injueni

Apartemen

Jeno memasuki apartemen yang dia dan Jaemin tinggali. Pertama kali yang dilihat Jeno adalah barang-barang di dalam apartemen tidak tertata-tata. Banyak barang yang jatuh di lantai dan ada beberapa barang yang pecah.

“Naa.. Naa..” Panggil Jeno untuk memastikan Jaemin berada di apartemen mereka.

Merasa tidak ada jawaban, Jeno memasuki kamar mereka berdua. Betapa terkejutnya Jeno melihat kaca pecah, meja dan kursi terjatuh, parahnya lagi isi lemari pakaian mereka acak-acakan.

Jeno segera mengambil ponselnya dan menghubungi Jaemin. Namun nihil, ponsel Jaemin tidak dapat dihubungi dan pesan yang tadi dia kirimkan tidak di balas.

Jeno bergegas mengambil kunci motor yang ada di salah satu laci lemari.

Tring

Suara ponsel Jeno, dilihatnya dia mendapat pesan dari seseorang.

Keringat dan Air Mata

Beberapa kali Jaemin membanting badan Jeno. Dia melampiaskan emosinya pada Jeno. Jeno yang melihat Jaemin seperti orang kesetanan hanya pasrah Jaemin membanting tubuhnya, beberapa kali dia mencoba melawan tapi tenaga yang digunakan Jaemin tidak main-main.

Merasa sudah sangat berkeringat, Jaemin menghentikan serangannya pada Jeno. Dia berdiri membelakangi Jeno. Jeno yang melihat itu hanya terdiam.

“Aku...” Jaemin berucap pelan. Dia menimang kata-kata yang akan dia ucapkan selanjutnya. Sedangkan Jeno memperhatikan Jaemin dan menunggu ucapan lelaki manis tersebut.

Jaemin berbalik menghadap Jeno yang berdiri tidak jauh darinya, “Aku baru sadar akhir-akhir ini. Ini bukan sekedar cemburu sebatas teman Jeno. Aku benar-benar menyukaimu.” Jaemin berucap sembari menatap lurus mata Jeno dan mengunci pandangannya.

Jeno hanya diam menunggu penjelasan Jaemin.

“Aku merasa, aku selalu senang ada di sampingmu, senang jika kau memelukku, aku senang ketika selalu bersikap manja dan merengek padamu.” Jaemin melanjutkan ucapannya.

Jeno yang tidak puas dengan penjelasan Jaemin hanya menghela nafas. Setelahnya dia berbalik tidak ingin menatap manik mata milik Jaemin.

Jaemin mengejar dan memeluk Jeno dari belakang. Jeno yang terkejut lantas melepaskan tangan Jaemin dari pinggangnya dan mendorong badan Jaemin untuk menjauh dari dirinya.

“Jaemin aku bilang stop! Stop kayak gini!” Ucap Jeno membentak Jaemin. Dapat dilihat raut wajah Jeno menahan emosi saat ini. Sedangkan Jaemin yang kaget dengan suara tinggi Jeno memilih diam dan menatap sahabatnya berkaca-kaca.

“Asal kamu tau. Aku paling ngga suka kamu manja, aku ngga suka kamu ngerengek. Kayak anak kecil. Tau kamu?!” Jeno kembali menjelaskan masih dengan nada tingginya.

Sedangkan Jaemin terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Jeno.

Jadi selama ini Jeno ndak suka selalu berada di sampingku, Pikir Jaemin.

Jaemin menatap Jeno tidak percaya, matanya mulai berkaca-kaca dan perlahan dia terisak. Manik matanya mulai basah, perlahan air mata turun membasahi pipinya.

“Kamu.” Jeno menunjuk Jaemin, “Kamu selalu nganggep aku Bunda kamu Jaemin. Jadi jangan pernah berkata omong kosong kalau kamu menyukaiku.” Lanjut Jeno.

Jaemin hanya menatap Jeno nanar. Air mata terus membasahi pipinya, bahkan dia terus terisak. Suara tangisnya mulai mengisi kesunyian di ruang latihan mereka.

