Keringat dan Air Mata
Beberapa kali Jaemin membanting badan Jeno. Dia melampiaskan emosinya pada Jeno. Jeno yang melihat Jaemin seperti orang kesetanan hanya pasrah Jaemin membanting tubuhnya, beberapa kali dia mencoba melawan tapi tenaga yang digunakan Jaemin tidak main-main.
Merasa sudah sangat berkeringat, Jaemin menghentikan serangannya pada Jeno. Dia berdiri membelakangi Jeno. Jeno yang melihat itu hanya terdiam.
“Aku...” Jaemin berucap pelan. Dia menimang kata-kata yang akan dia ucapkan selanjutnya. Sedangkan Jeno memperhatikan Jaemin dan menunggu ucapan lelaki manis tersebut.
Jaemin berbalik menghadap Jeno yang berdiri tidak jauh darinya, “Aku baru sadar akhir-akhir ini. Ini bukan sekedar cemburu sebatas teman Jeno. Aku benar-benar menyukaimu.” Jaemin berucap sembari menatap lurus mata Jeno dan mengunci pandangannya.
Jeno hanya diam menunggu penjelasan Jaemin.
“Aku merasa, aku selalu senang ada di sampingmu, senang jika kau memelukku, aku senang ketika selalu bersikap manja dan merengek padamu.” Jaemin melanjutkan ucapannya.
Jeno yang tidak puas dengan penjelasan Jaemin hanya menghela nafas. Setelahnya dia berbalik tidak ingin menatap manik mata milik Jaemin.
Jaemin mengejar dan memeluk Jeno dari belakang. Jeno yang terkejut lantas melepaskan tangan Jaemin dari pinggangnya dan mendorong badan Jaemin untuk menjauh dari dirinya.
“Jaemin aku bilang stop! Stop kayak gini!” Ucap Jeno membentak Jaemin. Dapat dilihat raut wajah Jeno menahan emosi saat ini. Sedangkan Jaemin yang kaget dengan suara tinggi Jeno memilih diam dan menatap sahabatnya berkaca-kaca.
“Asal kamu tau. Aku paling ngga suka kamu manja, aku ngga suka kamu ngerengek. Kayak anak kecil. Tau kamu?!” Jeno kembali menjelaskan masih dengan nada tingginya.
Sedangkan Jaemin terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Jeno.
Jadi selama ini Jeno ndak suka selalu berada di sampingku, Pikir Jaemin.
Jaemin menatap Jeno tidak percaya, matanya mulai berkaca-kaca dan perlahan dia terisak. Manik matanya mulai basah, perlahan air mata turun membasahi pipinya.
“Kamu.” Jeno menunjuk Jaemin, “Kamu selalu nganggep aku Bunda kamu Jaemin. Jadi jangan pernah berkata omong kosong kalau kamu menyukaiku.” Lanjut Jeno.
Jaemin hanya menatap Jeno nanar. Air mata terus membasahi pipinya, bahkan dia terus terisak. Suara tangisnya mulai mengisi kesunyian di ruang latihan mereka.
“Aku paling senang ketika kau tidak ada di sampingku. Kau tau? Ketika kau berada di Jepang selama satu minggu, aku merasa sangat bahagia saat itu. Aku sangat bahagia ketika tidak ada dirimu!” Jeno menjelaskan dengan nada tingginya.
Perlahan Jeno mendekat ke arah Jaemin, “Asal kau tau Na, jika salah satu dari kita pergi yang akan merasa rugi adalah dirimu.” Jeno berkata di telinga Jaemin.
“Karna aku bisa hidup tanpamu, sedangkan kau? Kau sangat bergantung padaku. Di sini kau yang dirugikan. Karena jika aku pergi kau akan sangat kehilangan diriku.” Jeno berbisik di telinga Jaemin.
Jaemin menggigit bibirnya menahan suara isak tangis yang keluar dari bibirnya. Jeno mulai melangkah menjauhi Jaemin dan membelakanginya. Jaemin hanya menatap punggung sahabatnya itu.
Lantas Jaemin mengambil tas pakaiannya dan melangkah ke luar tempat latihan. Sebelum itu dia berbalik dan mengucapkan sesuatu yang membuat Jeno terkejut.
“Oke kalo itu mau mu.” Jaemin berucap sembari menahan isakannya, “Aku kasih waktu kamu satu bulan, dalam satu bulan ini kamu harus bilang ke ayah aku kalo kamu mau berhenti jadi pengawalku.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Jaemin bergegas keluar dari tempat latihan dan pergi pulang dengan tangisan yang semakin menjadi. Sementara Jeno hanya terdiam menatap kepergian Jaemin.