auteurlavie

the girl's who love writing

I. Different

“Aww..!”

“ops, sorry. I don't see you, little boy! Hahahaha”

Jungwon terdiam lalu membereskan buku-buku yang berserakan di lantai dan kembali berdiri untuk berjalan ke kelasnya sambil menarik nafasnya.

“Oh shit!!”

Jungwon terkejut ketika ia lewat dan ingin duduk di salah satu kursi untuk mengambil mata kuliahnya, ia malah mendapat makian dari seseorang pria berbadan besar.

Padahal jelas jelas ia tidak melakukan kesalahan apapun.

Makian, cacian teriakan telah ia dapatkan semenjak ia masuk ke salah satu university terbaik di Amerika tersebut setengah tahun yang lalu.

Ia tidak mengetahui bahwa disini, beberapa orang asia sepertinya sering mendapatkan perundungan seperti ini.

Jungwon tidak bisa melakukan apapun kecuali berdiam diri, mencoba untuk mengebalkan diri dari omongan-omongan orang.

Ia hanya butuh sampai ke tujuannya.

Seperti pesan terakhir dari bundanya.

Jungwon menyelesaikan kelas bisnisnya dan sengaja keluar paling akhir, ia benar-benar tidak ingin mendapatkan cacian lagi.

“Oh, lihat siapa yang datang?”

Ucap seseorang ketika Jungwon keluar dari kelasnya. Jungwon menundukan badannya lalu berjalan, mencoba menghiraukan siapa saja yang berbicara.

“Lihat! Betapa sombongnya dia! Padahal hanya menumpang dan menyusahkan! Apa yang bisa mereka lakukan? Hanya berdandan seperti seorang perempuan. Hahahaha!”

Jungwon mengambil earphone dari dalam tasnya, mencoba untuk menutup telinganya.

Badan kecilnya tiba-tiba terjatuh ketika seseorang atlet ruby menabraknya dan tertawa.

Jungwon mengambil ponselnya yang terlempar tidak jauh, namun ketika ia hendak meraihnya. Seseorang lebih dulu meraih ponsel Jungwon.

Jungwon mendongak untuk melihat siapa yang meraih ponselnya.

Laki-laki berkulit putih dan berambut pirang itu tersenyum pahit melihat bagaimana keadaab Jungwon. Ia membantu Jungwon untuk bangkit berdiri.

***

Jungwon menerima segelas coffe yang baru saja di beli.

“Makasih kak, maaf ngerepotin”

Jungwon berkata sambil menundukan kepalanya, melihat cup coffe di tangannya.

“Ngapain lo minta maaf sama gua? Lo gak salah kok”

Ucap sosok di sampingnya.

“Lo gak usah dengerin apa kata mereka, mereka cuma orang orang yang gak lebih dari sampah!”

Jungwon menatap pria di sampingnya. Mungkin jika ia tidak ingat dengan janjinya pada bunda dan juga pria disampingnya, mungkin Jungwon sudah menyerah kuliah disini di hari pertamanya kuliah.

“Gua gak enak sama lo kak, dari dulu gua selalu ngerepotin lo”

Jungwon menghela nafasnya dan pria di sampingnya tadi cuma tersenyum terus ngusak pelan kepala Jungwon.

“Lo gak ngerepotin gua kok, nah sekarang ayo! Gua anter lo pulang ke apart lo”

“Makasih kak Jay”

****

Heeseung melihat arloginya lalu melihat kedepan ketika Sunghoon sudah keluar dari gedung seni dan menghampiri Heeseung yang mungkin sudah menunggu lima belas menit.

“Pak botak tambah waktu lima belas menit!”

Sunghoon ngomel, sedangkan Heeseung cuma terkekeh pelan.

“Ya udah sih gak usah ngomel gitu. Sekarang lo pasti laper kan? Enaknya kita kemana?”

Sunghoon terlihat berpikir, kelasnya hari ini benar benar sangat melelahkan.

“All you can eat aja lah, gua pengen makan daging sepuasnya”

“Call!!”

***

Sunoo keluar bangkit dari duduknya begitu Prof. Lee menyelesaikan kelasnya.

“Aduh!”

Sunoo meringgis saat seseorang tidak sengaja menabrak bahunya dan menjatuhkan ponsel milik Sunoo, orang yang menabrak Sunoo tadi terlihat membungkukan badannya meminta maaf sedangkan Sunoo dengan cepat mengambil ponselnya. Ia melihat langkah kaki seseorang yang melewatinya begitu saja.

Sunoo tau, Sunoo hafal wangi parfum dan juga merk dari sepatu orang tersebut. Namun Sunoo pura pura tidak tau.

“Jake, ngapain ayooi!!!”

“Oit!! Tunggu gua bege!!”

Sunoo bisa ngerasain bahwa sosok tadi sudah pergi dari hadapannya dan akhirnya ia kembali pada posisinya lalu melihat kondisi ponselnya.

Di layar ponselnya, terdapat foto dirinya,Jungwon dan juga Ni-ki yang di ambil sekitar dua tahun lalu di malam festival.

Sunoo menghela nafasnya, ia tidak menyangka jika hidupnya akan seperti ini.

Ditinggal oleh kedua sahabatnya yang memilih sekolah di luar negri dan di tinggal oleh satu satunya lelaki yang ia cintai karena kesalahan pahaman yang terjadi.

Sunoo rasa juga hubungannya dengan Jake dan teman temannya tidak berjalan lancar. Ia sesekali bertemu dengan Heeseung dan juga Sunghoon dan hanya menyapa sewajarnya. Jake juga lebih dekat dengan Taehyun dan Huening ketimbang Heeseung dan Sunghoon.

Tidak ada yang pasti tau, masalah apa yang membuat pertemanan mereka menjadi buruk.

Sedangkan dirinya tidak berbeda jauh, malam setelah festival itu. Ni-ki benar-benar telah menjadi Ni-ki yang berbeda dari yang ia kenal. Dan juga sama sekali tidak ada kabar dari Ni-ki.

Jungwon?

Ia dan Jungwon masih sering mengirim pesan, walau waktu mereka berbeda. Setidaknya mereka sama-sama tau kabar masing-masing.

Sunoo hanya ingin kembali kemana seharusnya ia berada. Ia selalu benci ditinggal sendirian seperti ini.

Ia benci dengan hidupnya.

***

Ni-ki melihat-lihat ponselnya, melihat beberapa gerakan yang harus ia pelajarin.

“Woi Nik, sini!”

Ni-ki menoleh ketika namanya di panggil oleh seniornya.

“Bentar bang!”

Ni-ki langsung bangkit dari posisinya dan menghampiri seniornya tersebut.

“Kalian harus inget, besok adalah hari penting! Jangan sampai sakit dan berdoa semoga kita bisa sampai semi final”

Ni-ki mengangguk lalu ia bersama dengan teamnya kembali berlatih untuk kompentensi steet dance terbesar di Amerika tersebut.

“Semangaat!!”

Awalnya, ketika ia pergi sendiri kesini ia pikir ia akan sendirian. Nyatanya ia bertemu dengan teman-temannya baiknya.

Seperti senior yang baru saja memanggilnya, ia seseorang dari luar Amerika yang mengambil sekolah sama sepertinya. Nicholas namanya. Lalu ada Daniel orang Korea yang besar di Amerika dan ada Taki, orang Jepang sama sepertinya.

Jadi ia tidak merasa kesepian.

Setidaknya itu yang terlihat di luar.

Bukan di dalam.

Are you Happy?

Sunghoon menatap Jay dengan tatapan kecewa, ia benar-benar tidak habis pikir.

“Sunghoon?”

Sunghoon menghentakan tangan Jay yang mencoba meraih tangannya. Tidak pernah sekalipun dalam diri Sunghoon bahwa ia benar-benar kecewa seperti ini.

“Kenapa lo gak bilang dari awal? Kenapa lo sembunyiin semuanya Jay! Kenapa?”

Jay bungkam.

Ia memilih untuk membiarkan Sunghoon berbicara dengan semua perasaannya agar terluapkan.

“Kenapa lo ngelakuin semuanyaa? Kenapa??”

Sunghoon memukul dada bidang Jay dan Jay membiarkannya, ia tau bahwa ia salah. Perkataan Heeseung hari itu benar.

“Lo gak perlu berjuang sendirian, ini hubungan kita berdua, tapi kenapa cuma lo yang harus berjuang?”

“Apa karna gua selemah ini makanya lo mau cuma lo sendiri yang berjuang? Gua gak lemah Jay! Gua juga mau berjuang buat hubungan kita!!”

Jay narik tubuh Sunghoon dan meluk laki-laki yang sekarang sedang dilanda emosi. Jay tidak ingin kejadian beberapa tahun kemarin terulang kembali. Ia tidak ingin kehilangan Sunghoon yang sangat berharga dalam dirinya.

“Hoon. Maaf kalo gua gak bilang sama lo, gua cuma gak mau lo sakit”

“Gua udah sakit!”

Sunghoon ngelepasin pelukan Jay dan menghapus air matanya sendiri, berjalan meninggalkan Jay yang membuat Jay dengan cepat menarik Sunghoon untuk berhenti.

“Mau kemana?”

Tanya Jay panik. Sunghoon lagi-lagi melepas tangan milik Jay.

“Mau ketemu sama papa”

Orang tua mereka memang kebetulan masih berada di sekolah, dan mungkin sekarang ada di ruang kepala sekolah selepas acara festival sekolah beberapa jam yang lalu.

Sunghoon tidak bisa di hentikan, bahkan Jay pun tidak bisa. Ia benar benar berjalan dengan cepat ke arah ruangan kepala sekolah.

Heeseung yang sedang bermain dengan ponselnya terkejut melihat Sunghoon berjalan dan di belakangnya Jay berusaha untuk menghentikan Sunghoon.

brakk!!

Sunghoon membuka pintu ruangan kepala sekolah dan membuat mereka yang ada di dalam ruangan tersebut kaget.

Sunghoon berjalan ke hadapan ayahnya dan langsung berlutut membuat semua kembali terkejut.

Jay dan Heeseung yang baru muncul lebih terkejut melihat Sunghoon yang berlutut.