“Aku paling senang ketika kau tidak ada di sampingku. Kau tau? Ketika kau berada di Jepang selama satu minggu, aku merasa sangat bahagia saat itu. Aku sangat bahagia ketika tidak ada dirimu!” Jeno menjelaskan dengan nada tingginya.

Perlahan Jeno mendekat ke arah Jaemin, “Asal kau tau Na, jika salah satu dari kita pergi yang akan merasa rugi adalah dirimu.” Jeno berkata di telinga Jaemin.

“Karna aku bisa hidup tanpamu, sedangkan kau? Kau sangat bergantung padaku. Di sini kau yang dirugikan. Karena jika aku pergi kau akan sangat kehilangan diriku.” Jeno berbisik di telinga Jaemin.

Jaemin menggigit bibirnya menahan suara isak tangis yang keluar dari bibirnya. Jeno mulai melangkah menjauhi Jaemin dan membelakanginya. Jaemin hanya menatap punggung sahabatnya itu.

Lantas Jaemin mengambil tas pakaiannya dan melangkah ke luar tempat latihan. Sebelum itu dia berbalik dan mengucapkan sesuatu yang membuat Jeno terkejut.

“Oke kalo itu mau mu.” Jaemin berucap sembari menahan isakannya, “Aku kasih waktu kamu satu bulan, dalam satu bulan ini kamu harus bilang ke ayah aku kalo kamu mau berhenti jadi pengawalku.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Jaemin bergegas keluar dari tempat latihan dan pergi pulang dengan tangisan yang semakin menjadi. Sementara Jeno hanya terdiam menatap kepergian Jaemin.

Dekat

Jaemin tengah membaringkan badannya di atas rerumputan yang ada di taman belakang. Sinar matahari yang menyengat terhalang oleh pohon yang tumbuh di sana sehingga Jaemin tidak merasakan panas.

Tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang menempel di pipinya, sesuatu yang dingin. Jaemin yang awalnya menekankan matanya lantas melirik ke sisi kanannya. Dia melihat Jeno di sana dengan air mineral yang menempel di pipinya.

“Minum.” Ucap Jeno memerintah.

Jaemin lalu bangkit dan duduk di sebelah Jeno. Mengambil air mineral di tangan Jeno lalu meminumnya hingga tersisa setengah botol.

“Maaf tadi aku ngga sempet lindungi kamu.” Ucap Jeno meminta maaf pada Jaemin.

“Bukan ndak sempet tapi kamu yang emang ndak mau jagain aku lagi.” Balas Jaemin dengan nada ketuanya.

Jaemin menoleh menatap Jeno yang sedang menatap wajahnya. Jaemin lalu bangkit dan duduk di atas perut Jeno dan menahan bahu Jeno agar berbaring.

“Kamu benar-benar ndak paham apa yang aku maksud tadi malem?” Tanya Jaemin pada Jeno.

“Na..” Panggil Jeno seakan tidak ingin menjawab pertanyaan Jaemin.

“Jawab Jeno.” Jaemin kembali berucap dengan nada tinggi.

“Na aku bahkan ngga paham apa yang kamu maksud.” Jeno berkata sembari berusaha bangkit. Tetapi tenaganya kalah dengan Jaemin yang duduk di atas perutnya.

“JANGAN BOHONG JENO! AKU TAU KAMU APA MAKSUD AKU!” Ucap Jaemin dengan nada tinggi, “Kamuㅡkamu mungkin ngerasain hal yang sama Jeno, Jangan bohong tolong..” Jaemin berucap lirih.

Ucapan Jaemin terngiang di kepala Jeno. Dia masih tidak paham apa yang dikatakan oleh sahabatnya ini.

Jaemin yang melihat itu terdiam, “okey kita buktikan apa kamu juga ngerasain apa yang aku rasain.”

Perlahan Jaemin mendekatkan wajahnya pada wajah Jeno. Jeno yang melihat itu hanya terdiam, dia seperti terhipnotis oleh tatapan mata Jaemin. Perlahan tapi pasti Jaemin menempelkan bibir tipisnya pada bibir Jeno. Hanya menempel dan tidak lebih.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengawasi mereka.

