injueni

Meet Mina

Jeno sudah menunggu Jaemin di ruang keluarga pack Jeno. Jeno tampak sedang duduk santai sekilas menoleh ke arah jam yang ada di ruang keluarga, dia sudah menunggu hampir 30 menit sejak chat terakhir Jaemin yang berkata dia akan siap-siap.

Emang semua omega kalo siap-siap segini lamanya mungkin, batin Jeno.

Setelah hampir 35 menit akhirnya Jeno mendengar suara langkah kaki yang turun dari tangga. Jeno menoleh dan mendapati Jaemin yang memakain pakaian santai sedang berjalan sedikit terburu-buru.

“Pelan-pelan sayang nanti kamu jatuh.” Suara Jeno menginterupsi kegiatan Jaemin.

Jaemin yang mendengar itu lantas tersenyum dan melambatkan langkah kakinya hingga dia berdiri di samping Jeno yang telah menunggunya.

“Maaf ya jeno kalo lama...” Ucap Jaemin yang di balas anggukan oleh Jeno.

Setelahnya mereka berdua berjalan berdampingan menuju tempat latihan Jeno memanah

* * *

Saat ini mereka berdua sudah sampai di daerah lapang yang di kelilingi pepohonan karna mereka ada di dalam hutan dan juga banyak tumbuhan ilalang.

Jaemin sejak tadi tidak berhenti berdecak kagum, bahkan mulutnya menganga mulai tadi. Jeno yang melihat itu menahan gemas, rasanya dia ingin menutup mulut Jaemin dengan mulutnya. Mari kita kita tinggalkan pikiran mesum Jeno.

Di tanah lapang itu ada beberapa kayu yang berdiri agak jauh dari posisi Jaemin dan Jeno, papan kayu itu dijadikan sasaran untuk panah-panah yang akan di tembakkan oleh Jeno.

Jaemin menoleh ke arah Jeno dan mengenyit heran, “Jeno ngga bawa busur panah?”

“Ngga sayang, aku ngajak kamu kesini buat jalan-jalan aja.” Jawab Jeno atas pertanyaan Jaemin.

Padahal aku ingin melihat jeno memanah, batin Jaemin.

Sebuah ide terpikirkan oleh Jeno, “Na..” Panggil Jeno.

Jaemin menoleh ke arah Jeno dan tersenyum. Jeno yang melihat itu lantas ikut tersenyum hingga matanya ikut tersenyum.

“Kalo aku pengen liat wolf kamu, boleh?” Tanya Jeno.

Jaemin terdiam, mempertimbangkan keinginan Jeno. Sejujurnya Jaemin sudah bisa berkomunikasi dengan Mina ㅡ sosok wolf yang ada bersama Jaemin ㅡ tapi dia ragu untuk mengubah dirinya.

Mina yang mendengar ucapan Jeno lantas menggonggong dan menyutujui bahwa dirinya ingin memperlihatkan diri di depan Jeno. Jaemin menghela nafas, mungkin ini saatnya dia memperlihatkan sosok Mina pada Jeno.

Jaemin berjalan sedikit menjauh dari Jeno. Sedangkan Jeno menatap bingung pada Jaemin.

Setelahnya mulai terdengar suara tulang-tulang yang patah. Jeno paham Jaemin akan merubah dirinya menjadi sosok Mina. Sedangkan Jaemin yang baru pertama kali akan berubah merasa badannya sangat sakit, tulangnya seakan dipatahkan sekaligus, dia menggerang menandakan bahwa dia kesakitan.

Setelahnya yang Jeno lihat ada sosok serigala putih bersih dengan mata cantiknya yang berada tidak jauh dari dirinya. Jeno menganga, dia terpana akan keindahan Mina. Mina itu sama seperti Jaemin, sama-sama indah.

Kenapa dia begitu indah persis seperti nana, batin Jeno.

Graduation

Saat ini Jeno dan Jaemin serta Haechan dan Renjun sudah melaksanakan ritual wisuda di kampus mereka. Kerumunan mahasiswa memenuhi taman kampus yang ada di dekat auditorium tempat pelaksanaan wisuda.

Ada yang berfoto bersama dengan temannya, ada yang asik bercanda mengingat kenangan saat kuliah dulu dan ada yang berfoto bersama keluarga mereka.

Jaemin ditarik Jeno untuk menemui orang tua Jeno yang datang ke wisuda anak pertama mereka. Sedangkan Haechan sedang berbincang bersama keluarganya dan keluarga Renjun yang berkumpul tidak jauh dari orang tua Jeno.

“Congratss abang..” Ucap Taeyong saat melihat Jeno yang mendekat. Tidak lupa dia memeluk anak pertamanya itu dan mencium pipinya sekilas. Sedangkan Jaehyun hanya menepuk punggung Jeno, tanda dia bangga atas kerja keras anaknya itu.

