auteurlavie

the girl's who love writing

Part III

Sebenarnya Sunghoon sedikit ragu, tapi mau gimana lagi sekarang pun posisinya ia sama sekali tidak bisa lari lagi.

Sunghoon bukan tipe orang yang menjilat ludahnya sendiri, jadi apapun resikonya ia tidak akan lari.

Lagian Sunghoon sudah banyak membaca hal-hal mengenai melakukan sex sesama pria dan itu tidak akan menjadi masalah jika mereka melakukannya dengan benar.

Sunghoon yang datang lebih awal terlihat menoleh ke arah dering suara lonceng di pintu masuk, tanda yang bisa membuat kita tau bahwa ada orang yang datang.

Jay tersenyum kemudian segera menghampiri Sunghoon, “Sorry gua agak telat dikit”

Ucap Jay terus dia duduk di kursi depan Sunghoon.

“Gua gak tau lo suka minum apa, jadi gua belum pesanin punya lo. dan gak papa lo telat, gua juga baru sampe beberapa menit yang lalu”

Jay mengangguk kecil, kemudian ia bangkit berdiri lagi untuk memesan minuman namun sebelum itu ia berkata “Aku suka Americano”

Setelah minumannya selesai, Jay balik lagi ke kursinya duduk di sana sambil menatap Sunghoon yang entah sudah keberapa kali menghela nafasnya berat.

“Tenang Hoon, lo gak perlu setegang ini. lagian kita gak akan lakuin malem ini, kita cuma ngobrol aja dan buat diri lo senyaman mungkin”

Dari perkataan Jay, Sunghoon sudah merasa lebih baik dan lebih nyaman dari pada tadi.

“Jadi apa yang perlu kita bahas?”

Sunghoon bertanya namun bukan mendapat jawaban tapi ia melihat Jay mengulurkan tangannya, awalnya Sunghoon sedikit bingung tapi ia membalas jabatan tangan Jay tersebut.

“Gua Jay, anak teknik sipil semester 5”

Jay tersenyum kemudian melepaskan jabatan tangan mereka.

“Kita belum kenalan secara resmi kan?”

Sunghoon sekarang mengerti kemana arah pembicaraan Jay.

“Gua Sunghoon, anak arsi semester 5”

Sambung Sunghoon.

“Gua suka motor dan tentu suka balapan, gua anak tunggal, sekarang gua tinggal di apartemen sendirian. untuk orang tua gua sendiri, mereka bercerai ketika umur gua masih 5 tahun. Dan yah.. gua bukan tipe orang yang mau basa-basi, oh iya satu lagi gua suka sama americano mau yang dingin maupun yang sangat, setidaknya gua harus minum itu sehari sekali”

Sunghoon terdiam mendengarkan setiap apa saja yang di lontarkan oleh Jay dan sekarang gilirannya.

“Nama gua Sunghoon, Park Sunghoon. gua anak arsi. Hobi gua adalah balapan dan ibu gua sangat menentang gua ikut balapan, bokap gua udah meninggal ketika gua masih berada di kandungan nyokap gua. Bokap gua meninggalkan ketika beliau ada di arena, dan itu yang buat nyokap gua gak setuju sama gua. dibandingan kopi gua lebih suka minuman yang asem”

Setelah itu, mereka benar-benar menghabiskan waktu saling bertukar cerita. Sunghoon maupun Jay merasa bahwa mereka benar-benar menemukan sosok yang sepemikiran dari segi apapun. Memiliki kesamaan dari mulai hobi, selera musik, genre film maupun drama dan masih banyak lagi, dan tidak ada kecanggungan yang bahkan mereka rasakan.

Seperti seseorang yang sudah sangat lama mengenal bukan?

***

Ini sudah hampir satu bulan mereka saling mengenal, bahkan setiap akhir pekan mereka selalu pergi keluar untuk mengobrol dan berbagi cerita. Masih dalam topik untuk mendekatkan diri yang bahkan sebenarnya mereka sudah sangat dekat.

Bahkan teman-teman Sunghoon maupun teman-teman Jay sangat heran melihat keduanya sangat dekat.

Dan selama satu bulan ini, hanya ada satu kali pembicaraan mereka mengenai taruhan mereka satu bulan lalu.

Baik Jay maupun Sunghoon tetap akan melakukannya jika mereka benar-benar sudah siap satu sama lain.

“Gua gak tau sih, cuma akhir-akhir ini nyokap gua udah kaya bener-bener orang yang dimabuk cinta”

Sunghoon berkata, sekarang keduanya masih berjalan-jalan di daerah malam kita Hongdae dan sekitarnya.

“Mungkin bukan cuma anak muda aja yang ngerasa getaran cinta, tapi orang tua juga bisa. Lagian nyokap lo udah lama sendirian, ngelihat anaknya yang udah gede kaya lo mungkin saatnya dia buat jatuh cinta lagi”

Jay ada benarnya, mungkin ini saatnya untuk ibunya jatuh cinta pada pria lainnya.

“Jay lo percaya sama yang namanya takdir gak?”

Jay menghentikan langkahnya, kemudian menatap Sunghoon yang juga menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya.

“Takdir?”

Sunghoon mengangguk, kemudian ia berjalan mendekat kearah Jay hingga jarak mereka terlalu dekat. Bahkan tubuh mereka kini sudah menempel.

Belum sempat Jay membalas, Sunghoon sudah mencium bibir Jay terlebih dahulu dan itu membuat Jay terkejut, namun ia tidak menolak dan membirkan Sunghoon mencium bibirnya beberapa detik sehingga Sunghoon melepaskannya dan menatap Jay lekat-lekat.

“Ayo kita lakuin taruhannya malam ini, gua udah siap”

Part II

Sunghoon yang sedang mengobrol bersama dengan Yochin masalah kesiapannya di race langsung menoleh begitu mendengar derap langkah suara beberapa langkah kaki yang datang menghampiri mereka.

“Haloo!!”

Jay menyapa Sunghoon dan juga teman-temannya, sambil tersenyum ia berjabat tangan Sunghoon dan juga yang lain.

Saling melempar senyum, “Siap untuk menaklukan race malam ini?”

