Cw // agak 🔞
Cahaya sang surya kini telah sempurna di lalap gelapnya malam, suasana kota mulai terang akibat pancaran cahaya dari setiap rumah.
Angin malam berhembus dengan tenang, menenangkan siapapun yang diterpanya.
Seorang pemuda tengah berjalan di tengah gelapnya malam, dengan celana jeans berwarna hitam dan jaket jeans dengan warna yang sama menghiasai tubuhnya. Tatapannya kosong dengan kelopak mata yang sedikit bengkak, tangannya di selipkan pada saku jaket yang tengah ia kenakan itu.
Tanpa menghiraukan apa pun ia terus berjalan menuju tempat tujuannya, hingga akhirnya ia pun tiba di suatu tempat yang ia tuju.
Kawasan apartemen mewah.
“Hm... Rasanya sudah lama sekali aku tidak datang ke sini.” ucapnya memperhatikan setiap inci dari luar bangunan mewah itu.
“Aku penasaran, apakah tempat yang dia tinggali sekarang masih sama seperti dulu.” kini ia telah berdiri di depan lift dan sedang menunggu orang yang tengah menggunakan lift itu.
“Aku tidak sabar melihat ekspresinya ketika melihatku membawa sebuah hadiah kecil ini,” ucapnya di iringi senyum seperti seorang yang paling bahagia tetapi tatapannya kosong.
Lantai 6 kamar nomor 07 adalah tujuannya sekarang.
Setelah pintu lift terbuka, ia bergegas pergi meninggalkan lift yang otomatis tertutup itu. Kini ia tengah melihat sekeliling untuk mencari kamar tujuannya itu.
“Ah tidak salah lagi itu adalah tempat dia bersembunyi sekarang.” Langkah kakinya terhenti ketika melihat kamar bernomor 07, sorot matanya berubah menjadi sedikit bersemangat, kemudian ia bergegas menuju pintu kamar itu. Sayangnya pintu itu terkunci dan harus memerlukan sebuah kata sandi untuk membukanya.
“Hm... Sebentar apakah aku masih menyimpan sandi pintu kamar ini.” ia mengeluarkan sebuah benda persegi dari saku celananya, kemudian mengotak atik benda persegi itu.
“Ketemu, ternyata aku masih menyimpannya,” setelah sedikit lama mengotak atik ponsel miliknya itu, pemuda tersebut kini tengah menekan setiap angka yang menjadi sandi untuk membuka pintu.
“Ceklek” suara pintu terbuka menandakan bahwa pemuda itu berhasil memecahkan sandi yang mengunci pintu itu.
“Ah... Ah... Ah... Yesh fastrh jayh ssh...” Ketika ia masuk ke dalam ruangan kamar apartemen bernuansa hitam putih itu, indra pendengarannya di sambut oleh suara desahan seorang perempuan.
Terlihat di atas kasur big size ada seorang laki-laki dan seorang perempuan tengah melakukan suatu kegiatan panas yang sangat bergairah.
Nampaknya kedua orang yang sedang asik melakukan kegiatan panas itu tidak menyadari kedatangan seorang pemuda tadi. Hingga...
“Prok prok prok prok” suara tepuk tangan berasal dari pemuda tadi menggema di seluruh ruangan itu.
Seketika pasangan yang sedang melakukan kegiatan panas itu menoleh dan tersentak kaget. Kini keduanya seperti membeku dan matanya membelalak.
“Jungwon??” ucap seorang pria yang tengah di tunggangi oleh perempuan yang mendesah tadi.
“Wow... Pemandangan yang sungguh luar biasa, kenapa kalian berhenti? Padahal aku sedang asik menonton kalian berdua,” pemuda misterius yang di panggil Jungwon itu memanyunkan sedikit bibirnya menandakan bahwa ia kecewa.
“Ngapain lo ke sini bangsat!!” bentak pemuda yang masih belum memakai sehelai kain itu, tetapi kini posisinya berdiri tegap menampilkan sebuah aset kejantanan laki-laki itu.
