lain.