hwoneboom

GEMFOURTH

#GEMFOURTH

deru suara kendaraan, langkah kaki para pejalan kaki, dan riuh anak-anak yang sedang bermain di sudut jalan menjadi pengisi suara untuk dua anak adam yang kini beradu pada pikirannya masing-masing. mereka sama namun tak sama senang.

“kamu berapa lama ya?”

jingga magis masih mengukir rona indahnya saat gem membuka titik awal percakapan mereka.

yang ditanya menatapnya, alisnya bertaut sebelum menjawab, “dua tahun.”

gem mengangguk, “lama juga ya.”

“kamu sendirian loh.”

“iya.”

“gak ada aku.”

“iya.”

“gak ada yang nemenin kamu makan buryam tiap pagi.”

“terus?”

“gak ada yang ngasih kamu pocari tiap abis jogging.”

“gak masalah.”

lalu diam, kalimat milik fourth kini tertinggal disela kerongkongan. seolah kata dan pertanyaan yang terucap selanjutnya bisa membuat hidupnya hancur tak bersisa.

dan angin berhembus lagi, mengisi kekosongan dua insan yang kini duduk di teras rumah. fourth yang sibuk mengemasi barang, dan gem sibuk membantunya.

“kamu udah pernah ke jogja?” tanya gem.

“sekali, waktu perpisahan sma.” jawab fourth.

“jogja asik gak?”

“aku gak tau, udah lama gak kesana.”

gem hanya mengangguk, sekali lagi menjeda percakapan diantara mereka yang kian renggang.

“2 tahun berarti 730 hari.”

“iya, kamu mau nungguin aku sampai 730 hari?”

ah, pertanyaan itu akhirnya terjun kepermukaan. menyaring lembut bersama angin yang berhembus kencang.

gem sontak tertawa. tawanya renyah dan lembut, bergema sampai ke relung hati fourth yang terdalam. membawa euphoria bahagia yang selalu ia damba.

“kamu bercanda ya? mau seabad juga pasti bakal aku tunggu!”

fourht mendelik, sedikit kontra dengan pernyataan sang kekasih. “kalau seabad kayanya aku udah ubanan.”

“gapapa, aku suka liat kamu beruban.” ucapnya yang dibalas raut wajah sebal oleh sang kekasih. fourth memajukan bibirnya, mencibir sebal atas jawabannya sedang gem terkekeh.

“sayang, 730 hari bukan waktu yang sebentar. ada banyak hal yang harus aku lalui selama 730 hari gak ada kamu.” gem terdiam sebentar.

“dua tahun artinya 730 hari aku gak ketemu kamu, dua tahun artinya 730 hari aku gak bisa ajak kamu makan buryam, dua tahun artinya 730 hari aku gak bisa melukin kamu lagi, dan dua tahun artinya 730 hari aku harus bertahan tanpa kamu.”

fourth menunduk, rasanya cairan bening yang sedari tadi ia tahan siap merembes keluar jika ia membuka mulutnya barang sebentar.

“tapi aku gak mau 730 hari yang aku rasain jadi penghalang buat kamu mengejar mimpi-mimpimu, fourth.”

“gem, kamu bisa cegah aku buat pergi. aku gak akan pergi.” ucap fourth lirih.

gem menggeleng, “enggak, aku gak akan minta kamu buat tinggal. you don't know how proud I am with you. if the world against you, i'll against the world. kalau aku bisa nunggu kamu buat buka hati sama aku selama 10 bulan, then 2 years didn't matter for me, even if the world crashes into pieces i'll wait until you come with me.”

ucapannya serius tanpa ragu. gem memang tak pernah ragu perihal perasaan dan kesetiannya untuk sang kekasih. bahkan jika semesta memisahkannya, mereka akan kembali dan harus kembali sebagaimana sang surya yang setia pada bulan untuk meneranginya, atau bagai rona jingga magis yang mencumbu langit dengan indah.

fourth semakin tersiksa, perasaan luluh lantak. dentum jantungnya bertalu semakin cepat seolah tak mengizinkannya untuk bernafas barang sejenak.

gak bisa gini, ia mau tetap disini. ia mau selalu bersama gem, ia mau meski harus mengubur mimpinya demi bisa bersama sang kekasih.

terdengar bodoh dan ironis, namun begitulah fourth. semua yang ia jalani, hidupnya yang bagai kora-kora, semuanya penuh dengan gem dan hanya gem seorang.

maka ketika semesta memintanya untuk berpisah. berada diantara keputusan melanjuti mimpinya kuliah di UGM setelah gap year atau tetap disini bersama sang kekasih. sebab, dengan apa yang ia lalui dibelakangnya kini hidup fourth hanya berporos pada gem seorang, dan akan selalu begitu selamanya.

gem masih sibuk bergelut dengan koper, tanpa menyadari kalau fourth kini tengah sibuk mengusap air matanya yang semakin lama makin tak tertahan.