“Sunghoon? Apa yang kamu lakukan?”

Tanya tuan Park sambil menatap Sunghoon tajam.

“Sunghoon??!!”

Jay sama Heeseung langsung masuk dan menyeret Sunghoon sambil terus meminta maaf kepada dewan dewan direksi yang ada disana.

Sunghoon menolak dan tidak mau di tarik.

“Sunghoon gak kau operasi”

Pergerakan tangan Jay dan Heeseung terhenti dan mereka menatap Sunghoon tidak percaya.

“Sunghoon?”

Tuan Park bangkit dari posisinya, begitu juga dengan ayah dari Jay yang ada disana.

“Kalo papa sama papanya Jay cuma mau bikin Sunghoon sama Jay pisah, Sunghoon gak mau operasi”

Sambungnya lagi.

“Sunghoon, ayoo kita bicarain ini baik-baik”

Sunghoon menggeleng begitu mendengar perkataan dari Jay.

“Sunghoon dengar, ini bukan waktu yang tepat kamu bahas ini”

Heeseung berbisik pelan, dan Sunghoon masih diam. Menatap tajam ke arah tuan Park di depan sana.

Jay dan Heeseung saling memandang, lalu kemudian meminta maaf sebelum membawa Sunghoon keluar dari ruangan tersebut.

“Kenapa? Kenapa gua-”

Perkataan Sunghoon terhenti ketika ia meringgis dan memengang dadanya.

“Sunghoon?”

Jay dan Heeseung berkata bersama, mereka panik melihat Sunghoon yang meringgis sakit.

“Jay bawa Sunghoon ke rumah sakit, gua siapin mobil!!”

Jay mengangguk dan langsung mengendong Sunghoon sedangkan Heeseung berlari untuk menyiapkan mobilnya.

****

“Nik.. lo lagi gak bercanda kan?”

Ni-ki hanya bisa menggeleng pelan, ia tahu bahwa pemberitahuan ini sangat mendadak bagi Sunoo. Tapi ia emang bertekad memberi tau Sunoo hari ini selesai festival sekolah.

“Bukannya lo janji bakal sama kita terus? Ngejaga kita?”

Tanya Sunoo, air matanya keluar dan Ni-ki buru-buru mengelap air mata Sunoo dengan ibu jarinya.

“Gak usah nangis, lo jelek soalnya”

Sunoo memukul Ni-ki sedangkan Ni-ki hanya terkekeh pelan.

“Sekarang yang ngejaga lo bukan gua lagi, udah ada bang Jake”

Sunoo terdiam untuk sesaat.

“Gua keterlaluan ya? Gua berasa lupain kalian?”

Ni-ki kembali menggeleng.

“Itu wajar Sunoo kalo lo ngabisin waktu lebih banyak sama bang Jake, gua maupun Jungwon baik-baik. Kita ngerti kok”

Ni-ki menghela nafasnya.

“Cuma gua mau titip pesan aja sama lo, Jungwon jangan di lupain. Dia masih sendirian dan dia itu rapuh banget anaknya, lo pasti lebih ngerti di bandingkan gua”

Sunoo memanyunkan bibirnya dan menghela nafasnya.

“Tapi tetep aja, gua gak bisa kehilangan lo. Lo termasuk orang yang penting bagi gua!”

Ucap Sunoo dengan suara yang agak keras. Soalnya sebel dia tuh.

“Gua punya mimpi noo!”

“Lo pergi bukan karna gua kan?”

Ni-ki menggeleng dan meraih tangan Sunoo untuk di genggam.

“Iya gua pergi karna lo, kalo disini gua kurang bisa move on dari lo. Lihat lo aja bisa bikin gua sakit dan susah buat buang perasaan gua ke lo”

Sunoo diam sekarang dia natap Ni-ki yang juga natap dia.

Ni-ki secara perlahan mendekatkan wajahnya pada Sunoo.

“Untuk yang pertama dan terakhir kalinya, gua mau bilang kalo gua sayang sama lo?”

Sunoo terkejut dan ia tidak bisa menghindar ketika Ni-ki mempertemukan kedua bibir mereka, menciumnya dengan lembut dan penuh perasaan.

Sunoo bukannya ingin, tapi ia benar-benar tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, selain mengeluarkan air matanya dan menutup mata.

***

plakk

Tubuh Jake terjatuh dan ia memengang pipi kanannya yang baru saja mendapatkan tamparan keras.

Ia menatap sosok ibunya di depannya,menatapnya dengan tatapan tajam dan dalam.

“Kenapa hanya menampar? Kenapa anda tidak membunuh saya sekaligus?”

Jake bangkit dari posisinya dan menatap ibunya tak kalah tajam.

“Berani-beraninya kamu?!”

Nyonya Shim berkata dengan suara tinggi, ia benar-benar marah ketika hari ini kelompok Jake tidak berhasil mendapatkan nilai sempurna.

Jake tersenyum.

“Apa nilai sempurna begitu penting bagimu? Setelah semua yang aku lakukan? Aku bukan robot! Aku ini anakmu, pantas saja kakak lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya karna ibu memperlakukan kami semua seperti robot! Kami hanya anak remaja yang ingin memiliki kebebasan sendiri, apa ibu tau aku melakukan cutting?

Jake membuka lengan bajunya, disana masih banyak bekas luka saat ia melukai dirinya.

“Apa ibu tau bahwa aku hampir sana mati bulan lalu??”

Nyonya Shim terdiam untuk sesaat, menatap anak laki-lakinya tersebut.

“Jika nilai begitu penting bagimu, maka mulai hari ini aku bukan lagi anakmu!”

Jake berjalan keluar dari ruang kerja ibunya dengan perasaan marah dan kesal.

“Jaeyoon! Shim Jaeyoon berhenti di sana!!!”

Teriak nyonya Shim namun Jake tidak mendengarkannya.

Jayoon yang ada di sana hanya diam, ia tidak menyangka jika kakaknya bisa semarah itu pada ibunya.

***

“Bundaaa?? Bundaaa ayoo sadarrr!!! Bun...”

Jungwon terus menangis ketika brangkar milik ibunya bergerak dengan cepat, menuju unit gawat darurat.

Ia kembali kerumah setelah fastival berakhir, namun ketika sampai dan melepas rindu dengan kedua orang tuanya. Ibunya tiba-tiba saja merasakan sakit yang tak tertahan dan segera di bawa kerumah sakit bersama dengan ayahnya.

“Bun.. Jungwon ada disini!”

Jungwon kembali berkata sambil memengang tangan Bundanya, ia ikut berlari sambil menarik brangkar ibunya.

Disisi lain dari arah berlawanan, Jungwon bisa melihat bahwa ada dua sosok yang ia kenal tengah mendorong brangkar dengan beberapa dokter disana.

Mereka berselisih dan juga saling bertatapan.

Itu Heeseung dan juga Jay.

Mendorong brangkar yang membawa Sunghoon yang telah tertempel banyak sekali alat medis di tubuhnya.

Jungwon tidak bisa berhenti, sekarang bundanya adalah prioritasnya.

Talk with my bestfriend

Jungwon membuka pintu aula olahrga dan ngelihat Ni-ki sedang mendribble bola basketnya dan melemparnya ke ring. Jungwon berjalan dan duduk di sudut lapangan, tangannya mengeluarkan dua buah susu pisang.

Ni-ki yang menyadari kehadiran Jungwon langsung menghentikan acara lempar bola basket ke ring dan menghampiri Jungwon, yang langsung disambut dengan satu buah susu pisang yang di berikan oleh Jungwon.

“Makasih”

Ucap Ni-ki lalu ia duduk di samping Jungwon, meluruskan kedua kakinya.

“Akhir-akhir ini lo ngejauh!”

Ni-ki noleh ke samping, Jungwon masih asik dengan susu pisangnya setelah melemparkan pemikirannya pada Ni-ki.

“Apa karna hubungan lo sama Sunoo?”

Kali ini Jungwon menatap mata sahabatnya. Ni-ki tersenyum dan menggeleng pelan.

“Terlalu kekanankan kalo gua bilang karna Sunoo, tapi itu termasuk alasan kecil sih”

Jungwon menaikan sebelah halisnya.

“Ada sesuatu hal yang harus gua kejer”

Sambung Ni-ki sekarang ia merebahkan dirinya di lantai. Jungwon yang melihat itu, ikut merebahkan dirinya.

“Jadi lo nyerah buat Sunoo?”

Ni-ki terkekeh pelan. Sendari awal ia menyadari bahwa hubungannya dengan Sunoo tidak lebih dari sekedar teman.

“Emang bener kata pepatah, gak boleh ada rasa suka sama temen sendiri”

Jungwon menoleh dan menatap Ni-ki sekilas, ia tau bagaimana perasaan Ni-ki yang begitu tulus pada Sunoo.

“Bukannya Sunoo juga suka sama lo?”

Ni-ki dengan cepat menggeleng.

“Rasa suka Sunoo ke gua cuma sekedar sama Sunoo ke temen, sama kaya gua ke lo dan lo ke kita berdua”

Ni-ki menghela nafasnya, lalu ia bangkit dan mengambil tas miliknya yang ada di dekat sana lalu berjalan menghampiri Jungwon lagi.

Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Jungwon.

Jungwon membaca kertas kecil yang di berikan oleh Ni-ki dan sedikit terkejut.

“Nik.. lo?”

Jungwon menatap Ni-ki yang sekarang tersenyum.

“Sama kaya lo yang punya mimpi, gua juga punya mimpi. Alasan gua ngejauh bukan karna Sunoo ya walaupun itu juga sih.. gua selama ini sering bimbingan sama pak Hoseok dan juga bang Yeonjun buat ambil kesempatan itu, dan gua berhasil”

Ucap Ni-ki sambil tersenyum.

“Oh iya satu lagi, selamat ya lo jadi siswa top lagi dan ngedapatin beasiswa full selama sekolah disini”

Jungwon masih diem, terus dia natap Ni-ki dengan mata yang berkaca-kaca.

“Jadi lo bakal tinggalin gua? Ntar gua sendiri dong, lihat Sunoo.. dia ngebucin mulu?”