Setelah memeluk anak pertamanya, Taeyong lantas merentangkan tangannya menghadap pada Jaemin yang tandanya dia juga ingin memeluk calon menantunya itu. Jaemin tersenyum lantas mendekat dan memelik tubuh Taeyong erat.

“Congrats ya sayang..” Taeyong berbisik dan Jaemin hanya membalas dengan anggukan.

Ah rasanya seperti ini di peluk orang tua, batin Jaemin.

“Ehem..” Suara batuk yang dibuat-buat oleh Jeno yang menandakan bahwa Taeyong harus segera melepas pelukannya pada kekasihnya itu ㅡ lebih tepatnya matenya.

Jaemin lantas melepas pelukannya pada Taeyong begitu juga dengan Taeyong. Jeno yang melihat itu lantas tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.

Jeno meremat tangannya yang ada di dalam saku jasnya. Saat ini dia menahan gugup karena akan melamar Jaemin di depan banyak orang.

“Ehem perhatian semua.” Ucap Jeno lantang yang membuat hampir seluruh perhatian orang tertuju padanya, termasuk Jaemin.

Jeno menggigit bibirnya menahan gugup lalu dia menarik nafas dan segera mendekat ke arah Jaemin. Sedangkan Jaemin hanya melihat ke arah Jeno bingung.

Jeno mau ngapain sih, batin Jeno.

Jeno menghela nafas pelan lalu berlutu di bawah Jaemin. Jaemin yang terkejut atas perlakuan Jeno lantas memegang pundak Jeno agar dia berdiri. Gerakan Jaemin ditahan oleh Renjun, Renjun segera menegakkan kembali badan Jaemin dan menepuk bahu Jaemin pelan.

“Na Jaemin..” Ucap Jeno dengan lantang lalu menggenggam tangan Jaemin.

“Aku tau ini kesannya mendadak banget, tapi aku udah ngga bisa nahan ini lebih lama.” Jeni berucap menatap manik mata milik Jaemin.

“Nana maaf ya kalo kesannya selama ini aku ngga ngasih kejelasan tentang hubungan kita. Tapi cukup satu hal yang harus kamu ketahui kalo aku udah bener bener jatuh cinta sama kamu. Na Jaemin maukah kau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku? Maukah kau menjadi seseorang yang pertama aku lihat saat aku bangun di pagi hari? Maukah kau menjadi seseorang yang aku peluk setiap malam? Jaemin, will you marry me?”

Jaemin menatap manik mata Jeno dengan berkaca-kaca. Dia tidak tau jika Jeno merencanakan hal ini. Tanpa pikir panjang Jaemin mengangguk tanda dia menerima lamaran dari Jeno.

Sorak sorai para mahasiswa dan beberapa orang yang menonton adegan Jeno melamar Jaemin memenuhi indra pendengaran Jaemin. Rasanya dia sangat bahagia hari ini sekaligus sedikit malu karena Jeno melamarnya di depan banyak orang.

Jeno lantas mengeluarkan kotak bludru yang dia simpan di saku jasnya dan memakaikan cincin itu di jari manis milik Jaemin. Setelahnya dia berdiri lalu memeluk Jaemin dan membisikkan kata-kata bahwa dia sangat mencintai Jaemin.

Taeyong dan Jaehyun yang melihat itu hanya tersenyum bangga, akhirnya anak pertama mereka akan segera menikah dan tentu saja mereka akan segera menggendong cucu. Sedangkan Renjun, matanya berkaca-kaca karena dia sangat terharu bahwa temannya itu akan segera menikah.

Pantai

Saat ini Jeno dan Jaemin sedang duduk di pinggir pantai tanpa alas apapun, mereka tidak peduli dengan pakaian mereka yang akan kotor terkena pasir karena saat ini mereka sedang mengagumi matahari yang akan terbenam di ufuk barat.

Mereka duduk bersebelahan tanpa rasa canggung seperti awal mereka bertemu, bahkan tubuh mereka menempel seakan ada lem perekat diantara tubuh mereka.

“Jen, jelasin dong tentang kamu atau keluargamu atau tentang eum werewolf.” Jaemin berucap dengan suara yang semakin pelan di akhir kalimat yang dia ucapkan. Sebenarnya dia masih ragu tentang dirinya yang omega dan fakta bahwa jeno adalah matenya.

“Panjang jaem.” Ucap Jeno membalas.

“Ngga apa, nana bakal dengerin kok.”

“Okey dengerin ya nana, eh bolehkan manggil nana?” Tanya Jeno pada Jaemin yang dibalas anggukan oleh Jaemin.

“Daddy sama dadda itu orangnya baik, disiplin, sabar ngadepin anaknya yang bandel. Aku punya 1 adik namanya jisung, dia alpha dan sekarang udah mau masuk kuliah. Daddy itu pemimpin pack yang berwibawa, dia tegas dan cenderung suka ngerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.” Ucap Jeno menjelaskan.