“aku gak mau jadi gila gara-gara kamu tau!” ujar fourth sesegukan.

gem terkejut melihatnya nangis, selama ini ia hanya pernah melihat fourth menangis sekali saat kucingnya mati. “fourth, sayang kamu kenapa?” tanya gem.

“sebel! sebel sama kamu soalnya bikin aku jatuh cinta segininya!” jawabnya masih sesegukan.

gem sontak menarik tubuh mungil fourth, membawanya pada dekapan lembut milik gem.

“sshh... udah ya jangan nangis, kan aku ada disini.” ucapnya sambil mengelus punggung sang kekasih yang masih terisak dipelukannya.

“kamu bakalan nunggu aku kan?”

“iya sayang, aku bakal nunggu kamu dua tahun, tiga tahun, atau bahkan seribu tahun! kamu boleh pukul aku sampe pingsan kalau aku ninggalin kamu.”

fourth menengadah, kini tatapannya jatuh pada gem yang ada diatasnya. “janji?”

“janji.” balas gem, senyumnya mengembang dan menenangkan untuk fourth.

“kamu jangan nangis, kalau kamu nangis nanti diledekin cengeng.” ujar gem.

“biarin aja, soalnya kalau aku nangis aku bisa puas pelukin kamu seharian.”

gem terkekeh, ia mengecup pipi sang kekasih yang berada di dekapan. dalam hati berjanji untuk selalu mencintai si kecil dan menunggunya. bahkan jika berarti ia harus pergi kedasar neraka yang terdalam hanya untuk fourth, maka ia akan melakukannya lagi dan lagi sampai fourth yang menyuruhnya berhenti.

karena sesungguhnya, gemini bagaikan jarum pada kompas yang arah mata anginnya akan selalu tertuju pada fourth, dan selamanya hanya pada fourth.

#GEMFOURTH

deru suara kendaraan, langkah kaki para pejalan kaki, dan riuh anak-anak yang sedang bermain di sudut jalan menjadi pengisi suara untuk dua anak adam yang kini beradu pada pikirannya masing-masing. mereka sama namun tak sama senang.

“kamu berapa lama ya?”

jingga magis masih mengukir rona indahnya saat gem membuka titik awal percakapan mereka.

yang ditanya menatapnya, alisnya bertaut sebelum menjawab, “dua tahun.”

gem mengangguk, “lama juga ya.”

“kamu sendirian loh.”

“iya.”

“gak ada aku.”

“iya.”

“gak ada yang nemenin kamu makan buryam tiap pagi.”

“terus?”

“gak ada yang ngasih kamu pocari tiap abis jogging.”

“gak masalah.”

lalu diam, kalimat milik fourth kini tertinggal disela kerongkongan. seolah kata dan pertanyaan yang terucap selanjutnya bisa membuat hidupnya hancur tak bersisa.

dan angin berhembus lagi, mengisi kekosongan dua insan yang kini duduk di teras rumah. fourth yang sibuk mengemasi barang, dan gem sibuk membantunya.

“kamu udah pernah ke jogja?” tanya gem.

“sekali, waktu perpisahan sma.” jawab fourth.

“jogja asik gak?”

“aku gak tau, udah lama gak kesana.”

gem hanya mengangguk, sekali lagi menjeda percakapan diantara mereka yang kian renggang.

“2 tahun berarti 730 hari.”

“iya, kamu mau nungguin aku sampai 730 hari?”

ah, pertanyaan itu akhirnya terjun kepermukaan. menyaring lembut bersama angin yang berhembus kencang.

gem sontak tertawa. tawanya renyah dan lembut, bergema sampai ke relung hati fourth yang terdalam. membawa euphoria bahagia yang selalu ia damba.

“kamu bercanda ya? mau seabad juga pasti bakal aku tunggu!”

fourht mendelik, sedikit kontra dengan pernyataan sang kekasih. “kalau seabad kayanya aku udah ubanan.”