Jay sedikit berkata sambil terkekeh, sama sekali tidak ada raut khawatir atau tegang antara mereka.

“Siap untuk kalah?”

Sunghoon menaikan sebelah halisnya sambil membalas jabat tangan Jay. Kemudian Leo yang telah menyiapkan arena dan lainnya memanggil mereka semua, karena pertandingan akan segera dimulai.

Yochin memakaikan jaket kulit kebangga Sunghoon padanya kemudian memasangkan helm pada Sunghoon, menepuk pelan pundak Sunghoon.

“Semangat!!”

Sunghoon tersenyum kemudian berjalan ke motornya yang sudah ada di garis start.

Jay melakukan hal yang sama dengan yang Sunghoon lakukan, Kai meninju pelan dada bidang Jay.

“Semoga lu menang!! semangat”

Jay sudah berada di atas motornya, menatap Sunghoon yang juga sudah siap.

Jay dibalik helmnya dan walaupun tidak terlihat melempar senyum pada Sunghoon, kemudian menutup helm full facenya begitu juga dengan Sunghoon hingga Taehyun yang ada di depan sana mengangkat bendera yang artinya balapan ini di mulai.

Keduanya memacu kecepatan yang amat sangat cepat, awalnya Jay memimpin hingga setengah putaran hingga kemudian Sunghoon berhasil menyalip Jay.

Hingga garis finish terlihat di depan mata dan kemenangan sudah ada di tangan Sunghoon, dengan tekad yang kuat Sunghoon sangat yakin bahwa ia akan memenangkan ini.

Namun hanya tinggal 500 Meter dari garis finish, Jay berhasil memotong kecepatannya dan membuat Jay berada lebih dulu sampai di garis finish.

Part I

–––

Jay yang tengah berada di showroom motor sport kaget waktu lihat pintu terbuka, sosok Sunghoon yang disapa oleh salah satu karyawan yang bekerja disana.

“Jadi gimana Jay? kamu suka yang mana?”

Ibu dari Kai si pemilik Showroom ini bertanya pada Jay, membuat Jay sedikit terkejut dan kembali fokus memilih motornya.

Pilihan Jay tertuju pada motor sport keluaran terbaru, Kawasaki Ninja ZX 14R berwarna hitam tersebut.

Jay tersenyum kemudian menunjuk motor yang dia mau pada ibu Kai.

“Baiklah bibi akan mengirimnya ke apartemenmu, mari kita selesaikan adminitrasinya”

Jay mengangguk kemudian mengikuti ibu Kai.

Disaat mengisi form untuk surat menyurat, Jay bertemu dengan Sunghoon yang ternyata sudah memilih motor apa yang dia mau.

“Oh hallo”

Sunghoon menyapa Jay dengan ramah dan tersenyum, ia duduk di kursi sebelah.

“gak nyangka bisa ketemu lo disni”

Jay tersenyum, memutar sedikit kursinya untuk menatap Sunghoon.

“iya gak nyangka juga kalo bisa-bisanya beli motor baru buat balapan?”

Sunghoon terkekeh sambil mengangguk, kemudian keduanya kembali fokus untuk mengisi from.

“Lo udah makan?”

Ketika keduanya telah selesai, lebih tepatnya Jay terlebih dahulu selesai dan menunggu di luar showroom.

Sunghoon menatap Jay sedikit lama, “kayanya kita harus sedikit saling mengenal bukan?”

Sambung Jay lagi, “apa tujuannya? mengali informasi agar bisa mengalahkan gua?”

Jay menaikan sebelah halisnya lalu tersenyum, ia berjalan mendekat ke arah Sunghoon dan berbisik.

“berbincang-bincang tentang gaya apa yang harus kita pakai”

Jay menjauhkan jarak mereka, menatap Sunghoon yang wajahnya memerah.

sialan

batin Sunghoon.

“Jangan berharap, gua pastiin lo kalah dari permainan ini”

Sunghoon bergegas, meninggalkan Jay yang hanya terkekeh.

𝙘𝙧𝙤𝙨𝙨𝙧𝙤𝙖𝙙𝙨


Seungyoun melempar sebuah berkas kepada Jay, menatap anak laki-laki tersebut dengan tajam “apa ini yang kamu maksud dengan bekerja dengan benar!?”

Jay menatap berkas yang baru saja di lempar oleh ayahnya tersebut, “kau kalah satu langkah dari Heeseung, mau sampai kapan posisimu berada di bawah Heeseung? jika seperti ini kakekmu tidak akan mengakuimu”

Jay menatap kembali manik mata sosok ayahnya tersebut, “kau lihat? Heeseung lebih unggul dari segala aspek, kau bisa mengalahkan Yeonjun karna dia tidak terjun ke dunia seperti kita. Bagaimana kau bisa keduluan oleh Heeseung? kau tau kan bahwa senjata ini sangat diincar oleh kelompok yakuza? jika Seungwoo dan anak-anaknya berhasil membuat kesepakatan dengan kelompok yakuza, maka jangan harap mendapat pengakuan dari kakekmu!”

Seungyoun segera keluar dari ruangannya, meninggalkan Jay yang mengepalkan tangannya. selalu saja, selalu ia dikalahkan oleh Heeseung sepupunya sendiri.

Jay meremas amplop berisikan dokumen yang diterima oleh ayahnya tadi, sekarang ia harus bergerak dan tujuannya adalah menjatuhkan Heeseung beserta keluarganya.

Bagaimanapun, ia harus menjatuhkan mereka agar mendapatkan pengakuan dari Kakeknya.

***

“Berapa gadis yang sudah di kencani oleh Yeonjun?”

Sunghoon memberikan beberapa lembar foto pada Seungwoo sebagai laporan kegiatan yang dilakukan oleh anak pertamanya tersebut.

Park Sunghoon adalah pengawal pribadi Yeonjun dan ia juga merupakan pengawal kepercayaan Seungwoo akibat kinerja kedua orang tua Sunghoon dan Sunghoon yang sudah mengabdi kepada keluarganya selama belasan tahun.

“menurutmu apa dia berpontensi untuk melakukan tugas selanjutnya?”