Jaemin mendengarkan dengan seksama dan menyimpulkan sepertinya keluarga jeno itu keluarga yang harmonis.

“Kalo jeno gimana?” Tanya Jaemin.

Jeno mengernyitkan dahinya tanda dia berfikir, “Hm ntah aku ngga bisa menilai diriku sendiri.” Ucap Jeno.

Jaemin mengangguk paham, toh dia juga tidak dapat menilai bagaimana sifat dirinya jika bukan atas penilaian orang lain.

Mereka terdiam, menikmati suara ombak yang menyapu bibir pantai dan suara burung yang berkicau mengelilingi pantai.

Secara tiba-tiba Jaemin memikirkan suatu hal. Dia ingin melihat david, wolf dari Jeno tapi Jeno kira kira mau tidak ya menuruti keinginannya.

“Eum jeno...” Panggil Jaemin. Jeno menoleh lantas mengangkat sebelah alisnya.

“Kalo nana mau liat david boleh?” Ucap Jaemin pelan.

Jeno yang mendengar itu lantas terdiam. Dia kaget Jaemin secepat ini ingin melihat sisi lain dari dirinya.

Sementara David yang juga mendengar ucapan Jaemin lantas menggeram tanda dia ingin memperlihatkan dirinya pada sosok manis yang ada dihadapan Jeno saat ini.

Lantas Jeno menjauh dan melihat sekeliling apakah ada orang lain selain mereka berdua. Dirasa aman karna pantai yang mereka datangi cukup sepi akhirnya Jeno mulai merubah dirinya menjadi sosok David.

Suara tulang patah terdengar di telinga Jaemin, dia bergidik ngilu seakan tau bagaimana rasa sakitnya. Melihat tubuh polos Jeno yang tidak mengenakan sehelai benang pun karena perubahan badannya membuat Jaemin memejamkan matanya karena malu tanpa tau bahwa sosok di depannya saat ini bukanlah Jeno melainkan David.

Jaemin yang belun sadar masih memejamkan matanya sampai dia merasa ada yang menjilati wajahnya, lantas Jaemin membuka matanya perlahan dan terkejut akan sosok yang ada didepannya.

David itu jika digambarkan sangat tampan, struktur wajahnya yang tegas serta bulu halusnya yang berwarna hitam menambah aura dominannya. Jaemin masih terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka. Dia tidak menyangka bahwa David terlihat sangat gagah dan tampan daripada sosok Jeno.

Jaemin memajukan tangannya untuk mengelus bulu-bulu halus David. Seakan paham David memajukan badannya untuk menerima elusan Jaemin. Perlahan tapi pasti Jaemin mulai mengelus bulu-bulu hitam legam milik David yang halus. Sedangkan David mulai menaruh kepalanya di atas paha Jaemin, tanda dia menikmati elusan tangan lembut Jaemin.

“Kau benar-benar tampan.” Ucap Jaemin membuat David menggeram lantas bangun dan menjilati wajah Jaemin.

Jaemin tertawa karna merasa geli akibat lidah David yang menjilati seluruh bagian wajahnya, tidak lupa dengan saliva yang menempel di beberapa bagian wajah Jaemin.

“David hahaha udah udah, ayo kembalikan Jeno, matahari akan segera terbenam, kita harus pulang.” Ucap Jaemin menghentikan aktivitas mereka.

Awalnya David hanya terdiam, dia merasa sangat sedih padahal dia ingin bermain lebih lama dengan sosok manis dihadapannya ini.

Seakan mengerti lantas Jaemin tersenyum dan berucap, “Nanti kita bermain lagi ya? Sekarang waktunya pulang.”

Seakan mengerti akan ucapan Jaemin, David menggonggong dan berlarian mengitari Jaemin. Jaemin hanya terkekeh melihat tingkah David. Akhirnya David segera menjauh dan mendekati mobil Jeno yang terparkir untuk berubah.

* * * *

“Apakah kau senang bertemu david?” Tanya Jeno pada Jaemin yang dibalas anggukan.

Saat ini Jeno sudah kembali dan duduk tepat di sebelah Jaemin. Mereka memandangi matahari yang terlihat di ujung lautan yang perlahan sedang menenggelamkan dirinya.

“Indah ya jen.” Ucap Jaemin.

Jeno menoleh ke arah Jaemin, “Huum indah persis seperti dirimu.”

Jaemin terkejut akan ucapan Jeno, dia menoleh dan mendapati Jeno yang menatapnya sangat intens dengan jarak kurang dari satu jengkal dihadapannya.

Mate.

Jaemin serta Jeno merasakan ada yang berbisik ditelinga mereka mengatakan bahwa mereka adalah mate.

Perlahan Jeno mendekatkan wajahnya dengan wajah Jaemin dan mencium bibir Jaemin pelan. Jaemin memejamkan matanya menikmati sentuhan bibir Jeno pada bibirnya.

