auteurlavie

the girl's who love writing

Janji

Jongseong yang baru pulang sehabis bermain futsal melihat kekasihnya yang sedang duduk di atas kasur mereka, dengan laptop di atas pangkuannya.

Kaca mata bulat yang ia pakai, menambah kesan bahwa kekasihnya itu terlihat sangat sempurna.

“Ngapain kamu?”

Jongseong duduk di sebelah kekasihnya sambil memperhatikan apa yang di lakukan oleh kekasihnya tersebut.

Sunghoon menoleh dan menjauhkan dirinya dari Jongseong. Dan tidak menjawab pertanyaan dari Jongseong.

Melanjutkan pekerjaannya. Jongseong menghela nafasnya, pasti Sunghoon sedang marah padanya karna ia bermain futsal di tengah cidera kaki yang ia derita.

“Kamu marah. Hmm?”

Jongseong menarik tubuh kekasihnya agar mereka saling berhadapan. Sunghoon menatap Jongseong jengkel.

“Itu tau. Kamu tau kalo aku bakalan marah kan? Tapi kenapa kamu gak dengerin apa kata ak-”

cup

Satu kecupan Jongseong berikan pada kekasihnya tersebut. Sunghoon menatap Jongseong tajam.

“Jangan cium-cium, aku masih kesel”

Ucap Sunghoon terus dia ngejauhin badan Jongseong, tapi namanya juga Jongseong ia mengambil laptop milik Sunghoon dan menjauhkannya dari Sunghoon.

Sekarang ia mengukung tubuh Sunghoon.

“Ngapain?”

Tanya Sunghoon.

Jongseong tersenyum pelan, satu tangannya dia bawa buat ngelus pipi kanan Sunghoon.

Sunghoon masih mempertahankan dirinya agar tidak terbuai oleh sentuhan Jongseong.

“Kamu jangan marah dong, aku kan udah minta maaf”

Ucap Jongseong pelan, ia membawa dirinya untuk mencium Sunghoon yang berada di bawahnya. Mencium lama kening kekasihnya tersebut.

Sunghoon bukan tipe yang mudah di rayu, termasuk di rayu oleh Jongseong. Apalagi di tambah ia sedang kesal terhadap kekasihnya itu.

“Gak usah sok sedih kamu”

Sunghoon mendorong pelan tubuh Jongseong yang berada di atasnya, namun Jongseong menahan tangan Sunghoon dengan salah satu tangannya sedangkan tangan yang lainnya menopang tubuhnya sendiri.

“Jong, awas!”

Jongseong menggeleng pelan, ia menatap Sunghoon sekarang.

“Kamu mandi dulu sana, bau habis main futsal!”

Sambung Sunghoon lagi dan Jongseong menggeleng lagi.

Ia mencium leher putih milik Sunghoon dan mengisapnya pelan, meninggalkan jejak kepemilikannya disana dan langsung mendapat pukulan dari Sunghoon.

“Kamu ngapain?”

Sunghoon memengang lehernya dan menatap Jongseong.

“Tanggung banget kalo mau mandi, nanti keringatan lagi”

Sunghoon bukan anak kecil yang tidak mengerti ucapan dari Jongseong, bahkan jika di lihat dari tatapan Jongseong yang berubahpun dia tau. Tau maksud jadi Jongseong.

“Gak hari ini”

Ucapan dari Sunghoon buat Jongseong terlihat sedih, Jongseong menjauhkan dirinya dan duduk di tepi ranjang.

Sunghoon bangun terus beranjak dari kasur ke kamar mandi, menyiapkan air panas untuk Jongseong. Namun tangannya di tarik oleh Jongseong yang ngebuat tubuh Sunghoon oleh dan jatuh di pangkuan Jongseong.

Jongseong tersenyum, ia menarik tekuk milik Sunghoon dan mencium bibir manis milik pacarnya.

Sunghoon ingin menolak, tapi tetap saja tenaga milik Jongseong benar-benar kuat di luar dugaannya.

Jongseong benar-benar tidak bisa di hentikan. Ia mulai melumat pelan bibir Sunghoon, membuat si lawan terbuai. Tangan kanannya menelusup masuk ke dalam balik pakaian yang di gunakan Sunghoon. Mengelus pelan pingang ramping kekasihnya.

“eungghh-”

Satu leguhan dengan lolos keluar dari bibir Sunghoon di tengah ciuman mereka yang semakin dalam dan memanas. Jongseong tertawa senang, ia berhasil membuat Sunghoon tidak berkutik.

Sunghoon melepaskan ciuman mereka dan mengambil nafasnya dan melepaskan kaca mata yang ia gunakan.

Ia menatap Jongseong.

“Kamu curang!”

Ucapnya sedangkan Jongseong lagi-lagi tersenyum dan mengelus rahang tajam kekasihnya itu.

Ia mengelus pelan rahang milik Sunghoon dan tangannya memengang bibir Sunghoon yang selalu bisa membuatnya terbuai, padahal bibir ini juga tidak jarang mengucapkan kata kasar untuknya.

Dia menyukai Sunghoon, semua yang ada di dalam diri Sunghoon.

“Aku gak curang kok”

Jawab Jongseong.

“Jadi kamu gak mau mandi?”

Tanya Sunghoon, sekarang ia melingkarkan kedua tangannya pada leher Jongseong dan jemarinya terlihat bermain dengan surai hitam milik Jongseong.

“Mandi bersama?”

Sunghoon menggeleng pelan, ia mengecup pelan bibir Jongseong.

“Aku udah mandi, males mandi sama kamu”

Jongseong terkekeh pelan.

“Kalo gitu gimana kalo aku buat kamu berkeringat lagi?”

“Besok aku ada kelas pagi Jong, aku juga gak mau orang-orang nanti lihat aku yang jalannya aneh dan ini musim panas, aku gak mau pakai turtleneck”

Ada kembali raut wajah sedih dari Jongseong.

“Tapi terakhir kali itu dua bulan lalu loh”

Sunghoon terlihat berpikir sesaat.

“Harus membuat kesepakatan dulu”

Jongseong menaikan sebelah halisnya.

“Apa?”

Tanyanya.

“Satu kali dan jangan main kasar”

“Iya janji”

Jongseong kembali memajukan badannya ingin mencium Sunghoon, namun di tahan oleh Sunghoon.

“Awas kalo enggak. Aku beneran ngambek sama kamu”

Jongseong tersenyum sambil mencubit pelan ujung hidung Sunghoon lalu membawa Sunghoon kedalam ciuman panas mereka malam itu.

Crush

Jaeyoon sebenarnya bisa masuk kedalam kategori pria yang tidak banyak bicara ataupun peduli pada siapapun, ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang dia sukai.

Seperti membaca buku atau sekedar melukis pada bukunya.

Namun semenjak kehadiran Kim Sunoo, hidup Jaeyoon mengalami beberapa perubahan. Ia menjadi lebih suka keluar kelas hanya untuk melihat Sunoo di kantin, atau sengaja pada hari rabu pulang terlambat agar melihat club paduan suara yang di ikuti oleh Sunoo.

Pria dengan senyum secerah mentari, yang mampu membuat Jaeyoon memberikan atensinya yang lebih.

Jaeyoon tidak berani untuk lebih dekat ataupun mencoba untuk mendekatkan dirinya pada Sunoo.

Ia hanya berpikir bahwa, dengan memperhatikan Sunoo dari jauh ia kan merasa lebih baik.

Hari ini, tepatnya hari Senin.

Sunghoon mengajak Jaeyoon untuk mengerjakan tugas sekolah mereka di rumah Sunghoon bersama dengan yang lainnya. Awalnya Jaeyoon sempat ingin menolak namun selain Sunghoon ketiga teman kelompoknya yang lain memaksa Jaeyoon untuk ikut. Jadi mau tidak mau Jaeyoon terpaksa pergi.

Ini adalah kali pertama Jaeyoon pergi ke rumah teman sekelasnya tersebut. Rumah yang tidak sebesar rumahnya tapi cukup besar, serta halaman yang luas dan menyejukan. Jaeyoon menyukainya.

“Kalian disini bentar ya, gua ke kamar ambil laptopnya”

Sunghoon berkata dan ia naik ke kamar miliknya yang ada di lantai dua, meninggalkan keempat temannya yang melihat-lihat sekeliling ruang tamu milik keluarga Sunghoon tersebut.

“KAK SUNGHOON!!! BUKU NOTE GUA KAKAK SIMPEN DIMANAA??!!”

Jaeyoon dan yang lainnya menoleh begitu mendengar suara teriakan seseorang dan membuka pintu kamar yang tepat ada di depan ruang tamu tersebut.

Seketika semua menjadi diam. Termasuk Jaeyoon yang kaget melihat sosok di depannya yang juga sama kagetnya.

“Bisa gak sih gak usah teriak, ini bukan hutan bego!”

Sunghoon muncul sambil membawa laptop dan satu buku note bergambar bunga matahari.