Dodgeball

Pak Eunhyuk ㅡGuru Olahragaㅡ sudah membagi kelompok untuk permainan dodgeball, anehnya Yoora yang seharusnya bergabung dengan kelasnya malah bergabung dengan kelas Jaemin dan Jeno.

Pritt Pritt

Suara peluit menandakan dimulainya pertandingan. Jeno berada di antara Yoora dan Jaemin, dia berencana untuk melindungi kedua orang tersebut. Sedangkan Jaemin mendengus kesal, kenapa Jeno juga repot-repot melindungi Yoora.

“Kalian harus ada di belakangku, aku akan melindungi kalian.” Ucap Jeno pada Yoora dan Jaemin.

Yoora yang mendengar itu tersenyum sedangkan Jaemin melirik Yoora dan Jeno dengan kesal.

* * *

Permainan terus berlanjut, sekarang tersisa 5 orang termasuk Jeno, Jaemin dan Yoora. Sedangkan di kubu lawan ada 7 orang.

Hyunjin dari kelas lawan sedang memegang bola, dia ancang-ancang mengarahkan bola tersebut ke Yoora. Jeno yang melihat itu lantad berdiri di depan Yoora.

Melihat itu Felix tersenyum miring, dia lalu melempar bola dan mengarahkannya pada Jaemin. Jaemin yang tidak siap karena dia termenung melihat Jeno yang melindungi Yoora akhirnya tidak dapat menghindar dan bola mengenai kepalanya. Jeno yang melihat itu terkejut karena tadi Felix mengarahkan bola ke Yoora tetapi melemparnya ke arah Jaemin.

Sedangkan Jaemin hanya terdiam setelah kepalanya terkena bola dan melihat Jeno dengan tatapan dinginnya.

Terganggu

Jaemin saat ini tengah duduk di bangku yang tersedia si pinggir lapangan. Di lapangan ada teman-teman dari kelasnya dan dari kelas lain yang akan melaksanakan kegiatan olahraga. Jeno yang baru saja dari kamar mandi langsung menghampiri Jaemin.

Siang itu matahari sedikit menyengat, Jaemin merasa kepanasan dan gerah akibat sinar matahari. Jeno lantas berdiri di depan Jaemin agar Jaemin tidak terkena sinar matahari. Jaemin yang menunduk terkejut dengan bayangan besar yang menutupi badannya. Jaemin mendongak dan melihat wajah Jeno yang menatapnya datar, lantas Jaemin tersenyum.

Suara langkah kaki mendekat ke arah mereka, “Hai..” Ucap Yoora pada Jaemin dan Jeno.

Jaemin yang melihat itu hanya memutar bola matanya, dia terlalu malas melihat perempuan itu.

“Kelasmu melawan kelasku hari ini dalam permainan dodgeball.” Ucap Yoora, senyuman tidak luntur dari perempuan tersebut.

“Lalu? Kenapa kau masih di sini? Seharusnya kau bersama teman sekelasmu. Ah apakah kau tidak memiliki teman hingga menganggu kita?” Jaemin berucap sinis, ekspresi wajahnya menunjukkan dia tidak suka dengan kedatangan Yoora.

“Aku memang tidak punya teman.” Ucap Yoora gamblang lalu dia tertawa. Jeno yang melihat Yoora lantas tersenyum dan ikut tertawa. Sedangkan Jaemin menatap mereka jengah.

Apa-apaan ini mereka berdua benar-benar aneh, Pikir Jaemin.

Tidur

Jaemin berulang kali membolak-balikkan badannya, setelahnya dia akan tengkurap, atau hal-hal lain yang dilakukan yang bertujuan agar dia cepat terlelap. Tapi semua itu sia-sia, dia bahkan sudah meminum susu.

Jaemin berbalik dan melihat punggung Jeno, dia merasa jika Jeno sudah terlelap sedangkan dia masih berusaha untuk tertidur.