Entah siapa yang memulai, keduanya mulai menggerakkan bibir mereka dan mulai melumat bibir satu sama lain dengan terburu-buru seakan tidak ada hari esok, dengan disaksikan burung-burung yang terbang menuju sarangnya dan matahari yang sudah tenggelam di ufuk barat.

Suatu Hal

Paginya di apartemen Jaemin, semua orang sudah duduk di meja makan dan sudah ada beberapa makanan yang tersedia hasil masakan Jaemin dan Renjun.

Sejak tadi Jaemin terus menggaruk tengkuknya, dia merasa gatal dans eperti ada sesuatu di lehernya. Renjun yang melihat itu lantas berinisiatif menengok tengkuk Jaemin.

Na, kok ada tato di leher kamu?” Tanya Renjun pada Jaemin setelah melihat tengkuk Jaemin.

Jaemin lantas meraba tengkuknya, “Tato? Nana ndak pernah pasang tato njunn kan nana takut sama jarum.” Ucap Jaemin menjelaskan.

Aneh.” Haechan berucap sembari melahap nasi dan lauk yang tersedia.

Renjun kembali ke tempat duduknya dan memakan sarapannya. Jaemin tidak mengambil pusing tanda yang ada dilehernya, saat ini dia lapar jadi harus mengisi perut terlebih dahulu agar otaknya dapat berfikir.

* * *

Setelah sarapan Jeno mendapat tugas untuk mencuci peralatan makan yang telah digunakan karena kalah dalam permainan gunting, batu, kertas. Sedangkan Haechan memilih untuk membersihkan meja makan.

Saat berada di belakang Jeno tidak sengaja Haechan melihat tengkuk Jeno yang terdapat tato.

Njun sayang sini deh.” Ucap Haechan memanggil Renjun yang sudah berada di ruang tv bersama Jaemin. Dengan kesal mau tidak mau Renjun pergi ke dapur menemui Haechan.

Lihat nih.” Haechan berucap sembari menunjuk tengkuk Jeno.

Renjun lantas melihat tengkuk Jeno, sedangkan Jeno masih fokus mencuci peralatan makan.

Hah? Ini kan..” Renjun berucap sedikit berteriak membuat Jaemin yang berada di ruang tv akhirnya menyusul.

Persis tanda yang ada di tengkuk Jaemin.” Ucap Renjun lirih, “Mereka mate. . .” Lanjut Renjun.

Sedangkan semua orang yang disana hanya terdiam karena kaget dengan perkataan Renjun.

After Live

Setelah melakukan live untuk anniversary dream yang keempat, member dream pulang menuju dorm untuk makan malam bersama. Sejak selesai live Jaemin mendiamkan Jeno, alasannya karena kekasihnya itu menjahilinya tadi dengan membuka bucket hatnya.

Di mobil pun Jaemin memilih untuk duduk di pojok belakang dan disebelahnya ada Renjun yang sedang memainkan ponselnya. Jeno yang melihat itu menaikkan alisnya heran, tumben sekali biasanya kekasihnya akan menempelinya setiap saat. Akhirnya mau tidak mau Jeno duduk di kursi depan Jaemin dengan Haechan disebelahnya.

* * *

Jaemin tampak memejakan matanya dan menyenderkan kepalanya di bahu Renjun.

Na..” Panggil Renjun pelan untuk memastikan bahwa Jaemin sedang tertidur atau hanya sekedar memejamkan matanya.

Apa?” Ucap Jaemin membalas.

Aku kira tidur. Kenapa ngga mau duduk sama Jeno hm?” Renjun bertanya pada Jaemin sembari mengelus surai blonde milih Jaemin.

Lagi kesel tadi dia jahilin nana.” Ucap Jaemin sedikit keras agar kekasihnya itu dapat mendengar perkataannya, tidak lupa tangannya di taruh di dadanya dan bibirnya yang mencebik.

Diam-diam Jeno di depannya mendengar percakapan mereka berdua.

Renjun lantas mengangguk paham kenapa Jaemin menjaga jarak dengan Jeno, setelahnya Jaemin memilih menghadap jendela untuk melihat jalanan Kota Seoul malam hari.

* * *

Beberapa menit kemudian Jaemin merasa ada pergerakan di sebelahnya. Dia menoleh dan terkejut ternyata ada Jeno yang duduk disebelahnya bukan Renjun. Ternyata Renjun berpindah untuk duduk di tempat Jeno, disamping kekasihnya, Haechan.

Jaemin merapatkan dirinya ke jendela, Jeno yang melihat itu makin mendekatkan dirinya pada Jaemin. Kesal dengan Jeno akhirnya Jaemin menoleh dan memperlihatkan ekspresinya seperti sedang marah, sedangkan Jeno tersenyum gemas.