Seungwoo meminta mendapat pada Sunghoon, “menurut saya, tuan muda Yeonjun memang berpotensi untuk melakukan tugas tersebut namun saya rasa tuan muda Yeonjun tidak ingin melakukannya”

Seungwoo menjetikan jarinya, “kau benar. bagaimana kalo Heeseung?”

“tuan Heeseung?”

Seungwoo mengangguk kecil, “lagian ayah menyukai Heeseung dari pada Jay kan? jika tugas ini diberikan pada Heeseung, mungkin saja ini akan menjadi nilai tambah Heeseung”

“lagian Heeseung sudah sangat berpengalaman ketika ia bekerja sama dengan para bandit di amerika, jepang bukan lah hal yang sulit untuk Heeseung”

Seungwoo tersenyum, jika boleh memandingkan tentu saja anak-anaknya lebih bisa di harapkan dari pada anak-anak Seungyoun adiknya.

“oh iya satu lagi Sunghoon-”

Seungwoo menyerahkan satu amplop coklat pada Sunghoon membuat Sunghoon membuka isi amplop tersebut yang terdapat beberapa lembar foto dari pengawal pribadi Heeseung.

“aku menaruh curiga pada Taehyun, bisa kau selidiki dia? aku rasa dia adalah mata-mata yang dikirim Seungyoun untuk Heeseung”

Sunghoon mengangguk kecil, “untuk Yeonjun aku akan menyuruh orang lain untuk pengawalnya. kau selesaikan masalah Taehyun”

Sunghoon sekali lagi mengangguk kemudian membungkukan badannya untuk keluar dari ruangan Seungwoo.

***

brak

Heeseung yang sedang membaca dokumen di ruang kerjanya menoleh dan menatap sosok laki-laki yang berbeda dua tahun darinya, menatapnya penuh amarah.

“jangan Sunghoon!”

laki-laki yang merupakan kakak dari Heeseung tersebut berkomentar, ia sudah mendengar kabar bahwa mulai hari ini Sunghoon pengawal kesayangannya dipindah tugasnya menjadi bawahan Heeseung.

“kenapa kau memilih Sunghoon?”

Heeseung menutup dokumennya kemudian menatap ke arah manik mata kakaknya yang menatapnya tajam.

“kemampuan Sunghoon sangat cocok untuk misi kali ini, ia tidak mungkin terus bertugas untuk menutup mulut gadis-gadis yang kau tiduri kak”

Yeonjun mengepalkan kedua tangannya, adiknya ini terlalu angkuh dan selalu berhasil mendapatkan apa yang dia mau.

“kau boleh mengambil siapapun, siapapun akan kuberikan padamu tapi jangan Sunghoon. kau tau sendiri bagaimana Sunghoon kan Heeseung?”

Heeseung terkekeh pelan, “tentu saja aku tau, maka dari itu Sunghoon adalah pilihan yang terbaik!”

Yeonjun masih terlihat tidak terima, maka ia keluar dari ruangan Heeseung dan menuju ruangan ayahnya untuk menolak pemindahan kerja Sunghoon.

***

Sunghoon terlihat menatap dari jauh gerak-gerik Taehyun ketika Sunghoon datang keruangan Heeseung.

“Ada perlu apa anda kemari?”

Taehyun selaku pengawal pribadi Heeseung bertanya kepada Sunghoon maksud dan tujuannya. ia masih memberikan hormat karna bagaimanapun Sunghoon termasuk senior disini.

“aku ingin bertemu dengan tuan Heeseung”

jawab Sunghoon dan Taehyun langsung mengangguk kemudian membuka pintu ruangan Heeseung, sebelum benar-benar menutup pintu dan masuk Sunghoon bisa melihat bahwa Taehyun terlihat sedang mengirim pesan untuk seseorang.

“anda memanggil saya tuan?”

Sunghoon memberi hormat pada Heeseung yang tengah duduk sambil tersenyum menatap layar ponselnya, namun setelah melihat Sunghoon ia langsung fokus pada Sunghoon.

“anda terlihat sedang bahagia? apa ada seseorang yang anda kencani?”

Sunghoon memang sudah dekat dengan keluarga Seungwoo, ditambah umurnya memang tidak berbeda jauh dari Heeseung. dulu juga mereka pernah belajar bersama di Amerika.

“apa aku terlihat seperti memiliki kekasih?”

tanya Heeseung sambil menopang dagunya, menatap Sunghoon yang baru saja menganggukkan kepalanya.

“aku baru pertama kali melihat wajah tuan seperti itu, bersemi dan terpancar auara bahwa tuan sedang jatuh cinta”

Heeseung terkekeh pelan, “dan itu bisa menjadi cela bagi musuh tuan”

kekehan Heeseung tertahan setelah mendengar kalimat terakhir dari Sunghoon.

Heeseung tersenyum tipis, Sunghoon memang tidak perlu di ragukan lagi kinerjanya.

“kau tenang saja, tidak ada yang berani menganggunya-

  • jadi ini bukan pertama kalinya kita bekerja sama kan?”

Heeseung bertanya dan Sunghoon mengangguk kecil, sekitar dua tahun lalu mereka menyelesaikan misi untuk menyembunyikan senjata ilegal dan menjualnya kepasar China dan itu membuat keuntungan yang besar dan membuat Kakek dari Heeseung menjadi lebih senang dengan Heeseung kala itu.

“kali ini akan datang beberapa senjata dari Rusia, mereka akan berlabuh di dermaga busan. aku ingin kau yang menjaga dari dermaga sampai ke gudang. dan pastikan mereka sampai dengan selamat”

Sunghoon mengangguk untuk yang kesekian kalinya, lagian ini bukan pengalaman pertamanya.

“tapi kali ini kita harus berhati-hati, dua hari yang lalu”

Heeseung menunjukan sebuah foto pada Sunghoon “ aku melihat anak buah Jay berada di sana, sepertinya ada orang yang sengaja membocorkan ini. aku tidak tau siapa pastinya, bahkan ayah tidak tau jika aku akan melaksanan transaksi disana”

Heeseung menghela nafasnya, sedangkan Sunghoon menatap foto-foto tersebut.

“jadi Sunghoon, aku memohon padamu kali ini”

“Baik tuan”

Sunghoon membungkukan badannya, berjalan keluar namun sebelum ia membuka pintu ia balik menatap Heeseung.