Bibir Jungwon melengkung ke bawah, tanda bahwa ia sangat sedih mengetahui bahwa sahabatnya akan pindah ke Amerika untuk mengejar mimpinya.

“Lo gak bakal sendirian lah, masih banyak temen disini”

Jungwon cuma bisa menghela nafasnya.

“Btw, won?”

Jungwon noleh waktu Ni-ki panggil namanya.

“Lo deket sama bang Heeseung kan?”

“Deket sebagai temen”

“Beneran? Gak ada rasa lain?”

“Gua cuma gak mau cinta-cintaan walau ujung-ujung bikin gua sakit hati, padahal baru suka aja udah rasanya gimana. Gua cuma pengen fokus sama belajar gua, biar gua tetep mempertahankan beasiswanya dan bisa bantu ayah. Lagian kak Heeseung sudah suka sama orang lain. Kita deket sebagai temen aja, gua udah anggap dia sebagai abang gua”

Ni-ki anggukin kepalanya, terus bangkit dan ngulurin tangannya buat bantu Jungwon berdiri.

“Ayo balik ke asrama, sekalian buatin gua ramen ya. Laper”

Ni-ki tersenyum, sedangkan Jungwon menatapnya tajam tapi tetap bakal Jungwon lakukan.

who are you?

Sunghoon harusnya tidak mendengarkan ketika Soobin kakaknya meneleponnya untuk pulang ke Korea, karena ayah dan ibunya ingin bertemu dengan Sunghoon.

Sunghoon selama tujuh tahun ini menetap tinggal di Inggris dan berjauhan dengan keluarganya, untuk hidup sebagai manusia biasa. Bukan seorang penyihir yang akhir-akhir ini selalu menjadi perdebatan banyak orang. Sunghoon hanya ingin hidup normal sebagai mana teman-temannya di Inggris.

Kedatangan Sunghoon di Korea di sambut oleh senyum hangat Soobin kakaknya dan juga Sunoo adiknya, seulas senyum manis terpangpang di wajah Sunghoon

“Astaga kak Hoon aku merindukanmu!” Sunoo segera menghampiri Sunghoon dan memeluk Sunghoon, Soobin berjalan lalu mengambil ahli koper yang ada di tangan Sunghoon.

“Sebaiknya kita tidak membuang waktu, ayah dan ibu menunggu untuk makan malam” Soobin berkata membuat Sunghoon dan Sunoo menghela nafasnya pelan. Soobin adalah sosok kakak yang tegas dan cukup di takuti oleh bangsanya dan mungkin saja ia akan menjadi penganti ayahnya untuk memimpin bangsa penyihir nanti.

Sepanjang perjalanan Sunghoon hanya melihat ke luar jendela, menatap setiap jalan tanah kelahirannya yang ia tinggalkan selama bertahun-tahun, Sunghoon tau untuk akses menuju rumahnya cukup sulit. Rumah mereka berada di dataran tinggi di dekat pegunungan, rumah khusus para penyihir yang di lindungi oleh bangsa iblis sesuai dengan perjanjian mereka beberapa puluh tahun yang lalu.

***

Sunghoon membalas pelukan hangat dari ibunya ketika ia baru saja sampai dirumah.

“Apa perjalananmu melelahkan Sunghoon?” Sunghoon menggeleng dan tersenyum pelan.

“Tidak terlalu melelahkan bu” jawabnya lalu sang ibu membawa Sunghoon untuk ke ruang tengah.

“Mereka sudah menunggumu sendari tadi” ibu Sunghoon tersenyum, Sunghoon bisa melihat sosok berjubah hitam, kepalanya tertutup oleh jubah yang ia gunakan dan wajahnya memakai topeng yang di kiri dan kanannya ada sosok lain dengan berpenampilan sama, hanya saja mereka tidak menggunakan topeng.

“Perkenalkan dia adalah pangeran iblis, Sunghoon” Sunghoon terdiam sesaat. Jadi ini memang sudah waktunya ia menyerahkan dirinya pada bangsa iblis.

“Perkenalkan saya adalah Lee Heeseung,saya adalah sepupu dari pangeran” yang berbadan sedikit lebih tinggi berbicara sambil membungkukan badannya, “Saya Kang Taehyun” si pemilik badan tinggi juga ikut memperkenalkan dirinya.

“Sunghoon!” Sunghoon berkata lalu duduk tepat di hadapan mereka dengan mengeratkan genggaman tangannya pada ujung kemeja yang ia gunakan.

“Tidak perlu setegang itu, mereka hanya menyambut kedatanganmu Sunghoon” Soobin berkata, dari nadanya terlihat bahwa Soobin tidak menyukai mereka.

“Jadi bukan kah kalian sudah melihatnya? Kami tidak akan membiarkannya kabur lagi dan akan tetap memenuhi perjanjian itu” Soobin kembali berkata dan menatap tajam ke arah tiga sosok di depannya.

“Pulang lah, dia akan beristirahat” sambung Soobin.

“Soobin sepertinya tetap tidak menyukai kita” si pria bernama Heeseung tadi berkomentar sambil tertawa.

“Baiklah kami akan pergi, besok kita akan bertemu lagi” ucap Taehyun dan Soobin langsung menatap mereka tajam.

“Tidak perlu, minggu depan saja sesuai isi perjanjian. Soobin perlu istirahat” Taehyun bergerak maju untuk berhadapan dengan Soobin, namun tangannya di hentikan oleh sang Pangeran Iblis dan memberi kode bahwa sebaiknya mereka mendengarkan apa kata Soobin. Lalu dengan sekejap mata ketiga sosok itu menghilang dari pandangan mereka.

“Bukan kah sudah kubilang pada ayah dan ibu? Jangan membiarkan mereka datang hari ini? Datanglah sesuai dengan jadwal yang di tentukan” Soobin berkata lalu pergi dari ruang tengah, meninggalkan semuanya dalam posisi terdiam. Terutama Sunghoon, sedikit terkejut jika Soobin semarah itu.

***

Sunghoon pamit untuk sekedar jalan-jalan sore ini, awalnya Soobin tidak mengizinkan dengan berbagai alasan. Tapi Sunghoon termasuk kedalam kategori keras kepala dan pada akhirnya, Soobin membiarkan Sunghoon untuk pergi ketaman sendirian. Dengan catatan pulang sebelum pukul tujuh malam, karena mereka akan bertemu dengan pangeran iblis.

Sunghoon menelusuri setiap jalan di pinggir sungai Han, udara sore ini sangat menyenangkan dan menyejukan. Sunghoon bisa melihat orang-orang yang sedang berlari sore,bermain sepatu roda, bermain papan seluncur dan ada yang duduk di rerumputan hijau di ujung sana. Sunghoon rasanya ingin terlahir sebagai manusia biasa, bukan sebagai seorang penyihir dan keturunan keseratus yang pada akhirnya harus menyerahkan dirinya kepada bangsa iblis.

“Aduh!!” Sunghoon berdecak ketika merasakan sebuah bola kaki terlempar dan mengenai lengannya, Sunghoon menoleh dan mendapatkan sesosok pria berlari ke arahnya..

“Astaga maafkan aku, apa kau terluka?” Sunghoon terdiam untuk beberapa saat ketika pria itu memengang lengannya untuk memastikan bahwa Sunghoon baik-baik saja.

“Aku baik-baik saja!” ucap Sunghoon cepat lalu menyingkirkan tangan pria tersebut dari lengannya.

“Sekali lagi maafkan aku.. aku sungguh tidak bermaksud untuk melepar bola ini padamu. Aku hanya sedang bosan karna bermain sendirian” Sunghoon masih menatap pria di depannya binggung.

“Oh iya.. perkenalkan aku Jongseong. Park Jongseong” laki-laki itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Sunghoon.

“Sunghoon. Park Sunghoon” Sunghoon membalas uluran tangan itu dan pria bernama Jongseong tadi tersenyum ke arahnya.

“Nama belakang kita sama,semoga kita bisa bertemu lagi!” Jongseong melambaikan tangannya lalu berjalan ke tempatnya semula untuk kembali bermain.

Sunghoon pulang dengan perasaan yang sedikit lega dari kemarin. Entahlah pertemuannya dengan Jongseong membuat hati Sunghoon terasa menghangat di tengah pikirannya yang sedang rumit karena masalah pangeran iblis tersebut.

“Kau sudah pulang? Segera bersihkan dirimu. Mereka akan datang sebentar lagi” Soobin tiba-tiba muncul masih dengan raut wajah yang tidak suka. Tidak suka fakta bahwa adiknya harus mengorbankan diri demi menyelamatkan keluarga mereka dan bangsa penyihir.

Sunghoon melihat Soobin yang sedang duduk berhadapan dengan tiga sosok seperti kemarin di depannya.

“Pangeran, aku sudah memberi tahu mu kan? Jangan kesini sebelum hari dimana kalian akan menikah”Soobin berkata dengan nada tajam dan sinis yang belum pernah Sunghoon dengar sebelumnya. Taehyun terlihat tidak menyukai Soobin, bagaimana cara Soobin menatap mereka sungguh membuatnya ingin menghajar Soobin.

“Keluarga kalian pernah menyembunyikannya selama tujuh tahun Soobin, jadi kami harus memastikan bahwa dia tetap ada disini” Heeseung berkata sambil tersenyum tipis, Soobin terlihat mengepalkan tangannya.

“Aku dan keluargaku tidak akan menyembunyikannya, karena aku tau akibat apa yang akan kami hadapi jika kami menyembunyikan Sunghoon. Walaupun aku tidak rela jika Sunghoon harus pergi bersama dengan kalian. Tapi perjanjian tetap lah perjanjian. Kami tidak bisa menghidarinya”

***

Sunghoon melangkahkan kakinya menyusuri pinggiran sungai Han, pertemuan tadi malam tidak berjalan lancar. Soobin beradu mulut dengan Taehyun yang akhirnya membuat Soobin tidak sengaja mengeluarkan kekuatannya dan melukai Taehyun.

Taehyun tentu saja marah,namun sebelum ia menyerang Soobin, tangan si Pangeran lebih dulu menghentikan Taehyun dan ia meminta maaf pada Soobin dan juga Sunghoon karena sudah membuat keributan malam-malam di rumah keluarga Park tersebut.