“gapapa, aku suka liat kamu beruban.” ucapnya yang dibalas raut wajah sebal oleh sang kekasih. fourth memajukan bibirnya, mencibir sebal atas jawabannya sedang gem terkekeh.

“sayang, 730 hari bukan waktu yang sebentar. ada banyak hal yang harus aku lalui selama 730 hari gak ada kamu.” gem terdiam sebentar.

“dua tahun artinya 730 hari aku gak ketemu kamu, dua tahun artinya 730 hari aku gak bisa ajak kamu makan buryam, dua tahun artinya 730 hari aku gak bisa melukin kamu lagi, dan dua tahun artinya 730 hari aku harus bertahan tanpa kamu.”

fourth menunduk, rasanya cairan bening yang sedari tadi ia tahan siap merembes keluar jika ia membuka mulutnya barang sebentar.

“tapi aku gak mau 730 hari yang aku rasain jadi penghalang buat kamu mengejar mimpi-mimpimu, fourth.”

“gem, kamu bisa cegah aku buat pergi. aku gak akan pergi.” ucap fourth lirih.

gem menggeleng, “enggak, aku gak akan minta kamu buat tinggal. you don't know how proud I am with you. if the world against you, i'll against the world. kalau aku bisa nunggu kamu buat buka hati sama aku selama 10 bulan, then 2 years didn't matter for me, even if the world crashes into pieces i'll wait until you come with me.”

ucapannya serius tanpa ragu. gem memang tak pernah ragu perihal perasaan dan kesetiannya untuk sang kekasih. bahkan jika semesta memisahkannya, mereka akan kembali dan harus kembali sebagaimana sang surya yang setia pada bulan untuk meneranginya, atau bagai rona jingga magis yang mencumbu langit dengan indah.

fourth semakin tersiksa, perasaan luluh lantak. dentum jantungnya bertalu semakin cepat seolah tak mengizinkannya untuk bernafas barang sejenak.

gak bisa gini, ia mau tetap disini. ia mau selalu bersama gem, ia mau meski harus mengubur mimpinya demi bisa bersama sang kekasih.

terdengar bodoh dan ironis, namun begitulah fourth. semua yang ia jalani, hidupnya yang bagai kora-kora, semuanya penuh dengan gem dan hanya gem seorang.

maka ketika semesta memintanya untuk berpisah. berada diantara keputusan melanjuti mimpinya kuliah di UGM setelah gap year atau tetap disini bersama sang kekasih. sebab, dengan apa yang ia lalui dibelakangnya kini hidup fourth hanya berporos pada gem seorang, dan akan selalu begitu selamanya.

gem masih sibuk bergelut dengan koper, tanpa menyadari kalau fourth kini tengah sibuk mengusap air matanya yang semakin lama makin tak tertahan.

“aku gak mau jadi gila gara-gara kamu tau!” ujar fourth sesegukan.

gem terkejut melihatnya nangis, selama ini ia hanya pernah melihat fourth menangis sekali saat kucingnya mati. “fourth, sayang kamu kenapa?” tanya gem.

“sebel! sebel sama kamu soalnya bikin aku jatuh cinta segininya!” jawabnya masih sesegukan.

gem sontak menarik tubuh mungil fourth, membawanya pada dekapan lembut milik gem.

“sshh... udah ya jangan nangis, kan aku ada disini.” ucapnya sambil mengelus punggung sang kekasih yang masih terisak dipelukannya.

“kamu bakalan nunggu aku kan?”

“iya sayang, aku bakal nunggu kamu dua tahun, tiga tahun, atau bahkan seribu tahun! kamu boleh pukul aku sampe pingsan kalau aku ninggalin kamu.”

fourth menengadah, kini tatapannya jatuh pada gem yang ada diatasnya. “janji?”

“janji.” balas gem, senyumnya mengembang dan menenangkan untuk fourth.

“kamu jangan nangis, kalau kamu nangis nanti diledekin cengeng.” ujar gem.

“biarin aja, soalnya kalau aku nangis aku bisa puas pelukin kamu seharian.”

gem terkekeh, ia mengecup pipi sang kekasih yang berada di dekapan. dalam hati berjanji untuk selalu mencintai si kecil dan menunggunya. bahkan jika berarti ia harus pergi kedasar neraka yang terdalam hanya untuk fourth, maka ia akan melakukannya lagi dan lagi sampai fourth yang menyuruhnya berhenti.

karena sesungguhnya, gemini bagaikan jarum pada kompas. yang arah mata anginnya akan selalu tertuju pada fourth, dan selamanya hanya pada fourth.