Sosok tadi terlihat membungkukan badannya dan mengambil buku note dari tangan Sunghoon dan langsung masuk ke dalam kamarnya lagi.

“Kok? Sejak kapan? Bentar Sunoo adek lo?”

Taehyun berkata dan Sunghoon mengangguk kecil. Jaeyoon menatap pintu kamar yang baru saja tertutup.

Ia tidak menyangka jika sosok Sunoo yang selalu ia lihat dari jauh, sekarang bisa ia lihat dengan jarak yang dekat.

“Males banget, nyakui anak bawel kaya dia”

“Idih, emang lo gak bawel apa?!”

“Ya udah kita pindah ke pendopo taman belakang aja!”

***

“Sunghoon, gua mau ke toilet dong”

Jaeyoon berkata dan Sunghoon menunjukan toilet rumahnya yang ada di deket dapur rumahnya.

Jaeyoon pun mengangguk lalu kemudian ia bergegas masuk.

Langkah Jaeyoon terhenti ketika ia melihat sosok Sunoo yang tengah bermain dengan piano yang ada di ruangan tamu tadi sambil bernyanyi.

Jaeyoon diam di tempatnya hingga permainan Sunoo berakhir dan tanpa sadar ketika Sunoo berbalik pandangan mereka bertemu. Sunoo mau pun Jaeyoon terdiam untuk sesaat.

“Oh maaf, gua cari toilet!”

Jaeyoon menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, Sunoo tersenyum lalu menunjuk toilet rumah keluarga mereka.

“Btw, permainan lo tadi indah”

Sunoo kaget terus natap punggung Jaeyoon yang udah hilang di balik pintu toilet.

“Ini gua gak mimpi kan? Itu kak Jaeyoon kan? Aarkkhhhh!!!!!! Mau mati aja lah guaaa... dia bilang tadi apa? Indahhh!!!!! Mama... Sunoo di notice sama kakak crush!!!!!!”

Sunoo terlihat berteriak dan menenggelamkan kepalanya pada sofa ruang tamu dan menghentakan kakinya kesembarang arah.

Jaeyoon yang kebetulan sudah keluar dari toilet melihat apa yang sedang Sunoo lakukan dan hanya bisa tersenyum.

Sunoo benar-benar mampu membuat harinya selalu menjadi lebih berwarna.

Sunoo menoleh dan ngelihat Jaeyoon yang berdiri.

“Hehe... gua masuk dulu ya kak!!”

Sunoo dengan langkah cepat masuk kedalam kamarnya sambil mengerutikin dirinya. Mungkin Jaeyoon berpikir dia aneh.

***

“Woi!!”

Jaeyoon dengan cepat menutup bukunya ketika Sunghoon datang sambil tersenyum, lalu menaruh sekotak minuman rasa anggur kemeja Jaeyoon.

Jaeyoon menatap minuman di depannya.

“Ada orang yang ngasih ke lo”

Jaeyoon menaikan sebelah halisnya.

“Btw apa yang lo gambar?”

Jaeyoon dengan cepat menaruh bukunya di laci dan menatap Sunghoon yang tersenyum dan mendekat pada Jaeyoon.

“Minumannya dari adek gua, katanya semoga lo suka”

Sunghoon menepuk pelan pundak temannya itu, terus dia pergi gitu aja.

Jaeyoon ngelihat minuman itu dimana ada stikes note lucu tertempel disana.

“Kata kak Sunghoon, kakak suka minuman ini.hehe di minum ya kak.. semangat!!!”

Jaeyoon tersenyum, ia tau siapa pengirimmya. Ia mengambil stikes note tersebut dan menyimpannya di dalam kotak pencilnya lalu kembali mengambil buku miliknya.

***

Sunoo membuka lokernya dan terkejut menemukan sebuah kertas yang tertempel. Sebuah kertas dengan gambar dirinya yang tengah bermain piano.

Sunoo sedikit terkejut, ia menoleh ke kanan dan kekiri. Namun di koridor sekolah tidak ada siapa-siapa.

Sunoo mengambil kertas tersebut dan membaliknya, di balik kertas bergambar itu ada sebuah kata-kata yang tertulis disana.

“Aku hanya mau kamu tahu bahwa kamu sangat spesial. Dan satu-satunya alasan aku memberitahumu adalah karena aku tidak yakin ada yang sudah pernah memberitahumu sebelumnya.” Shim Jaeyoon.

Sunoo terdiam sesaat lalu kemudian berbalik dan terkejut ketika melihat sosok Jaeyoon di depannya tengah tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

“Salam kenal, Sunoo”

Confession Of A Friend

Jongseong menatap ke arah sahabatnya yang tengah menyeruput milkshake strawberry yang baru saja datang. Ia menghela nafasnya sesaat.

“Jadi kali ini lo kenapa?”

Jongseong tau sahabatnya ini tengah berada di fase galau, satu jam yang lalu Sunghoon sahabat Jongseong mengirimnya pesan text dan meminta Jongseong untuk meneraktirnya milkshake strawberry di tempat langganan mereka berdua dari jaman mereka berada di sekolah menengah sampai sekarang mereka adalah mahasiswa semester lima.

Dan Jongseong tau, jika Sunghoon sudah meminta meneraktirnya apa saja, berarti Sunghoon berada di dalam mood yang jelek.

Sunghoon belum menjawab pertanyaan dari Jongseong, ia kembali meminum minumannya dan menghela nafas beratnya.

Jongseong tidak ingin terburu-buru bertanya, karna Sunghoon juga bukan tipe orang yang akan menjelaskan dengan paksaan. Ia akan menjelaskan semuanya ketika dirasa hatinya sudah mulai membaik.

“Kayanya kisah percintaan gua selalu gagal ya Jong”

Sunghoon buka suara, ia tidak menatap Jongseong dan malah menatap ke arah luar jendela.

“Berkali-kali di sakitin tapi gua lebih tetep milih bertahan”

Jongseong sekarang tau arah kemana pembicaraan Sunghoon.

“Lo bener, ternyata dia brengsek”

Jongseong tidak menjawab sekarang matanya fokus pada Sunghoon.

ini sudah cukup lama, semenjak hatiku secara perlahan mulai berubah

“Harusnya gua dengerin lo waktu lo bilang kalo kak Yeonjun itu brengsek”

Sunghoon menatap Jongseong dengan wajah sendunya, setetes cairan bening keluar begitu saja dari kedua manik mata indah milik Sunghoon.

Jongseong mengambil tissu dan memberikannya pada Sunghoon.

“Gak usah nangis lo, ini udah keberapa kali lo nangis karna cinta?”

Jongseong berkata dengan nada dan wajah datarnya, membuat Sunghoon memanyunkan bibirnya dan melempar tissu bekasnya pada wajah Jongseong.

“Lo tuh bukannya hibur gua kek apa kek, malah ngatain!”

Sunghoon berunjar kesal dan Jongseong menghela nafasnya.

“Percuma Hoon, lo dari awal gak pernah dengerin kata gua. Lo selalu di butakan oleh cinta, dan ujung ujungnya setiap lo patah hati lo nangis depan gua. Makan tuh cinta!”

Jongseong balik ngelempar tisunya dan buat Sunghoon berdecak kesal.

Dan saat aku mulai merasa sendirian Dari titik tertentu setiap kali aku melihatmu, Aku benci pria yang telah membuatmu menangis

“Lo tuh.. ishhh nyebelin!!!”

Sunghoon ngelipet kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya dari Jongseong.

Jongseong menatap ke arah Sunghoon yang terlihat mengomel kesana dan kemari tidak jelas.

Jongseong tersenyum kecil.

Terkadang aku ingin tahu apakah lebih baik jika sebagai gantinya aku yang melindungimu

Mulai sekarang, daripada membiarkanmu pergi – aku ingin mulai mencintaimu

“Jadi sekarang lo mau ngapain? Mau datangi bang Yeonjun terus lo maki-maki dia? Mukul dia?”

Sunghoon menoleh dan menggeleng pelan.

“Jadi?”

Tanya Jongseong lagi dan Sunghoon menggeleng, tidak tau apa lagi yang harus ia lakukan.

“Jong~~”

Jongseong kaget soalnya Sunghoon tiba-tiba datang ke sebelahnya dan mengaitkan tangannya pada lengan Jongseong dan menyenderkan kepalanya pada bahu Jongseong.

“Kenapa ya kisah cinta gua dari dulu gak pernah berhasil? Dari Kak Heeseung terus ke Kak Yeonjun padahal gua tuh sayang banget sama mereka”

Sunghoon berkata, dia meraih tangan Jongseong dan mengenggamnya. Memainkan jari jari mereka berdua.

“Lo tau gak? Cuma lo yang gua punya, cuma lo yang tulus sama gua. Gua bersyukur banget punya temen sebaik lo, lo tuh ibarat anugrah Tuhan yang paling indah. Sebuab berkah dari Tuhan”

Kau memegang tanganku, dan berkata kau hanya memilikiku

Memiliki seorang teman sepertiku adalah sebuah berkah yang sangat besar

Kapanpun kau berbicara kepada padaku setiap kali kau sedikit menekan perasaan cintaku

Jongseong tidak menjawab apapun, ia hanya diam melihat bagaimana Sunghoon memainkan jari-jari mereka yang bertautan.

