HeavenKyoong

Chanbaek NSFW/ Hybrid Area

Having sex dengan Hybrid Black Mamba itu ibaratkan mengkonsumsi nikotin heroin maupun morfin. Itu akan membuatmu kecanduan serta melayang bagai terbang hingga langit ke-tujuh. – Bervan McCharty.

Bervan kaget ketika melihat sosok laki-laki blonde tengah merebahkan tubuhnya. Sesaat setelah Bervan melangkah mendekati lelaki itu, manik diantara keduanya bertemu, menatap tubuh satu sama lain. Bervan tersadar Bathrobenya masih terbuka dan menampakan penis mungilnya. Bervan langsung kikuk dan mengikat asal tali bathrobenya.

“Lo-lo siapa?” Bervan berjalan pelan, mendekati pria yang tengah menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

“Tuan, saya adalah peliharaan tuan mulai hari ini.” Ucap lelaki itu dan menundukan kepalanya memberi hormat.

“Wait, maksud lo?” Bervan dengan sigap menuju ke arah ia meletakan Hybrid Black Mambanya itu. Benar saja dugaannya, Box dari kaca itu sudah pecah berantakan. Dugaannya saat mandi juga benar bahwa si item yang sudah memecahkan Boxnya.

Bervan kembali melangkah menuju ranjangnya, menepuk pipi dari lelaki itu, memastikan bahwa itu benar si item yang berubah.

“Item?” lelaki itu hanya mengangguk tetapi air mukanya menampakan kekesalan, tampaknya ia tak suka dengan sebutan yang diberikan Bervan.

“Maaf tuan, saya tidak suka dengan panggilan itu.” Bervan hanya terkekeh mendengar ucapan Hybridnya itu.

“Terus, lo mau gue panggil apa?” Bervan tersenyum menatap bola mata kelam milik Hybridnya . Tampan sekali bahkan tampannya mengalahkan Willis.

“Apa saja selain itu, saya tidak suka.” Gurat merah muda terlihat jelas dipipi Hybrid barunya itu. Gemas sekali!!! Bagaimana bisa Prof. Yixing menciptakan Hybrid gemas seperti ini?!?!?!

“Hmmmm— bagaimana kalau Charles?” Hybrid itu langsung mengangguk antusias. Ia sangat menyukai nama itu, nama yang tampak keren bagi seorang Hybrid.

Bervan menatap lekuk tubuh Charles yang tampak seksi hingga tanpa sadar penis kecilnya mulai menegang di balik Bathrobe itu.

“Charles..”

“Iya tuan?”

Bervan tak menyahuti Charles tangannya menyusuri punggung Sexy Charles hingga akhinya tangan itu menyentuh ujung selimut. Niatnya ingin membuka selimut yang membaluti tubuh Charles, tetapi tangannya dihalang oleh Charles.

“Kenapa???”

“Maaf tuan, saya malu.” Lagi-lagi Hybrid itu blushing dan telinganya yang besar semakin berwarna merah tomat.

“Gausah malu— cupp gue Cuma mau liat bawah lo seberapa gede.” Bervan mengulaskan senyum miringnya, berbisik serta sedikit menjilat daun teliga Charles.

Dengan wajah yang masih semerah tomat, Charles pelan-pelan membuka selimut yang menutupi bagian bawahnya. Bervan tercengang saat melihat penis besar Charles yang juga sudah menegang.

Cuppp

Charles mencium leher putih Bervan, ia sudah tidak tahan melihat tubuh mulus tuannya yang membuat penisnya mengacung tegak bak menara Eiffel. Bervan yang juga sudah sange daritadi langsung menyambar bibir Plum milik Charles, meraupnya dan mencumbunya bak orang sedang kelaparan.


“Ahh— Charles, i like it nghhh—“ Charles menjilat puting merah muda Bervan, lidahnya yang masih berbentuk seperti lidah ular menyapu kasar puting lucu itu, sedangkan tangan kirinya asik memilin puting yang satunya.

Tubuh Bervan bergelinjang merasakan geli pada dadanya serta lubangnya yang sedari tadi digoda oleh kepala penis Charles. Charles kembali mengecup kulit putih Bervan, meninggalkan beberapa bekas di sekitar leher hingga dadanya. Tangan Bervan pun tak tinggal diam, ia langsung meraih tengkuk Charles agar ciumannya semakin mendalam.

“Ahhhh— Charles, Fuckkk, I like it.” Charles yang semula mencumbu area atas, kini perlahan menurun hingga lidahnya menggelitiki area pusar Bervan.

Lidahnya yang masih terbelah dua itu perlahan masuk kedalam pusar Bervan dan menari indah di dalamnya. Tubuh Bervan semakin menggelinjang, matanya ia kerlingkan karena nikmat berlebihan yang ia terima dari permainan Charles.

Melihat tuannya merasa puas, Charles langsung membalikan tubuh Bervan, mengangkat pantatnya agar lubang kenikmatan itu terlihat jelas di hadapannya. Lubang anal yang sudah sedikit mengeluarkan cairan membuat gairah Charles semakin mengebu-gebu. Dengan rasa lapar, Charles langsung menjilat cairan yang mulai menetes itu, lalu lidahnya yang cukup panjang ia memasukan ke dalam lubang pink Bervan, menyesap rasa manis yang dihasilkan oleh cairan alami Bervan.

“Aaaaahhhh— Charles please i need your dick ahhh righhttthh noww ahhh.” Charles menghiraukan permintaan tuannya, karena ia belum merasa puas dengan permainnya.

Lidahnya masih menyusuri lubang Bervan, masuk jilat lalu keluarkan begitu terus hingga lubang anal Bervan tak henti-hentinya mengeluarkan cairan.

Sudah dirasa lubang Bervan cukup basah, Charles mulai memasukan dua jarinya sekaligus, mengocok pelan agar lubang Bervan sedikit terbiasa.

“Ahhh—Ahhh.. Nghhhh Fuckkhhh. Faster please, Godhhhh” Mendengarkan cercauan tuannya, Charles langsung mengocok lubang itu dengan tempo cepat.

Clop

Clop

Clop

Clop

“Ahh, ahh, ahh, yess daddy. Righh therehhh ahhh” Charles merasakan jarinya tengah menyentuh benjolan kecil yang membuat tubuh Bervan semakin menggelinjang.

Dengan instingnya, Charles mengerti apa yang tengah ia sentuh hingga akhirnya ia mengocok lubang anal itu semakin menjadi-jadi, menabrakan benjolan kecil itu dengan jari-jari besarnya.

“Ahhhh Charhhh Lesshhh ahhh..I wanthhh cumhhh”

Splurt

Splurt

Splurt

Hanya dengan permainan lidah dan jari Charles saja sudah membuat Bervan mengalami pelepasan yang hebat. Bak air mancur, cairan kentalnya tak henti-henti keluar. Charles merasa sedikit kesal karena ia belum sempat memasukan penis tegangnya kedalam lubang Bervan. Bagimana bisa tuannya sudah terkulai lemas hanya dengan permainan sederhanannya itu.

Tanpa pikir panjang lagi, Charles langsung memasukan penis besarnya ke dalam lubang Bervan. Bervan sontak kaget melihat kelakuan hybridnya itu, ia baru saja pelepasan dan kini ia ingin menungganginya lagi? Yang benar saja? Tapi birahi Charles yang sudah diubun-ubun ia tak peduli terhadap tuannya yang berusaha menjauh darinya. Dengan satu hentakan kasar, penis besar itu berhasil masuk kedalam lubang Bervan.

“Aoohhh baby, your fucking hole so fucking tight. Ahhh—“ Charles mengerjapkan matanya merasakan penisnya dipijat oleh dinding lubang anal Bervan.

Saking besarnya milik Charles, tanpa disadari lubang Bervan sedikit mengeluarkan darah. Buliran bening berhasil menetes dari manik sabit Bervan. Sayangnya Charles tak menghiraukan tuannya, ia tetap memompa lubang itu dengan Brutal.

Plak

Plak

Plak

Plak

Image (Video On Qrt)

Image (Video On Qrt)

Suara aduan kulit semakin terdengar jelas, menampakan permainan charles yang begitu kejam dan membuat Bervan sedikit kewalahan karena harus mengalami pelepasan berulang kali.