Menghela nafas pelan Jaemin melirik jam yang ada di dinding kamarnya, tepatnya kamarnya dan Jeno. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan matanya tidak ada tanda-tanda mengantuk.

“Jeno, ndak bisa tidur mau peluk..” Ucap Jaemin lirih sembari memandangi punggung Jeno.

Jeno membuka matanya perlahan, dia tidak bergerak sedikit pun dan tidak berencana untuk menuruti perintah Jaemin.

Tidak ada pergerakan dari Jeno, Jaemin mendekatkan badannya pada Jeno lalu tangannya bergerak untuk memeluk badan Jeno dari belakang. Belum sempat menaruh tangannya di atas pinggang Jeno, tangan Jaemin lebih dulu di tahan oleh Jeno.

“Tidak Na.” Ucap Jeno tegas.

Lantas Jaemin menarik tangannya kembali dan badannya bergerak meringkuk. Suara isakan keluar dari bibir Jaemin. Jeno akhirnya membalikkan badannya menghadap ke arah Jaemin.

Jeno memeluk Jaemin, dia meletakkan lengannya di bawah kepala Jaemin untuk di jadikan bantal bagi Jaemin, dan dia menarik tubuh Jaemin untuk lebih dekat dengannya dan memeluk Jaemin dengan erat.

“Hangat, seperti pelukan Bunda.” Jaemin berucap pelan.

Setelahnya tidak ada suara isakan yang keluar dari bibir Jaemin. Sedangkan Jeno hanya melihat wajah tertidur Jaemin dan berfikir tentang ucapan Jaemin barusan.

Kembali

Jaemin menghela nafas pelan, “Pak Yang, putar balik.” Ucap Jaemin memecahkan keheningan.

Otomatis Pak Yang ㅡsupir pribadi Jaeminㅡ mengikuti ucapan Jaemin untuk putar balik ke arah dia menjemput Jaemin tadi.

Mobil berjalan makin pelan ketika Pak Yang melihat Jeno sedang berjalan di trotoar. Saat sudah tepat di samping Jeno, mobil hitam itu berhenti.

Jaemin membuka pintu bagian belakang penumpang, “Yak! Hanya karna aku menyuruhmu berjalan bukan artinya kau berjalan untuk pulang. Kau bisa gunakan taxi atau bus untung pulang.” Ucap Jaemin kesal.

Jeno hanya terdiam dan mengamati Jaemin yang memasang ekspresi kesal dan seperti ingin memakan orang.

“Cepat masuk.” Perintah Jaemin pada Jeno.

“Kau selalu bertindak semena-mena Na.” Ucap Jeno lirih. Jeno lantas mendekati mobil hitam tersebut dan masuk ke bagian belakang penumpang.

Setelah memastikan Jeno dan Jaemin duduk di kursi penumpang, Pak Yang kembali menjalankan mobil ke arah apartemen mereka.

Jalan

“Ah mana sih kok ndak dateng-dateng.” Ucap Jaemin kesal.

Saat ini Jeno dan Jaemin berdiri di trotoar dan menunggu supir untuk menjemput mereka.

“Tangan kamu udah boleh lepas perban?” Tanya Jeno karena sejak di cafe tadi dia melihat tangan Jaemin yang sudah tidak terbungkus perban.

“Ya karna dari awal ini cuman keseleo biasa cuman aku aja yang minta sampe di perban.” Ucap Jaemin.

Mobil hitam mendekat ke arah mereka berdua. Jaemin lantas membuka pintu penumpang dan duduk di sana.

“Lo pulang jalan aja kaga usah sama gue. Gue lagi males sama lo.” Ucap Jaemin saat dia sudah duduk di kursi penumpang bagian belakang.

“Na..” Panggil Jeno.

“Oh iya jangan sampe lo sakit, lo kan pengawal gue. Ah lebih tepatnya hubungan kita hanya pelayan dan tuan.” Ucap Jaemin tegas.

Jeno yang mendengar itu seakan tidak percaya, bagaimana seorang Jaemin mengatakan hal tersebut padahal dia paling tidak suka menyebut hubungan mereka seperti pelayan dan tuan.

