38.5°
Warning: cerita ini mengandung keuwuan dan ciuman, yg gakuat gausah lanjut aja ya plis aku memohon hahayyyy
Pukul delapan pagi, Chanhee memencet bel unit apartemen Younghoon berulang kali sambil sesekali melihat penunjuk waktu berwarna pink yang melingkar di tangan kirinya.
Ia dan kekasihnya, Younghoon, sudah memiliki rencana shopping date ke salah satu department store dekat apartemen mereka. Namun, pacarnya yang jangkung itu tidak membalas pesan darinya sejak pukul 6 pagi tadi.
Usahanya memencet bel berkali-kali nihil. Tak ada respon sama sekali..
“KAK AKU UDAH PENCET BEL 17 KALI, AKU MASUK LANGSUNG YAAAA!” teriaknya dari luar.
Younghoon dan Chanhee memang mengetahui kunci sandi apartemen masing-masing, namun mereka berkomitmen untuk tetap meminta izin terlebih dahulu sebelum menggunakan privilege tersebut.
“kak?”
Chanhee melangkah masuk dengan langkah pelan. Tentu saja ruangan pertama yang ia tuju adalah kamar sang kakak.
“Chanhee..”
Younghoon meringis tepat setelah Chanhee membuka pintu kamarnya. Ia masih terbungkus selimut dan wajahnya pucat.
“kamu sakit???” ia bertanya dengan intonasi tinggi, Younghoon mengangguk “kayaknya..”
Yang lebih muda kemudian segera membuka laci meja sebelah ranjang untuk mengambil termometer guna memastikan.
“buka mulutnya, ini emut” ucap Chanhee sambil membantu Younghoon duduk dan bersandar pada headboard diganjal dengan guling agar Younghoon merasa nyaman. Yang lebih tua pun menurut, ia himpit termometer itu di bibirnya.
“ya ampun Younghoon... 38.5°!! kamu begadang ya semalem? makanya demam?!”
“ih akunya sakit malah diomelin..” wajahnya merajuk, ia menatap Chanhee yang masih berdiri di samping ranjang dengan tatapan memelas.
Chanhee terkekeh, “gak gituu ih!”
Younghoon masih tetap menatap Chanhee dengan tatapan yang tadi, ia tak mau mengalah terlebih karena Chanhee selalu sukses dibuat tertawa, yang notabene nya adalah hal favoritnya.
“STOP LIATIN AKU KAYAK GITUU GAK? KIM YOUNGHOON!”
Sekuat tenaga ia menahan tawanya, namun Chanhee yang menggemaskan tetap hal terlucu di dunianya. Tawanya tetap terlepas, tak bisa ia tahan lagi.
“tuhkan kamu mah beneran begadang! kemarin kan aku bilang langsung tidur ajaa.. kamu kemarin udah mulai pusing-pusing terus ga enak tenggorokan, Kak! liat nih ini gara-gara kamu kurang istirahat makanya gini!!!”
Younghoon semakin terkekeh melihat pacar lucunya yang mengomelinya lebih dari Ibunya.
“hehehehe... lucu banget sihhhh”
“Stop cengengesan!!! ih! aku keluar dulu beli bye bye fever!” Chanhee tetap dalam mode serius.
“kamu pikir aku anak kecil apa? masa pake bye bye fever sihhhh?”
“bodo amat aku bakal tetep pergi!”
Chanhee memutar tubuhnya berniat turun ke mini market di lantai dasar apartemen. Tapi iya, dugaan kalian benar.. tak sampai satu meter menjauh dari posisi nya tadi, Younghoon menahannya. Tangan-tangannya yang panjang melingkar sempurna di pinggang Chanhee yang ramping.
“jangan kayak gini dulu deh Younghoon! kamu lagi sakit!”
“kaya gini apa? aku peluk kamu malah bikin sembuh tauuu”
“mulai dehh.. serius dikit!”
“kamu wangi deh sayang, kaya kue pukis”
“YOUNGHOON!!!”
Chanhee berteriak karena Younghoon dengan tenaganya yang tersisa menarik tubuh Chanhee hingga terbaring dalam pelukannya.
“gini dulu sebentar” bisiknya tepat di telinga Chanhee, membuat lelaki taurus itu tergelitik.
“punggung aku jadi panas ih nempel ke badan kamu! udah ah lepas aku mau turun beli obaaaat!” rengek Chanhee.
“enggak!” Younghoon malah semakin mempererat pelukannya.
“Kak! ih! kamu mau aku mati?”
Younghoon tertawa dengan lantang membuat Chanhee yang tak berjarak dengannya meringis.
“aku sayang Chanhee banget. Sedunia cuma sayang Chanhee”
“aku tau!”
“yaudah kalo tau jangan galak galak dong ke akunya!!”
Chanhee menahan tawanya “iyaa.. gak galak nih. Aku turun dulu yaa beli obat demam.. sekarang lepasin pelukannya yaa sayang”
“GAMAUUU!”
Younghoon dengan mudah memutar tubuh Chanhee hingga mereka kini berhadapan. Ia masih memeluk pacar lucunya itu.
“Kak..”
“apa?”
“badan kamu panas tauu.. akunya gerah!”
