II. When We Meet
Jongseong memejamkan matanya dan terlihat memberi penghormatan terakhir pada makam di depannya. Setelahnya ia menghela nafas kemudian meletakan setangkai bunga krisan putih dan bangkit lagi.
“Maaf terlambar berkunjung hari ini kak”
Jongseong tersenyum sambil melihat ke arah batu nisan dengan nama Jeonghan Stewart di sana. Kakak laki-lakinya yang meninggal 5 tahun yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Namun ada satu fakta yang baru saja Jongseong ketahui, bahwa kakak laki-lakinya tersebut meninggal bukan karna kecelakaan lalu lintas, melainkan di bunuh.
“Aku berjanji akan mencari tau siapapun di balik ini semua”
Jongseong kembali berkata lalu kemudian ia pamit undur diri karena harus pergi.
***
Jongseong menghentikan langkahnya bertepatan dengan seseorang yang juga menghentikan langkahnya, mereka berhadapan dengan sosok di depan Jongseong menatap Jongseong dengan dalam.
Jongseong bisa melihat bahwa sosok di depannya tadi terlihat seperti habis menangis, karna mata dan hidungnya memerah.
Sepertinya Jongseong tidak merasa asing dengan sosok di depannya, seperti pernah melihat namun lupa dimana ia bertemu dengannya. Disaat Jongseong sedang berpikir, ia tersentak kaget ketika sosok di depannya berlirih pelan.
“Kak Soobin?”
Jongseong kembali menatap sosok tadi, sosok tadi menggeleng pelan lalu berjalan meninggalkan Jongseong.
“Tunggu?”
Jongseong menghentikan langkahnya.
“Jungwon, benar kan? Kau Jungwon Lewis?”
Sosok tadi terdiam dan melihat ke arah manik mata Jongseong. Dari tatapan Jongseong, ia jadi merindukan seseorang.
“Jungwon, tapi tidak dengan Lewis”
Jawab sosok tadi terus ia melangkah pergi, Jongseong segera berlari dan mencoba menghalangi Jungwon.
“Aku Jongseong”
”.....”
“Aku perlu bicara denganmu”
“Tidak tertarik”
Jungwon kembali berjalan dan Jongseong kembali menghentikan langkahnya.
“Jungwon aku mohon”
“Aku tidak mengenalmu!”
“Tapi kau mengenal mata ini kan!”
Jungwon terdiam kemudian ia mengalihkan pandangan matanya.
“Kak Soobin yang memberikannya untukku, ia punya pesan terakhir untuk kita berdua?”
Dan berakhirlah mereka disini, di sebuah caffe yang tidak jauh dari rumah duka yang mereka datangi.
Dari lima menit yang lalu belum ada pembicaraan dari keduanya, membiarkan satu ice americano dan satu coffe latte di depan mereka begitu saja.
“Jadi apa yang ingin kau sampaikan?”
Tanya Jungwon.
“Bermainlah piano”
Jungwon terkejut dan ia menatap tajam ke arah Jongseong.
“Tidak. Dan tidak akan pernah terjadi”
“Bukan aku yang memintamu untuk bermain piano, tapi Kak Soobin. Dia bilang jika aku mengajari mu bermain piano, kita akan menemukan siapa pelakunya”
Jungwon menatap Jongseong di depannya.
“Apa kau tidak pernasaran siapa yang telah melakukan peledakan itu? Jika kau bermain piano maka kita bisa mencari tau siapa p-”
“Aku sama sekali tidak tertarik”
Jungwon bangkit berdiri lalu ia segera berjalan keluar dari caffe membuat Jongseong mengacak rambutnya sebal.
Ini akan menjadi berat baginya, membujuk Jungwon untuk bermain piano.