“jangan pernah menaruh rasa percaya pada siapapun”

kemudian ia menutup pintu.

***

Sunghoon melirik ke kiri dan kekanan, memastikan bahwa tidak ada yang melihat gerak geriknya bersama dengan beberapa anak buahnya. saat ini mereka tengah berada di dermaga daerah Busan untuk memastikan bahwa kapal yang mereka tunggu akan segera tiba. Namun ini sudah lebih dari dua jam dari jam yang sesuai.

“tuan Sunghoon!!”

Sunghoon segera berbalik dan mendapatkan salah satu anak buahnya berlari kepadanya, “seseorang mengetahui rencana kita dan mereka membawa kapal ke dermaga yang ada di Incheon”

Sunghoon terlihat mengepalkan tangannya.

“sepertinya mereka mengetahui bahwa senjata itu akan berlabuh di dermaga ini, seseorang pasti menyuap awak kapal hingga mereka berhenti di daerah Incheon satu jam yang lalu”

sosok yang ada di depan Sunghoon kembali menjalaskan dan Sunghoon segera beranjak ke dalam mobilnya.

***

Jay tertawa pelan, kali ini bagaimanapun caranya ia harus mengalahkan Heeseung. Ia harus mendapatkan pengakuan dari Ayah dan Kakeknya. Terutama Kakeknya sendiri.

Jay keluar dari dalam mobilnya, menuju ke dermaga di mana kapal yang seharusnya berlabuh di Busan sekarang ada di hadapannya.

Kapal yang membawa beberapa senjata ilegal dan obat-obatan terlarang, yang merupakan milik Heeseung yang akan di ekspor ke Jepang.

Jay memanggil salah satu anak buahnya, menyuruh mereka untuk membuka isi dari balok-balok kayu berukuran besar.

Namun saat balok-balok itu terbuka, isinya bukanlah seperti yang Jay harapkan.

Yang harusnya berisikan senjata dan obatan-obatan terlarang malah berisikan ikan tenggiri hasil tangkap nelayan.

sial

Jay merasa bahwa ia di bodohin. ia membanting tutup balok tersebut dan segera berjalan ke dalam mobil miliknya.

***

“aku tidak menyangka bahwa idemu sungguh berhasil”

Heeseung tertawa puas, kini ia sedang berdiri di lantai dua markasnya yang ada di salah satu gudang pusat kota, sambil memperhatikan anak buahnya yang memindahkan senjata pesanannya.

“aku tidak percaya bahwa kau memindahkan mereka ke pelabuhan Sokcho”

Heeseung menatap Sunghoon yang juga memperhatikan barang yang baru masuk.

“bukankah sudah kukatakan padamu, sama seperti ayahmu tuan. seseorang sedang memata-mataimu”

Sunghoon tersenyum, melipat kedua tangannya di dada dan matanya masih fokus menatap di bawah sana.

“aku rasa Jay akan mencari mata-matanya dan mungkin bisa saja dia membunuhnya”

Heeseung berbalik menatap Sunghoon, “walau dia menghianatiku tapi pastikan bahwa Jay tidak membunuhnya”

Sunghoon mengerutkan keningnya, “dia masih mempunya adik yang harus dibiayai, mungkin saja Jay menawarkan harga tinggi”

Heeseung mengulas senyumnya, “pergilah dan selamatkan Taehyun. aku tau bahwa kau yang bisa menyelamatkan Taehyun dari Jay”

setelah itu Heeseung berjalan untuk masuk kedalam ruangannya, sedangkan Sunghoon terlihat berpikir.

***

Sunghoon tau bahwa mata-mata yang dikirim Jay adalah Taehyun, sesuai dengan dugaan dari tuan besar Seungwoo. dan sebenarnya Heeseung juga menyadarinya.

Walau terkenal dingin dan kejam tapi Heeseung masih mempunyai sisi baik, ia masih peduli pada Taehyun yang bahkan menghianatinya.

Jadi seperti perintah Heeseung saat ini Sunghoon sudah berdiri di rumah keluarga besar Seungyoun. Ia mendapatkan info bahwa Taehyun baru saja masuk ke dalam rumah besar itu.

Walau tidak begitu hapal tempat ini, tapi setidaknya Sunghoon sudah beberapa kali datang ke rumah ini ketika ada pesta besar dari keluarga Seungwoo dan Seungyoun, jadi ia mengetahui seluk dan beluk rumah ini.

Tidak perlu waktu lama sampai Sunghoon masuk kedalam rumah bernuasan eropa moderen ini.

Sunghoon menelusurin setiap koridor yang terlihat masih sepi, matanya menatap sosok Taehyun yang masuk ke dalam sebuah ruangan.

Sunghoon berjalan secara perlahan, ia masuk kedalam ruangan yang Taehyun masukin tadi setelah tiga puluh menit menunggu Taehyun keluar.

Begitu ia masuk, ia dihadapkan oleh sebuah kamar bernuasan modern klasik. wangi-wangi menyegarkan langsung masuk kedalam indra penciumannya.

Sunghoon melirik ke kiri dan kekanan, menemukan sebuah laptop yang masih menyala. Sunghoon menghampiri Laptop tersebut dan memasang sebuah flashdisk yang memang selalu ia bawa untuk menyalin data, dan betapa terkejutnya ketika banyak file tentang apa saja yang sudah di lakukan Heeseung, file penting yang selama ini Heeseung kerjakan dan juga foto-foto dirinya saat bekerja dan banyak lagi informasi yang harusnya tidak boleh Jay tau.

Gerakan tangan Sunghoon pada keyboard laptop terhenti ketika ia merasakan sesuatu di belakang kepalanya.

“well sepertinya ada tikus yang masuk?”

suara itu begitu dingin dan tajam, bahkan Sunghoon bisa merasakan hawa yang berbeda dari pertama kali ia masuk.

suara itu sangat familiar karena Sunghoonpun sudah beberapa kali bertemu dengan si pemilik suara.