“Ahhh—Ahhhh.. ahhh pleasehhh stophhh. Hiks.”

“No baby, i can’t stop arghhh fuckk. I think im—ahhhh”

Bervan bisa merasakan penis didalam lubangnya semakin membesar dan—

Splurt

Splurt

Splurt

Cairan kental Charles melesak masuk kedalam perutnya, dan saking banyaknya cairan itu bahkan keluar dari lubangnya. Bagaimana dengan Bervan? Bukan hanya sperma yang ia keluarkan dari tubuhnya, melainkan air mani yang begitu banyak juga ikut keluar dari tubuhnya. Ia terlalu menikmati permainan Hybridnya hingga untuk pertama kalinya ia merasakan squirt dan bermandikan sperma disekujur tubuhnya.

Image (Video on Qrt)

Image (Bervan's ass with Charles's Sperm)

Bervan tak akan menyangkal jika memang benar permainan sex Charles membuatnya menjadi candu yang belum ia pernah rasakan sebelumnya. Sebuah rasa bahagia yang membuat dirinya tak mau terlepas dari Charles.

Nafas Charles masih terengah-engah usia mendapatkan pelepasannya, dengan sisa tenaga yang ia miliki, akhirnya ia memilih untuk berbaring dan memeluk tubuh mungil tuannya, membisikan kata-kata manis dan mengecup kening tuannya beberapa kali.

“i’m sorry if i hurt you. Cupp...”

“No, Charles i like it, gue mau ngewe sama lo tiap hari hehe.”

“Maaf tuan, jika ini mengganggu anda tolong katakan.” Bervan menyatukan alisnya kebingungan, tapi belum sempat ia bertanya apa makdusnya?, Bervan sudah merasakan sesuatu yang dingin meliliti tubuhnya, dengan ujungnya yang tumpul tengah berusaha masuk kedalam lubangnya. Bervan yang panik langsung membuka selimut yang menyelimuti tubuh mereka.

Mata Bervan langsung melotot melihat apa yang tengah melilit tubuhnya. Sesuatu yang dingin itu ternyata berasal dari tubuh Charles yang mulai berubah. Walau tak semua hanya dari bagian pinggang hingga kakinya. Ujung ekor Charles juga berusaha masuk kedalam lubang anal Bervan. Bervan yang sedikit syok langsung menengok kearah Charles yang tengah tertidur lelap dengan wajah tampannya.

“Ap—“

“Jika tuan terganggu saya bisa ber—“

“No, i like it, please masukin ekor lo lagi dikit— ahhhh”

Charles mengulas smirknya, mendengarkan desahan tuannya saat ia memainkan ekornya dilubang kenikmatan itu. Dengan nafsu yang masih tersisa kini Charles memulai permainannya hingga pagi tiba melesak lubang Bervan dengan ekor nya yang hitam legam dan memberi gigitan ular yang membekas pada leher Bervan.

Having sex dengan Hybrid Black Mamba itu ibaratkan mengkonsumsi nikotin heroin maupun morfin. Itu akan membuatmu kecanduan serta melayang bagai terbang hingga langit ke-tujuh. – Bervan McCharty.


Bervan and Charles Footage

Kalo ga nyaman please skip

⚠️ . . .

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Image

Author's side note : I already warned u guys hehe 😬✌🏻

Hilir mudik padatnya kendaraan kini menemani perjalanan Chandra dan Bintang. Angin yang berhembus sepoi-sepoi menyisir rambut depan Bintang, walau tak luput dari polusi, Bintang tetap menikmatinya. Ditemani vespa bersejarah milik Chandra, dua insan Tuhan itu tengah menikmati macetnya Kota Metropolitan Jakarta. Kota Jakarta selalu dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur, begitupula bagi Chandra dan Bintang yang mengenal Kota Jakarta sebagai saksi bisu kisah cinta mereka. Berbeda dengan yang lainnya yang selalu merajut kisah cinta di kota tenang seperti Jogja atau Bandung, Chandra dan Bintang justru menjadikan Jakarta sebagai tempat mereka mencurahkan segala suka dan duka, dan menjadikan Universitas Indonesia sebagai buku Diary yang kelak akan mereka ceritakan pada anak cucunya.

Bintang memeluk erat pinggang Chandra, menghirup aroma parfum maskulin favoritenya. Inilah mengapa semasa PDKT dulu Bintang lebih memilih berkencan menggunakan vespa Chandra daripada menggunkan mobil mewahnya. Dia bisa menghirup aroma tubuh Chandra dengan lekat sehingga akan menjadi memori untuknya.

“Mas ingat gak? Dulu semasa pdkt, setiap CFD kita selalu beli ketoprak disini.” Bintang menunjuk ke salah satu sudut di bundaran HI tempat dimana biasanya gerobak ketoprak itu berjualan.

“Inget dong sayang, mas mana pernah lupa hari pertama kali kamu makan ketoprak. Trus pake nambah lagi.”

“Nambah 8 piring. Hahaha” Bintang tertawa megingat pertama kali ia merasakan yang namanya ketoprak, saat itu ia menyesal karena baru tau ada makanan seenak ketoprak di dunia ini.

“Sampe, mas mas yang jual es kelapa muda ngira kamu lagi ngidam.”

“Trus dikasih es kelapa muda gratis. Katanya biar lahirannya lancar.”

“Iya, dia ga tau aja kalo kamu emang doyan ketoprak.” Chandrapun ikut melepas tawanya mengingat kembali masa mudanya yang penuh warna dengan Bintang.

“Ga kerasa ya mas, kita akhirnya menikah juga. Padahal dulu Bintang sempet mau nyerah ngejar-ngejar mas. Mas dingin banget dulu.” Bintang tersenyum memandang sosok Chandra melalui sepion vespanya, terlihat Chandra sedang mengulaskan senyumnya juga. Chandra mengusap tangan bintang yang bertaut dipinggangnya dan menggenggamnya erat.

“Iyadong, mas kan harus jual mahal, mas mau lihat seberapa besar rasa cinta Bintang ke mas. Hingga akhirnya mas memutuskan untuk memperjuangkan Bintang atau tidak.” Bintang tersenyum bangga hingga matanya menyipit seperti bulan sabit. Ia merasa beruntung, menemukan sosok lelaki yang tak pernah berhenti memperjuangkannya, bahkan jika saat ini Tuhan memberikan cobaan yang lebih berat, Bintang tak akan mau menyerah jika ia berjuang bersama Chandra.

“Mas, masih inget bu fatimah ga?”

“Yang jualan tempe mendoan depan kampus?”

“Iya mas.”

“Inget sayang, kenapa?”

“Bintang kepengen mas, Bintang juga rindu pengen jalan-jalan deket kampus. Boleh ya?”

“Hmm... Boleh deh, tapi sebentar saja ya? Kasian Kenzo harus nunggu lama dikontrakan baru.”

“Okiee kapten.”

“Kayaknya suami cantik mas lagi pengen nostalgia.”

“Heung, selain itu Bintang juga rindu jajan kaki lima hehe.”

“Iya, nanti kita keliling UI biar Bintang bisa lepas rindu.”

“Makasi mas.” Bintang semakin memeluk erat suaminya, mengisyaratkan ia sangat bahagia kembali bernostalgia, menceritakan kembali kisah antara Chandra UI dan Jalanan Jakarta.

“Iya sama-sama sayang.”

Seharusnya, perjalanan mereka menuju kontrakan barunya di Menteng tidak terlalu jauh, tetapi karena permintaan Bintang yang ingin jajan tempe mendoan dan ingin sedikit bernostalgia di dengan tempat pertama kali mereka bertemu (gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia) perjalanan yang mereka tempuh menjadi sedikit jauh, padatnya kendaraan juga tak luput menemani perjalanan mereka.

Bintang jenuh melihat kendaran yang selalu membunyikan klaksonnya tak sabaran. Kalau dulu, saat mereka sedang berkencan dengan vespa Chandra dan kondisi jalanan sungguh padat seperti saat ini, Bintang selalu sharing earphone dengan Chandra, mendengarkan lagu favorite mereka semasa pdkt.

“Mas,..”

“Iya sayang?”

“Mau sharing earphone ga?”