Astaga bagaimana bisa dia marah tetapi tampak lucu, batin Jeno.

Jangan dekat-dekat.” Ucap Jaemin mutlak dan mendorong badan Jeno. Tetapi mau bagaimana pun Jeno bisa menahan serangan kekasih manisnya itu.

Huh..” Jaemin akhirnya menyerah dan kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Jeno yang melihat itu terkekeh pelan melihat raut wajah gemas Jaemin saat ini yang sedang merajuk dengan bibirnya yang cemberut dan tangan yang dia lipat di dada.

Jeno makin mendekatkan dirinya pada Jaemin, “Jangan marah baby, maaf ya tadi aku menjahilimu hm.” Ucap Jeno berbisik di telinga kiri Jaemin lalu menjilati telinga Jaemin.

Ugh sana-sana.” Jaemin kembali mendorong badan Jeno, bukan karna apa pipinya saat ini memerah karena malu.

Malu hm?” Ucap Jeno menggoda Jaemin, meskipun penerangan di mobil saat ini samar tapi Jeno dapat melihat pipi dan telinga Jaemin yang mulai memerah.

Lantas Jeno kembali mendekatkan wajahnya pada perpotongan leher Jaemin, “Di dorm nanti aku ingin kamu memasak nasi goreng untukku jangan lupa dengan tambahan cinta dan kasih sayang seperti biasa.” Jeno menutup ucapannya dengan memberi kecupan singkat di pipi Jaemin dan menyenderkan kepalanya pada bahu sang kekasih. Dia tidak henti-hentinya tersenyum padahal matanya sedang terpenjam.

Sedangkan Jaemin yang mendengar itu sedang mengatur detak jantungnya yamg berdetak semakin kencang. Wajahnya semakin memerah dan mau tidak mau dia tersenyum akan omongan manis sang kekasih.

Dasar Jeno selalu saja bisa membuatku memaafkannya, batin Jaemin.

Bingung

Setelah membalas pesan di grup, Jeno bergegas menuju ruang kesehatan dengan jaket yang dibawanya. Hari ini Jeno mengendarai sepeda motornya sehingga dia mengenakan jaket, biasanya dia berangkat ke kampus menggunakan mobilnya.

Semakin dekat dengan ruang kesehatan feromon dari tubuh Jaemin semakin tercium oleh indra penciuman Jeno.

Jeno bergerak perlahan, dia dapat mencium wangi strawberry yang sangat manis dari jarak kurang dari 7 meter. Dia dapat melihat ada beberapa alpha yang berdiri di depan pintu ruang kesehatan, mereka semua seperti menunggu sesuatu.

Jeno yang melihat itu menggeram marah, dia tidak ingin alpha lain dekat dengan Jaemin. Jeno lantas bergegas dan sesampainya di depan ruang kesehatan dia mengusir orang-orang yeng berdiri di dekat sana.

Setelahnya dia masuk dan mengunci ruang kesehatan dari dalam. Di dalam dia dapat melihat Renjun yang mencoba menengkan Jaemin yang terus merintih dan mengatakan jika badannya sangat panas dan sakit.

Njun.” Panggil Jeno lalu menyerahkan jaketnya pada Renjun agar dikenakan oleh Jaemin.

Renjun lantas menerima jaket Jeno dan memakaikannya pada Jaemin. Jaemin yang bingung hanya menurut dan segera memakai jaket Jeno. Jaemin merasakan tubuhnya membaik, rasa panas mulai berkurang ditubuhnya.

Lo kaga bawa suppresant jun?” Tanya Jeno pada Renjun yang dibalas gelengan oleh Renjun.

Jeno kembali menatap Jaemin, tatapannya berubah tajam dan matanya mulai berubah menjadi merah. Renjun yang melihat itu lantas memukul lengan Jeno untuk menyadarkannya. Jeno mencoba mengendalikan tubuhnya untuk tidak menyerang Jaemin yang mengeluarkan feromon yang sangat manis.

Jeno menggeram lalu pergi meninggalkan Renjun dan Jaemin. Sementara Jaemin kebingungan melihat Jeno yang memasang ekspresi seperti sedang marah dengannya.

Marah

Saat ini Jaemin sudah duduk dihadapan Jeno dengan segelas ice americano miliknya dan golden brew milik Jeno.

Tidak ada yang mengeluarkan suara diantara keduanya, yang satu takut sedari tadi menundukkan kepalanya, yang satu lagi bingung harus berbicara apa karena ini pertama kalinya dia pergi berdua dengan orang selain teman dekatnya dan keluarganya.

Jaem...” Ucap Jeno setelah berdiam cukup lama. Yang di panggil akhirnya menoleh dan menatap lawan bicaranya. Tatapan wajah Jeno yang cukup tajam dan ekspresi wajahnya yang dingin membuat Jaemin kembali menundukkan pandangannya.

Jeno menghela nafas. Anak ini masih saja takut denganku, batin Jeno.