“tapi adem ke akunya.. kalo peluk kamu setengah jam lagi, ini aku demamnya auto sembuh sayang!”
“Younghoon!”
“Chanhee!” cup
“IH JANGAN CIUM CIUM! UDAH AH AKU TURUN!”
Chanhee dengan sekuat tenaga bangun dan berhasil.
“aaaaa jangan pergii ih Chanhee! mau kaya barusan ajaaa!” lelaki leo itu membujuk pacarnya sambil menendang-nendang kakinya seperti bayi yang lapar.
“ih jangan nendang-nendang! kamu kayak anak kecil sumpah!” Chanhee menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
“aku gak maa-”
belum sempat Younghoon selesai merengek, Chanhee menangkup kedua tangan putih Younghoon dengan kedua tangannya. Sekarang Younghoon tepat berada di bawah Chanhee.
“Kak, kamu pikir aku bisa terus sabar apa?”
Wajah Younghoon memerah. Organ dalam rongga dada kirinya memompa dengan tak karuan, seperti akan terlempar keluar.
“Chanhee..”
yang berada di atas tanpa basa basi meraup bibir yang berada di bawah, membuat si kakak terkejut bukan main hingga matanya terbuka bulat sempurna.
Younghoon menepuk-nepuk kasur dengan tangan yang masih jadi tumpuan tangan Chanhee, memberi isyarat agar Chanhee menghentikan aktivitasnya.
Chanhee membuka matanya perlahan, bibirnya masih menyentuh milik Younghoon.
Younghoon dengan hati-hati melepas genggaman tangan Chanhee dan menjauhkan tubuh ramping itu darinya.
“aku bercanda, Chanhee.. nanti kamunya ketularan sayang”
Chanhee yang masih berada di atas Younghoon tersenyum pada pacarnya “kamu bilang kalo setengah jam lagi kaya gini bakal sembuh?”
“iyaa.. aku bercanda.. aku cuma gamau ditinggalin sendirian. Aku gamau kamu malah ikut sakit!”
“yaudah.. aku bangun nih” Chanhee tak membujuk sama sekali, ia langsung menjauh dari pacarnya dan mencoba bangkit dari posisinya.
“AKU BERCANDA LAGI!”
Younghoon menahan pinggang Chanhee dan memutar tubuhnya hingga ia kini berada di atas tubuh mungil itu.
Younghoon cengengesan, terlebih setelah melihat ekspresi pacarnya yang cemberut.
“apa sih labil banget kaya anak SMP”
“hehehehe” ia mengelus rambut Chanhee kemudian mengecup keningnya sekejap.
“kita ke dokter yuk, Kak?” Chanhee menatap Younghoon yang tepat berada di atasnya, bahkan napas panasnya bisa ia rasakan.
Younghoon tak menggubris, ia kembali menciumi setiap inci wajah Chanhee. Kedua kelopak matanya, kedua pipinya, puncak hidungnya, dagunya, dan bibirnya.
Ia mengecup bibir Chanhee berkali-kali dengan durasi yang hanya satu detik, diselingi dengan saling berbalas senyuman.
“gapapa ciuman sama aku yang lagi panas?” tanya Younghoon setelah ia mencolek hidung Chanhee gemas.
“gapapa.. aku kaya ciuman sama hair dryer“
Keduanya tertawa ringan sekejap, kemudian Younghoon kembali mendekatkan wajahnya pada milik Chanhee. Ia menutup kedua matanya dan mulai menyentuh bibir Chanhee dengan bibirnya.
Sentuhan-sentuhan kecil yang bertaut lama-kelamaan semakin intens menjadi lumatan lembut yang didominasi oleh yang lebih tua. Chanhee hanya mengikuti tempo tanpa menginterupsi Younghoon. Ia ingin mencukupi ego pacarnya itu, terlebih Younghoon sedang dalam kondisi sakit. Ia ingin memanjakannya.
Napas keduanya semakin berat. Tangan Younghoon yang hangat menyusup ke dalam balik kemeja denim yang Chanhee kenakan, membuat Chanhee berdeham.
“kenapa?” Younghoon menghentikan aktivitas bibirnya demi memastikan keadaan.
“panas kak!”
Keduanya kembali terkekeh, Younghoon yang merasa tidak enak akhirnya mengecup perlahan bibir Chanhee. Ia menyadari bahwa seharusnya bisa lebih bisa mengontrol nafsu dan ego nya, terlebih Chanhee yang menjadi tak nyaman karenanya.
“udah aja sayang” ia mengusap rambut terang Chanhee kemudian benar-benar bangkit dan meraih hoodie beige dengan sablon '1977' di bagian depannya kemudian ia gunakan.
“terus.. kita mau kemana?” Chanhee yang masih terbaring dengan dada berdebar bertanya dengan hati-hati.
“ke dokter dulu sayang.. kayaknya aku bukan demam doang deh sakitnya”
“lho??? terus kamu sakit apa lagi?!” Chanhee bangkit dengan ekspresi paniknya.
“aku kena Chanheengitis“
“APASIHHHHH!!!” lelaki yang lebih muda darinya itu meraih bantal dan melayangkan ke dada pacarnya.
Younghoon kembali tertawa dengan puas.
selesai*