Sejenak Chandra terdiam, sebenarnya itu cukup ribet mengingat kabel yang terlilit dimana dan membuatnya kurang konsentrasi dalam berkendara. Kalau kalian tanya kenapa dulu ia mau melakukannya? Ya namanya juga lagi bucin-bucinnya. Apapun yang diminta Bintang selalu ia iyakan. Bintang yang mengerti mengapa suaminya itu terdiam langsung tekekeh, dipikirnya earphone jaman sekarang masih seperti earphone jaman dulu, padahal sudah ada earphone yang hanya tersambug dengan bluetooth.

“Mas pakai ini ya.” Bintang menyerahkan inpodsnya yang sebelah kiri untuk Chandra dan memasang sebelah kanan untuk dirinya.

“Mas baru tau ada earphone ga ada kabelnya gini.” Chandra terkekeh malu. Chandra bukannya katrok, tapi kalau masalah gadget terbaru seperti itu ia sedikit kurang peduli dan sering ketinggalan jaman. Bahkan handphonennya saja masih series lama, karena kalau rusaknya tak parah dan masih bisa terpakai dengan baik Chandra enggan untuk mengganti gadgetnya.

Setelah inpods itu terpasang dengan sempurna ditelinga masing-masing, Bintangpun mulai untuk memutar lagu yang sedari tadi ingin ia dengar. Sebuah lagu yang selalu Bintang mainkan saat berkencan dengan Chandra baik dengan mobil atau vespanya. Ditemani macetnya kota Jakarta dan detak jantung mereka yang seirama, memori tahun 2012 kembali tersirat dalam pikiran mereka.

The Song : Calvin Jeremy – Berdua


Langit kota Jakarta yang sebelumnya cerah mendadak mendung dan mengeluarkan beberapa tetes air hujan. Chandra panik karena tak menyiapkan mantel untuk dirinya dan Bintang, belum lagi tempat tujuan mereka masih terlalu jauh.

Sraaassshhhhhhhhh

Benar saja hujan langsung mengguyur deras dan ditemani angin yang cukup kencang. Dengan sigap Chandra melajukan vespanya untuk mencari tempat berteduh yang sekiranya nyaman untuk mereka beristirahat sembari menunggu hujan reda. Sebuah kios yang sudah tutup akhirnya menjadi pilihan Chandra untuk berteduh sementara waktu. Bintang sedikit menggigil karena bajunya kini sudah basah kuyup. Dengan sisa kehangatan dalam tubuhnya, Chandra berusaha menghangatkan Bintang, meniup telapak tangannya lalu menggosokannya pada tubuh Bintang.

“Mas, Bintang minta maaf ya, gara-gara Bintang minta ke UI kita jadi kehujanan gini.” Bintang mengerucutkan bibirnya, ia merasa bersalah, harusnya mereka saat ini tengah menyiapkan barang-barang mereka di kotrakan barunya bukan berteduh menunggu hujan seperti saat ini.

“No Honey, it’s not your fault. Mungkin alam memang lagi ga bersahabat belakangan ini.” Chandra masih menggosokan tangannya untuk menyalurkan kehangatan pada tubuh Bintang. Sedangkan Bintang hanya menatap surai gelap suaminya dan bibirnya yang sedikit bergetar karena kedinginan. Bintang sadar bahwa selama ini, kebahagian yang ia terima setelah mengenal Chandra bukanlah kebahagian berlandaskan materi, melainkan kebahagian untuk saling memiliki dan saling mencintai kekurangan satu sama lain.

“Mas..”

“Iya, sayang?”

“I Love you..”

Bintang langsung mencium bibir Chandra, merasakan kehangatan yang Bintang selalu rindukan. Begitupula dengan Chandra yang membalas ciuman orang teristimewa dihidupnya, membalaskan kasih sayang Bintang yang tulus padanya. Ciuman yang semula hanyalah sebuah kecupan menjadi lumatan hangat yang menemani mereka di kala dinginnya hujan. Memberi kenyamanan diantara dua hati yang tengah kembali merasakan jatuh cinta. Jantung yang berdebar, suara hujan yang deras, dan suara kecupan dua bibir yang tengah mencari kehangatan akan menjadi memori bagi mereka. Memori antara Chandra, Bintang, Hujan dan Kota Jakarta.

“I Love you too Bintang, always”


side note: sebenarnya aku pengen nulis kisah Chandra dan Bintang dari awal ketemu, tapi itu nanti setelah kalian tau ending dari Chandra dan Bintang, karena setelah ending, kalian bisa nostalgia sama Bintang dan Chandra. Tapi nanti wkwkwk so yeah enjoy :D

Jam di dinding sudah menunjukan pukul 2 lewat 45 sore. Bivo sedang merapikan beberapa mainannya yang baru saja ia coba. Itu sudah kewajiban Bivo sebagai penjual sex toy, mencobanya dahulu sebelum menjualnya, agar review yang ia berikan tidak pernah mengecewakan pelanggannya.

“Yang mana belum aku coba ya?? Hmm—-“ Bivo mengedarkan pandangannya, menelaah mainan mana yang belum ia cobakan, hingga maniknya berhenti pada sebuah kotak vibrator kecil berwarna ungu.

Bivo bergegas, meraih kotak vibrator itu dan segera membukanya. Senyum Bivo terulas pada wajah polosnya saat ia ketahui ternyata vibrator itu bisa dikendalikan melalui smartphone. Tanpa berpikir lagi, Bivo langsung meraih lubrican, mengolesi lube tersebut pada analnya yang sebenarnya sudah basah sejak tadi. Bivo menatap dirinya di depan cermin, menelisik tubuhnya yang sexy dan hanya telapisi oleh kemeja putih yang tipis.

Bivo membuka lebar kakinya, melihat sendiri bagaimana bentuk lubang analnya yang sudah basah dan berkedut. Itu sangat sexy dimata Bivo, pantas saja subscribernya di Onlyfans selalu memuji lubang analnya yang pink itu. Bivo membersihkan vibrator kecil itu dengan tisu basah, menyalakan smartphonenya dan mengaktivkan vibrator itu. Setelah menyala, Bivo tak langsung memasukan kedalam lubang analnya. Ia memainkan vibrator kecil itu disekitar kepala penisnya, membuat sensasi geli yang amat sangat nikmat.

“Ahh—“ desahannya lolos ketika vibrator itu lambat laun turun menuju lubang pinknya. Bivo memutar alat kecil itu disekitar lubangnya, membuat sensasi yang menyenangkan hingga kini desahannya mulai mengisi ruang tamunya yang cukup luas. Dalam sekali masuk, *plup.. Benda kecil yang bergetar itu kini sudah bersarang didalam lubang kenikmatan Bivo.

“Ahhh-ahhh yess.. Ahhh—ahhh” desahannya semakin menjadi ketika tangan kanan Bivo memainkan tempo vibrator itu melalui smartphonenya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan unuk mengocok penisnya yang mungil itu. Tubuhnya bergetar hebat sedangkan otaknya masih ingin mencari kenikmatan yang luar biasa. Hingga akhirnya kenikmatan tersebut hampir ia lepaskan kalau saja bell pintu rumahnya tak menginterupsi kegiatannya. Bodo amat, begitulah pikir Bivo awalnya, yang ia inginkan hanya melepaskan spermanya, tetapi bell pintu itu tetap berdering dan membuat konsentrasinya pecah.

Tingg Tonggg

“Fuck siapa sih? Ganggu banget” Dengan berat hati Bivo harus menghentikan kegiatannya, membiarkan penis mungilnya yang menegang mengayun lucu ketika ia berjalan.

Tingg tong,

“SABAR ASTAGA...”

Bivo membuka setengah pintu rumahnya, agar tak menampakan tubuhnya yang setengah bugil itu lalu menolehkan kepalanya keluar karena ingin memaki seseorang yang tengah mengganggu kegiatannya.

“Siapa sih?? Ganggu banget lo—“ Bivo tersontak kaget, melihat sosok lelaki tampan yang sudah lama ia taksir tengah berdiri dengan gagah di depan pintu rumahnya. Bivo langsung membuka lebar pintunya, mengerjapkan kedua matanya karena ia sedikit tak percaya melihat mamang kurir yang biasanya menggunakan jaket JnT yang sudah lusuh itu kini menggunakan setelan kemeja formal dan juga rambut yang di beri banyak gatsby sehingga terlihat mengkilap dan tegak.