Aku sudah memperhatikanmu dan berdiri diam-diam

Dan menyembunyikan perasaan hatiku dari kesedihan Karena suatu alasan, alasan bahwa kita harus tetap sebagai teman

Ponsel milik Sunghoon berdering,membuat Sunghoon mengubah posisinya dan melepaskan tautan jarinya pada Jongseong.

“Lihat Jong, Kak Yeonjun ngirim pesan. Katanya mau ketemuan sama gua, mau minta maaf”

Sunghoon berkata dengan wajah yang berbinar dan senyum manis terukir di bibirnya.

Jongseong juga ikut tersenyum lalu menyuruh Sunghoon untuk segera menghampiri Yeonjun.

Sunghoon pamit dan berterima kasih pada Jongseong yang sudah menemaninya hari ini dan meneraktirnya.

Jongseong menatap punggung Sunghoon hingga tidak terlihat lagi. Ia menghela nafasnya.

Sampai kapanpun, ia tetap terlihat sebagai teman dari Sunghoon

***

Sunghoon dengan langkah gontainya masuk ke dalam apartemen miliknya dan juga Jongseong, mereka sengaja menyewa apartemen berdua agar biaya sewanya menjadi lebih murah.

“Jong? Jong-ah!!”

Sunghoon mencoba memanggil nama sahabatnya itu, ia ingin bercerita panjang lebar. Tentang hubungannya dengan kakak tingkatnya yang pada akhirnya benar-benar selesai.

“Jong?”

Sunghoon mencari ke dapur, biasanya laki-laki itu ada di sana untuk memasak makan malam mereka berdua, namun dapur terlihat bersih dan tidak ada Jongseong disana.

Kemudian, Sunghoon berjalan ke arah kamar milik Jongseong dan ketika ia membuka kamar milik Jongseong ia sama sekali tidak menemukan sosok Jongseong.

Jangankan sosok Jongseong, ia melihat bahwa barang-barang milik Jongseong sudah tidak ada disana.

Sunghoon terdiam untuk sesaat. Ia kembali mengingat perkataan dari Yeonjun tadi siang ketika mereka bertemu dan memutuskan untuk berbicara.

“lo gak bisa bohongi perasaan lo sendiri dek, gua tau hati lo bukan buat gua”

“harusnya lo sadar, kalo selama ini ada Jongseong yang punya perasaan tulus sama lo. Bahkan dari matanya aja udah tau kalo dia gak anggap lo sahabatnya”

“begitu juga dengan lo dek, lo sayang Jongseong melebihi lo sayang gua. Lo cuma gak mau ngakui perasaan lo sama Jongseong karna kalian udah temenan dari lama”

“dek, lo perlu ngomong sama Jongseong tentang perasaan kalian berdua. Kalian gak bisa saling menipu satu sama lain. Sorry ya kalo gua udah buat lo nangis, tapi kedepannya gua percaya kalo Jongseong gak ada buat lo nangis lagi”

Sunghoon menelan ludahnya, lalu kemudian ia berjalan keluar untuk mencari Jongseong. Namun saat di ruang tengah ia menemukan secarik kertas tulisan tangan Jongseong.

Dear Sunghoon

Hoon, sorry banget kalo gua harus nulis surat kaya gini. Jujur gua gak terlalu berani ngomong sama lo, gua takut kedepannya hubungan lo sama gua jadi canggung

Sunghoon sahabat gua yang paling gua sayang, gua mau minta maaf karna gua udah punya perasaan yang lebih dari sekedar temen ke lo. Gua sadar gua salah tentang perasaan gua ke lo. Lo selalu tanya ke gua, kapan gua bawa pacar atau gua lagi deket sama siapa? Dan gua selalu gak bisa jawab kan? Harusnya setelah lihat surat ini lo tau jawabannya

itu semua karna lo, karna lo yang buat gua gak bisa ngerasain jatuh cinta sama orang lain. Gua gak bisa buat gak mikirin lo, ataupun untuk berhenti mencintai lo. Geli banget kayanya gua... hahaha

Gua sebenarnya cukup berat buat tinggalin lo, tapi kalo gua lihat lo terus nanti perasaan gua ke lo makin besar. Maafin gua yak kalo misalnya sekarang gua ninggalin lo

Sebenarnya gua udah dari lama pengen ngaku, tapi gua gak bisa. Status kita sebagai teman ngebuat gua berpikir beberapa kali. Tapi sekarang gua mau ngaku sama lo

Park Sunghoon. Gua beneran jatuh cinta sama lo. I love you

From : your bestie Jongseong

Sunghoon meremas kertas tersebut dan segera berlari keluar apartemennya untuk mencari Jongseong. Harusnya Jongseong masih ada di sekitar sini.

“Jongseong! Park Jongseong”

Sunghoon terus berlari untuk mencari Jongseong, bahkan sekarang Sunghoon berlari kebeberapa halte busway terdekat. Mungkin Jongseong akan pergi ke rumahnya, jadi Sunghoon mendatangi halte dengan rute ke daerah rumah Jongseong.

“Park Jongseong!!”

Jongseong yang sedang menunggu busway menoleh dan begitu terkejut melihat Sunghoon berlari ke arahnya dan Jongseong berjalan menjauh dari halte ke arah Sunghoon.

“Lo!”

Sunghoon mengatur nafasnya, matanya memerah. Selama ia berlari ia terus mengutuk dirinya sendiri dan menangis.

“Lo ngapain disini? Dan lo nangis?”

Jongseong dengan cepat menghapus air mata milik Sunghoon yang kali ini kembali mengalir.

“Bang Yeonjun bilang apa sama lo?”

Sunghoon berdecak lalu ia memeluk Jongseong dengan erat. Ngebuat Jongseong sedikit terkejut.

“Kenapa lo ninggalin gua? Kenapa lo gak ngomongin masalah ini sama gua?”

Jongseong terdiam, sekarang dia ingat. Mungkin Sunghoon sudah membaca suratnya.

Jongseong tersenyum lalu mengelus pelan kepala bagian belakang Sunghoon.

“Gua cuma gak mau buat lo kepikiran dan keadaan kita jadi canggung”

Jawab Jongseong tepat di telinga Sunghoon. Sunghoon melepaskan pelukannya dan natap Jongseong dengan tatapan sedihnya.

“Maaf. Maaf kalo gua gak pernah sadar sama perasaan lo ke gua dan perasaan gua ke lo”

Jongseong menaikan sebelah halisnya.

“Harusnya gua tau, kalo lo adalah orang yang selama ini gua cari. Kak Yeonjun bener, kalo seberapa besar gua sayang ke dia tapi perasaan gua tetep ke lo”

Jongseong masih diam. Mencoba mencerna setiap perkataan dari Sunghoon.

“Hoon? Lo gak mabuk gak?”

“Awww!!”

Kaki milik Jongseong di injak oleh Sunghoon. Sunghoon menatap sebal ke arah Jongseong lama.

Jongseong diam sesaat lalu tersenyum, membawa Sunghoon kembali dalam pelukannya.

Terkadang aku ingin tahu apakah lebih baik jika sebagai gantinya aku yang melindungimu

Aku mendengarnya tapi aku terus mengabaikannya karena aku takut bahwa aku mungkin akan kehilanganmu

 

 

I. Overtime

Abysa tersenyum waktu ngelihat Ethan lagi berdiri di samping mobilnya, sebenarnya agak kesel sih soalnya Ethan jadi bahan omongan dari beberap mahasiswa sama mahasiswi yang ada di deket dia. Soalnya posisinya Ethan sekarang kaya lagi tebar pesona.

Kemeja putih yang lengannya di gulung ¾, rambutnya yang tertata rapi ke atas tapi sedikit berantakan. Tangan kanannya bermain dengan ponsel dan tangan kirinya masuk ke dalam saku celana hitamnya.

Bukan kah Ethan sungguh mempesona?

Ditambah ia cukup terkenal di kampus pada jamannya.

“Kalo mau tebar pesona jangan disini, sebel banget!”

Abysa mengerucutkan bibirnya dan berdiri di depan Ethan sambil melipat kedua tangannya di depan dada, membuat Ethan terkekeh.

“Jadi cemburu?”

Tanya Ethan setengah menggoda, sebenarnya Abysa bukan orang yang mudah cemburuan atau apapun. Tapi ia sedikit jengkel jika Ethan sudah terbar pesona, soalnya emang pesonanya Ethan itu kuat.

“Menurut kakak?”

Abysa balik bertanya dan Ethan mencubit pelan ujung hidung Abysa sebelum membuka-kan pintu mobil miliknya dan membiarkan Abysa untuk masuk.