Netra mata merahnya bertemu dengan mata Sunghoon yang berdiri di ujung ruangan dengan tatapan sulit di mengerti, intinya yang Sunghoon ingat, suara Pangeran iblis itu tajam dan dingin ketika mengatakan bahwa besok ia ingin bertemu dengan Sunghoon lagi.

“Apa yang kau lakukan disini?” Sunghoon tersentak kaget ketika sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, sekaleng softdrink menempel pada pipinya dan Jongseong, pria yang ia kenal kemarin sore yang memberinya sambil tersenyum ke arah Sunghoon.

“Aku melihatmu berjalan dengan pandangan yang kosong, apa ada sesuatu yang menganggumu?” Sunghoon tersenyum lalu mengenggeleng membuat Jongseong mau tidak mau tersenyum sambil mencubit pipi Sunghoon dan mengusak rambut Sunghoon pelan...

“Ah maaf, tanganku tidak sengaja” Ada sedikit rasa canggung di antara keduanya selama beberapa menit.

“Aku selalu bermain ini, apa kau ingin mencobanya?” pada akhirnya Jongseong berkata sambil menunjuk sepasang sepatu roda miliknya dan menyerahkannya kepada Sunghoon yang sedang duduk di sana,menatapnya heran.

“Aku tau bahwa kau penasaran kan? Sini aku temanin” Jongseong menganti sepatu sportnya menjadi sepatu roda dan meminta Sunghoon untuk mengikutinya bermain dengan sepatu rodanya.

“Waw... Jongseong.. hati-hati.. aku aauu... waw!!!....” Jongseong tertawa melihat bagaimana hebohnya Sunghoon saat mencoba bermain sepatu roda dengan bantuan Jongseong yang terus mengenggam kedua tangan Sunghoon.

“Bagaimana? Apa kau suka?” Sunghoon mengangguk pelan sambil terus berteriak heboh.

Setidaknya sore hari ini, Sunghoon benar-benar melupakan tentang masalah hidupnya, setidaknya ia merasa bebas walau tidak setiap waktu.

Tapi kehadiran Jongseong benar-benar memberinya ruang tersendiri, setelah seminggu selalu bertemu Jongseong dan menghabiskan waktu bersama di sore hari.

Sunghoon harusnya sadar, bahwa ia tidak boleh jatuh cinta pada manusia. Karena ia bisa membahayakan si manusia itu.

***

“Apa kau senang bertemu dan bermain bersama dengan manusia itu?” Sunghoon tersentak kaget ketika mendengar suara seseorang, yang pasti itu bukan suara Soobin ataupun kedua orang tuanya. Suara itu terdengar tajam dan dingin.

“Kau?” Sunghoon yang saat ini posisinya sedang berada di taman belakang rumahnya terkejut mendapati sosok berjubah hitam dan menggunakan topeng berdiri di depannya.

“Apa yang kau lakukan disini?” Sunghoon bangkit dari duduknya dan menatap dalam-dalam pada sosok di depannya, walaupun Sunghoon benar benar tidak bisa melihatnya karena pria di depannya menggenakan topeng.

“Aku hanya mencarimu, dan Sunoo bilang bahwa kau disini!” ucapnya lalu ia duduk di tempat Sunghoon tadi.

“Apa kau berpikir bahwa aku adalah orang jahat? Mengapa Soobin sangat membenciku?” Sunghoon mau tidak mau duduk dan menatap lurus kedepan, tentu saja ia aman kan? karena tidak mungkin calon suaminya ini melukainya. Tapi tidak bisa di pungkurin.

“Aku tidak tau!” Pangeran iblis tertawa pelan mendengar jawaban dari Sunghoon, lalu menghela nafasnya kasar.

“Jadi apa kau menyukai pria yang sering kau temui di taman, Sunghoon?” Sunghoon terdiam sesaat. Ada perasaan aneh dalam dirinya ketika ia mengingat hal-hal apa saja yang sudah ia lakukan bersama Jongseong setelah perkenalan mereka satu minggu ini. Dimana Jongseong selalu tersenyum dan mendengarkan semua ceritanya dan bahkan Sunghoon tidak segan menceritakan tentang dirinya dan masalah apa yang sedang Sunghoon hadapi saat ini.

“Mau aku menyukainya atau tidak, pasti aku tetap akan pergi bersamamu kan?” Sunghoon menghela nafasnya begitu juga dengan si Pangeran.

Shhhtttsssss!!!

Tak!!!

Sunghoon dan si Pangeran terkejut ketika ada anak panah yang melesat dan tertancam pada kayu di belakang mereka. Si pangeran dengan cepat berdiri di depan Sunghoon untuk melindungi Sunghoon, membuat Sunghoon tersentak kaget.

“Bangsa vampire mengepung tempatmu” Pangeran Iblis tadi berkata lalu ia segera menarik Sunghoon, membawa Sunghoon pergi karena ia tau bahwa incaran bangsa vampire adalah Sunghoon.

Langkah keduanya berhenti ketika ada dua sosok di depan mereka yang sudah menunggu mereka.

“Jadi seperti ini pemandangannya ketika Pangeran iblis bersama sang penyihir?” sosok tadi tertawa lalu tangannya seperti membuat pola tertentu dan melemparkannya pada Sunghoon dan juga Pangeran, yang membuat badan keduanya terpental dan jatuh ke tanah.

“Sunghoon kau tidak apa-apa?” Sunghoon menggeleng padahal sekujur tubuhnya terasa sakit dan ini pertama kalinya ia menghadapi hal seperti ini. Si pangeran berdiri dan menatap tajam ke arah sosok tadi sampai kedua tangannya terkepal.

“Berani-beraninya kalian!!! Sialan!!!” Dan setelah itu Sunghoon tidak paham situasinya, hanya sekelebat cahaya biru dan merah yang ia lihat. Hingga akhirnya ia melihat sosok pangeran terbanting dan jatuh tepat di depannya.

“Pangeran!” Sunghoon mendekat dan menatap Si Pangeran. Di balik topengnya Sunghoon bisa melihat sudut bibirnya mengeluarkan darah dan juga bahunya tertusuk panah. “Uhuk!!” Sunghoon kembali terkejut ketika si Pangeran batuk dan mengeluarkan darahnya.

“Sunghoon?!!” Sunghoon menoleh mendapatkan Soobin berlari tepat ketika sosok vampire tadi menarik anak panahnya untuk mengenai Sunghoon.

Sunghoon menutup matanya ketika ia merasakan seseorang memeluknya dan berteriak ketika anak panah tersebut menyenai punggungnya. Pangeran Iblis menyelamatkan Sunghoon dan membiarkan tubuhnya yang terkena anak panah tersebut.

“Pangeran?” Sunghoon tidak tau harus berkata apa, kepalanya mendadak pusing dan pada akhirnya ia jatuh tidak sadarkan diri.

“Sunghoon!! Pangeran!!”

***

Ini sudah satu minggu semenjak penyerangan yang terjadi di belakang rumah Sunghoon, dan para bangsa iblis memperketat pertahanan mereka di daerah tersebut. Sunghoon pun tidak di perbolehkan untuk keluar rumah. Dan selama satu minggu ini pun pangeran iblis tidak memperlihatkan dirinya. Ia juga terluka bahkan lebih parah.

Sunghoon sering meminta tolong pada Soobin untuk membawanya ke tempat pangeran tapi untuk sekali lagi Soobin selalu menolak dengan alasan demi keselamatan Sunghoon dan Pangeran. Satu minggu lagi mereka akan mengadakan pernikahan.

Sunghoon kembali memohon pada Soobin hari ini untuk di ijinkan keluar sebentar, ia ingin bertemu dengan Jongseong. Pasti Jongseong mencarinya.

***

Sunghoon menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari Jongseong

“Duar!! Kau mencariku yaa??” Sunghoon tersentak kaget melihat Jongseong datang dan mengejutkannya.

“Jongseon?” Sunghoon berkata dan terdiam, matanya menatap mata coklat Jongseong yang terasa tidak asing. Sudah hampir satu bulan ini ia sering bertemu dengan Jongseong dan ia tidak dapat pungkiri bahwa Sunghoon sudah mulai jatuh hati pada Jongseong. Tapi Sunghoon juga tidak dapat memungkiri bahwa ia juga jatuh cinta pada pangeran iblis akibat pertolongan seminggu yang lalu.

“Kau kemana saja satu minggu ini?“Jongseong bertanya, ia begitu merindukan Sunghoon dan pada akhirnya Sunghoon menceritakan semuanya pada Jongseong.

Mulai dari penyerangan itu, pangeran iblis dan juga perasaan Sunghoon pada Jongseong serta perasaan Sunghoon pada Pangeran Iblis. Jongseong tersenyum sebentar.

“Jadi apa yang akan kau lakukan?” Sunghoon menggeleng pelan sedangkan Jongseong mengenggam tangan Sunghoon.

“Sunghoon, apa kau mau kabur bersamaku? Ke Amerika?“Sunghoon tersentak kaget mendengar perkataan Jongseong.

“Aku sungguh sudah jatuh cinta padamu Sunghoon. ayo melarikan diri bersama.. dan aku menyelamat kamu dari si iblis itu” Sunghoon masih terdiam sesaat.

“Kita tidak bisa Jongseong, jika aku memaksa untuk lari bersamamu. Maka bukan hanya aku yang terkena masalah. Tapi kau, kamu juga akan terkena masalah” Jongseong terdiam lalu tersenyum.

“Apa kau sudah jatuh cinta pada si pangeran?” Sunghoon terdiam mendapat pertanyaan dari Jongseong.

“Kalau kau tidak mencintainya, ayo pergi bersamaku yang jelas-jelas kau cintai” Sunghoon masih diam.

“Jongseong maafkan aku.. aku tidak bisa... dan terima kasih untuk satu bulan ini... sungguh sangat senang bisa mengenalmu dan mencintamu”

***

Bagaimana pun juga Sunghoon harus menerima takdirnya untuk menjadi pendamping dari Pangeran Iblis tersebut, terlapas dari semua perasaannya kepada Pangeran Iblis tersebut dan kepada Jongseong.