Cahyono tak kalah kagetnya, melihat penampilan Bivo dengan kemeja putih tipis yang kebesaran serta penis kecilnya yang menegang. Sial, Cahyono tegang ketika matanya tak sengaja melihat cairan bening sedang mengalir dikaki Bivo. Bivo tersadar dari lamunannya, tangannya langsung menarik tangan Chayono dan langsung mengunci pintunya. Bivo benar-benar malu melihat tampilan dirinya, vibrator yang masih menancap pada lubang analnya, penisnya yang sedikit membengkak akibat menahan pelepasan, dan mang Cahyono yang tampak canggung.

“Mang, duduk dulu ya. Saya siapkan minum se—-“ Cahyono menahan tangan Bivo.

“Gausah repot-repot mas, gimana kalau kita langsung saja?” Bivo mengerjapkan matanya, ia masih terpesona dengan tampilan Chayono saat ini. ‘Sugar daddy-able’ Bivo membantin. Cahyono menelan kasar ludahnya, canggung? Sudah pasti. Belum lagi rasa sesak diantara selngkangannya yang harus ia tahan.

“Mas—“ Cahyono berusaha menyadarkan Bivo dari lamunannya.

“O—oh iya mang, tunggu sebentar ya saya siapkan. By the way mang, jangan panggil saya mas dong, saya kan masih muda.” Bivo sedikit mengerucutkan bibirnya, sebelumnya ia biasa saja jika di panggil mas oleh Cahyono, tapi entah mengapa kali ini ia sedikit merasa tidak suka. Cahyono hanya mengangguk memperhatikan tubuh mungil Bivo yang mulai melangkah menjauh, melihatkan pantat sintalnya yang tengah mengapit silikon kecil berwarna ungu itu. Sial sekali penisnya semakin terasa sesak, hingga beberapa kali Cahyono harus mengurut penis besarnya agar sedikit tenang.

Cahyono mengedarkan pandangannya, bertujuan agar ia teralihkan dari pikiran kotornya. Tapi tak ada gunanya yang ia lihat hanya beberapa mainan berbahan dasar plastik yang berbentuk seperti alat kelamin laki-laki itu. Cahyono meraih salah satu mainan Bivo, sebuah dildo dengan warna kulit yang bentuknya cukup besar. Dengan rasa penasarannya, Chayono menggoyangkan dildo yang lentur itu. Cahyono hanya terkekeh melihat mainan itu, bahkan ia membantin bahwa miliknya lebih besar dari dildo yang tengah ia pegang itu.

Cahyono kembali mengedarkan pandangannya, hingga maniknya menangkap sebuah tumpukan paket yang sepertinya sudah siap di pick up, paket yang tampak wajar di mata Chayono karena memang biasanya dialah yang mengangkut paket-paket itu. Cahyono mengambil salah satu paket yang belum selesai terpacking, ia penasaran selama ini sebenarnya ia mengantar barang apaan dari pria mungil kesayangannya itu. Pasalnya, setiap Cahyono tanya mau kirim barang apa, Bivo selalu memiliki jawaban yang berbeda-beda. Cahyono cukup terkejut ketika ia melihat bahwa paket yang belum terbungkus itu adalah sekotak paket dildo dengan berbagai jenis warna dan ukuran. ‘Jadi semua ini barang yang saya sering antarkan?’ Batin Cahyono dengan matanya sedikit meletot melihat mainan Bivo itu. Tapi kejutan tak sampai sana, Cahyono lebih terkejut melihat sebuah paket yang sudah terbungkus rapi itu.

“Ini kan—“

“Mang,” Bivo menginterupsi pikiran Cahyono, Cahyono yang sedikit panik langsung menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara itu. Cahyono melihat Bivo masih dengan kemeja tipis dan vibrator yang masih menancap. “Iya mas? Eh maksud saya dik. Udah kelar kah siap-siapnya?” Cahyono menghampiri Bivo. Bivo hanya menundukan kepalanya karena tentu ia saja malu dan gugup. Bivo gugup apabila Cahyono justru jijik padanya dan memakinya setelah ia memberi tahu bahwa ia akan merekam dirinya yang tengah manstrubasi.

“Mang, sebelumnya teh, saya mau klarifikasi. Nanti teh mamang bakal ngerekam saya lagi cobain beberapa dildo yang saya akan jual. Kalau mamang kurang berkenan, mamang bisa pulang sekarang. Saya juga salah ga kasih tau mamang dari awal, saya takut mamang tidak nyaman.” Bivo memilin ujung kemejanya dengan masih menunduk karena takut akan respon mang cahyo yang akan menolaknya.

“Gapapa kok dik, saya juga sudah janji, ga baik kalau ingkar janji.” Entah jiwa siapa yang merasuki tubuh Cahyono, tiba-tiba saja ia mengangkat dagu Bivo dan mengecup bibirnya singkat.

Bivo hanya mengerjapkan matanya masih tak percaya apa yang dilakukan mas crushnya itu. Tetapi tak kalah mengejutkannya lagi ketika Cahyono menggendong bridal Bivo secara tiba-tiba.

“Dimana dik mau ngerekamnya?

“Dikamar saya aja mang, itu yang pintu putih.”

Cahyono akhirnya memasuki kamar pria mungil kesukaannya, melihat seisi kamar yang dihiasi led lamp berwarna ungu. Disetiap pojok kamar terpajang beberapa mainan sex yang biasanya digunakan oleh Bivo untuk akun onlyfansnya. Cahyono menurunkan Bivo diranjangnya lalu melangkah menuju nakas Bivo untuk mengambil kameranya.

“Mang, ngerti tah cara pakenya?”

“Ngerti kok, iki tombol playnya tinggal dipencet kan?”

“Iya mang, tapi angelnya klo bisa jangan liatin muka saya ya mang?”

“Oke siap, udah siap belum tah?”

“Sebentar mang” Bivo membuka kemeja tipisnya, menampilkan nipple pinknya yang sudah menegang. Chayono yang melihatnya tentu saja membuat penisnya ingin keluar dengan segera, tapi ia masih enggan karena ia masih ingin melihat pertunjukan istimewa secara langsung di depan matanya.

Bivo meraih mainan berbahan dasar stainless steal itu, memasukannya perlahan melalui ujung penisnya. Cahyono melebarkan matanya melihat besi kecil itu masuk menyusuri lubang pipis Bivo.

“Ahhh—-“ Desahan Bivo lolos ketika benda itu akhirnya masuk secara sempurna di dalam lubang pipisnya, dingin geli dan sensasi nikmat yang ia rasakan. Bivo mulai menggerakan benda itu, mengeluarkan dan memasukannya lagi hingga desahannya kembali menggema di telinga Cahyono.

Cahyono sudah tak bisa menahan birahinya, tangan kirinya yang menganggur ia gunakan untuk membuka resleting celannya dan mengeluarkan penis besarnya, mengocoknya pelan hingga mengeluarkan pre-cum.

Bivo yang tak sengaja menoleh ke arah penis Cahyono, cukup kaget melihat betapa besar penis itu. Dengan pikiran jahilnya, Bivo langsung turun dari ranjangnya, merangkak pelan hingga berada tepat didepan Cahyono. Cahyono mengulaskan smirknya, memberikan Bivo isyarat agar langsung melakukannya. Tanpa pikir panjang, Bivo langsung membuka full celana Cahyono dan mengocok penisnya yang menegang.

Kepala penis Cahyono dikulum nikmat oleh Bivo, sesekali Bivo menghisap kepala penis itu layaknya menghisap susu. Tubuh Cahyono yang bergetar hebat akibat sentuhan Bivo, akhirnya meruntuhkan dirinya di tepi ranjang Bivo, menaruh si kamera di nakas dan menjambak pelan surai gelap Bivo. Dengan ilmu sex yang Bivo bekali, sesekali ia melakukan deep throat hingga penis Cahyono itu menyuntuh tenggorokannya.