Jangan takut, gue kaga bakal makan lo apalagi bunuh lo.” Ucap Jeno seakan membaca isi pikiran Jaemin.

Akhirnya Jaemin mendongak dan tersenyum kikuk, dia meminum ice americano miliknya agar tidak terlihat gugup.

Jaem gue tau gue lancang tapi gue pengen deket sama lo.” Ucap Jeno dengan sekali tarikan nafas.

Jaemin yang kaget lantas tersedak minumannya dan terbatuk. Dia menepuk dadanya sendiri sedangkan lawan bicaranya meringis.

Sepertinya terlalu mendadak, batin Jeno.

Uhuk, maksudnya?” Jaemin bertanya.

Ya aku ingin dekat denganmu untuk membuktikan kau itu mate-ku atau bukan karena david hingga saat ini tidak berkata apa-apa padaku.” Jeno menjelaskan.

Jaemin mengernyit bingung, David? Siapa itu? Kembaran Jeno?

Seakan mengerti Jaemin bingung Jeno melanjutkan perkataannya, “David itu wolf gue atau lebih tepatnya serigala.

Jaemin tercengang, dia makin bingung apasih yang dibicarakan oleh Jeno.

Jeno menghela nafas, “Gue werewolf jaem. David itu sosok wolf gue. Gue pengen deket sama lo buat mastiin lo itu mate gue atau bukan.

Jaemin terdiam setelah mendengar penjelasan Jeno.

Tunggu-tunggu, werewolf? Kamu manusia serigala?” Tanya Jaemin yang dibalasa anggukan oleh Jeno.

Wajah Jaemin seketika memerah tanda dia marah, bisa-bisanya Jeno yang notabennya baru dia kenal mengatakan dia werewolf. Jelas-jelas Jaemin tidak percaya dengan dunia werewolf, vampire, dan apapun itu berbau legenda.

Jaemin lantas bangkit, “Denger ya Jeno, aku ndak percaya sama werewolf apalagi itu kamu.

Setelah berkata sedikit membentak pada Jeno, Jaemin bergegas meninggalkan Jeno yang menghela nafas.

Moon Goddess semoga dia bukan mate Jeno, dia sangat galak. Batin Jeno berdoa.

Rumah Sakit

Jaemin segera berlari masuk ke rumah sakit setelah dia turun dari taxi yang dipesannya. Pelataran rumah sakit ramai akan wartawan yang mencari berita tentang kecelakaan seorang CEO terkenal, Lee Jeno. Jaemin berlari hingga tiba di depan ruang operasi yang terdapat Haechan dan Renjun sedang duduk. Renjun yang melihat kedatangan Jaemin lantas bangkit dan memeluk tubuh ramping Jaemin, dia berusaha menahan isak tangisnya dan mengelus punggung Jaemin.

Jaemin yang masih tidak percaya hanya terdiam melihat situasi, sedangkan Renjun terus membisikkan kata-kata bahwa semuanya baik-baik saja. Renjun menguatkan sahabatnya itu.

Setelah beberapa menit mereka berpelukan, Renjun melepas pelukannya dan menarik Jaemin untuk duduk di bangku yang disediakan. Jaemin menurut, dia duduk dan masih mencerna kejadiaan yang terjadi beberapa saat lalu ketika dia mendapat pesan dari Haechan dan Renjun bahwa kekasihnya itu mengalami kecelakaan yang cukup parah. Padahal Jeno masih sempat membalas pesannya yang berisi dia menuju apartemen Jaemin untuk melamar kekasihnya itu.

Jaemin hanya terdiam, dalam hati dia terus berdoa agar Jeno selamat. Renjun dan Haechan yang ada di kedua sisinya mengelus pundak Jaemin, mencoba menguatkan dirinya.

Echan, bagaimana bisa?” Tanya Jaemin pada Haechan setelah beberapa menit mereka semua terdiam.

Jeno berhenti mendadak karena ada anak kecil yang tiba-tiba menyebrang jalan. Tetapi di belakang mobilnya ada truk besar yang tidak sempat mengerem, akhirnya mobil Jeno tertabrak dan rusak berat.” Haechan menjelaskan apa yang diketahuinya dari seorang polisi yang mendapat keterangan dari saksi mata di lokasi kejadian.

Anak itu baik-baik saja kan?” Jaemin kembali bertanya.

Anak itu ikut tertabrak karena posisinya tepat ada di depan mobil Jeno.” Jaemin menghela nafas lalu menatap nanar pintu operasi yang tidak kunjung terbuka.

* * *

Setelah menunggu selama satu jam pintu ruang operasi terbuka dan muncul seornag dokter dan beberapa perawat. Jaemin lantas berdiri dan mendekati sang dokter.