Soobin menghampiri Sunghoon yang masih duduk di depan meja rias, hari ini adalah hari pernikahannya dengan pangeran iblis. Sunghoon tersenyum dan tentu membuat Soobin merasa sama sekali tidak enak.

“Maafkan aku, aku tidak bisa membatalkan perjanjian ini, sekuat tenaga aku mencoba. tetap saja, semua terasa gagal” Soobin berkata dan Sunghoon hanya tersenyum sambil menggeleng kecil.

“Tidak apa-apa Kak, ini sudah menjadi takdirku” Sunghoon berkata, lalu kembali menatap pantulan dirinya pada kaca besar tersebut.

“Aku seperti menjual adikku sendiri demi bangsa ku” Sunghoon menggeleng lalu menganggam tangan Soobin.

“Kau adalah kakak terbaik yang pernah aku miliki, terima kasih karena sudah melindungiku, ayah, ibu dan juga Sunoo.. terutama kau sudah melindungi bangsa penyihir” Soobin tersenyum lalu memeluk Sunghoon erat-erat.

“Setelah ini kau bukan lagi tanggung jawabku, tapi kau masih bisa mencariku, jika mereka memperlakukan mu buruk, aku adalah orang pertama yang maju” Sunghoon tertawa lalu mengangguk kecil.

Sunghoon berjalan ke depan altar di mana mereka mengadakan pernikahan di sebuah gedung tua milik bangsa iblis agar penjagaannya begitu ketat dan tidak terjadi kecelakaan seperti tempo lalu, Sunghoon berjalan secara perlahan. ia mengingat bagaimana pertemuannya dengan Jongseong, waktu yang ia habiskan dengan Jongseong dan ia berharap bahwa Jongseong dapat menemukan kebahagiaannya setelah ini, sama sepertinya.

Sunghoon menatap pada netra mata milik si pangeran, kali ini sorot matanya tidak terkesan dingin seperti biasa, manik matanya berwarna coklat terkesan memancarkan kehangatan dan Sunghoon merasa pernah bertemu dengan manik mata tersebut.

Sunghoon mengelurkan tangannya untuk dipasangkan cincin pengikat mereka begitu sebaliknya, lalu petinggi bangsa Iblis menyuruh si Pangeran untuk membuka topengnya. Sunghoon sejujurnya sedikit gugup, karena ini adalah pertama kalinya ia melihat wajah dari orang yang disampingnya, si pangeran iblis yang sudah menyelamatkan nyawanya tempo lalu. Sunghoon menarik nafasnya ketika si pangeran secara perlahan membuka topengnya, sinar bulan purnama malam ini menyinari tempat pernikahan mereka yang segaja mereka lakukan pada malam hari.

Sorot mata itu, Sunghoon tau.. Sunghoon hafal betul milik siapa netra coklat itu.

“Jongseong?” Sunghoon tersentak begitu si pangeran iblis membuka full topengnya dan tersenyum pada Sunghoon.

“Brengsek!! Apa kau sengaja membodohiku?” Sunghoon menatap Jongseong tajam, ia benar-benar merasa di bodohi dan Sunghoon berjalan pergi meninggalkan tempat itu, meninggalkan semua orang yang ada disana. Soobin berjalan ingin mengerjar Sunghoon namun Jongseong menahannya.

“Aku yang akan membereskannya, kalian tenanglah” Jongseong berkata lalu mengejar Sunghoon yang sudah tidak tau kemana.

“Sunghoon” Jeongseong terus memanggil nama Sunghoon, mencoba mencari Sunghoon di antara bangunan tua tersebut, dan Jongseong berhenti ketika melihat sosok Sunghoon tengah berdiri di depan air mancur dengan tatapan kosong.

“Sunghoon?“Panggil Jongseong, Sunghoon menoleh dan Jongseong bisa melihat raut wajah kecewa dari Sunghoon.

“Sunghoon maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membohongimu” Sunghoon memalingkan wajahnya.

“Aku hanya ingin mencoba dekat denganmu dengan berpenampilan pada umumnya, bukan dengan jubah hitam yang menakutkan dan juga sebuah topeng. aku tidak bisa melepaskan topeng ini karena semua orang akan tau wajah ku dan aku akan menjadi incaran bangsa vampire” Jongswong terus berkata mencoba menyakinkan Sunghoon.

“Apa kau tau? aku sudah jatuh terlalu dalam kepada sosok Jongseong” Sunghoon berkata dengan pandangan yang lurus ke depan, Sunghoon menoleh dan berbalik menatap Jongseong.

“Lalu bagaimana jika waktu kau mengajakku untuk melarikan diri, aku mengiyakan ajakkan mu?” Sunghoon bertanya dan Jongseong tersenyum.

“Tentu saja aku akan benar-benar membawamu pergi”

“Meninggallkan semua yang kau punya? termasuk gelar pangeran iblismu?” Jongseong mengangguk,dan Sunghoon terlihat berdecak sebal.

“Seharusnya aku benar-benar mengiyakan ajakanmu waktu itu” Jongseong tertawa pelan mendengar ucapan Sunghoon.

“Jadi kau menyukai siapa? Siapa yang lebih kau sukai? Jongseong si pria baik di taman atau pengeran Iblis yang telah menyelamatkan dirimu?”

“Pikir saja sendiri!”

Fin.

Cerita ini di ambil dari novel berjudul i am witch, tapi hanya alurnya saja. Setiap pemakaian kata tetap dariku

terima kasih

Kalo ada typo maaf banget ya, soalnya ini nulisan lama ku dan aku udah pernah buat dalam versi lain. Hehehe

Date

“Nah, cil?”

Jungwon natap Heeseung yang lagi senyum sambil ngasih minuman ke Jungwon. Film yang bakal mereka nonton itu dimulai sekitar satu jam lagi.

“Mau tunggu disini? Atau mau main dulu?”

Tanya Heeseung sambil tunjuk satu spot game center yang emang sebelahan sama bioskopnya.

Jungwon kelihatan banget lagi mikir.

Kalo tunggu pasti bosen.

“Ntar kak, gua habisin dulu minuman”

Heeseung terkekeh. Jungwon ini emang beda banget sama kebanyakan orang.

Dan itu lucu menurut Heeseung.

“Gak usah cepet-cepet, lo kan bisa habisinnya sambil kita main nanti”

Jungwon natap Heeseung dengan puppy eyes miliknya. Terus senyum sembari bangkit berdiri.

“Ayoo kalo gituuuu...”

Teriaknya sambil berlari kecil ke arah game center tersebut.

Heeseung dan Jungwon benar-benar ngabisin waktu mereka dengan main game, beberapa game mereka mainin. Dan Heeseung bisa lihat kalo Jungwon bener bener seneng banget.

Seharian ini di habisin sama ketawanya Jungwon.

Heeseung pikir, melihat Jungwon tertawa sebahagia adalah hal yang pengen dia lakuin untuk Jungwon.

Selama beberapa bulan mengenal Jungwon, ia tidak pernah melihat laki-laki itu tertawa bahagia.

Laki-laki selalu terlihat kuat di luar namun lemah di dalam.

Keadaan orang tuanya membuat ia harus berjuang mendapatkan beasiswa penuh untuk mengejar mimpinya.

Memiliki kisah cinta yang pedih bahkan ketika ia belum memulainya.

Persahabatannya sedikit berantakan akibat ego dari masing masing yang tidak mementingkan perasaan yang lain.

Setidaknya, walaupun hanya satu hari. Heeseung bisa melihat senyum lebar dari Jungwon.

***

“Kak?”

“Iya sayang?”

Sunoo langsung memukul pelan Jake yang ada disampingnya, sedangkan Jake terkekeh.

Walau dalam pencahayaan yang kurang. Jake masih bisa ngelihat kalo kedua pipi milik Sunoo berubah menjadi warna merah.

“Isshhh... itu lihat dua baris di depan”

Sunoo sedikit berbisik dan menunjuk dengan jarinya, kearah depan.

Jake menoleh sebentar tapi kemudian ia menatap wajah Sunoo yang sedang menatapnya, lalu mencuri satu kecupan pada bibir si yang lebih muda.

Sunoo kaget terus nyubit lengan Jake.

“Kok dicium sihh...”

Sunoo berbisik, karna tidak ingin menganggu penonton lain yang ada di dalam ruangan.

“Habis kamu gemes!”

Tuh kan, ini emang mulut Jake yang lemes banget atau hatinya Sunoo yang lemah.

Anggap aja dua duanya.

“Itu di depan, ada kak Jay sama kak Sunghoon?”

Jake akhirnya sadar, kalo di depan sana ada sosok kedua temennya yang lagi nonton juga.

“Ya udah biarin aja, toh mereka gak ganggu”

Jake berkata lagi, terus raih tangan Sunoo buat di genggam.

“Mereka emang pacaran ya?”

Tanya Sunoo lagi. Sumpah sekarang film romance yang lagi di puter gak ada berartinya bagi Sunoo, ia lebih tertarik dengan hubungan kedua kakak tingkatnya.

“Iyaa Sunoo, jangan diurusin mending perhatiin filmnya”

Jawab Jake.

Di tengah klimaks film di layar lebar sana, Sunoo kembali memukul lengan Jake dan menunjuk apa yang di lihat di depannya.

Kedua pemain film layar lebar itu tengah berciuman mesra, dimana mereka menyalurkan perasaan mereka setelah apa yang terjadi.

Dan juga

Di depan sana.

Sunghoon dan Jay, melakukan hal yang sama.

Yang membuat Sunoo tidak percaya.

Jake menghela nafasnya, dan menatap Sunoo.

Tanpa aba-aba ia menarik Sunoo untuk mendekat dan mencium Sunoo. Sunoo awalnya kaget, namun karna terbawa suasana yang ada, akhirnya Sunoo ikut terlarut dalam keadaan di dalam ruangan.

***

Heeseung dan Jungwon sama-sama menelan ludah mereka dan saling menatap.

Sial.

Pikir keduanya.

Bisa-bisanya mereka melakukannya di depan keduanya.

“Wahhh... gilaaa”

Jungwon berkomentar setelah melihat di depan mereka. Mendapatkan kursi paling belakang memang adalah pilihan yang tepat.