Plop

Plop

Plop

Plop

“Arrrgghhh, yesss arhh. Dik, saya mau keluar.” Cahyono semakin menarik rambut Bivo agar penisnya semakin tertancap penuh pada mulut Bivo. Dan..

Splurt

Splurt

Splurt,

Muntahan sperma yang banyak itu membanjiri mulut Bivo bahkan karena saking banyaknya, sperma itu sampai lumer keluar dari mulut kecil Bivo. Tanpa basa-basi, Cahyono langsung membersihkan cairan itu dengan lidahnya yang lihai.

“Hmmmppp, ahhh hmmpphh” Desahan mereka saling beradu liar hingga tanpa Bivo sadari 2 mainan kesayangannya masih menancap pada tubuhnya. Bivo ingin melepaskan mainan itu, tetapi tangannya ditahan oleh sang dominan.

“Jangan, biarin aja, saya suka” Begitulah bisik Cahyono sampai akhirnya ia mengukung Bivo dengan sekali gerakan. Cahyono mengecup manja disetiap inchi dari kulit sensitif Bivo meninggalkan beberapa bekas kemerahan hasil karyanya. Tangan kirinya ia gunakan untuk memilin nipple Bivo yang sudah mulai menegang. Pilin, tekan, pijat, sesekali tangan besar Cahyono juga meremas dada Bivo yang sedikit menyembul.

Ciumannya yang semula diatas, kini berpindah pada nipple Bivo yang satunya, Jilat, kenyot, kulum, begitu terus hingga nipple pink itu menjadi sedikit bengkak. Setelah kenyang menghisap kedua nipple cantik Bivo kini lidah Cahyono semakin menurun, menyusuri setiap lekuk tubuh seksi itu hingga berhenti pada penis menegang Bivo yang masih tertancap mainannya. Cahyono yang penasaran bagaimana benda itu bekerja, akhirnya memainkan benda itu di dalam lubang pipis Bivo. Memilin lalu menariknya keluar dan memasukannya kembali.

“Ahhhh daddy, stop it” Cahyono kaget ketika lelaki mungilnya itu memanggil dirinya dengan sebutan Daddy. Smirk Cahyono kembali mengembang di wajahnya, ia suka ketika suara merdu itu memanggilnya dengan sebutan daddy. Dalam sekali hap, Cahyono berhasil memasukan penis mungil itu kedalam mulutnya, mengulumnya dan menggigit –gigit kecil hingga sang empu menggelinjang merasakan nikmat yang luar biasa. Jari-jari Cahyono juga tak tinggal diam, ia memainkan jari-jarinya disekitar lubang anal Bivo yang masih tertancap vibrator itu. Menekannya beberapa kali hingga vibrator yang masih menyala itu menyentuh titik nikmatnya.

“Nyahhhh—-“ Bivo menggelinjang parah membuat penis Cahyono menegang kembali. Dua jarinya ia masukan kelubang Bivo, menekan Vibrator itu agar sedikit lebih dalam.

“Daddy please stop, i wanna cum” Bivo sudah tak kuasa menahan pelepasannya, tapi apa boleh buat lubang pipisnya masih tersumpal mainan besi itu. Akhirnya Cahyono menarik keluar vibrator itu dan kembali memasukan jari-jarinya yang gemuk. Masuk, keluar masuk keluar dan sesekali bergerak menggunting agar lubang itu muat untuk penisnya.

“Daddy lepaskan yang satunya.”

“Beg for me?”

“Daddy please, i wanna cum”

“Okay pretty boy”

Cahyono akhirnya menarik ujung benda itu dengan giginya, menariknya pelan hingga akhirnya terlepas dari penis mungil Bivo. Sudah selesai? Ohh tentu saja belum kawan. Cahyono yang iseng itu tentu saja langsung memasukan benda panjang itu kedalam lubang pipisnya. Ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya benda itu memijit didalam penis besarnya.

“Ahhh, dik, kenapa saya baru tau ada mainan seperti ini?” Cahyono perlahan memasukan benda tumpul itu kedalam lubang penisnya. Setelah benda tersebut masuk secara sempurna, kini giliran penisnya yang ingin masuk kelubang sempit Bivo. Cahyono melebarkan kaki Bivo sehingga ia bisa melihat lubang manis Bivo yang basah dan berkedut itu, lalu masukan ketiga jarinya, mengocoknya kencang agar lubang tersebut sedikit melonggar.

“Ahhh, dad—ahhhh faster please”

Clop

Clop

Clop

“No Honey, i’ll do it with my dick” Setelah membisikan hal itu kepada Bivo, Cahyono langsung melepaskan jari-jarinya, lalu mengarahkan penisnya ke dalam lubang Bivo. Bivo melongo melihat penis besar dengan mainan didalam lubang pipisnya itu akan masuk kelubangnya yang sempit.

“Mang, ya-yakin?”

“Saya ingin coba rasanya, bolehkan?” Bivo hanya mengangguk dan melebarkan pahanya.

Cahyono sedikit memainkan benda tumpul itu di sekitar lubang Bivo membuat bivo sedikit menggelinjang merasakan geli yang dingin akibat sentuhan mainannya itu. Perlahan Cahyono memasukan penisnya, merasakan penisnya yang dipijit luar dalam menimbulkan sensasi geli geli menyenangkan. Ini adalah kali pertama Cahyono merasakan nikmat yang luar biasa saat bercinta, hingga rasanya ia ingin lagi dan lagi. Matanya mengerjap kenikmatan, mulutnya yang menganga mengeluarkan desahan yang nikmat tiada tara.

“Arhhh—– yesss baby, you feel that, ooohhhhh——“

“Fuck you dick is very big daddy, i like it so much”

Setelah penisnya masuk dengan penuh di lubang Bivo, Cahyono mulai menggerakannya secara perlahan, menikmati lubang sempit Bivo dengan mata yang mengerling nikmat. Keluar, masuk, keluar masuk merasakan bagaimana nikmatnya mainan kecil itu bekerja didalam tubuh mereka, memijit otot-otot lubang pipis Cahyono.

“Arrrghhhh, dik saya mau keluar” Cahyono langsung melepas penisnya dan mengeluarkan benda tumpul itu, lalu kembali memasukan penisnya kedalam lubang anal Bivo.

Cahyono mengakat kedua kaki Bivo dan langsung menancapkan penis besarnya kedalam lubang Bivo.

“Kyaaahhhhh—ahhh-aaahhh, Heuuunggg ahhh nghh” Bivo mendesah tiada henti ketika Cahyono menghentakan penisnya dengan kasar, mengguncang lubang Bivo dengan tempo yang tak waras.

Clop clop clop clop clop

“Arhhhh baby lubang kamu nikmat sekali, sempit dan nikmat. Saya suka arghhh arhhh”

“I like your dick too, daddy”

Clop clop clop “Argghh argghhh—arghhh” desahan kedua adam itu saling bersautan memenuhi isi ruangan itu.

Fwop

Fwop

Dua kali hentakan kasar yang diberikan Cahyono hingga Bivo bisa merasakan penis didalam itu semakin mebesar. Bivo membelalakan matanya, ia berusaha untuk mengeluarka penis itu. Mendorong tubuh Cahyono dengan sekuat tenaga. Tetapi hasilnya nihil, birahi Cahyono sudah mendominasi tenaga lemah Bivo tak akan menyerutkan kegiatan Cahyono yang tengah mencari titik kenikmatannya.

“Mang, please stop—ahhh” Cahyono tak mendengarkan titah Bivo ia tetap menggoyangkan pinggulnya semakin cepat. Bulir bening mulai keluar dari ujung mata Bivo. Penis didalam lubangnya itu semakin besar dan membesar.

“Mang jangan c—-“

Splurt

Splurt

Splurt

“Crott didalem hiks” Bivo bisa merasakan cairan hangat itu didalam tubuhnya, bukannya senang karena sang dominan mendapatkan pelepasan tetapi Bivo justru panik dan khawatir.

Cahyono yang sadar akan suara isak tangis Bivo langsung tersadar dari fantasinya dan melepas penisnya.

“Dik kenapa nangis? Saya terlalu kasar kah?” Cahyono meraih dagu Bivo dan memperhatikan wajah polos yang tengah menangis itu. Bivo hanya menggeleng menjawab pertanyaan dari Cahyono. Cahyono semakin bingung, kesalahan apa yang ia perbuat hingga pria kecilnya itu menangis seperti ini?