Maaf..” Ucap dokter yang menangani Jeno. Jaemin yang mendengar itu hanya terdiam, “Pasien mengalami luka di organ dalamnya, tulang rusuknya patah sehingga tidak bisa melindungi organ dalamnya. Sekali lagi kami minta maaf karena tidak bisa menyelamatkan pasien.” Setelah memberi penjelasan dokter dan perawat tadi pergi meninggalkan Jaemin.

Jaemin yang mendengar itu masih menyerap kata-kata dokter, dia masih tidak percaya dengan penjelasan dokter tadi. Renjun yang sejak tadi menahan tangisannya tidak dapat lagi membendung air matanya, Renjun menangis di bahu sang kekasih, Haechan. Jaemin berbalik ke arah keduanya, matanya memerah dan perlahan air matanya mulai menetes. Haechan yang melihat itu tidak tahan dan langsung memeluk tubuh Jaemin dan juga Renjun. Tangis Jaemin dan Renjun pecah seketika.

Echan ini mimpi kan.” Ucap Jaemin dengan suara lirihnya dan isakan yang masih keluar dari mulutnya. Haechan yang mendengar itu hanya bisa menggeleng dan mengelus punggung Jaemin.

* * *

Saat ini pemakaman Jeno telah selesai, di pusara Jeno masih terdapat Jaemin, Haechan, dan Renjun.

Aku tunggu di mobil ya na.” Ucap Haechan pada Jaemin yang masih duduk terdiam di samping pusara Jeno.

Setelah Haechan dan Renjun meninggalkannya, Jaemin kembali menangis dengan memeluk nisan yang tertulis nama kekasihnya.

Sayang,” Jaemin berucap lirih.

Yak Lee Jeno! Kenapa tidak menjawab panggilanku hah?!” Jaemin berkata sedikit berteriak, dia melampiaskan semua emosinya karena sejak tadi dia mencoba menahan kesedihannya di depan wartawan, sahabatnya, dan juga keluarga Jeno.

Jeno kenapa kau meninggalkanku? Kau berjanji akan terus disampingku, kau berjanji akan menjagaku sampai seratus tahun kedepan.” Ucap Jaemin, isakan terus keluar dari mulutnya.

Matanya tidak henti mengeluarkan air mata yang sejak tadi dia tahan, “Jeno kau berhobong, kau meninggalkanku, kau melanggar janjimu. Jeno kau bilang kau akan melamarku secara langsung, kau bilang kita akan menikah secepatnya. Tapi kenapa kau meninggalkanku hah?!” Jaemin berteriak, dia memukul-mukul gundukan tanah yang ada di depannya. Suara isakan terus keluar dari mulutnya, Jaemin masih terus menangis dan memeluk nisan Jeno tidak peduli bahwa bajunya akn kotor.

Jeno, jika memang takdir tidak menyatukan kita maka aku akan terus memohon dan berdoa agar di akhirat nanti maupun di kehidupan selanjutnya aku akan bertemu denganmu dan terus bersamamu. Aku mencintaimu Jeno, sangat mencintaimu.

FIN

Nostalgia

Jeno sudah berada di bandara. 1 jam lagi pesawatnya akan berangkat. Dia saat ini tengah duduk di salah satu coffe shop terkenal yang tersedia di bandara.

Maniknya menatap sekeliling sembari dia menyesap kopi pesannya. Jeno menghela nafas, sebenarnya dia berat meninggalkan tanah kelahirannya ini. Tapi mau bagaimana lagi, jika dia tetap di sini maka akan susah untuk melupakan sosok sahabat manisnya. Apalagi sahabatnya itu tidak memberinya kabar sama sekali, jadi Jeno pikir mungkin dia sudah di lupakan.

“Permisi apa saya boleh duduk di sini?” Ucap seseorang yang berdiri tepat disampingnya.

Jeno terdiam, dia sangat mengenal suara ini. Jeni berfikir apa dia sedang berhalusinasi saat ingin karna sangat rindu pada sahabatnya itu.

Tidak mendapat respon, orang tersebut lantas mendudukkan dirinya di depan Jeno dan menyesap ice americano-nya.

Memberanikan diri, Jeno menatap orang di depannya. Yang di tatap lantas tersenyum, bahkan hampir tertawa melihat ekspresi Jeno yang lucu. Jeno menganga, dia benar benar terkejut. Di depannya saat ini ada sosok yang benar-benar dia rindukan.

“Kau akan ke Jepang? Padahal aku menyuruhmu mencari tempat tteokbokki yang enak. Kenapa kau malah pergi?” Ucap Jaemin, sosok yang ada di hadapan Jeno.

Aku tidak sedang berhalusinasi, pikir Jeno.

Jeno berdiri dan berjongkok di sebelah kursi Jaemin. Jaemin menoleh dan mendapati Jeno yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, manik mata Jeno seperti menjelaskan betapa rindunya dia dengan sosok di hadapannya ini.