Heeseung dengan cepat menutup mata Jungwon menggunakan kedua telapak tangannya.

“Cil jangan di lihat, nanti lo pengen!”

Heeseung terkekeh sedangkan Jungwon menginjak kaki Heeseung yang membuat Heeseung meringgis cukup kuat dan membuat beberapa penonton disana menoleh, tak terkecuali Sunoo dan Jake yang berada di kursi bawah mereka dan juga Sunghoon dan jay yang menoleh ke kursi belakang.

Heeseung tersenyum sambil melambaikan tangannya, sedangkan Jungwon melalukan hal yang sama.

***

Keenam remaja ini sedang berada di sebuah restoran china yang tidak terlalu jauh dari bioskop tempat mereka menonton tadi.

Disaat sedang menunggu makanan datang, Sunoo dan Jungwon sedang mengobrol asik.

Membicarakan tentang film yang barusan mereka nonton.

Sedangkan keempat kakak kelas mereka sedang menatap satu sama lain dengan tajam.

“Ngapain lo pada nonton?”

Pertanyaan pertama keluar dari mulut Heeseung dan Jake yang duduk bersebelahan.

Heeseung natap Jake.

“Ya gua lagi kencan”

Jawab Jake.

“Kita juga lagi kencan”

Jay nunjuk dirinya sendiri dan juga Sunghoon.

“Gua?”

Heeseung diem.

Sialan.

“Lo apa? Kencan juga?”

Tanya Jay dengan tatapan mata penuh selidik.

“Gua cuma dapat tiket, sayang kalo gak di gunain. Karna gua tau lo lo pada bakalan pergi akhir pekan, jadi gua ajak Jungwon. Sekalian ngucapin makasih”

Ketiga temannya tidak percaya.

Mereka sudah mengenal Heeseung lama. Ia bukan tipekal orang yang akan mengajak sembarang orang untuk menemaninya, kecuali orang itu bener-bener bisa membuatnya nyaman.

***

Ni-ki membuka ponselnya, ada sebuah email masuk yang membuatnya bersorak lalu berlari keluar kamarnya dan mencari sosok Yeonjun yang sedang bersiap untuk keluar.

“Bangggggg!!!!”

Teriak Ni-ki dan membuat jantung Yeonjun hampir aja loncat keluar.

Lebay?

Emang iya.

“Bang gua keterima sekolah dance di Amerikaa... huaaaaa T.T”

Ucap Ni-ki dan Yeonjun kaget terus sekarang mereka pelukan sambil loncat loncat.

“Adekk guaa... selamat yaaaa”

I. First Meet

“Baiklah, semuanya tolong perhatikan!”

Seorang wanita yang mungkin berumur hampir memasukin usia kepala 4 itu menghentakan mejanya dengan buku tebal, meminta agar kelas 10-4 diam sesaat.

“Kita kedatangan murid pindahan”

Ketika suara wanita itu menyebutkan murid pindahan, seisi kelas langsung diam. Seperti sebuah sihir.

Wanita yang merupakan wali kelas, kelas 10-4 menyuruh murid pindahan untuk masuk ke dalam kelas.

“Silahkan, perkenalkan namamu”

Ucapnya lagi.

“Kim Sunoo, mohon bantuannya”

“Sunoo, ayoo duduk di sini!!!”

Sunoo menatap laki-laki berkulit putih yang melambaikan tangannya dan menunjukkan bahwa kursi di sebelahnya adalah kursi kosong.

“Duduk lah di samping Seongmin”

Sunoo mengangguk lalu melangkah kan kakinya menuju mejanya.

“Baiklah, sekarang buka buku paket kalian halaman 37”

“Sunoo.... Kim Sunooo... kenalin gua Donghyun, Keum Donghyun”

Donghyun tersenyum lalu di balas senyumannya oleh Sunoo.

“Ahn Seongmin”

Orang yang menunjuk kursinya tadi adalah Seongmin.

“Mereka menyebalkan, lain sama gua aja nanti. Kim Doyoung”

Sunoo tersenyum, dirinya pikir di sekolah barunya dia tidak bisa mendapatkan teman sama sekali.

Ternyata banyak yang ingin berteman dengannya.

***

Sunoo mengangguk dan keluar dari ruangan guru, tadi ia di panggil oleh wali kelasnya untuk mengisi beberapa form lainnya dan tadi juga Seongmin sudah mengatakan bahwa mereka akan menunggu Sunoo di kantin.

bugh

Sunoo kaget ketika ada bola basket yang mengenai bahunya, Sunoo noleh dan lihat seorang siswa tengah berjalan ke arahnya.

Dalam hatinya Sunoo mengumpat, apa orang ini gak bisa main basket. Gimana coba bola basket bisa sampe kena dia.

Cuma karna dia anak baru, jadi Sunoo tidak mengumpat langsung.

“Bisa lo balikin bola basket gua?”

Tanyanya, soalnya bola basketnya ada di tangan Sunoo.

Dan apa tadi katanya?

Gak ada kata maaf atau apapun.

“Lain kali main basket yang bener! Minta maaf dulu, baru minta bolanya!”

Sunoo ngeceplosan, habisnya dia sebel. Sunoo ngelihat siswa itu jalan semakin deket ke arahnya. Buat Sunoo mundur sedikit.

“Apa? Maaf?”

Siswa tadi tersenyum natap Sunoo tajam, tapi di balas tajam sama Sunoo.

“Gua gak salah, ngapain sih harus minta maaf!”

Sunoo tuh gak mau di hari pertama sekolahnya cari musuh, tapi siswa di depannya bener-bener buat Sunoo jengkel. Bahunya lumayan sakit loh.

“Hah? Gak salah? Bola lo kena bahu gua, kalo gak bisa main mending gak usah lain!”

Siswa tadi kelihatan banget keselnya terus dia ambil bola basketnya dengan kesal.

“Gua bakal inget sama lo, awas aja!”

Sunoo gak peduli, dia tendang tulang kering si siswa tadi dan pergi gitu aja. Buat si siswa tadi kaget sekaligus meringgis sakit karna tulang keringnya kena tendang.

“Yak!!!”

Sunoo gak peduli di teriakin gitu, dia jalan langsung menuju kantin.

Kesel dia tuh.

***

“Aku pulangg...”

Sunoo teriak terus lepas tasnya di sofa dan langsung duduk. Hari pertama sekolah cukup menyusahkan.

“Anak mama yang ganteng udah pulangggg”

Sunoo bisa ngelihat mamanya keluar dari dapur sambil bawa kotak, terus senyum ke Sunoo.

Perasaan Sunoo jadi gak enak.

“Sunoo, bisa kasih ini ke tetangga? Mama masih harus beres beres lagi.”

Tuh kan.

Sunoo ini walau suka ngomel, tapi dia bukan anak yang pembangkan. Dia juga sadar diri, masih banyak barang barang yang belum di tata sama mereka.

Sunoo bawa kotak yang udah ketebak isinya itu keluar, buat di bawa ke tetangga sebelah.

Sunoo ngebuka pagar kecil rumahnya, terus jalan kerumah sebelah.

Sunoo mencet bellnya, sekitar lima menit di buka Sunoo kaget sama orang di depannya.

Orang yang tadi siang nyari gara-gara sama dia.

“Ihh.. kok ketemu sama lo lagi sih..”

Sunoo jadi sebel. Males banget tetangga.

“Hah?”

Sosok di depannya bingung.

“Gak usah hah hah hah dehh... nih ambil!”

Sunoo langsung ngasih kotaknya terus jalan tinggalin orang di depannya, tapi dia balik lagi putar badan.

Natap sosok di depannya, terus tiba-tiba nendang tulang kering sosok tadi. Yang buat sosok tadi ngeringis sakit.

Sunoo julurin lidahnya terus jalan cepet buat balik ke rumahnya.

“Lah, anjirrr sakit!!”.

Sosok tadi mengang tulang keringnya terus masuk ke dalam rumah.

“Siapa Jae?”

“Gak tau tetangga sebelah yang baru pindah kali, masa kaki aku tiba tiba di tendang! Sinting!”

III. I like you? No. I love you

Jungwon memasukan ponsel ke dalam saku jaketnya sebelum ia masuk ke dalam ruang rawat inap Jake. Kali ini ia datang sendiri, Ni-ki ada beberapa urusan dengan pihak sekolah dan akan segera menyusul.

Jungwon membuka pintu dan matanya sedikit terkejut ketika melihat Heeseung dan Jay yang sedang tertidur di sofa dengan kepala yang saling menumpu.

Ia menatap Sunoo yang lagi belajar di samping ranjang Jake. Kebetulan ini adalah hari libur dan sudah tiga hari Jake maupun Sunghoon sama-sama belum sadar.

“Sunoo, kenapa mereka disini?”

Bisik Jungwon kecil sambil melihat menunjuk ke arah Jay dan juga Heeseung.

Sunoo mengangkat bahunya tanda ia tidak tau, karna tiba-tiba keduanya datang ke ruangan Jake dengan wajah lesuh. Mungkin mereka di usir oleh Soobin yang kebetulan menjaga Sunghoon.

“Eunggg~~”

Jay dan Heeseung bergerak, serta menrenggangkan otot-otot mereka lalu menatap Jungwon yang sedang menatap mereka.

“Loh, Jungwon?”

Ucap Heeseung sambil berdiri namun duduk lagi, nyawanya belum pulih ternyata.

“Kalo mau tidur sebaiknya balik ke asrama, disini kalian hanya membuat beberapa pihak gak nyaman”

Ucap Jungwon sambil menaruh paperbag yang isinya adalah baju ganti milik Sunoo.

Jungwon melihat ke arah Sunoo sebentar lalu menghela nafasnya.

“Kak Hee sama Kak Jay, mau makan siang bareng gak? Gua yang traktir deh!”

***

Sunoo menatap wajah Jake dalam, sambil mengelus pelan punggung tangan Jake.

“Kakak bukannya udah janji sama gua  kalo kakak gak akan nyakitin diri kakak sendiri lagi?”

Sunoo menghela nafas, melihat bekas luka-luka di lengan Jake.