“Lalu kenapa dik? Saya ada salahkah?” Bivo mengusap air matanya dan menatap Cahyono penuh harapan.

“Saya carrier mang, saya bisa hamil. Hikss” Cahyono kaget mendengar pernyataan dari Bivo. Bukannya tak mau bertanggung jawab tetapi ada satu hal yang membuat Cahyono tak bisa melakukannya.

“Dik, maaf tapi saya sudah beristri”

Tangisan Bivo semakin menderu mengingat bagaimana sperma itu membanjiri rahim hangatnya kini.

“SAYA GA MAU TAU KALO SAYA HAMIL, MAMANG HARUS TANGGUNG JAWAB!! KALAU GA MAU NANTI MAMANG SAYA LAPORKAN KE POLISI!!”

Jam ditangannya sudah menunjukan pukul 11 malam, Baekhyun memarkirkan mobilnya didepan sebuah gedung yang tampak megah tersebut, gedung yang cukup mencolok karena terletak disebuah pedesaan terpencil ini. Gedung ini memiliki pilar-pilar yang menjulang tinggi. Halaman yang tampak luas serta dihiasi kolam yang cukup besar melingkar ditengah halamannya. Patung Dewi Themis yang mengisyarakat lambang keadilan itu juga tak kalah megah menjulang ditengah kolam tersebut. Walau air kolam yang sudah berwarna hijau dan beberapa ornament tak berwarna putih lagi, cukup membuat Baekhyun terkesima melihat gedung kantor firma hukum ini.

“Sumpah, ini kantor hukum apa penthouse? Megah gila.” Gumam Baekhyun.

Baekhyun mengedarkan pandangannya lagi menelaah, setiap sudut halaman kantor firma hukum itu. Terdapat sebuah papan coklat yang berisi beberapa informasi seperti alamat dan nama perusahaan.

“Park Law Firm? Ohh jadi yang punya ber marga park ya, bodoh sekali.” Baekhyun terkekeh mengingat kenapa susah-susah membangun sebuah kantor firma hukum di tengah pedesaan ini.

Baekhyun mulai berjalan menyusuri gedung megah itu, berhenti pada sebuah ruangan kecil dengan kaca yang bersifat tinted glass sehingga ia tak bisa melihat kedalam bilik yang bertuliskan pos satpam itu.

Tok tok

Hening, tak ada jawaban dari dalam ruangan. Baekhyun mengetoknya kembali lebih bertenaga, di pikir barang kali penjaganya sedang tertidur. Hasilnya tetap nihil, tidak ada respon apa-apa dari balik pintu tersebut.

“Ck, udahlah gue trobos aja, lagi pula siapa sih yang mau jaga gedung yang udah kosong gini.” Baekhyun lalu mempersiapkan kameranya, bersiap untuk melakukan penelusuran.

“Haii guysss!!! Welcome back to my Youtube Channel. Be Scared Be Brave!!! Seperti yang gue udah janjiin sebelumnya, gue bakal penelusuran di gedung kosong bekas firma hukum ini guys, bisa kalian lihat gedungnya mewah banget dan serem banget guys, tuh bisa kalian lihat kan. Oke tanpa basa basi lagi mari kita masuk ke dalam gedungnya, semoga aja ga dikunci ya. Hehe”

Baekhyun melangkahkan kakinya menuju pintu gedung lalu menarik knop pintu yang berbahan kayu jati tulen itu dengan satu tangannya. Beruntung sekali nasibnya, ternyata pintu tersebut tidak di kunci, tetapi Baekhyun langsung kaget melihat sosok tinggi dengan jas berwarna hitam sedang berdiri menatap patung Dewi Themis yang berada di tengah ruangan gedung itu. Baekhyun memperhatikan pria tinggi dengan rambut hitam legam itu. Bahunya yang lebar membuat Baekhyun terpana akan kharisma pria itu. Tak ada rasa takut sedikitpun didalam dirinya ketika pria tinggi itu berjalan mendekatinya. Ketukan sepatu pantofel dari pria tersebut tak menghanyutkan pandangan Baekhyun untuk menatap betapa tampannya pria itu. Hingga ia tersadar.

“CHANYEOL?!.”

“BAEKHYUN?!”

Mereka sama-sama terkejut, bagaimana tidak? Baekhyun yang mengira dirinya sedang halu melihat sugar daddy seperti kata followersnya, ternyata ia melihat mantan kekasihnya ketika SMA dulu.

“Lo ngapain disini anjir?” Baekhyun menaruh kameranya diatas meja di dekat pintu dan menghampiri Chanyeol dengan senyum sumringahnya.

“Harusnya gue yang nanya, lo ngapain kesini malem-malem? Mana bawa kamera lagi. Jangan bilang lo bikin konten buat akun NSFW lo ya?”

Plakk

Baekhyun menampar tipis mulut lemes Chanyeol hingga empunya sedikit meringis.

“Mulut lo masih sama lemesnya ya, gue udah tobat BTW. Sekarang gue cari uang dengan cara halal fyi.” Baekhyun memamerkan ponselnya dan menunjukan akun youtubenya yang sudah memiliki 1juta Subscriber itu. Chanyeol hanya ber-oh ria menatap mantan kekasih mungilnya itu.

“Btw hyun, lo makin montok aja ya?” Entah apa yang ada dipikiran Chayeol bisa-bisanya ia nyeletuk seperti itu kepada mantan kekasihnya.

“Nyesel lo kan mutusin gue trus ninggalin gue bertahun-tahun? Emang mantan brengsek lo.”

“Ya maap, setidaknya gue pamit baik-baik sama lo.”

“Baik-baik apanya? Semalem sebelum lo ke Kanada lo ngentotin gue ya, trus lo cuma ninggalin gue sama surat perpisahan. Itu lo kata baik-baik? Paginya gue sampe jalan ngangkang diketawain satu angkatan. Lo mah enak udah di Kanada ga liat gue yang diketawain. Gue kebagian nanggung ma—hmmmppphhh”

Chanyeol gemas melihat mulut mantan kekasihnya ketika nyeroscos seperti itu. Saking gemasnya ia tak tahan dan akhirnya ia mendaratkan sebuah kecupan pada bibir manis Baekhyun. Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan menjadi lumatan yang panas, bahkan Baekhyun sendiripun tak bisa menolaknya. Duh, gimana nolaknya? Masalah ranjang Chanyeol adalah rajanya dan Baekhyun mengakui itu. Semasa SMA Baekhyun selalu bangga dengan dirinya saat menjadi milik Chanyeol bahkan tak jarang Chanyeol membantu Baekhyun mencari ceperan melalui akun NSFWnya dulu.

Baekhyun menekan tengkuk Chanyeol, menginginkan ciuman itu lebih dalam. Lidah mereka saling beradu membuat suara sexy yang membangkitkan gairah mereka masing-masing. Baekhyun sungguh merindukan bibir tebal mantan kekasihnya itu sehingga beberapa kali ia menggigit kecil bagian bawahnya, membuat bibir Chanyeol sedikit terluka dan bengkak. Chanyeol tak tinggal diam, tangannya ia gunakan untuk menyusuri punggung cantik milik Baekhyun, menyentuhnya secara sensual hingga tubuh Baekhyun rasanya bergetar merasakan tangan kekarnya menari indah diatas kulitnya.

“Ahhhh, Chanyeol-ahhh” Sial desahan Baekhyun lolos ketika bibir plum Chanyeol mengecup area belakang telinganya, area yang paling sensitive.

“Hyun I Miss you, Ngentot yuk? I Miss your hole so bad.” Bisikan sensual Chanyeol membuat tubuh Baekhyun semakin bergetar.

Kedua tangan Chanyeol meremas-remas pantat sintal Baekhyun lalu menusukan dan menggesekan jarinya diantara belahan pantat Baekhyun yang masih terlapisi celana training itu. Baekhyun memejamkan matanya menikmati rangsangan tangan kekar mantan kekasihnya itu.

“Yesss Daddy I miss your big dick too” Tanpa pikir panjang Chanyeol langsung merebahkan Baekhyun pada sebuah meja yang terletak tepat di depan patung Dewi Themis itu.