“Revoler S&W 500M, sepertinya kau tau kan dia bisa menembus dan meledakkan objeknya?”

terdengar kekehan kecil dari belakang Sunghoon, Sunghoon tau bahwa sekarang di kepalanya ada sebuah pistol. menurut dugaannya mungkin saja ini adalah tipe revoler smith and wesson 500 magnum, tapi Sunghoon tidak tau panjang larasnya berapa.

“apa kau berniat untuk bunuh diri kesini?”

Sunghoon mengangkat tangannya, secara perlahan dari posisinya ia berbalik. menatap sosok di depannya dengan pistol yang sesuai dengan dugaan Sunghoon tadi.

Jay berdiri di depan Sunghoon dengan tangan kanan yang memengang pistol, ia saat ini hanya memakai bathrobe berwarna putih, rambutnya bahkan masih basah.

“aku pikir ada tikus yang menganggu saat aku mandi, ternyata memang tikus”

Jay melangkah-kan kakinya mendekat kearah Sunghoon dan menarik kerah kemeja yang Sunghoon pakai.

Jay menodongkan pistolnya pada dahi Sunghoon, “apa Heeseung yang menyuruhmu kesini?”

Sunghoon berniat melawan tapi ia harus berpikir beberapa kali karna lawannya sedang membawa pistol.

Jay mengerutkan keningnya karena tidak mendapat jawaban dari Sunghoon, “Apa kau tidak bisa berbicara?”

Jay kembali berkata dan Sunghoon masih tidak membuka mulutnya, “apa kau dalang di balik datangnya senjata di dermaga?”

Jay menatap Sunghoon semakin nyalang sedangkan Sunghoon hanya memberi Jay senyum tipisnya dan itu benar-benar membuat Jay jengkel dan mendorong tubuh Sunghoon hingga Sunghoon terjatuh ke lantai marmer kamar Jay.

“apa aku harus membunuhmu disini?”

bhukk!!

Jay menendang perut Sunghoon yang dimana posisi Sunghoon masih dilantai kamar milik Jay.

“atau aku harus memanggil Heeseung untuk menyelamatkanmu?”

kembali Jay menendang Sunghoon beberapa kali, sedangkan Sunghoon belum memberi perlawanan sama sekali.

Jay mengusak rambutnya yang masih basah ketika puas menendang Sunghoon dan memukul Sunghoon, bahkan Jay memukul Sunghoon menggunakan pistol miliknya, tepat di wajah Sunghoon.

Jay menghela nafas, seharusnya ia tau siapa Sunghoon.

“Ikutlah denganku maka aku akan membebaskanmu”

Jay berbalik menatap Sunghoon yang wajahnya sudah penuh luka akibat dirinya.

“Tinggalkan keluarga Paman Seungwoo dan ikut aku”

“Harusnya anda tau bahwa saya tidak akan pernah mengikuti keinginan anda, saya lebih baik mati dari pada berhianat”

Sunghoon akhirnya bersuara membuat Jay menatap Sunghoon, berjalan menghampiri sosok Sunghoon yang masih terduduk lemas.

“apa ada cara lain supaya aku bisa mendapatkanmu? kau sangat setia pada tuanmu”

Jay terkekeh ia memengang rahang Sunghoon dengan satu tangannya dan mengcengkram kuat rahang Sunghoon.

“jangan bermimpi”

Sunghoon membalas seketika dan itu membuat Jay semakin menatapnya tajam.

“jika kau mau menurut saja, mungkin aku tidak akan memukulmu sampai saat ini. moodku sedang tidak bagus, aku tidak ingin membunuhmu sekarang”

Jay menghentakan tangannya kemudian bangkit berdiri, ia mengambil ponselnya lalu kemudian menelepon seseorang dan menyuruh membawa Sunghoon ke ruang bawah tanah.

Namun sebelum Sunghoon di bawa ke ruang bawah tanah, Jay terlebih dahulu menginjak ponsel milik Sunghoon yang ada di sana dan berdering sejak tadi.

Jay kembali mengacak rambutnya, memilih untuk pergi ke dress roomnya sebelum ia pergi menemui ayahnya.

***

“apa sunghoon belum bisa di hubungi?”

Heeseung bertanya kepada salah satu anak buahnya, ini sudah lebih dari 3 jam Sunghoon tidak bisa di hubungi.

“saya bahkan sudah berusaha melacak ponselnya, namun tidak diketahui di mana Sunghoon berada”

Heeseung menghela nafasnya, ia sangat takut jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Sunghoon.

Ditambah jika Yeonjun tau bahwa anak buah kesayangannya telah hi-

“HEESEUNGG!!!”

Brak!!

Heeseung dan anak buahnya terkejut begitu pintu ruangan Heeseung di dobrak paksa dan menampilkan sosok Yeonjun yang datang dengan nafas memburu.

Berjalan menghampiri Heeseung dan langsung mencengkram kerah baju Heeseung, membuat anak buah Heeseung terkejut dan ingin melerai namun Heeseung menggerakan tangannya menyuruh agar anak buahnya pergi dari ruangannya.

“sudah ku katakan padamu, bagaimana Sunghoon bisa hilang! hah!?”

walaunya Heeseung tidak ingin Yeonjun tau, tapi ntah kenapa kabar hilangnya Sunghoon sudah sampai ketelinga Yeonjun.

“Jika kau tidak menemukan Sunghoon dalam waktu 1 x 24jam, aku pastikan akan membunuhmu!”

Yeonjun melepaskan cengkramannya dan kemudian berjalan meninggalkan ruangan Heeseung, sedangkan Heeseung menghela nafasnya kemudian melonggarkan dasinya.

Walaupun Yeonjun tidak terkejut dengan bisnis keluarga mereka yang akhirnya jatuh pada Heeseung, tapi Yeonjun tetap memiliki darah Seungwoo. Bahkan Yeonjun bisa lebih kejam dari pada Seungwoo.

Dan Heeseung mengakui bahwa kakak laki-lakinya itu adalah yang terhebat dari semua keturunan Jungjin kakek mereka.

Kedua pengawal yang berdiri di depan ruangan Heeseung terlihat kaget melihat bagaimana marahnya Yeonjun, karna selama ini mereka hanya melihat Yeonjun seperti anak pada umumnya yang sama sekali tidak tertarik akan hal seperti ini.

