41
“Simon says break a leg“ Esa ketawa “bitch will kill us all in a month i swear“ He groaned. Bangkit dari sofa dan jalan ke kolam, nyari udara segar
“Dia gabisa patahin kakinya sendiri, Nor mine. Gue gabisa skating tanpa kaki gue” kata Xavi
“Any more excuses?“ Baram angkat suara. He stares at us one by one, “Ken?”
“Mama will definitely kill yall when she finds out i break my leg“
“So do mine“ Baram ngacak rambutnya frustasi pas denger alesan Kenzi sama Tessa
“Dewa?”
Dewa ngegeleng juga, “Gaada yang bisa nyetir disini selain lo, gue, sama Esa. Kalau lo pada patahin kaki gue, supir berkurang satu”
“Then it goes down to Laura and I. Kay gabisa jadi dancer kalau kakinya pernah patah kan?” Kanaya ngangguk abis gue ngomong gitu
“Yaudah gue” Laura berdiri, Ngambil palu di tangannya Baram
“No“ Kenzi bangkit juga, “anyone but Lau, please“
“Yaudah kalau gitu elo” kata Baram
“Gue? Luna bisa kali” Kenzi nunjuk gue
“Lo gila?” Dewa jalan deketin Kenzi, “One good reason kenapa harus Luna yang kakinya dipatahin and I'll keep my mouth shut“
Laura hissed, “udah gue bilang, gue aja” dia nepis cekalan Kenzi, “gausah lebay. Gue yang sukarela” katanya ke Kenzi, terus jalan ke kolam buat ngomong sama Esa
Gue ikut Laura jalan ke kolam, “you sure?“
“Kalau gak gini pasti akhirannya salah satu dari kita ada yang kayak Zidan” Laura ngomong tanpa bales tatapan gue, “I'm not losing another friend, Luna“
— “Gimana cara bikin patah tulangnya gak terlalu sakit supaya Laura ga harus menderita” omongan Kenzi barusan bikin kita semua diem dan mikir.
“Sekali pukul doang and make sure that it's hard enough to break the bones“ Baram ngasih saran
Tessa teriak frustasi, “Jesus Christ“ she mumbled “Gue gamau nonton deh, gue siapin baju aja” dia meluk Laura sebelum jalan ke kamarnya, packing baju yang bakal dipake sama Laura selama di rumah sakit nanti
“Gue juga” Dewa berdiri, “Gue manasin mobil aja”
“Tahan bentar ya, Lau” Baram nyuntik kaki kanan Laura, “Morfin” katanya sebelum Laura nanya “this will help the pain“
“Lo ngasih anak orang narkotika?” Kenzi narik kerah Baram marah, “have you lost your mind?“
“Obat pereda rasa sakit yang kita punya sekarang cuma morfin” Xavi buka suara, “trust me, Kenzi. Laura will be a lot better with that“
Rahang Kenzi mengeras, matanya melebar, “Ya itu kan kalau pake resep dokter. You're trying to kill her aren't you?“
“I'll be fine, Kenzi“ Laura shouted “Percaya aja bisa gak?” Kenzi mundur, nyender ke pintu sambil bersidekap. Hening sejenak sebelum Baram angkat suara,
“Siap?” Esa ngangguk jawab pertanyaan Baram. Gue udah meluk Laura, to make sure she's not seeing what are we doing right now “tutup mata lo Lau” i whispered
Esa narik nafas gusar. Nutup mata dan ngangkat palu ditangannya tinggi, “maaf, Laura” he sobbed
And when the hammer reaches Laura's foot, time ticks a lot quicker than it already is