Chanyeol mulai mencumbui Baekhyun secara brutal. Suara desahan dan juga cipakan terdengar begitu nyaring memenuhi setiap ruang gedung kosong ini. Ciuman yang semula di bibir kini perlahan turun menyusuri tulang selangka Baekhyun, menciptakan tanda kepemilikan yang semakin lama memerah dan membiru. Tangan Chanyeol yang semula menggur kini mulai menyusuri dada Baekhyun, memilin dan menekan pentil Baekhyun yang sudah menegang di balik kaosnya.

“Ahhhh Chanyeol kenyot please, gue kangen kenyotan lo” Chanyeol yang terkekeh mendengar permintaan Baekhyun langsung saja menyibak kaosnya dan langsung menghisap nipple pink kecoklatan itu.

Jilat. Hisap. Kenyot. Hingga berbunyi suara plup plup plup. Walaupun tak mengeluarkan ASB (Air Susu Baekhyun) Chanyeol tetap menghisapnya begitu lapar seperti bayi yang kehausan. Tete Baekhyun yang semula rata menjadi sedikit montok akibat ulah Chanyeol. Terlihat sexy di mata Chanyeol hingga tanpa Baekhyun sadari Chanyeol telah membuka celananya dan mengeluarkan penisnya yang telah menegang itu.

Chanyeol menggesekan kepala penisnya, dan sesekali memasukan puting tegang Baekhyun ke dalam lubang pipisnya. Gesek, Masukan, Keluarkan. Begitu terus secara bergantian hingga sang Empu bergetar hebat dan membuat celana training abu-abunya basah total. Selama 4 tahun berpisah dengan Chanyeol akhirnya Baekhyun merasakan squirt lagi.

“Ahhhhh udah ahh aku squirt lagi nanti. Udah ya Chan, geli” Tubuhnya menggeliat merasakan kulit lain yang menyentuh berkali-kali nipplenya yang sensitif itu. Bukannya berhenti Chanyeol justru menyunggingkan smirknya dan semakin menggesekannya secara sensual. Sesekali Chanyeol menampar nipple itu dengan penisnya. Sungguh sensasi yang menyenangkan bisa merasakan kembali tubuh Baekhyun yang sensitif ini, hingga pada akhirnya Chanyeol mengeluarkan pre-cummnya.

“Abah Baek mau isep jamur abah” “Silahkan sayang” Baekhyun langsung saja berjongkok menatap lapar penis Chanyeol seperti menatap sebuah sosis kenzler yang berurat. Baekhyun menelan ludahnya dan membasahi bibirnya lalu memasukan kepala penis itu kedalam mulutnya. Mengulumnya dan sedikit mengigitnya gemas.

Cplak

Cplak

Cplak

Berkali kali Baekhyun mengulum dan mengecup manja separuh penis kesayangannya itu dan separuh lagi iya kocok dengan tangan kanannya, Sial, Chanyeol punya kontol panjang betul. Sedangkan, tangan Baekhyun yang satunya tak tinggal diam, ia memainkan twin balls Chanyeol dan sesekali mengelus bulu halus yang tumbuh di sekitar pangkal penis Chanyeol. Chanyeol menggerang hebat, merasakan sensasi yang nikmat di area selangkangnya.

“Ahhhhh baby it's so good baby ahhhh.. Babby deep throat plaesee.. arrrghhhh” Baekhyun menatap Chanyeol dari bawah melihatnya menggerang dengan kepala yang terangkat membuat nafsu Baekhyun ikut membuncah. Dengan sekali dorongan, Baekhyun berhasil memasukan seluruh penis Chanyeol dan menyentuh ujung tenggorokannya.

“Arggghhhh yess baby. Fuck! Anget yang” Cairan bening berhasil lolos melalui ujung mata Baekhyun. Tetapi tidak dengan Chanyeol, lelaki itu justru menarik kasar surai Baekhyun lalu mendorongnya hingga penisnya berkali-kali menubruk ujung tenggorokannya.

“Baekhyun.. ahhh ahhh sayang aku mau keluar” Tiba-tiba saja Baekhyun melepas paksa mulutnya dan kembali berdiri dengan wajah yang cemberut.

“Sayang kok gitu.. tanggung ih” ucap Chanyeol kecewa yang gagal mendapatkan pelepasannya.

“Aku ga mau ya kamu crot gara gara mulut aku. Aku maunya kamu crot di dalem kayak dulu.” Baekhyun pun melepaskan celannya menampakan penisnya yang mungil sudah menegang. Baekhyun mendudukan bokongnya diatas meja dan menaikan kakinya, membukanya perlahan dan melebar hingga lubangnya yang berkedut manis itu tampil sempurna di depan mata Chanyeol.

“Aku pengen kamu crot disini sayang, dilubang kesayangan kamu ini” Baekhyun mengulum dua jarinya lalu mengusap sensual lubangnya.

Baekhyun semakin melebarkan kakinya, menampakan jarinya yang kini masuk kedalam lubangnya, menggerakan jarinya maju mundur dan sesekali kedua jarinya itu bergerak menggunting untuk melebarkan lubang analnya . Chanyeol hanya menyunggingkan senyumnya menyaksikan otot-otot yang berada di dalam lubang semakin berkedut meminta tlong agar segera penisnya yang besar itu masuk kedalamnya. Chanyeol selalu bangga melihat kebinalan mantan kekasihnya yang tak pernah hilang itu. Baekhyun memejamkan matanya dan mendongakkan kepalanya ketika ia menyentuh titik kebahagiaannya. Setelah dirasa cukup, Baekhyun mengeluarkan kedua jarinya lalu mengulumnya kembali seolah olah ia sedang mengisap jarinya yang penuh dengan bumbu cheetos. Nafsu Chanyeol yang sudah menggebu-gebu langsung saja menancapkan penisnya ke dalam lubang Baekhyun yang sudah basah. Chanyeol memaju mundurkan pinggulnya, menikmati setiap inci otot anal Baekhyun yang mimijit penisnya. Sesekali Baekhyun menggoda Chanyeol dengan ngetatkan lubangnya.

“Aaahhhh ahhhh ahhhh yesss daddy yesss ahhh ahhh. Yang cepet dong yang, masak tenaga kamu loyo banget. Aku udah mau crot nih. Ahhhh ahhh”

Plak plak plak plak plak

Cercauan Baekhyun serta suara aduan kulit itu kembali menghiasi hampanya gedung kosong itu.

“ahhhh ahhh ahhh yesss baby. Damn lubangmu makin sempit aja babe, pengen aku entot tiap hari kalo gini.”

“Ahhhh ahhhh ahhhh kontolmu juga makin gede yang. Sosis kenzler kalah sayang. Kontolmu the best pokoknya. Beso beso kalo kamu angkat beban kontolnya ga usah ikut ya yang. Nanti makin berurat”

Plup

Baekhyun hampir saja mencapai puncaknya kalau saja Chanyeol tak melepas penisnya tiba-tiba.

“Ihhhh sayang kok—”

“Ayang, nungging dong aku pengen gaya guguk nih”.

“Astaga sayang ngomong kek, kontol aku sakit nih nahan mau crot.” Baekhyun kembali kesal karena kelakuan Chanyeol tetapi Chanyeol hanya terkekeh geli melihat ekspresi kekasihnya itu.

Baekhyunpun turun dari meja dan berbalik menungging dihadapan mantan kekasihnya.Kaki kirinya ia naikan keatas meja agar lubangnya yang semakin berkedut hebat itu kembali tampil sempurna. Chanyeol menatap lapar lubang Baekhyun yang gemas itu, saking gemasnya Chanyeol menampar pantat Baekhyun dan meremasnya. Chanyeol bersimpuh, menghadapkan kepalanya sejajar dengan lubang kenikmatan itu, menjilatnya lalu memasukan lidahnya dan sedikit menggigit serta menyedot lubang anal Baekhyun.

Slurrppp

Sluuurrppp

Cpakkk plop

Baekhyun mendongakkan kepalanya karena merasakan kenikmatan yang begitu berlebihan. Mulutnya menganga, mengeluarkan desahan yang seirama dengan permainan Chanyeol. Baekhyun menggesekan tubuhnya diatas meja memberikan nipplenya yang tegang sedikit rangsangan. Meja yang berbahan kayu jati tulen itu cukup membuat nipplenya kian membengkak. Hingga tanpa Baekhyun sadari kini Chanyeol kembali memainkan kepala penisnya di lubang kenikmatannya.