Jeno menahan pintu mobil yang akan ditutup oleh Jaemin. Jaemin yang melihat itu menghela nafas pelan lantas menarik pintu mobil dengan keras agar tertutup. Sedangkan Jeno mau tidak mau melepaskan tangannya.

Setelahnya mobil yang dinaiki Jaemin mulai berjalan menjauhi Jeno yang masih berdiri menatap kepergian Jaemin.

Cafe

Jeno beberapa kali melirik ke arah Jaemin untuk memastikan sahabatnya itu baik-baik saja. Sedangkan Jaemin sibuk memainkan ponselnya dan menikmati pastanya. Tindakan Jeno itu beberapa kali diperhatikan oleh Yoora.

“Lo suka sama Jaemin? Atau Jaemin suka sama lo?” Tanya Yoora.

Jeno lantas menoleh begitu pula Jaemin yang menghentikan kegiatannya yang asik dengan ponselnya seperti menanti jawaban Jeno, “Ngga. Gue sama dia sahabatan. Gue tinggal satu apartemen sama dia. Ya anggep aja hubungan kayak tuan-pelayan.” Ucap Jeno menjelaskan.

Yoora mengangguk tanda mengerti sedangkan Jaemin hanya terdiam dan meresapi ucapan Jeno. Jaemin merasa kesal dengan penjelasan Jeno pada perempuan yang duduk tepat dihadapan Jeno itu. Tanpa sadar Jaemin meremat ponselnya.

“Lo lucu juga ya Ra, gue jadi pengen jadiin lo pacar gue.” Ucap Jeno setelah mereka terdiam beberapa saat. Ucapan tersebut membuat Yoora dan Jaemin kaget.

Yoora yang mendengar itu hanya tersenyum malu-malu. Sedangkan Jaemin menatap Jeno tidak percaya lantas dia membanting sendok yang dia gunakan ke atas meja dan menghampiri meja keduanya.

“Wah hebat ya kalian, tapi kalian tau kaga kalo kalian itu sama-sama aneh dan sama sekali ngga cocok.” Ucap Jaemin dingin dengan wajah meremehkan.

“Eum permisi Jaem, gue sama Jeno belum selesai mengobrol.” Ucap Yoora memotong ucapan Jaemin.

“Na, aku anter Yoora balik dulu ya abis itu kita balik.” Jeno berucap menengahi.

Kencan Pertama

Setelah meninggalkan Jaemin bersama tutor privatnya. Jeno bergegas menuju Town Cafe yang jaraknya tidak jauh dari cafe yang dia datangi bersama Jaemin.

Saat memasuki cafe tersebut Jeno melihat Yoora gang tersenyum dan melambaikan tangannya. Jeno menghampiri dan melihat sudah ada makanan di atas meja.

“Gue pesen duluan gapapa kan Jen? Lo juga udah gue pesenin kok.” Ucap Yoora dibalas anggukan oleh Jeno.

Lantas mereka berdua terdiam dan sibuk dengan makanan masing-masing.

“Jen baru ngeliat lo sekali gue rasanya pengen makin deket ama lo.” Ucap Yoora gamblang.

Jeno yang mendengar perkataan Yoora yang tiba-tiba lantas tersedak dan meminum air putihnya. Yoora hanya tersenyum melihat semua yang Jeno lakukan.

“Lo masih lapar? Nih makan punya gue juga.” Ucap Jeno mengalihkan pembicaraan dan menaruh sebagian makanannya di piring kecil sebelah Yoora.

Hal-hal kecil seperti itu yang membuat Yoora jatuh cinta pada sosok Jeno, padahal mereka baru bertemu dua kali.

Tring

Suara bel cafe mengalihkan atensi keduanya. Di sana tampak sosok Jaemin yang memasuki cafe.

“Lo ngajak dia jen?” Tanya Yoora setelah melihat sosok Jaemin duduk di meja dekat mereka berdua.

“Kaga.” Balas Jeno singkat menanggapi pertanyaan Yoora. Yoora hanya mengangguk tanda paham.