“tapi kenapa tuan Yeonjun sangat menghawatirkan hilangnya Sunghoon? aku dengar dari yang lain, tuan Yeonjun bahkan sampai mengerahkan semua anak buahnya secara diam-diam. aku kira dia biasa saja karna selama ini beliau hanya sibuk dengan para gadisnya”

salah satu dari mereka berbicara mengenai hal yang saat ini tengah di bicarakan di seluruh kediaman Seungwoo.

“Sunghoon adalah pengawal kesayangan tuan Yeonjun, dan katanya ada rumor bahwa tuan Yeonjun sangat berhutang nyawa pada kedua orang tuan Sunghoon. Bahkan tuan Yeonjun pernah bilang bahwa ia akan melindungi nyawa Sunghoon sebagaimana orang tua Sunghoon yang telah melindunginya dan mengorbakan nyawanya sendiri”

***

Sunghoon membuka matanya, kepalanya terasa pusing.

namun satu hal yang membuat Sunghoon agak sedikit bingung, ia pikir dirinya akan di sekap di sebuah gudang ketika Jay berkata ruang bawah tanah. tapi nyatanya sekarang ia terbangun di sebuah ruangan seperti kamar tidur yang tidak kalah mewah dengan kamar Jay tadi.

“Sudah bangun?”

Sunghoon menoleh, menatap Jay yang berdiri di ujung pintu ruangan dengan tangan yang di lipat di dadanya. menatap Sunghoon dengan tatapan yang bahkan sangat sulit untuk Sunghoon jelaskan.

Jay berjalan dan menghampiri Sunghoon, berdiri di dekat Sunghoon yang membuat Sunghoon menjadi lebih siaga.

“pilihanmu hanya ada dua, berhianat pada mereka atau mati”

ucap Jay sambil menatap Sunghoon, Sunghoon menyingung senyumnya kemudian menatap manik mata Jay tanpa rasa takut.

“apa yang kau tawarkan padaku ketika aku berhianat pada mereka?”

Jay menaikan sebelah halisnya, tidak menyangka bahwa ini akan keluar dari mulut Sunghoon.

“kehidupan yang lebih baik tentunya, dan kau bisa melakukan apapun yang kau mau atau-”

Jay mendekatkan dirinya pada Sunghoon, kembali mengcengkram rahang Sunghoon dan menatapnya tajam.

”-kau bisa bebas dari hal seperti ini”

Jay tersenyum masih dengan tangan yang mengcengkram rahang Sunghoon.

cuih!

Jay terkejut ketika Sunghoon meludahinya tepat di wajahnya sambil terkekeh.

“jangan pernah bermimpi, lebih baik aku mati dari pada harus berhianat!”

Jay menggeram dan menatap Sunghoon tajam.

“aku masih bersikap baik padamu, jadi jangan bersikap tidak sopan!”

“baik? tidak sopan? bahkan kau lebih dulu yang tidak sopan”

Sunghoon mendorong tubuh Jay yang membuat Jay oleng dan hampir terjatuh, kemudian Sunghoon bangkit dari ranjangnya menatap Jay yang sudah di pastikan bahwa amarahnya sudah berada di ujung tanduk.

“jangan pernah macam-macam denganku Park Sunghoon”

Jay menarik tubuh Sunghoon membuat jarak keduanya menjadi lebih dekat, menatap satu sama lain dengan tajam.

“aku tidak pernah berurusan denganmu tuan Jay terhormat, aku hanya ingin menangkap seorang penghianat seperti Taehyun”

“Harusnya aku menembak kepalamu kemarin”

Sunghoon terkekeh, masih dengan mata yang menatap Jay tanpa rasa takut.

“kalo begitu mengapa tidak menembakku saja sekarang?”

Jay memincingkan matanya, kembali menarik tubuh Sunghoon.

“dari pada aku menembakmu, bagaimana jika aku menidurimu?”

Sunghoon menatap Jay tidak percaya kemudian mencoba untuk menjauhkan jaraknya namun Jay menarik pinggang Sunghoon sambil tersenyum.

“aku ada penawaran baru? pilihanmu mati atau tidur denganku?”

Sunghoon menginjak kaki Jay dan membuat Jay merasa kesakitan dan hal itu membuat Sunghoon memelintir tangan Jay dan menatap Jay tajam.

“jangan pernah berbicara hal seperti itu, tidak keduanya karna aku akan keluar dengan caraku sendiri”

Jay membalikan posisinya dan sekarang ia memelintir tangan Sunghoon, dengan posisi tangan Sunghoon berada di belakang punggung Sunghoon sendiri, mendorong tubuh Sunghoon hingga terpojok ke tembok.

“bermimpilah untuk keluar dari sini, karna ketika sesuatu sudah berada di genggamanku aku tidak akan pernah melepaskannya!”

Jay mendorong pelan kemudian ia segera pergi dan mengunci pintu kamar yang di tempati Sunghoon.

“perketat semua penjagaan, dan jangan sampai ayah tau bahwa aku menyekap Sunghoon disini!”

ucap Jay sebelum ia pergi ke rumah utama kepada salah satu orang yang berjaga disana.

“arghhkkhhh”

Sunghoon yang masih ada diruangan meninju dinding di hadapannya, tidak peduli jika buku-buku tangannya luka dan tergores.

“menjijikan!”

Sunghoon melirik ke kanan dan kekiri, ia mengitari ruangan kamar ini untuk mencari cela, namun nihil. ia tidak mendapati apapun dan pada akhirnya ia memilih untuk membaringkan tubuhnya kembali di ranjang berukuran king tersebut.

***

Jay menatap laptopnya kemudian menutupnya secara kasar, Heeseung sama sekali terlihat tidak peduli dengan hilangnya Sunghoon selama dua hari ini. Dan yang Jay tau, Yeonjun lah yang terlihat berang, bahkan kemarin Yeonjun mendatangi Jay dan memukul Jay, menuduh bahwa Jay adalah dalang di balik hilangnya Sunghoon.

“Bagaimana caranya aku bisa mengalahkan Heeseung si keparat ini?”

Jay bergumam kecil namun kemudian pintu ruangannya terbuka, menampilkan sosok adik laki-laki yang tersenyum padanya.

