#sekotak susu dan stroberi masam
Selamat pagi sayang disertai dengat emoji hati merah adalah pesan pertama yang akan aku baca di setiap pagi ketika membuka mataku. Awalnya aku mengira bahwa itu adalah hal sepele, namun ketika Sangyeon melewatkannya barang sekali pun akan menjadi janggal bagiku. loh? lupa ngabarin kah?, wifi di rumah Sangyeon putus kali, ya?, apa Sangyeon belum bangun? dan pikiran aneh lainnya. Sebuah foto dirinya bersama sang keponakan menjadi jawaban, dan kurespon dengan gemesnyaaa sedetik kemudian.
Aku bangkit dari tempat tidurku kemudian mendekati meja kerja di kamarku, memperhatikan setiap inchi kotak hadiah yang sudah kusiapkan jauh-jauh hari di atasnya. Isi dalam kotak itu tak seberapa harganya, tapi aku yakin Sangyeon akan menerimanya dengan segudang kalimat hiperbola.
Seperti hari-hari biasanya, “kamu ganti warna lipstik, ya? cantik banget” yang kurespon dengan gelengan. Kemudian hari berikutnya, “sayang, tadi kan client ku liatin contoh sketsa mata gitu buat produk baru perusahaan... terus aku mikir, gambar matanya cantik, tapi gak secantik mata pacarku” yang membuat tawa kami pecah di ruangan televisi sore itu. Lalu hari setelahnya “gapapa gapapa, aku jatoh dari sepeda doang ih.. cuma lecet lutut dikit! gak akan sesakit kalo ditinggalin kamu!” yang dengan instan membuat tangisanku berubah menjadi kekehan.
Aku kembali teringat pada hari dimana Sangyeon jatuh dari sepeda di acara workshop perusahaan tempatnya bekerja. Sedetik setelah ia memberi tahuku tragedi itu, tanpa pikir panjang aku berlari menemuinya. Kuingat dengan jelas bagaimana malah Sangyeon yang terus-terusan menghiburku dan meyakinkanku bahwa luka yang ia dapat tak parah sama sekali. “utututuuu sayangnya akuuu.. sini sini nangisnya sambil aku peluk” ia dengan wajah merajuknya mengusap rambutku kemudian menarik tubuhku ke atas ranjang klinik kantornya dan memberiku sebuah peluk... “I'm good.. phisically and mentally, kaki aku langsung sembuh karena obatnya dipeluk kamu”.
Sangyeon memang terkenal sebagai pribadi yang pekerja keras, teman-teman kantornya sering kali menunjuknya sebagai ketua team karena hal itu. Ia tegas, berwawasan luas dan disegani. Tentu saja akan menjadi berita besar jika mengetahui bahwa Sangyeon seringkali datang ke rumahku dan merengek, “aku takut.. perkembangan projeknya gak keliatan stabil” ucapnya sambil membenamkan wajahnya di bahuku. Tak jarang juga ia tiba-tiba datang dan menangis setiap kali kesulitan datang padanya... I love him just the way he is, but I love him more if he's being himsef when he with me only. Kemudian rengekan kemanjaan nya akan hilang seketika jika ada suara langkah kaki mendekat, harus jaga image katanya.
Selama bertahun-tahun berpacaran dengannya, bohong jika kubilang bahwa Sangyeon tak pernah membuatku kesal. Kami sering bertengkar karena hal-hal kecil dan kami anggap itu sebagai 'bumbu' dalam hubungan kami. Mulai dari sekadar sate taichan goreng yang tiba-tiba sampai di rumahku melalui perantara driver aplikasi restoran online, kemudian diiringi dengan “kesukaan kamu, makan yaa.. biar ada tenaga buat ngomelin akunya” lewat whatsapp yang kemudian akan menciptakan helaan napas dariku. Kemudian Sangyeon yang membuat video singkat dirinya mengucapkan maaf disertai alasan-alasan kenapa aku harus memaafkannya. Hingga ciuman panas kami berdua di bawah tangga rumahku, setelah ia mengucapkan “serius gamau makan apa-apa? plis deh jangan bad mood di jam makan malem... atau, yaudah makan aku aja” lalu kami memesan sushi setelahnya.
Sangyeon bukan tipe lelaki yang mengucapkan “maaf ya aku cuma pegawai biasa, aku ga punya apa-apa..” tapi dia selalu dengan bangga berkata “aku bakal selalu semangat buat jadi lebih baik”. Terbukti dengan dia yang mengajakku berdagang di online market place. Kami bangun bisnis itu bersama-sama dan hasilnya kami kumpulkan untuk masa depan.