“Nanti mampir dulu ke toko buah ya kak”

Abysa berkata sambil memasang sabuk pengamannya, sedangkan Ethan tersenyum dan mengangguk. Ia tidak perlu bertanya untuk apa mampir ke toko buah, karna Abysa selalu membawa buah jika berkunjung ke rumahnya.

Dan lagian ini bukan pertama kalinya Abysa menginap di rumah Ethan, bahkan beberapa pakaian milik Abysa ada di rumah Ethan begitu juga sebaliknya.

***

“Wahhh... Abysaaaa....”

Seorang wanita yang memasuki usia pertengahan kepala empat itu begitu antusias menyambut Abysa yang datang dengan satu bingkisan buah segar kesukaan orang tua Ethan.

“Kamu udah lama gak main ke sini, sombong sekarang~”

“Baru juga minggu kemarin”

Ethan menyambung perkataan mamanya dan membuat nyonya keluarga Lee itu menatap Ethan tajam, sedangkan Abysa tertawa pelan.

“Diam kamu, mending sana kamu mandi! Bau matahari kamu, udah bau matahari bau kaki lagi! Sana!”

Ethan harusnya tau, jika Abysa kerumahnya maka sudah waktunya ia menjadi anak tiri disini.

“Mama lagi masak nih, pas Ethan bilang kamu mau nginep mama langsung masak makanan kesukaan kamu?”

Mamanya Ethan membawa Abysa ke dapur, dimana ia sedang masak.

“Aku bantuin ya mah”

Mamanya Ethan tersenyum lalu mengangguk.

“Wahh... pantesan wangi makanan enak, ternyata ada Abysa?”

Abysa menoleh dan segera membungkukan badannya waktu kelihat sosok kepala keluarga Lee masuk ke dalam rumah.

“Iya dongg”

Mama Lee berkata lalu menyuruh suaminya untuk pergi mandi, sama seperti ia mengusir Ethan tadi.

***

Seperti biasa, ada banyak pembicaraan yang mereka bicarakan selama makan malam.

Dimulai tentang bagaimana kabar keluarga Abysa, kuliahnya dan lainnya dan tentang bagaimana kehidupan Ethan di kantor yang terkenal sebagai karyawan aktif tapi tukang sambat. Lalu tentang Bali, dimana dulu orang tua Ethan sempat tinggal disana selama dua tahun lebih. Menceritakan bagaimana indahnya Bali.

Mereka menyelesaikan acara makan malam plus berbincang-bincang pukul 9 malam, dan tandanya mereka harus kembali istirahat ataupun melakukan aktifitas masing-masing.

“Enak banget yang di puji-puji sama mertuanya?”

Ethan berkata sambil duduk di meja kerjanya, yang terletak di sudut kamarnya.

Abysa menatap Ethan tidak suka. Bukan karna perkataan Ethan, tapi apa yang akan Ethan lakukan sekarang.

“Kakak mau lembur?”

Ethan menoleh dan mengangguk kecil.

“Ada beberapa pekerjaan yang harus kakak selesaikan”

Abysa beranjak dari tempatnya lalu mendatangi Ethan dan memeluk Ethan dari belakang. Ethan yang di peluk kaget. Soalnya Abysa jarang banget buat ngemulai skinsip, selama ini selalu Ethan yang memulainya.

“Masa aku dicuekin, aku sampe rela nginep karna kangen, eh kakak malah mau pacaran sama dokumen-dokumen kakak”

Abysa meletakan dagunya pada bahu Ethan, Ethan tersenyum lalu melepaskan pelukan Abysa dan memutar badannya menatap Abysa.

“Sebentar aja ya bi, gak lama kok!”

Ethan menyentuh pelan pipi milik Abysa. Abysa menggeleng dan mengecurutkan bibirnya.

“Enggak. Sebentarnya kak Ethan itu dua sampe tiga jam!”

“Lihat, mata kak Ethan udah kaya panda. Kalo panda kan lucu, kalo kak Ethan serem!”

Ethan tersenyum, bagaimana pun ia harus menyelesaikan laporannya terlebih dahulu.

“Sayangnya kakak”

Ethan menangkup wajah Abysa dengan kedua tangannya, Abysa hanya menatap Ethan dengan tatapan merajuk.

“Sebentar aja ya sayang, laporannya dikit kok. Paling tiga puluh menit selesai”

“Kalo gitu aku temenin, tapi sambil peluk!”

Ethan benar-benar tidak habis pikir, sebenarnya apa yang terjadi sama pacarnya ini.

“Kak Ethan gak mau ya?”

Abysa menatap Ethan dengan wajah sedihnya dan Ethan buru-buru menggeleng dan mengusap pelan kepala Abysa.

“Gak kok, ya udah.. tapi jangan banyak gerak, kamu berat soalnya. Udah berat badan kamu besa- aduh.. kok aku di cubit?”

“Habis nakal!”

IV. I Still Love You.

Eui Joo yang sedang menikmati coffe dengan memandang malam ke arah jendela besar apartementnya menoleh ketika mendengar suara deringan intercom miliknya yang di tekan berkali-kali dan juga ketukan pintu, yang di ketuk secara kasar.

“Euijoo bajingan!!! Buka pintu lo!!!”

Eui Joo belum membuka pintunya, ia masih menatap wajah Jake yang terpangpang nyata di layar intercomnya dengan wajah marah.

Eui Joo berjalan lalu membuka pintunya, dan tubuhnya langsung di dorong kuat oleh Jake dan kerah kemejanya di tarik oleh Jake.

Jake menatap Eui Joo penuh amarah, dari matanya kilatan tajam itu tertuju pada Eui Joo.

Eui Joo hanya tersenyum miring sambil mencoba melepaskan kedua tangan Jake dari kerah bajunya.

“Bajingan! Dimana Sunoo!”

bugh!

Satu pukulan mendarat tepat pada rahang keras Eui Joo yang membuat tubuh Eui Joo sedikit tidak terkendali.

Jake menatap Eui Joo yang menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

Jake melangkah masuk ke dalam apartemen, meninggalkan Eui joo yang hanya berdiri disana sambil menghela nafasnya.

“Sunoo!!! Kim Sunoo!!!!”

Jake berteriak memanggil nama Sunoo dan berjalan ke arah kamar Eui Joo, disana ia melihat Sunoo tengah tertidur dengan lelap.

Jake menatap Sunoo, wajahnya memerah,matanya sembab dan wajahnya sangat kacau.

Jake menarik selimut yang menutupi badan Sunoo lalu kemudian mengendong Sunoo dan membawanya keluar.

Jake melewati Eui Joo yang masih berdiri di tempatnya semula dengan tatapan tajam dan keluar dari apartemen milim Eui Joo.

Eui Joo menghela nafasnya sambil kembali memengang rahangnya yang masih berdenyut sakit.

Ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan terlihat menelepon seseorang.

“Lo harus membayar perbuatannya, jake memukul gua!”

Terdengar suara kekehan di luar sebrang sana yang membuat Eui Joo berdecak sebal.

“Gua sudah banyak bantu lo sialan! Cepat selesaikan urusan lo dan Geonu, gua gau mau lihat pertunangan kalian!”

“Sumpah!!! Gua bakal bunuh lo Lee Heeseung!”

****

Jake menurunkan Sunoo secara perlahan dan merapikan pakaian milik Sunoo.

Jake membawa Sunoo ke apartemennya, Sunoo masih tertidur bahkan ketika Jake membaringkannya di kasur besar miliknya.

Jake menatap kembali wajah Sunoo, wajah yang sangat ia rindukan selama dua tahun belakang ini. Bagaimana ia selalu menahan diri untuk tidak menghampiri Sunoo, bagaimana ia harus menahan segala kerinduannya ketika melihat Sunoo.

Jake menghela nafasnya lalu bangkit berdiri, namun tangannya di tahan oleh tangan milik Sunoo.

“Jangan pergi kak?”

Jake menantap Sunoo yang masih memejamkan matanya. Sepertinya Sunoo sedang mengigau.

“Kak, aku minta maaf. Aku tau aku salah, jangan tinggalin aku. Aku udah gak punya siapa-siapa. Hiksss.. kak jake,pleaseee”

Jake terdiam, walau mata Sunoo tertutup tapi Jake tau bahwa laki-laki di depannya mengeluarkan air matanya.

Jake duduk di samping tempat tidurnya, menepuk pelan punggung tangan Sunoo.

“Gua disini, dan gua janji gua gak akan pernah tinggalin lo lagi”

Jake merapihkan rambut depan Sunoo dan menghapus air mata milik Sunoo, sambil mencoba untuk tetap menenangkan Sunoo.

***

bugh!

Tubuh Heeseung sedikit terhuyung namun tidak sampai jatuh ketika ia mendapat pukulan tepat di wajahnya.

Heeseung menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

“Bangun lo!”

Kerah baju miliknya di tarik dan tubuhnya di dorong hingga terbentur dinding di belakangnya.

“Maksud lo apa??”