Bagaimana dengan keadaan perempuan tadi? Setelah melihat Jungwon ia langsung bergegas turun dari kasur dan langsung memakai pakaiannya.
“Sstt pake dulu bajunya Jay, emang kamu mau burung kamu mati kedinginan? nanti ga bisa masuk sarang orang lain lagi dong” ucap Jungwon di bareng senyum miring meledek.
“Tutup mulut lo anjing, gue udah ga ada urusan sama lo, mending lo segera keluar dari apart gue, sebelum gue panggil polisi ke sini.” Jay mengangkat jarinya dan kemudian menunjuk nunjuk Jungwon.
“Jangan gitu dong, masa kamu mau jeblosin mantan terindah kamu ke penjara hm?” Jungwon menatap Jay dengan tatapan heran.
“Mantan terindah lo bilang? Ngaca anjing, selama gue pacaran sama lo, gue kaya pacaran sama patung, lo kaku ga bisa di ajak seneng seneng,” jelas Jay panjang lebar.
“Hm... Alasan yang menarik, aku punya sesuatu buat kamu sebagai hadiah karena kamu udah bikin alasan yang menarik,” Jungwon tersenyum hangat kemudian mengeluarkan sebuah pistol di dalam saku jaket jeans yang telah ia pegang dari tadi, dan...
“DOR”
Satu tembakan telak tepat mendarat di kening Jay, darah segar pun menyembur membasahi kasur di belakangnya, tak lama ia pun tergelatak dan terkapar tidak berdaya dengan kepala yang berlubang dan darah yang terus mengalir keluar.
Perempuan tadi sontak shock melihat pacarnya tertembak, matanya membelalak, ia hanya bisa diam dengan sekujur tubuhnya yang bergetar hebat.
Jungwon mulai melangkah mendekati perempuan yang tengah beejongkok itu, kemudian ia menundukan setengah badannya, netranya kini menatap netra perempuan itu, terlihat dari sorot netra Jungwon yang seperti ingin sekali membunuh perempuan itu, siapapun yang melihat ekspresi Jungwon saat itu akan dibuat merinding dan merasakan ketakutan yang sangat hebat.
“Haiii kaget ya?? Maafkan aku karena telah mengganggu kegiatan panas kalian, sekarang kamu boleh kok ngelanjutin kegiatan tadi, tapi di neraka.” Jungwon menyeringai lalu menodongkan pistol tadi tepat di kening perempuan itu, ia sangat tidak sabar untuk menarik pelatuk pistol itu, kemudian...
“DOR”
Satu tembakan pas mendarat di kening perempuan itu, darah berhamburan menyembur ke setiap benda yang ada, “bruk” tubuh perempuan itu tergeletak dan sedikit mengalami kejang kejang.
Kini Jungwon tengah menatap tubuh Jay yang terkapar tidak bernyawa itu, ia menangis tetapi ia menyeringai.
Setelah itu Jungwon mencari keberadaan sebuah benda persegi panjang milik Jay, tapi tak lama ia akhirnya menemukan ponsel Jay yang tergeletak di atas meja kecil di dekat tempat tidur.
Jungwon menyalakan ponsel itu, kemudian ia mengetikan nomor 911 dan menelpon nomor tersebut.
“Halo, ada yang bisa kami bantu?” ucap seorang polisi dari sebrang telpon tersebut.
“Pakk!! Cepetan ke sini, saya menemukan 2 mayat korban pembunuhan,” balas Jungwon dengan nada panik.
“Bisa kamu kirimkan alamatnya?” tanya polisi itu
“Jl. Xxx no. 43, apartemen xxx, kamar 07 lantai 6 itu pa alamatnya,”
“Baik, kami akan segera bergegas menuju kesana,”
“Pip”
Telpon terputus pertanda bahwa polisi tadi telah menutup telpon.
Jungwon menyeringai merasa bangga bahwa dirinya adalah seorang pemenang. kemudian ia segera bergegas meninggalkan apartemen itu.
END.