Malam hari itu, Jake memberitau Sunoo semuanya. Alasan mengapa ia melakukan cutting, tentang dirinya, tentang ibunya yang menginginkannya untuk menjadi siswa nomor satu, tentang ayahnya yang mengalami gangguan jiwa. Tentang seberapa lelah dirinya dan beberapa kali ingin mengakhirin hidupnya sendiri.

Jake berjanji pada Sunoo sebelum ia pulang ke rumah orang tuanya, bahwa ia tidak akan melakukan apapun dan menyelakai dirinya.

Tapi lihat, bahkan sekarang Jake tidak sadarkan diri sama sekali.

“Kak Jakee...”

Sunoo tidak pernah merasakan perasaan ini pada siapapun, bahkan perasaannya mungkin sekarang sudah berbeda.

Sunoo menundukan kepalanya pada pinggir ranjang. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Jake.

Sunoo dengan segera mungkin mengangkat kepalanya waktu dia ngerasa kalo sebuah tangan ngelus pelan kepalanya.

Jake sekarang menatapnya sambil tersenyum.

“Cih! Dasar”

Sunoo bergumam terus dia gak sadar kalo dia nangis, soalnya tangan Jake ngapus air matanya.

“Maaf ya kalo gua bikin lo nangis”

Lirih Jake pelan sambil tersenyum.

“Kak Jake jahat, kak Jake tau segimana khawatirnya gua? Kenapa kaya gitu? Gua kan udah bilang buat gak main-main sama benda yang kaya gitu. Udah gak sayang nyawa? Kalo gitu mending langsung terjun dari gedung puluhan lantai! Biar langsung mati!”

Sunoo ngomong dengan perasaan campur aduk,sedih, khawatir, senang dan banyak lagi.

Sunoo payah dalam menyapaikan perasaannya.

“Maaf”

Jake sejujurnya tidak tega ngelihat Sunoo yang nangis segukan gitu, jadi dia perlahan bangun dari posisinya dan menarik Sunoo dalam pelukannya.

“Gua minta maaf. Maaf udah bikin lo nangis, maaf udah bikin lo khawatir”

Sunoo gak ngejawab, dia masih tetep nangis di pelukan Jake.

Jake ngelepas pelukannya dan natap Sunoo sambil senyum. Sekarang kondisi Sunoo bener bener lucu menurutnya.

Mata sembab.

Hidung merah.

Surai hitammya yang berantakan.

Jake kembali menghampus jejak air mata Sunoo dalam diam, sedangkan Sunoo masih sesegukan dan natap Jake.

“Jangan ngelukain diri kakak lagi, atau gua bener bener bakal ninggalin lo”

Jake terkekeh dan tersenyum lalu ia menarik Sunoo buat duduk di pinggir ranjang.

Jake ngeraih kedua tangan Sunoo dan di genggam sambil sesekali di elus.

“Sekali lagi makasih karna lo udah mau ada disamping gua”

Sunoo senyum.

“Kak Jake?”

Panggil Sunoo yang ngebuat Jake angkat sebelah halisnya.

“Aku suka sama kakak”

Jake terdiam untuk sesaat.

“Eh bukan suka deng, kayanya aku cinta sama kakak”

Sunoo menundukan kepalanya.

Perasaan Jake sekarang menghangat. Ia tidak pernah mendengar kata cinta dari orang lain untuknya semasa hidupnya. Jake tau kalo sekarang ia benar-benar merasa dicintai.

Jake tersenyum, ia kembali mengkikis jarak antara dirinya dan juga Sunoo.

Kembali menyatukan kedua belah bibir miliknya dan juga Sunoo. Sunoo menutup matanya, entah kenapa perasaannya terlalu bahagia.

Entah suara detak jantung milik siapa, atau mungkin detak jantung keduanya yang terdengar di seluruh ruangan ini.

Keduanya merasakan bahwa seperti ada ribuan kupu-kupa yang menggelitik perut mereka dan segera keluar.

“Ni-ki?”

Ni-ki terkejut waktu lihat, Heeseung,Jay dan juga Jungwoon yang berjalan dari arah koridor.

“Kok di depan? Gak masuk?”

Tanya Jungwon dan Ni-ki menggeleng sebentar.

“Kayanya gua ada urusan mendadak, gua pamit ya won. Bang Hee bang Jay gua duluan”

II. They will be okay.

Sunoo yang ngerasa gak enak badan izin buat tinggalin pelajaran dan pulang ke asrama, gak tau kenapa perasaan sama badannya sama-sama gak enak.

Sunoo ngebuka pintu asramanya dan menghela nafas pelan.

Udah dua hari ini kamarnya sepi, Ni-ki yang milih buat pindah kamar dan Jake yang belum juga kembali ke asrama dan sekolah setelah dia izin buat pulang ke rumah.

Sunoo yang awalnya mau ke kasurnya agak bingung waktu lihat pintu kamar mandi kebuka dan juga lampu kamar mandirnya nyala. Padahal setau Sunoo dia nutup pintu kamar mandi dan matiin lampunya.

Dengan langkah yang hati-hati Sunoo ngelakah jalan ke kamar mandi, pintunya dia dorong sedikit.

Lutut Sunoo melemas dan matanya membulat. Kedua tangannya ia bawa untuk menutup mulutnya.

Terlalu kaget dengan pemandangan yang ia lihat.

“Kak Jakee”

Sunoo berteriak mendekati tubuh Jake yang tidak sadarkan diri, dengan pergelangan tangan kirinya terluka dan banyak darah disana.

Sunoo dekat cepat mengambil ponselnya menghubungi siapa aja untuk meminta tolong.

“Kak Jake... kak Jake sadarrr”

Sunoo melepas dasinya untuk menghentikan pendarahan yang keluar dari pergelangan tangan Jake, Jake membuka matanya menatap Sunoo sambil tersenyum.

Selain luka besar pada pergelangan tangannya, Sunoo bisa melihat kalo wajah Jake penuh dengan memar dan sudut bibirnya terluka.

“JAKE!”

Sunoo noleh waktu lihat Jay berdiri dengan wajah paniknya dan langsung menghampiri mereka, menguncang tubuh Jake.

“Sunoo bantu Jake naik ke punggung gua, kita bawa ke rumah sakit”

Jay bergerak cepat, ia panik. Mereka panik.

Tapi ia tau kalo dia gak boleh panik karna bakal ngebahayain kondisi Jake.

Jay yang ngegendong Jake buru-buru keluar dari kamar Jake bersama dengan Sunoo.

Keduanya berlari untuk menuju parkiran dan membawa Jake segera mungkin ke rumah sakit.

“Kak Sunghoon!!!!”

Langkah Jay terhenti waktu dia lihat kesamping.

Heeseung lagi gendong Sunghoon yang gak sadarin dirinya.

Dibelakang Heeseung ada Jungwon dan juga Ni-ki.

Tidak ada waktu untuk mereka saling bertanya apa yang terjadi, karna sekarang dua nyawa sedang dalam bahaya.

***

Mereka berlima sekarang berada di depan ruang unit gawat darurat. Belum ada yang bicara di antara mereka, masih dalam pikiran masing-masing.

Jay terlihat lebih kacau, kemaja putihnya penuh dengan darah milik Jake begitu juga dengan Sunoo.

Jungwon yang melihat Jay sedikit iba dan juga melihat bagaimana Sunoo terlihat menahan nangisnya.

Ni-ki tidak pernah melihat Sunoo yang sekacau itu. Rambut hitam yang biasa tertata rapih terlibat berantakan, kemeja sekolah yang penuh bekas darah, dan wajah yang khawatir.

Heeseung menghela nafasnya, ia tidak menyangka bahwa kedua sahabat baiknya berada di ruangan paling menakutkan dengan kondisi serupa namun gejalan yang berbeda.

Ia pun menoleh ke arah teman temannya yang sama khawatir dengannya.

Singkat cerita, ketika ia sedang mencari posisi dimana Jake berada. Ia berpapasan dengan Sunghoon dan juga Jungwon yang berjalan bersama di koridor tangga.

Dan tanpa di duga, seseorang berniat mendorong Jungwon namun Sunghoon lebih dulu menolongnya, sehingga Sunghoon terjatuh dan sampai sekarang tidak sadarkan diri.

Pintu ruangan gawat darurat terbuka dan memperlihatkan dua brangkar yang di dorong keluar.

Sunghoon ada di brangkar pertama dengan berbagai alat medis yang menempel pada dadanya.

Dan Jake berada di brangkar kedua, sama halnya dengan Sunghoon, berbagai alat medis menempel pada tubuh Jake.

***

Jay duduk di depan ruangan milik Sunghoon dan juga Jake. Tidak berniat masuk, begitu juga dengan Heeseung.

Soobin sudah datang dan sekarang berada di ruangan Sunghoon, sedangkan Jungwoon, Sunoo dan Ni-ki berada di ruangan Jake untuk menemani Jake.

“Gua gak gagal ya Seung?”

Tanya Jay pelan dan Heeseung natap Jay.

“Bukan cuma lo, gua juga gagal”

Jawab Jay.

Keduanya masih diam, tidak ada pembicaraan sama sekali.

“Kak Jay, kak Hee”

Jay sama Heeseung noleh waktu lihat Jungwon berdiri di depan mereka sambil ngasih satu kantong kresek yang isinya roti dan minuman.

“Dari tadi kalian belum makan, gua sama Ni-ki sekarang mau balik dulu ke sekolah”

Jungwon berkata lalu dia ngasih satu paperbag ke Jay.

“Kakak ganti baju dulu, bajunya banyak bekas darah. Amis!”

Jay cuma bilang makasih terus ngambil paperbagnya.

Jungwon sama Ni-ki pamit buat balik ke sekolah. Sedangkan Sunoo tetep tinggal.

“Kak Hee kak Jay”

Jungwon berbalik sebentar.

“Mereka pasti bakal baik-baik aja”

Sambungnya lagi dan berjalan pergi.

Jay sama Heeseung, cuma diam denger perkataan Jungwon.

Mereka harap juga seperti itu.

Bahwa Jake dan Sunghoon akan baik-baik aja.