Heeseung masih tidak menjawab, ia menepis kasar kedua tangan yang ada di kerah bajunya.

“Denger! Kalau pun lo ngejauh dari kita-kita, itu gak buat hidup kita semua dalam keadaan baik-baik saja!!”

Heeseung menatap tajam.

“Nyokap lo...”

Heeseung membalikan keadaan dan kini sosok Jake yang memukul Heeseung sebelumnya terpojok dengan Heeseung yang mencekiknya.

“Karna nyokap lo.. karna nyokap lo semuanya jadi berantakan!!!”

Heeseung berteriak dan melepaskan tangannya pada leher Jake.

“Nyokap lo udah buat keluarga Sunghoon dan Jay gak akur, nyokap lo yang udah buat keluarga Jungwon dan Jungwon sengsara!!”

bugh

Kini badan Jake terhuyung dan ia jatuh, Heeseung berjalan mendekat kepada Jake dan menarik kerah milik Jake.

“Bukan ini yang gua mau! Bukan lo yang ngejauh dan makin mempersulit semuanya”

Heeseung masih menatap tajam Jake yang menatap Heeseung dengan keadaan yang tidak mengerti.

“Gua mau lo balik kesemula, kalo lo pengen ngelindungi Sunoo dan yang lain. Lo harus lawan nyokap lo!! Gua bakal bantuin lo!”

Heeseung melepaskan Jake dan bangkit berdiri lalu merapihkan pakaiannya.

“Gua bakal bantuin lo buat hancurin nyokap lo sendiri!!”

***

Jake masuk ke dalam apartemennya dan langsung duduk di sofa ruang tengahnya, ia tidak percaya bahwa yang dikatakan oleh Heeseung adalah berbuatan dari ibunya. Walaupun tau sekejam apa ibunya.

“nyokap lo, memalsukan data dan membuat keluarga Sunghoon seperti menghiyanati keluarga Jay. Nyokap lo memanipulasi penyakit bundanya Jungwon, Nyokap lo buat hidup Jungwon di Harvard menderita. Nyokap lo buat Sunoo harus menderita selama dua tahun, nyokap lo buat Ni-ki ngejauh dari kita!! Lo sadar gak sih!!”

Pukulan dari Heeseung membuatnya kembali mengingat bagiamana mereka menghabiskan waktu bersama dua tahun lalu, walau tidak berjalan begitu lama. Tapi Jake mengingat setiap moment kebersamaannya dengan teman-temannya.

Karna Jake merasa bahwa ia di cintai dan mendapatkan kebahagian di tengah tekanan keluarganya.

“Kak Jake?”

Jake menoleh dan melihat Sunoo yang sepertinya sudah sadar dengan wajah terkejutnya.

Jake hanya terdiam dan memalingkan wajahnya, tidak mungkin ia menunjukan wajah babak belurnya pada Sunoo.

“Kak jake? Kenapa aku bisa ada disini??”

Tanya Sunoo ia berjalan dengan sedikit perasaan takut.

Jake menghela nafasnya.

“Jangan pernah pergi minum dengan orang lain!”

Sunoo terdiam, jadi dia ingat sesuatu kalo Eui Joo mengajaknya menonton film dan setelah menonton film, ia di ajak minum oleh Eui Joo.

“Tapi kak, kenapa-”

Perkataan Sunoo terhenti ketika ia ngelihat Jake natap dia tajam.

“Kak”

Sunoo berjalan mendekat kearah Jake dan terkejut melihat wajah Jake yang penuh dengan luka.

Sunoo merasa seperti dejavu, dua tahun lalu ia juga menemukan Jake dengan wajah penuh luka dan malam itu. Mereka memutuskan untuk berpisah.

Sunoo berdiam, kepalanya masih terlalu pusing akibat minum.

Jake juga tidak bergerak ia menatap Sunoo dari tempatnya. Sejujurnya banyak hal yang ingin ia lakukan untuk Sunoo, seperti memeluk sosok yang ada di depannya.

“Kim Sunoo?”

Sunoo tersentak, dan menatap Jake.

“Do you still love me?”

Flashback 2 Tahun yang lalu

“Bunda... bundaaa....”

Jungwon di temeni ayahnya terus menangis di depan ruang unit gawat darurat. Jungwon tidak pernah berpikir bahwa hari ini akan tiba.

“Yah, bunda pasti kuat kan? Bunda pasti sembuh kan?”

Ayah Jungwon tidak bisa berbicara apapun, ia tau kondisi istrinya sudah tidak bisa di selamatkan lagi.

“Jungwon, dengar. Kamu harus berjuang dan bertahan demi bunda. Bunda ingin ngelihat kamu jadi sosok yang kuat dan berhasil”

Jungwon memuluk ayahnya sambil menangis, ia tidak bodoh. Ia tau bahwa bundanya sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

Heeseung yang berdiri tidak jauh dari sana melihat bagaimana Jungwon menangis di pelukan ayahnya ketika dokter keluar dari ruangan dan mengatakan bahwa mereka semua sudah berjuang, namun semuanya terasa sia-sia.

“Iya benar, karna kankernya tidak menyebar ke organ tubuh yang lain. Ia mendonorkan jantungnya pada seorang pemuda yang baru saja masuk IGD dalam waktu yang bersamaan”

Heeseung menoleh dan mendengar beberapa perawat yang baru saja keluar dari ruang operasi milik Sunghoon berbicara. Ia sedikit berjalan mengikuti para perawat itu.

“Sebenarnya Nyonya Yang bisa saja selamat, tapi ia berpesan bahwa ia tidak ingin menyakiti anak dan suaminya, jadi ia meminta dokter Park untuk mendonorkan jantungnya dan membuat ia tidak bisa di selamatkan”

Heeseung terkejut, dirinya sekarang benar-benar terkejut dengan satu fakta yang ia ketahui.

Heeseung berjalan kembali menuju tempatnya semula, memeriksa keadaan Jungwon yang ternyata sekarang sudah tidak ada di tempat semulanya.

***

bugh!!

bugh!!

“Apa yang ibu lakukan!!”

Jayoon berlari dan menyelamatkan Jake dari pukulan orang suruhan ibunya, Jake di bantu Jayoon berdiri dari posisinya dengan keadaan yang cukup parah.

“Ibu?”

Jayoon menatap ibunya tajam, melihat bagaimana kondisi kakak laki-lakinya.

“Ia harus menerima semua itu Jayoon, kakakmu gagal mendapatkan peringkat pertama”

Nyonya Shim menatap ke arah kedua anaknya, dimana Jake masih berdiam tidak memberi perlawanan.

“Peringkat bukanlah segalanya!! Apa ibu tidak bisa melihat bagaimana perjuangan kak Jaeyoon!!”

plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan milik Jayoon dan membuat Jake mendorong ibunya cukup keras.

“Jangan ganggu adikku!”

Jake menatap ibunya tajam yang sekarang tengah tertawa keras.

“Kau tau apa akibatnya Jaeyoon? Ayahmu, adikmu, teman-temanmu dan satu lagi, kekasihmu bisa saja dalam bahaya jika kau tidak mendengarkan apa kata ibu!”

“Pergi tinggalkan mereka semua! Mereka hanya membuatmu bodoh!!”

Jake mengepalkan kedua tangannya, nyonya Shim berjalan dengan angkuh ke arahnya menepuk pelan pundak Jake sambil berbisik.

“Terutama kekasihmu, ibu akan membuatnya hancur jika kau masih bersamanya!”

Jake mengepalkan kedua tangannya, sampai kukunya menembus telapak tangannya dan terluka.

Jake menghampiri Jayoon yang tengah terduduk disana, ia memengang pipi adiknya yang memerah.

“Maaf Jayoon!”

Jayoon tersenyum dan menggeleng pelan, ini jelas bukan salah Jake. Ia hanya ingin menjadi adik yang baik untuk Jake dan tidak menyusahkan Jake.

***

Mata Jake berkilat, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat di depannya. Tangannya kembali terkepal, kepalanya pusing. Jadi ia memutuskan untuk pergi begitu saja dari pada ia kelepasan melukai orang lain.

Sunoo mendorong pelan tubuh Ni-Ki dan menatap Ni-Ki tidak percaya, tidak percaya apa yang baru sana Ni-Ki lakukan padanya.

“Maaf, aku hanya”

Ni-ki tidak melanjutkan kata-katanya, ia juga tidak mengerti kenapa ia bisa senekat itu mencium Sunoo.

“Gua mau kekamar dulu, sorry nik”

Sunoo memutuskan untuk kembali ke asrama dan kamarnya, pikirannya kabut dan kacau.

Sunoo masuk ke dalam kamar dan terkejut ketika melihat Jake duduk di ujung ranjangnya sambil menundukan kepalanya, seingatnya Jake selesai acara langsung pulang.

“Kak Jake?”

Jake mengangkat kepalanya dan Sunoo terkejut ketika melihat wajah Jake yang penuh luka.

“Kak Jake!!”

