Gerobak Bakso Mang Ujang
Bel tanda istirahat di hari senin biasanya terasa seperti melodi piano klasik yang menenangkan bagi Pattranite, tapi tidak hari ini.
Tatapannya kosong menatap papan tulis yang berisi coretan angka. Jemari tangannya mengetuk-ngetuk ke meja berantakan. Kakinya bergerak gelisah sampai tepukan di bahu menyadarkannya dari lamunan pagi.
“Love? Win nungguin tuh di kantin” sosok asing, bagi Love berdiri disebelahnya sambil tersenyum
Manik matanya buru-buru melihat ke arah jam dinding di tembok belakang kelas, 10 menit waktu istirahat ia habiskan dengan melamun.
Membereskan barangnya dengan tergesa, Love segera bangkit dari mejanya “makasih ya, um...”
Sosok itu tersenyum, “First, First Kanaphan”
Love mengangguk cepat, “makasih First! Gue duluan ya” katanya sambil berlari kecil keluar kelas.
Mata gadis dengan rambut sepunggung itu memandang hiruk pikuk kantin yang dipenuhi siswa-siswi, mencari sosok pujaan hati yang kemarin malam berhasil membuatnya uring-uringan
“Love Pattranite!” ia menengok ke pojokan kantin, asal dari sumber suara, “sini!” ujar si anak ips sambil melambaikan tangan
Kaget dan tak mau lama-lama menjadi pusat perhatian, Love melangkah cepat ke meja berisi sekitar 10 pelajar dengan seragam berantakan.
Duduk canggung di depan Metawin, orang yang memanggilnya kesini, Love sibuk menghindar kontak mata dari lelaki menawan tempatnya menaruh hati.
“Siapa nih” Bright, pesepak bola kesayangan sekolah menatapnya penuh telisik, “cewek barunya Win ya?” katanya sambil cekikikan dengan 3 orang lain. Khaotung, si sekretaris osis, Namtan, anak ekskur tata boga, dan Nani, pemilik motor dengan suara paling nyaring satu sekolah.
“Anak orang jangan digodain” kata Mix, sahabat karib Win, sambil menyodorkan semangkuk bakso Mang Ujang, “dimakan Love, ntar dingin”
Kikuk, Love mengangguk sambil tersenyum, “makasih Mix” dan segera melahap bakso campur yang baru dihidangkan.
“Jadi,” Namtan menopang dagunya sambil mengamati Love makan “beneran cewek barunya Win ya?”
UHUK
“ANJING” Nani meloncat dari tempat duduknya, “kasih minum goblok, GECE” katanya sambil memukul bahu Win
“Gapapa Love?” tanya Win setelah Love berhasil menegak setengah isi dari botol air milik Mix.
“Mikir, tolol” gantian Bright menoyor kepala Win kasar
Love mengangguk kecil, “gapapa kok” katanya sambil lanjut melahap bakso dengan satu tangan menahan rambutnya agar tidak masuk ke kuah bakso
Melihat si anak IPA kesulitan. Inisiatif, dibarengi alibi modus Win menahan rambut Love dibelakang, mengangkatnya tinggi agar gadis disebelahnya tidak kesulitan makan
“Love, pipinya merah tuh!!” siulan usil lain menyusul, membuat semburat merah Love semakin merona. Ditambah mimik canggung dari Win, teman-temannya makin gencar menjahili dua insan yang tak mau menatap satu sama lain
”“Jadi gimana Win” Khaotung angkat suara, “lu pacaran sama Love gak” suara-suara jahil itu terdengar lagi
Win berdeham singkat, berusaha mengurangi rasa canggung dalam dirinya, “ya... kalau sekarang sih... belom”
Desahan kecewa terdengar, tak mau ambil pusing dan terlanjur malu Love memilih untuk tetap fokus memakan baksonya
“Gatau dah kalau minggu depan, doain gue ya”
Setelah itu teriakan riuh terdengar dari semua penghuni meja, sampai lemparan botol setengah isi mendarat di pelipis Win
“Yaampun, MAAF WIN, REFLEKS” Love meringis tak enak