“minggu depan adalah perayaan ulang tahun kakek, jadi hadiah apa yang ingin kak Jay beri pada kakek? aku dengar kak Heeseung berhasil membuat kesepakatan bersama dengan kelompok yakuza?”

bukannya membantu, adik laki-lakinya tersebut malah membuat Jay naik pitam. bahkan tidak ada satupun di keluarganya yang mendukungnya secara utuh.

semua orang selalu membeda-bedakan dirinya dan Heeseung.

“diamlah dan tetap lanjutkan studimu”

Jay berkata kemudian bangkit berdiri.

“aku tau apa yang menjadi kelemahan seorang Lee Heeseung, dan mungkin ini bisa jadi cara agar kak Jay bisa mengalahkan kak Heeseung”

Jay yang awalnya sudah berada di ujung pintu menatap kembali adik laki-lakinya yang tersenyum, senyum manis yang terkesan menyembunyikan sesuatu.

adik laki-laki Jay tersebut berjalan mendekat ke arah Jay dan berbisik di telinga kakaknya, membuat Jay menatap adiknya dengan tatapan tidak percaya.

“aku hanya memberimu saran, terserah diterima atau tidak”

setelah itu, adiknya pergi lebih dulu sambil terkekeh.

***

Sunghoon yang sudah terkurung hampir tiga hari hanya diam ketika mendengar suara pintu terbuka, dan sosok Jay berdiri disana.

“aku akan membebaskanmu, tapi dengan satu syarat”

Sunghoon menoleh menatap Jay seakan ia tidak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh Jay.

“jika kau tidak menerima tawaranku, maka keluarga Taehyun akan mati”

Sunghoon semakin menyipitkan matanya, sejujurnya ia berjanji pada Heeseung untuk membawa Taehyun pergi dari sisi Jay agar keluarga Taehyun bisa selamat.

“bertunanganlah denganku”

Bagian tiga

———

Deeptalk with birthday boys


jay yang baru saja menutup sambungan telepon dari kedua orang tuanya langsung noleh ke depan pintu kamarnya, ngelihat sosok sunghoon yang tengah tersenyum sambil berjalan masuk ke kamar jay dan juga jake.

“jake kemana?”

tanya sunghoon, kemudian ia naik ke atas ranjang jay dan memilih untuk berbaring di samping jay dengan kepala yang bersandar pada headboard kasur milik jay.

“kayanya dia ke kamar kak heeseung terus tidur disana deh”

sunghoon mengangguk mendengar jawaban dari jay, “habis teleponan sama mama?”

jay kali ini mengangguk, meletakan ponselnya pada nakas di samping kasurnya dan merangkul sunghoon.

“anak anak yang lain udah tidur?”

tanya jay dan sunghoon mengangguk, lagian tadi dirinya sudah izin kepada jungwon untuk tidur di kamar jay.

“mama bilang besok di bakal bawain makanan kesukaan aku buat kita makan sama-sama, kebetulan besok jadwal kita kosong kan?”

jay meraih tangan sunghoon dan menautkan jari-jari mereka, sedangkan sunghoon menatap jay sambil tersenyum tipis.

untuk beberapa saat keduanya saling berdiam diri, tidak ada pembicaraan dan asik berkutat dengan pikiran masing-masing.

“jay?”

“sunghoon?”

kedua saling perpandangan kemudian terkekeh, jay merangkul sunghoon dan sunghoon meletakan kepalanya pada bahu jay.

“kamu duluan”

jay bersuara menyuruh sunghoon untuk menyampaikan apa yang ingin sunghoon sampaikan.

“terima kasih”

jay mengerutkan keningnya, sambil menatap sunghoon yang sekarang juga menatapnya.

“terima kasih karna sudah mau hadir dalam hidup aku, dalam hidup kita semua”

sunghoon berkata, matanya melirik tangan mereka yang masih saling menyatu.

“terutama bagi aku, makasih jay. mungkin kalo bukan karna kamu aku harus kehilangan mimpi aku sebagai idol, aku ingat masa-masa trainee kita yang sulit tapi kamu gak pernah nyerah. bahkan ketika di iland aku memilihmu untuk masuk ke ground, padahal kamu banyak membantuku-”

sunghoon menghela nafasnya dalam-dalam, “kemudian ketika tampil unit, kamu rela ngajarin aku yang waktu itu posisinya ngerebut tempat kamu.. tapi kamu gak pernah marah atau kecewa sama aku, selalu ngajarin aku step demi step”

jay mengusak pelan surai kepala sunghoon, “kamu tau titik tersedih dalam hidup aku ketika kamu berada di urutan terakhir dan menulis surat, aku sampe mikir gini 'bisa gak aku tetep sama jay sampai akhir?', 'bisa gak kalo unit kami debut?'_, 'aku cuma pengen debut bareng jay', 'percuma aku meraih mimpi tapi tidak dengan orang yang aku mimpikan?'

  • gimana rasanya hampir kehilangan orang yang kita sayangi? dan sekarang aku bersyukur sama Tuhan dan sama engene, karna mereka aku maupun kamu bisa debut bareng”

sunghoon melepaskan tautan tangan mereka dan memeluk jay, sedangkan jay hanya mengelus punggung sunghoon yang berada di pelukannya.

“walaupun kadang aku jail, suka isengi kamu, jujur aku sayang banget sama kamu jay. aku takut buat jalanin kehidupan kaya gini seorang diri”

jay masih mengelus punggung sunghoon dan sesekali mengecup puncak kepala sunghoon.

“aku yang harusnya ngerasa bersyukur ada kamu di samping aku, kamu tau? aku lakuin semua itu demi kamu sayang”

sunghoon menjauhkan wajahnya dari pelukannya, menatap manik mata jay yang bahkan untuk ia tatap ketika camera on pun sulit.

“aku sama sekali gak kecewa waktu kamu yang gantiin posisi aku untuk maju di unit, bahkan aku seneng lihat kamu bisa menampilkan yang terbaik dan ngebawa kita semua menang. dari semua orang yang ada disana, aku lebih ngerasa bangga sama kamu hoon”

jay tersenyum, lagi dan lagi ia mengusak surai sunghoon dan mencubit ujung hidung sunghoon.