Tanpa basa-basi Jeno lantas memeluk Jaemin erat. Jaemin yang tidak siap hampir saja terjatuh dari kursinya. Setelahnya Jeno menangkup pipi Jaemin, di tatapnya Jaemin yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya.

Tanpa melihat keadaan, Jeno mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Jaemin. Hanya menempel. Jaemin terkejut, bagaimana bisa Jeno menciumnya di tempat umum seperti ini.

Jeno tidak mengambil pusing dimana dia berada sekarang, dipikirannya adalah bagaimana cara dia melepas rindu pada Jaemin.

Perlahan Jeno mulai melumat bibir tipis Jaemin, tangannya beralih ke tengkuk Jaemin dan mengelusnya. Jaemin perlahan memejamkan matanya dan membalas ciuman itu.

FIN

Bertemu

Jeno melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Dia pergi menuju rumah Yuta, karena dia yakin jika Jaemin saat ini sedang berada di rumah Yuta memberi penjelasan terkait kejadian di belakang sekolah.

Beberapa kali Jeno mengeluarkan umpatan pada Hyunjin dan pada pengendara lain yang menghalangi jalannya.

Sedangkan Jaemin tengah duduk bersimpuh di karpet ruang keluarga rumahnya. Beberapa kali Jaemin melirik papanya yang tampak marah padanya.

“Seharusnya papa ngga biarin kamu tinggal sama Jeno.” Yuta berkata memecahkan keheningan.

Setelahnya keduanya terdiam, Jaemin yang terus menunduk dan Yuta yang menahan emosi untuk tidak memukuli anaknya tersebut.

Di ruangan tersebut ada beberapa orang berbaju hitam, pengawal Yuta yang berbadan besar. Salah satunya mendekat dan berbisik pada Yuta yang masih dapat didengar oleh Jaemin.

“Tuan, Jeno telah tiba.” Ucap salah satu pengawal.

“Habisi dia.” Ucap Yuta mutlak.

“Papa!!” Jaemin berteriak, dia lantas berdiri tapi di tahan oleh orang-orang bawahan Yuta yang ada di belakangnya.

“Jeno ndak salah, ini salah Nana. Jangan pukuli Jeno.” Jaemin berucap memohon. Tetapi ucapan Jaemin hanya dianggap angin lalu oleh Yuta.

Sedangkan di halaman rumah Yuta, Jeno berhadapan dengan bawahan Yuta yang berbadan besar. Beberapa kali Jeno terkena pukulan mulai dari wajahnya hingga badannya. Tetapi dengan tekad yang kuat untuk menemui Jaemin, Jeno terus melawan hingga dia berhasil masuk ke dalam rumah.

Dilihatnya Jeno yang babak belur, membuat mata Jaemin basah dan mengeluarkan air mata. Isakan Jaemin mulai terdengar, dia menatap nanar sahabatnya itu yang penuh luka.

Jeno yang akan memasuki ruang keluarga di tahan oleh pengawal Yuta.

“Biarkan dia masuk.” Ucap Yuta.

Yuta yang melihat Jeno lantas berdiri, dia bersiap untuk memukuli Jeno. Jaemin yang melihat itu lantas ingin berdiri tetapi badannya kembali di tahan oleh pengawal papanya.

Bugh

Suara pukulan yang sangat keras terdengar. Jeno yang tidak siap jatuh tersungkur di dekat kaki Yuta.

“PAPA STOP PAPA!” Jaemin berteriak untuk menghentikan papanya.

Yuta menahan tangannya yang akan memukul Jeno kembali, “Bukannya kau tau? Jika kau berbuat salah maka Papa akan memukul Jeno.” Ucap Yuta.

Bugh Bugh

Kali ini Jeno di tendang, tepat di perut dan pahanya. Jeno hanya bisa memeluk badannya yang terasa nyeri, dia tidak dapat melawan. Sesangkan Jaemin berusaha melepas cengkraman pengawal Yuta di badannya, dia ingin menolong Jeno-nya.

“PAPA!” Jaemin kembali berteriak membuat Yuta akhirnya menoleh.

“Aku akan ke Inggris. Aku akan ke Inggris menuruti Papa, tapi tolong jangan sakiti Jeno.” Ucap Jaemin sembari terisak. Air mata terus turun dari manik matanya. Dia ikut merasa sakit melihat Jeno yang dipukuli.

Yuta tersenyum miring, “Okey, siapkan 1 tiket ke Inggris untuk besok.” Ucap Yuta menyuruh bawahannya.

Setelahnya Yuta meninggalkan ruangan tersebut diikuti oleh para pengawalnya. Sedangkan Jaemin mendekati Jeno dan memeluk badan Jeno erat. Beberapa kali Jaemin menggumamkam kata maaf pada Jeno dan terus menangis di pelukan Jeno. Jeno hanya bisa menenangkan Jaemin, mengelus punggunya dan berbisik jika dia baik-baik saja saat ini.