Suno segera menghampiri Jake untuk melihat keadaan Jake, Jake tersenyum kecil.

“Kak Jake kenapa? Kok?”

Jake tidak menjawab, ia menatap Sunoo yang sekarang duduk disampingnya.

Sunoo hendak bangkit berdiri untuk mencari kotak p3k namun tangannya ditahan oleh Jaks yang menyuruh Sunoo untuk tetap duduk disampingnya, dan Sunoo menurut.

“Kim Sunoo?”

Jake menatap Sunoo cukup tajam, tangan kanannya terulur untuk meraih wajah kecil Sunoo dan tangan kirinya dibawa membawa mengenggam tangan Sunoo.

Jake tidak banyak bicara, ia menarik wajah Sunoo agar mendekat dan mempertipis jarak di antara mereka berdua. Ia hanya sedang bingung dan berada di posisi yang sulit.

Sunoo adalah satu-satunya orang yang berharga baginya, ia tidak bisa membiarkan Sunoo terluka akibat ulah ibunya. Ia bisa bertahan sampai sekarang karna Sunoo, kehadiran Sunoo sungguh membuat hidupnya lebih berarti.

Jake mencium Sunoo dengan lembut, menyalurkan semua perasaannya. Sedih, marah, kecewa. Ia menumpahkannya semuanya menjadi satu, melumat pelan bibir merah milik Sunoo.

Sunoo yang kaget hanya bisa menutup matanya, ia tidak mengerti dengan Jake tapi yang ia tau, Jake sedang menyampaikan seluruh perasaannya malam ini.

Sunoo membalas ciuman dari Jake dan ini pertama kalinya mereka berciuman dengan menyalurkan perasaan mereka yang sesungguhnya, saling memanggut tanpa adanya nafsu yang tersembunyi.

Dan yang Sunoo tau bahwa malam itu menjadi malam terakhir mereka bersama dan malam itu di sela-sela ciuman mereka, Jake menangis.

***

Jay berlutut di depan ayahnya sambil menahan emosinya, ia menatap ayahnya yang baru saja menyelesaikan operasi besarnya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Tanya sang Ayah sambil melepas snellinya.

“Apa yang harus aku lakukan untukmu?”

Jay berkata sambil menundukan kepalanya, sedangkan Tuan Park tersenyum dan duduk di mejanya.

“Pergilah ke amerika dan bersekolah disana”

Jay menatap ayahnya sambil menahan emosinya.

“Maka dengan itu, aku akan menyelamatkan hidup Sunghoon!”

Sambung ayahnya lagi dan Jay benar-benar mengepalkan tangannya.

“Hiduplah disana sampai lima tahun, dan ayah berjanji akan menjaga Sunghoon. Ayah tau perasaanmu terhadap Sunghoon lebih besar dari pada perasaanmu terhadap dirimu sendiri, bahkan kau rela berlutut di depan ayahmu!”

Tuan Park berdiri dan berjalan ke arah Jay dan berjongkok di depan anaknya itu.

“Pergi dan tunggu hasilnya, ayah akan melindungi Sunghoon disini!”

***

Heeseung membuka pintu ruang kerja ayahnya dengan kasar sambil menatap ayahnya tajam.

Yeonjun yang ada di ruangan ayahnya kaget bukan main.

“Waw?? Ada apa denganmu?”

Tanya Yeonjun sedangkan Heeseung tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Yeonjun.

“Apa yang kau lakukan pada teman-temanku?”

Tanya Heeseung lagi dan sosok pria di depannya tersenyum.

“Bukan aku Heeseung, aku tidak melakukan apapun terhadap teman temanmu”

Heeseung menatap ayahnya tidak percaya sedangkan Yeonjun menatap adiknya itu.

“Nyonya Shim, dia yang melakukannya semua. Dia yang membuat ayah Jay dan ayah Sunghoon berada di dalam kesalah pahaman, dan dia yang membuat Jake temanmu seperti itu. Menyakitin dirinya sendiri. Nyonya Shim dalang di balik semuanya dan Nyonya Shim juga yang membuat keluarga Jungwon menderita”

Heeseung terdiam menatap manik mata kakak laki-lakinya itu lalu ke manik mata ayahnya, mencari kebohongan disana.

“Nyonya Shim adalah dalang dari semua ini Heeseung!”

V. Please stay with me

Jay yang baru saja masuk agak terkejut waktu denger suara isak tangis di dalam kamar miliknya, jadi ia dengan cepat berjalan ke kamarnya buat lihat keadaan Jungwon, ia takut kalo Jungwon kenapa-kenapa.

Jay ngelihat Jungwon yang lagi ngeringkuk pelan sambil nangis. Jay menghela nafasnya lalu nyamperin Jungwon.

“Dek? Kenapa nangis?”

Jungwon angkat kepalanya, terus bangkit sambil natap Jay dan mengelap sisa airmatanya. Jungwon menggeleng pelan.

“Lo kalo ada apa-apa bilang sama gua, jangan diem terus nangis kaya gini”

Jungwon diam untuk beberapa saat, sampai akhirnya dia natap Jay yang masih natap dia.

“Kak, selama ini lo jagain gua disuruh kan? Sama kak hee?”

Jay diem, dia gak bisa jawab. Karna gimana pun apa yang dikata sama sama Jungwon itu bener.

Jay cuma anggukin kepalanya dan buat Jungwon tersenyum kecut.

“Sudah gua duga, emang gak ada yang murni peduli sama gua. Lo sama kak Hee sama aja”

Jungwon bangkit berdiri dan Jay segera menahan Jungwon.

“Lo mau kemana?”

Jungwon menghentakkan tangan Jay yang menahannya.

“Gak usah peduli sama gua lagi, lo semua cuma kasihan sama gua!”

“Jungwon!”

Jay ngejar Jungwon yang jalan keluar kamarnya.

“Lo kenapa sih? Lo masih sakit! Sekarang lo mau kemana???”

Jay masih nahan Jungwon, dan natap ke arah mata Jungwon.

“Gua gak mau hidup cuma karna di kasihanin kak, lepas dan sekarang lo gak usah jagain gua. Gua gak butuh!!”

Jungwon berusaha untuk ngelepas tangan Jay, tapi sekali lagi tenaga Jay lebih kuat dari Jungwon.

“Kalo lo bilang gua peduli karna kasihan sama lo, itu bener! Bener kalo gua kasihan sama lo!!”

“Tapi lo pernah mikir gak? Apa yang udah gua lakuin ke lo? Dan perlu gua ingetin lagi, gua ngelakuin ini bukan karna Heeseung, tapi karna lo! Karna lo Yang Jungwon!”

Jungwon diam untuk sesaat,menatap Jay yang tengah mengontrol nafasnya.

“Gua udah banyak kehilangan orang yang gua sayang, sahabat gua, pacar gua! Gua relain semuanya gitu aja, dan sekarang lo? Gua gak mau kehilangan satu-satunya sumber yang bisa bikin gua bertahan buat hidup di negara ini! Lo boleh marah, lo boleh kecewa! Terserah lo. Tapi gua mohon, jangan tinggalin gua! Lo gak tau segimana senengnya gua waktu lo jadi mahasiswa disini. Lo gak tau selama dua tahun ini gua ngerasa sendirian dan gak punya apa-apa. Dan sekarang, lo yang gua punya satu-satunya bakal tinggalin gua?”

Jungwon terdiam, ia menatap tepat ke arah manik mata Jay mencari kejujuran dari setiap apa yang dikatakan oleh Jay padanya.

“Terlepas dari Heeseung, gua beneran ngejagain lo dari hati gua bukan karna Heeseung”

Tangan Jay yang semula berada di pergelangan tangan Jungwon ia lepas dan ia menghela nafasnya, menatap Jungwon yang juga menatapnya dengan perasaan campur aduk.

“So, please stay with me. Yang Jungwon”

IV. Because I still care

Geonu tersenyum begitu ngelihat Sunoo keluar dari rumahnya.

“Kak Geonu kenapa sih??”

Omel Sunoo begitu ia masuk ke dalam mobil milik Geonu.

“Sorry ya dek, kita bener-bener harus cari flashdisknya”

Geonu nyalain mobilnya, sekarang tujuan mereka adalah ke kampus.

Tidak butuh waktu lama buat mereka sampai di kampus, sekarang jam sudah menunjukan pukul 10 malam, masih terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berada di kampus yang baru saja menyelesaikan kelas mereka.

“Kakak tadi kemana aja?”

Tanya Sunoo, mereka lagi jalan di koridor gedung falkutas mereka yang sudah sepi.

“Kelas sama perpustakaan, tapi kayanya di kelas dulu deh”

Jawab Geonu dan Sunoo mengangguk lalu kemudian mereka kembali berjalan, membuka ruangan kelas mereka dengan sebuah senter dimasing-masing tangan mereka.

Geonu menatap Sunoo yang terlihat terus mencari flashdisknya dan Geonu diam-diam mengeluarkan ponselnya dan secara perlahan berjalan kelur dari kelas tanpa sepengetahuan Sunoo.