I. The Wedding Day

Sebenarnya Ethan tidak pernah menyangka bahwa ia akan berakhir seperti ini, menikah dengan seseorang yang bukan pilihannya. Tapi apa boleh buat, bagaimana pun ini sudah menjadi tugasnya sebagai anak sulung. Membantu keluarganya sebisa mungkin.

Ethan menatap pantulan dirinya pada salah satu kaca yang ada di ruangan, ia jadi teringat akan kata-kata yang di sampaikan oleh mamanya.

“pernikahan bukanlah hal yang bisa kamu anggap sepele, pernikahan adalah hal suci. Pernikahan di lakukan satu kali seumur hidup, setelah ini kamu akan menjadi kepala keluarga. Kamu tau berhasilnya sebuah pernikahan itu tergantung bagaimana kamu membimbing keluarga kamu dan pasangan kamu. Mama harap, jika kamu dan juga Abysa mempunyai masalah kalian bisa menyelesaikannya baik-baik. Bawa dalam doa setiap keputusan yang akan kalian ambil kedepannya, komunikasi juga penting. Ingat Ethan, kamu membawa nama baik keluarga kita dan setelah ini kamu bukan lagi tanggung jawab kami, dan kamu yang akan bertanggung jawab atas Abysa”

Tidak berbeda jauh dengan apa yang dikatakan ayahnya beberapa minggu lalu, tapi tetap saja. Jauh dalam lubuk hati Ethan, ia merasa bahwa sesungguhnya ia belum pantas untuk berumah tangga. Mentalnya belum siap.

Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini satu-satunya jalan yang bisa ia tempuh.

“Anggap aja lo lagi belajar”

Ethan noleh waktu lihat Vincent datang, kakak laki-laki Abysa.

“Gua tau kecemasan lo kaya gimana, kekhawatiran lo tentang pernikahan ini”

Vincent mengambil duduk di salah satu kursi yang ada disana, menatap calon adik iparnya sambil tersenyum.

“Adek gua bukan orang yang plin plan ataupun orang yang kepoan dia bakal ngejaga sebuah privasi”

Ethan gak tau sebenarnya tujuan Vincent ngomong gitu sama Ethan.

“Adek gua orangnya terlalu polos dan bego”

Vincent menghela nafasnya lalu bangkit berdiri dan menghampiri Ethan sambil menepuk pelan pundak Ethan.

“Tapi kalo lo sekali aja buat dia nangis, gua gak yakin kalo lo aman”

Vincent memberikan senyum miringnya lalu pergi, sedangkan Ethan cuma bisa nelen ludahnya kasar.

Rumor di kampus tuh ternyata emang bener, kalo Vincent ini ditakutin di semua anak-anak falkutas.

***

Abysa masih duduk di kursinya sambil gerakin tangannya, mainin jari-jarinya. Vincent yang baru aja kembali dari ruangan Ethan ngelihat adiknya itu sambil senyum.

“Dek?”

Panggil Vincent dan Abysa langsung noleh terus senyum, Vincent nyamperin adeknya tersebut terus jongkok di depan adeknya sambil pegang tangan Abysa.

“Lo tau kan kalo koko sayang banget sama lo dek?”

Abysa cuma bisa anggukin kepalanya doang.

“Ini juga udah keputusan lo, koko cuma ingetin beberapa hal sama lo. Kalo ada apa-apa di selesai berdua dulu, kalo gak ada jalan keluar lo tanya koko ya.. kalo kita sama-sama gak dapet jalan keluar baru tanya ke papi sama mami”

Abysa senyum terus dia ngelihat kokonya senyum juga.

“Sepuluh menit lagi acaranya mulai, koko tunggu di depan ya”

***

Ethan tidak pernah merasa gugup semasa hidupnya, dan ini dia benar-benar gugup di tambah ketika ia ngelihat kepala keluarga Sunata jalan ke arahnya dengan mengandeng tangan Abysa.

Sebelum benar-benar memberikan tangan Abysa padanya, kepala keluarga Sunata itu tersenyum pada Ethan sambil berkata “Setelah ini, kamu yang akan menjaganya”

“Saya Ethan Aditya Lee, dengan ini berjanji di hadapan Tuhan dan juga keluarga serta sidang jemaat. Bahwa saya memilih anda Indira Abysa Sunata sebagai pendamping hidup saya, dalam keadaan suka maupun duka, susah maupun senang, miskin maupun kaya. Berjanji bersama sampai maut memisahkan kita”

“Saya Indira Abysa Sunata, dengan ini berjanji di hadapan Tuhan dan juga keluarga serta sidang jemaat. Bahwa saya memilih anda Ethan Aditya Lee sebagai pendamping hidup saya, dalam suka maupun duka, susah maupun senang, miskin maupun kaya. Berjanji bersama sampai mau memisahkan kita”

Setelah mengucap janji suci di hadapan pastor di depan mereka, dan bertukar cincin, mereka langsung berlutut untuk didoakan kesejahteraan pernikahan mereka.

“Saudara Ethan dan juga Abysa, silahkan saling berhadapan”

Ethan dan Abysa sekarang saling berhadapan. Lalu ketika pastor menyuruh mereka untuk berciuman, Ethan menatap ragu ke arah Abysa namun kemudian secara perlahan menarik teguk milik Abysa dan menciumnya bibir plum itu. Membuat semua yang ada di sana berteriak heboh.

Tentu kalian semua tau kan siapa yang paling heboh.

Darren, Davan dan Nathan.

Selesai acara pemberkatan, acara di lanjutkan menjadi resepsi pada malam hari. Tidak terlalu banyak yang di undang, hanya orang penting dari keluarga Lee dan juga keluaga Sunata.

Ethan dan Abysa juga tidak henti-hentinya memberi senyum dan salam, serta berkeliling untuk mengucapkan trimakasih kepada tamu undangan.

Ethan yang ngerasa kalo ponselnya bunyi notifikasi langsung ngambil ponselnya yang ia simpen di saku celananya.

Ethan terkejut ketika melihat siapa orang yang mengirimnya pesan dan Ethan sempat diam untuk sesaat sampai tepukan Abysa di pundaknya membuat ia sadar.

“Kak, mami manggil kita berdua”

Ethan mengangguk dan tersenyum, menyimpan kembali ponselnya lalu berjalan bersama Abysa ke tempat orang tua mereka.

I. Date

Sunoo terlihat sedikit berlari ke ujung koridor waktu dia lagi ngelihat Jake ngobrol sama temen-temennya, Sunoo takut kalo Jake udah nunggu dia lama. Soalnya pas tadi dia bilang oke, Sunoo malah dapat panggilan dari salah satu guru.

“Kak sorry banget, tadi aku di panggil sama Bu Yuna”

Jake cuma bisa senyum terus dia nepuk bahu temennya itu.

“Gua duluan ya”

Ucap Jake terus dia narik tangan Sunoo buat agak kejauh di sana, sekarang mereka ada di tangga koridor.

“Karna lo lama lo harus di hukum!”

“Hah?!”

Sumpah demi apapun sekarang Sunoo agak was was ngelihat wajah Jake yang senyum-senyum gimana gitu.

“Kak ihhh maaf, kan aku tadi udah jelasin kalo di panggil Bu Yuna”

Ucap Sunoo lagi terus Jakenya angkat bahunya.

“Lo gak ada kerjaan lagi kan habis ini?”

Tanya Jake memastikan dan Sunoo menggeleng pelan.

“Ya udah sebagai hukumannya temenin gua”

“Hah?”

“Temenin gua main!”

****

Dan berakhirlah Sunoo disini, di salah satu game center di pusat kota. Jake mengajaknya untuk bermain bersama.

“Temen-temen gua pada sibuk semua dan gak ada satupun yang bisa gua ajak main”

Ucap laki-laki berambut coklat tersebut sambil melihat-lihat permainan apa yang harus ia mainkan.

“Lawan gua sini”

Jake memasukan koinnya pada permainan dan meminta Sunoo untuk menjadi lawan mainnya, Sunoo yang sendari tadi hanya mengangguk saja.

Sekitar dua jam mereka benar-benar menghabiskan waktu bermain bersama dan sekadang sedang berada di sebuah kedai es krim.

“Makasih banyak, berkat lo gua gak bosen lagi”

Sunoo cuma mengangguk kecil terus dia terima satu cup es krim dari Jake yang sudah mereka pesan sebelumnya.

“Kenapa milih rasa itu sih? Itu kan kaya rasa pasta gigi”

Jake berkomentar yang ngebuat Sunoo natap Jake.

“Itu tuh enak tau, rasa mint chocolate!!”

Sunoo berkata sambil ngepout bibirnya lucu yang buat Jake ngelihatin Sunoo gak berkedip.

Setelah dari kedai es krim mereka lanjut buat balik ke asrama karna udah mau jam 6 sore yang artinya gerbang asrama udah mau di tutup.

“Makasih ya noo lo udah mau temenin gua”

Ucap Jake singkat pelan sambil nendang krikil di depan kakinya.

“Sama-sama kak, kalo kakak butuh temen buat jalan-jalan panggil aja aku”

Jake natap Sunoo yang jalan sambil natap ke depan.

Entah lah Jake ngerasa kalo hari ini dia jadi lebih baik dari sebelumnya.

“Benarkah?”

Tanya Jake memastikan dan Sunoo mengangguk lalu menatap Jake.

“Tentu saja, dengan catatan kak Jake yang bayar semuanyaaa”

Jake cuma bisa ketawa aja waktu denger jawaban Sunoo.

Mereka masuk ke asrama dan ngelihat beberapa anak-anak lagi nongkrong di living room, dua di antaranya ada Jay yang lagi main sama hapenya terus ada Heeseung yang lagi baca buku. Sisanya ada Taehyun yang lagi makan malem dan juga ada Huening Kai yang lagi ngerjain tugasnya.

“Dari mana lo?”

Tanya Jay pas dia ngelihat Jake baru pulang sama Sunoo. Heeseung ngelihat ke arah temennya itu.

“Balik ngedate sama dek manis

Jawaban dari Jake sontak ngebuat semua yang ada disana langsung bersorak dan membuat telinga Sunoo merah, terus dia segera pamit karna ada tugas yang harus dia kerjain.