“Sayang, aku boleh pipis ga dilubang kamu?” Baekhyun kaget mendengar permintaan Chanyeol, dengan mata yang melotot Baekhyun langsung menatap kearah Chanyeol yang sedang mengocok penisnya.

“Ga! Klo mau licinin pke ludah lo aja. Pipis lo bauk!” Chanyeol hanya terkekeh dan mencium punggung putih Baekhyun.

“Bercanda sayang, aku masuk ya..” Tak perlu jawaban dari Baekhyun, Chanyeol langsung saja memasukan Penisnya. Dalam sekali hentak, Chanyeol berhasil membuat Baekhyun melengkungkan badannya karena kenikmatan. Gotcha.Benar saja prediksi Chanyeol bahwa dia telah menabrak titik prostat Baekhyun dan langsung saja membuat Baekhyun mengeluarkan spremannya yang tertunda.

Chanyeol kembali menggerakan pinggulnya tapi kali ini dengan tempo lamban, merasakan penisnnya yang besar menabrak dinding perut Baekhyun hingga menyembul keluar.

“Arrgghhhhh sayang pegang ini deh, gede kan?” Chanyeol menuntun tangan Baekhyun ke perut si mungil, memberi tahu Baekhyun bahwa penisnya yang gede itu mampu bermain liar didalam tubuhnya bahkan sampai bisa dirasakan diluar perut bagaimana kepala penis itu menyentuh otot-ototnya.

Baekhyun selalu mendapatkan kenikmatan tiada tara setiap kali bercinta dengan Chanyeol, walau hanya gerakan lamban seperti ini saja bisa membuat Baekhyun cum berkali-kali.

“Sayang, aku gempur ya” Baekhyun hanya berdecak, sejujurnya Baekhyun kesal ketika Chanyeol selalu minta izin saat bercinta. Tapi Chanyeol sudah hapal sifat Baekhyun, dengan sisa tenaganya Chanyeol memompa tubuh Baekhyun, memaju mundurkan pinggulnya hingga suara cepakan kulit yang beradu mulai terdengar. Tangan Baekhyun masih memegang perut langsingnya, merasakan penis besar Chanyeol keluar masuk tubuhnya. Cairan sperma perlahan menetes dan membasahi lantai yang terbuat dari marmer itu.

“Ahhhh ahhhh ahhhh Chanyeol faster please”

“Ahhh yesss babby say my name please ahhh”

“Ahhhhh ahhh Chanhhh Yeolhhh faster ahhh ahhh”

Cplak cplak cplak cplak cplak cplak

“Baekhyun aku mau crot”

“Aku juga yeol, bareng ya ahhhh”

Splurttt

Splurttt

Splurttt

Splurttt

Semburan cairan sprema keluar dari masing-masing penis. Chayeol yang mengeluarkannya di lubang Baekhyun menetes hingga keluar karena saking banyaknya, sedangkan tubuh Baekhyun yang bergetar hanya bertumpu pada meja yang kokoh itu. Chanyeol mengecup punggung Baekhyun, menjilatnya serta menjamahi tubuh mungil itu kembali. Baekhyun yang masih terengah-engah hanya menikmatinya saja, dan sesekali mengerutkan lubangnya yang masih ditancapi oleh penis Chayeol. Chanyeol yang menerima rangsangan itu kembali menggoyangkan pinggangnya, mencari kembali titik nikmat Baekhyun dan menubruknya berkali-kali. Baekhyun hanya pasrah dalam kukungan Chanyeol hingga kembali ia merasakan penis Chanyeol membesar di dalam sana.

Splurttt

Splurttt

Splurttt

Splurttt

Chanyeol kembali mengalami pelepasan setelah cooling down yang ia lakukan. Akhirnya Chanyeol melepaskan penisnya dan membersihkan sisa percintaannya bersama sang mantan kekasih. Baekhyun yang kelelahan hanya memejamkan matanya dan membiarkan Chanyeol melakukan apa yang ia ingin lakukan.

“Baekhyun,”

“Hm??”

“Lo masih sayang ga sama gue?” Chanyeol menatap surai gelap Baekhyun yang berkilauan dibawah sinar bulan. Kini posisi mereka tengah berbaring santai di atas meja, menatap sinar bulan yang masuk melalui Ventilasi-Ventilasi gedung itu.

“Kalo masih sayang kenapa?” Kini Baekhyun memutar kepalanya menatap Chanyeol yang tengah asik menatap bulan.

“Bisa ga lo lupain gue selamanya? Gue ga masalah lo benci sama gue asalkan lo lupain gue mulai pagi nanti?” Baekhyun mengerjapkan kedua matanya, memahami setiap kata yang diucap oleh Chanyeol.

“Emang kenapa? Jangan bilang lo udah dijodohin sama Nyokap lo?” Ada sedikit rasa sakit didalam hati Baekhyun ketika memikirkan hal itu jika memang begitu kenyataannya. Chanyeol hanya menggeleng dan tersenyum kearah Baekhyun, menampilkan lesung pipinya yang sungguh manis itu.

“Gue mau pergi lagi Baek, tapi yang sekarang lebih jauh dan gue akan bisa kembali lagi.” Chanyeol mengusap halus perlahan surai Baekhyun dan menghapus bulir air matanya yang telah mengalir.

“Yeol, gue sayang banget sama lo yeol. Bahkan setelah lo ke Kanada gue ga bisa lagi nemuin seseorang kayak lo, seseorang yang selalu kasih kenyamanan sama gue. Lo tega apa liat gue sakit hati terus mikirin lo yang entah dimana dan lagi ngapain?” isak tangis Baekhyun semakin menderu, sampai akhirnya Chanyeol memeluk tubuh mungil itu dalam dekapannya dan berulang kali membisikan kata maaf.

Merekapun terlelap dan saling memeluk satu sama lain, ditemani cahaya bulan yang kian meredup hingga sang fajar mulai terbit dari ufuk timur.


Baekhyun mengerjapkan kedua matanya ketika ia merasa ada seseorang tengah menggoyangkan bahunya hingga menampar pipinya beberapa kali.

“Dikk, bangun dik” Seorang pria buncit dengan kumis tebal tengah berusaha membangunkan tubuh Baekhyun yang kelelahan itu.

“Chanyeol? Kok lo berubah jadi buncit gini?” Baekhyun sontak berteriak kaget melihat sosok pria itu dihadapannya.

“Hah? Maaf dek sama Jamal, penjaga gedung ini. Adek kenapa tidur disini?” Penjaga gedung itu tampak kebingungan melihat pria bugil yang hanya menggunakan Boxer serta tubuh yang dipenuhi bercak keunguan tengah tertidur di dalam gedung kosong ini.

“Chanyeol mana pak?” Baekhyun mengedarkan padangannya mencari sosok mantan kekasihnya itu.

“Chanyeol sopo toh dik?”

“Park chanyeol pak, yang badannya tinggi, rambutnya item, punya lesung pipi trus penisnya yang gede itu loh pak.”

Asu iki bocah sebut-sebut ukuran privasi orang. batin sang bapak penjaga

“Oalah dik, kalok sing adik maksud Park Chanyeol yang punya gedung ini, Belio mah sudah meninggal dik 3 bulan yang lalu, gara-gara iki satu keluarga ditembak mati sama musuhnya.”

“Hah? Ahh bapak pagi-pagi udah ngawur aja omongannya, orang saya kemarin abis ngewe kok sama dia disini.” Penjaga gedung itu semakin kaget mendengar ucapan Baekhyun.

“Dik, bapak anter nggih ke mbah marjan, belio dukun hebat disini. Mari dik bapak anter.”

“Ckkk apasih pak gajelas banget, udah ah saya pergi aja mau cari Chanyeol, tu bocah pasti langsung balik kerumahnya kagak bilang-bilang.” Akhirnya Baekhyunpun meninggalkan gedung itu dan segera meluncur kerumah untuk bercerita kepada Kyungsoo tentang hal ini.