“Kak Geonu, kayanya gak ada – eh? Kak Geonu? Kak Geonu?”

Sunoo kaget waktu dia bangkit dan dia sama sekali gak ngelihat Geonu ada di dalam kelas.

“Kak Geonu?”

Sunoo kembali memanggil nama Geonu, karna tidak ada jawaban Sunoo pun berjalan keluar dan menuju perpustakan, mungkin saja Geonu ada di sana.

Sesampainya disana, ia sama sekali tidak menemukan Geonu. Sunoo melirik ke arah ponselnya dan melihat ada satu pesan dari Geonu yang meminta maaf karna harus pergi terlebih dahulu, keadaan darurat.

Sunoo menghela nafasnya dan akhirnya ia kembali mencari flashdisk itu sendiri di perpustakaan yang gelap dan sepi.

Setelah dua jam mencari,Sunoo sama sekali tidak menemukan flashdisknya dan karena sudah sangat larut malam, Sunoo memutuskan untuk keluar dari lingkungan kampus.

Sunoo sedikit mengigil karena sudah malam dan jaket miliknya tertinggal di mobil milik Geonu. Di tambah ia harus berjalan menuju halte ataupun mencari taksi. Ia tidak yakin di tengah malam seperti ini masih ada kendaraan umum yang beroprasi.

“Hei, adik manis!”

Langkah Sunoo terhenti ketika ia melihat tiga orang berpakaian hitam berada di depannya. Sunoo mengigit bibir bawahnya, jalanan terlalu sepi bahkan tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan ketiga orang di depannya.

“Sedang apa disini adik manis? Apa kamu tidak kedinginan? Mau kami hangatkan? Hahaha?”

Ucap salah satu dari mereka, di susul tawa dari yang lain. Sunoo menggeleng dan berjalan, namun langkahnya di hentikan.

“Mau kami hangatkan? Adik manis??”

“Pergi!”

“Waw..waw.. sabar, kami hanya berniat melindungimu”

Sunoo berjalan mundur, namun ketiga pria di depannya mengikuti langkahnya sambil tersenyum.

“Ayo bermain bersama kami sebelum pulang, akan kami buat en-”

bugh!

Sunoo terkejut ketika melihat salah satu dari ketiga orang tersebut terjatuh ke jalan, begitu juga kedua temannya.

“Yak!!”

Salah satu dari ketiga pria tadi berteriak dan hendak memberi pukulan pada orang di depan Sunoo.

Namun berhasil di tahan dan orang tadi balik memukul.

Sosok di depan Sunoo tadi menoleh ke Sunoo, menyuruh Sunoo untuk menunggunya sesaat selagi ia membereskan ketiga pria brengsek tersebut.

“Lo gak kenapa-kenapa kan dek?”

Sunoo menggeleng sambil menerima secangkir susu panas yang di beli di salah satu mini market di dekat sana.

“Makasih kak,Euijoo”

Euijoo tersenyum lalu melepas jaketnya dan memberikannya pada Sunoo.

“Kenapa bisa di luar jam segini?”

Tanya Euijoo dan Sunoo menggeleng pelan, ia tidak ingin mengadu masalah ini pada siapapun.

“Cari udara segar”

Jawabnya asal, supaya Euijoo tidak banyak bertanya.

“Kalo gitu biar gua anter lo pulang, ini udah hampir pagi”

Euijoo bangit dari duduknya lalu mengulurkan tangannya pada Sunoo dan disambut oleh Sunoo.

“Makasih kak”

***

Jake menatap ketiga pria di depannya dengan tatapan tajam, ia berjalan dan memukul salah satu dari mereka, sehingga terjadi adegan baku hatam antara Jake dan ketiga orang yang tidak di kenalnya.

Jake mengatur nafasnya dan sekarang posisinya berada di atas tubuh salah satu dari ketiga orang yang tengah tergeletak di jalanan dengan keadaan yang babak belur.

“Gua gak peduli lo siapa, tapi kalo lo berani ganggu dia, lo mati sama gua!”

Pukulan terakhir dari Jake membuat orang di bawahnya tidak sadarkan diri.

Jake bangkit dari posisinya dan meludah kesembarang tempat lalu ia pergi begitu saja.

Sejujurnya ia melihat bagaimana ketiga pria tadi menganggu Sunoo, yang membuat amarahnya memuncak. Hanya saja ia telat melangkah ketika Euijoo lebih dulu menyelamatkan Sunoo.

***

“Kak Euijoo makasih”

Sunoo membungkukan badannya dan Euijoo tersenyum pelan.

“Habis ini kamu cuci muka, tangan sama kaki, ganti baju terus langsung istirahat. Besok kelas siang kan? Kejadian tadi jangan di pikirin ya”

Sunoo mengangguk kecil, Euijoo mengelus pelan kepala Sunoo yang membuat Sunoo kaget.

“Dah sana masuk!”

Sunoo yang masih terkejut karna pergerakan tangan Euijoo cuma bisa senyum terus buru-buru masuk ke dalam rumahnya.

Euijoo berbalik dan hendak masuk ke dalam mobil.

Namun pandangannya bertemu dengan Jake yang berdiri tidak jauh disana.

Keduanya saling menatap.

Jake menatap tajam ke arah Euijoo sedangkan Euijoo tersenyum lalu masuk kedalam mobilnya.

Jake mengepalkan tangannya, bahkan buku-buku tangannya terlihat memutih.

III. We lost each other? or not?

Sunoo sejujurnya tidak masalah jika ia pergi sendirian ketimbang harus pergi bersama dengan Jake dalam kondisi canggung seperti ini. Jake melempar helmnya pada Sunoo dan menyuruh Sunoo agar cepat naik ke atas motor sport milik Jake.

Sunoo memengang bahu milik Jake sebelum Jake mengendarai motornya, menembus jalanan ibu kota negara mereka untuk menuju sebuah pabrik untuk tugas kuliah mereka.

Di benak keduanya, benar-benar tidak pernah terbesit jika mereka ada berada di dalam posisinya seperti ini, ditambah ini pertama kalinya jarak mereka sedekat ini setelah dua tahun.

Sunoo dan Jake menyelesaikan tugas mereka lebih cepat dari dugaannya, Sunoo yang keluar paling akhir karena ada beberapa hal yang harus ia tanya kepada pemilik pabrik itu berjalan mendekat ke arah Jake yang tengah berdiri di dekat motornya, sambil merokok.

Dan ini pertama kalinya,Sunoo melihat Jake merokok.

Sunoo melepaskan helmnya dan memberikannya pada Jake, lalu tanpa berkata apa-apa ia membungkukan badannya dan masuk kedalam rumahnya.

Jake menghela nafasnya lalu melihat ke dalam helm yang di pakai oleh Sunoo tadi dan melihat ada dua buah permen rasa buah-buahan, Jake memandang pintu pagar rumah keluarga Kim tersebut. Selain ada dua buah permen, ada sebuah stik note berwarna kuning “Jangan ngerokok! itu gak bagus untuk kesehatan, dan terimakasih” Jake mengambil stik note tersebut dan memasukannya ke dalam saku jaketnya bersamaan dengan satu permen karna permen lainnya sudah ia makan.

Sunoo tersenyum dibalik jendela, setidaknya Jake masih menghargai memberiannya. Sunoo berjalan masuk ke dalam kamarnya.

***

Geonu duduk di sofa kecil kamar milik Heeseung, sambil melirik kesana dan kemari. Pandangannya tertuju kepada beberapa foto milik Heeseung bersama dengan teman-temannya dan ada satu foto yang menarik diperhatikan oleh Geonu.

“Ini pacar lo?”

Geonu bertanya ketika Heeseung muncul sambil membawa dua buah gelas berisikan orange juice yang kemudian di letakan di meja dan menghampiri Geonu yang ternyata sudah berada di tempat biasa Heeseung mengumpulkan koleksinya.

“Entah harus disebut pacar atau bukan, gak ngerti gua”

Heeseung tersenyum sambil menatap foto tersebut, Geonu menatap Heeseung terus meletakan foto tadi dan berjalan keranjang milik Heeseung dan membaringkan tubuhnya disana, sedangkan Heeseung duduk di kursi yang ada di dekat meja belajarnya.

“Lo masih takut buat suka sama orang?”

Heeseung terdiam untuk sesaat dan melihat ke arah foto tadi.

“Lo takut Seung, lo takut kalo lo bakal kecewa sama seperti waktu lo suka sama Sunghoon?”

Geonu berkata lagi, sekarang ia sudah duduk di pinggir ranjang Heeseung. Heeseung menatap Geonu yang sedang tersenyum padanya.

Geonu mengambil langkah mendekat kearah Heeseung, dan berhadapan dengan Heeseung.

“Gua bukan takut-”

“Lo takut, takut buat terluka untuk kesekian kalinya. Gua benar kan?”

Heeseung tersenyum lalu menarik tubuh Geonu, hingga Geonu duduk di pangkuannya.

“Gua gak takut buat terluka untuk kesekian kalinya, tapi lo tau sendirikan?”

Heeseung memengang salah satu sisi pipi Geonu dan kembali tersenyum.

“Gua cuma pengen tujuan gua berhasil dulu”

Lalu kemudian Heeseung menarik tekuk milik Geonu dan mencium pelan bibir milik Geonu.

Sunghoon menutup rapat pintu kamar Heeseung lalu kemudian berjalan dengan perasaannya yang campur aduk.

“Loh Hoon? mau pulang?”

Yeonjun baru saja keluar dari kamarnya dan melihat Sunghoon yang berjalan. Sunghoon membungkukan badannya dan tersenyum lalu kemudian pamit, membuat Yeonjun menaikan sebelah halisnya lalu kemudian berjalan lagi.

***

“Byuuurrrrr!!!”

Jungwon terkejut ketika merasakan bahwa tubuhnya disiram, ia melihat sekitar dan melihat teman-teman satu falkutasnya tengah tertawa melihat bagaimana keadaanya sekarang.

“Well, you so look dirty boy”

“hahaha”

“hahaha”

Jungwon mengepalkan kedua tangannya, sejujurnya kesabarannya sudah mulai habis. Ia sudah tidak tahan ketika teman temannya yang lain memperlakukan dirinya seperti ini.

Jungwon mengangkat kepalanya dan ketika ia ingin memberikan perlawanan, seseorang memberikan jaket padanya dan menariknya untuk pergi dari koridor gedung falkutasnya.

Jay menghela nafasnya sambil menatap Jungwon yang masih berdiam, Jay mengeluarkan tisu dalam tasnya lalu kemudian ia mengelap wajah Jungwon yang masih basah.

“Mau sampai kapan lo diam terus kaya gini dek?”

Tanya Jay sedangkan Jungwon masih diam.

“Kak kalo gua nyerah boleh?”

Jay menatap Jungwon dan memegang bahu adik tingkatnya tersebut.

“perjalanan lo masih jauh, biar para sampah itu gua yang urus! Lo gak boleh nyerah”

“Gua capek kak, gua capek sama keadaan kaya gini. Gua pengen nyerah”

Jay dengan cepat menarik Jungwon kedalam pelukannya, menenangkan keadaan Jungwon yang sekarang menangis di dalam pelukan Jay.

Jay membawa bubur ke dalam kamar miliknya, dan melihat bagaimana Jungwon yang masih tidur. Ia membawa Jungwon kedalam apartemennya karna Jungwon tiba-tiba saja deman karena kelelahan akibat terlalu memaksa belajar.

Jay menoleh kesamping ketika melihat layar ponsel milik Jungwon yang ada di nakas berbunyi dan menunjukan panggilan dari Heeseung. Jay sama sekali tidak berniat untuk mengangkatnya karena itu ponsel milik Jungwon.

Jay meletakan buburnya dan kembali keluar dari kamarnya, untuk menyelesaikan urusannya dengan sampah-sampah yang menganggu Jungwon selama ini.

II. I will break the agreement

Jay yang baru saja selesai bersiap-siap keluar dari dalam kamarnya sambil membawa tasnya. Ia menoleh ke arah pantry apartemennya.

Disana Jungwon sedang berkutat dengan sesuatu.

“Lagi ngapain lo?”

Tanya Jay sambil berjalan menghampiri Jungwon dan duduk di salah satu kursi yang ada di sana, menopang dagu dan melihat Jungwon uang sedang memasukan beberapa roti isi dan makanan ringan lainnya ke dalam kotak bekal.

“Biar hemat, gua bikin roti isi tadi kak? Mau sarapan dulu?”

Jungwon menyerahkan dua potong roti isi pada Jay yang di sambut baik oleh Jay.

Perihal bagaimana Jungwon bisa berada di apart milik Jay adalah karna Jay yang meminta Jungwon untuk menginap, agar mereka bisa bersiap bersama dan tidak terlambat pergi ke Manhattan.

“Kalo udah siap, ayo berangkat!”

Jay berkata dan Jungwon dengan cepat memasukan kotak bekalnya ke dalam tasnya, mengambil ranselnya lalu mengikuti Jay yang berjalan ke luar sambil memakan roti isinya.

“Tunggu ihhhh”

Jungwon kesel banget, Jay jalannya cepet. Sedangkan Jay, ia sengaja membuat Jungwon berlari untuk mengejarnya.

***

“Aahhhhh... bukan kah sudah lama tidak menghirup udara segar?”

Jay melirik sekilas Jungwon yang duduk disampingnya, pandangan Jungwon hanya tertuju pada jalanan yang mereka lewati. Jay tidak bertanya lagi, ia menyalakan mp3 playernya.

Membiarkan sebuah musik menemani perjalanan panjang mereka, selama 3 jam perjalanan mereka dari Massachusetts ke Manhattan.

Berangkat pukul 8 pagi membuat mereka sampai pukul 12 siang di Manhattan setidaknya mereka telah sampai setelah menempuh perjalanan panjang.

“Mau makan siang dulu gak?”

Bekal yang di bawa oleh Jungwon tadi tentu saja sudah habis, ia membawa sedikit dan sudah habis ketika mereka menepi di rest area.

“Lo mau makan apa dek?”

Jay bertanya dan Jungwon sedikit berpikir.

“Mau cari restoran asia kak? Gua kangen pengen makan masakan korea”

Jay tersenyum, lalu keduanya turun dan mencari restoran yang ada di daerah mereka.

Langkah keduanya terhenti begitu mereka sampai di depan sebuah restoran khas korea, mereka bukan berhenti karna merasa berhasil menemukan restoran. Mereka berdua berhenti karna bertemu dengan sosok seseorang yang mereka kenal yang baru saja keluar dari restoran tersebut.

“Ni-ki?”

“Jungwon? Bang Jay?”

***

Jake menatap tajam sosok Heeseung di depannya yang sedang meminum ice americanonya dan menawarkan Jake untuk meminum minuman yang sudah terlebih dahulu di pesan oleh Heeseung.

“Have been long time, Jake?”

Sapa Heeseung sambil tersenyum miring, Jake melipat kedua tangannya dan menatap Heeseung.

“Langsung aja Seung, lo mau bicara apa?”

Heeseung tersenyum, mengubah posisinya kedepan agar lebih dekat lagi dengan Jake.

“Perjanjian apa yang lo buat sama mama lo?”

Pertanyaan Heeseung sontak membuat Jake terdiam dan menatap Heeseung.

Heeseung juga bisa melihat perubahan wajah Jake. Ia hapal betul bagaimana sifat temannya dan juga mama dari Jake.

“Sejak awal, mama lo gak pernah suka lihat lo temenan sama kita. Terutama Sunghoon, karna nilai lo selalu ada di bawah Sunghoon kan?”

Jake masih diam, ia menatap Heeseung makin dalam.

“Setelah team kalian kalah dari team kami, lo pergi ke rumah orang tua lo. Lo pulang dengan keadaan kacau, Jay yang pergi tiba-tiba dan Sunoo yang menghianati lo tapi-”

Heeseung menghentikan perkataannya sebentar lalu tersenyum pelan.

“Gua kenal lo udah lama, walau lo orangnya gak jelas dan aneh tapi gua yakin kalo lo bisa berpikir panjang buat kedepannya. Pasti ada alasan kenapa lo ngejauh dari gua dan Sunghoon. Lalu pasti adalah alasan lain lo pisah sama Sunoo, bukan karna lo mergokin dia sama Ni-ki karna lo bukan seperti itu. Lagian lo lihat kalo Sunoo gak ciuman, Ni-ki yang cium Sunoo. Jadi harusnya lo gak marah. Tapi ada satu alasan yang bikin lo marah”

Heeseung bangkit berdiri lalu menepuk pelan pundak Jake.

“Lo gak suka basa basi makanya gua langsung to the point sama lo. Perjanjian apa yang sudah lo buat sama nyokap lo? Gua bakal hancurin itu semua!”

Setelah mengucapkan perkataannya, Heeseung berjalan keluar caffe meninggalkan Jake yang masih duduk disana dalam diam.

Ia menatap keluar jedela yang langsung berhadapan dengan pintu gerbang kampusnya.

Pandangannya tertuju pada Sunoo yang terlihat sedang menelepon seseorang dan berdiri disana.

Jake menatap Sunoo dengan tatapan sendu.

Antara menahan rindu ataupun menahan rasa marah dan benci akan keadaan.

Jake otomatis bangkit berdiri ketika ia melihat seseorang menabrak Sunoo dan hampir membuat Sunoo terjatuh jika Sunoo tidak di tahan oleh seseorang pria yang Jake sendiri tidak kenal.

Sunoo terlihat membungkukan badannya, lalu mobil keluarga milik Sunoo datang untuk menjemput Sunoo.

Kedua tangan Jake mengepal lalu ia bangkit berdiri dan berjalan keluar dari caffe.