“harusnya aku yang bilang makasih sama kamu sunghoon, kamu tau dari segala hal yang aku punya di dunia ini? kamu adalah yang terutama dan paling berharga, kehadiran kamu dalam hidup aku buat aku benar-benar ngerasa  gak kesepian sama sekali.. maaf juga kalo misalnya aku sering ngerepotin kamu dalam banyak hal”

sunghoon menggeleng pelan, kemudian menatap jam dan tersenyum.

“jongseongiee~~, urii jongseong... happy birthday, terima kasih karna sudah hadir dalam hidupku dan yang lain.. sekarang make a wish dulu”

sunghoon dengan cepat menyuruh jay untuk berdoa karna tepat pukul 12 malam, dan ini sudah masuk tanggal 20 april.

sunghoon menatap jay yang tengah menutup matanya sambil berdoa, sunghoon tersenyum. ntah kenapa jay terlihat semakin tampan ketika bertambah dewasa.

cup

ketika jay ingin membuka matanya, ia menarik sudut bibirnya yang baru saja di kecup singkat oleh sunghoon.

“sekali lagi selamat ulang tahun jongseongie, semoga kamu selalu bahagia”

sunghoon tersenyum tulus, ini sudah hampir lima tahun mereka bersama. dari masa trainee, iland hingga debut.

jay menarik sunghoon kedalam pelukannya, “thank to make me feel better and thank to everything, sunghoon. you one and only my unit and my love.

jujur sunghoon tidak bisa menyembunyikan rona merah di kedua pipinya, namun untungnya jay memeluknya sehingga tidak terlihat.

jay melepaskan pelukannya sambil menatap sunghoon, kemudian ia mengecup lama dahi sunghoon.

“i love you more than word

Deeptalk with ayank

___

Bagian dua

Kringggg!!!

Kringgggg!!!

Kringggg!!!

Ketika sebuah deringan bel tanda bahwa sekolah dimulai berdering terlihat beberapa orang berlarian agar mereka tidak ingin terlambat sampai di area sekolah. Pascanya sekitar 5 menit setelah deringan bell pintu pagar akan ditutup, dan tentu saja bagi mereka yang terlambat tidak akan bisa masuk dan harus menjalani hukuman yang diberikan oleh Badan organisasi kesiswaan sekolah.

Disaat yang lain berlarian bahkan ketika petugas penjaga sekolah mulai menutup pintu pagar sekolah dengan di dampingi dua orang anggota osis, namun terlihat satu orang yang berjalan santai dengan sambil mengunyah permen karet miliknya.

tentu saja orang itu adalah Sunghoon

Ketika langkahnya terhenti di depan gerbang, maka pagar sekolahpun tertutup. Para siswa dan siswi yang terlambat terlihat menghela nafasnya kasar, sedangkan Sunghoon dengan santainya masih mengunyah permen karet di mulutnya.

Dua anggota osis yang hari ini bertugas berjaga di depan gerbang langsung menyuruh para murid yang terlambat berkumpul di lapangan sekolah.

Sekitar ada 7 orang yang terlambat pagi ini, sedikit menurun dibandingkan kemarin walau rasio dalam minggu ini masih banyak siswa dan siswi yang terlambat. Dan satu hal yang anggota osis tau dan sadar, bahwa ada satu sosok yang selalu terlambat setiap hari.

Salah satu anggota osis yang dikenal sebagai Ketua dari organisasi tersebut menghampiri siswa yang selalu terlambat setiap hari. Berdiri di depan siswa itu sambil melihat nametag miliknya.

'Park Sunghoon

“Park Sunghoon?! Sudah berapa kali mendapat teguran agar tidak terlambat?”

Tanya si ketua osis, sedangkan Sunghoon terlihat sedang berpikir “mungkin 10? Atau 15 dalam bulan ini'

Sunghoon tersenyum, perkataannya tadi membuat siswa dan siswi yang ada di sana terkejut, padahal mereka tau bahwa Park Sunghoon adalah salah satu siswa yang sangat susah di atur.

“Jika besok kau terlambat kami akan memanggil orang tua mu!”

Perkataan dari ketua osis tadi membuat Sunghoon mengerutkan keningnya, lalu terkekeh.

“Ya silahkan, jika mereka memiliki waktu untuk datang perihal urusan yang sangat tidak penting seperti ini”

Ketua osis tadi balik menatap Sunghoon, ketika ia bergerak melangkah tangannya di hentikan oleh rekan sesama osisnya dan itu membuat Sunghoon terkekeh pelan.

“Wah, pemandangan apa ini? Apa terjadi kisah romansa antara ketua osis kita dan juga wakil ketua osisnya? Pantas saja selalu piket bersama!”

“Park Sunghoon!!”

“Apa??!!”

Suasana sedikit menjadi berubah, ketika tatapan keduanya saling bertemu.

“Udah Jay, jangan di ladenin”

Teman anggota osis mencoba menenangkan ketua osisnya, sedangkan Sunghoon mengangkat bahunya dan berjalan pergi.

“Park Sunghoon kembali!!! Hukumanmu belum dimulai”

Jay si ketua osis terlihat berteriak namun Sunghoon terlihat tidak peduli, ia bahkan melangkah menjauh sambil melambaikan tangannya.

***

“Wah!!! Coba lo lihat ini, di base lo jadi bahan perbincangan lagi”

Kai menunjukan sebuah akun twitter milik sekolah kepada Sunghoon, saat ini mereka sedang makan siang.

Sunghoon langsung menatap Leo yang terlihat ikut berkomentar, bahkan Kai juga ikut berkomentar.

“Dih, ini netizen sok tau banget”

Leo berkomentar sambil meminun minuman kalengnya yang tadi di beli, sedangkan Sunghoon terlihat tidak peduli bahkan saat ia membalas twt dari kedua temannya.

“Lagian lu telat mulu anjir, kaya gak niat banget sekolah”

Kai berkata, selama hampir memasuki dua tahun mengenal Sunghoon ini anak selalu terlambat pergi sekolah.

“Lo kan tau sendiri, kalo pagi-pagi gua ngapain”

Sambung Sunghoon dan itu membuat Kai maupun Leo mengangguk kecil.

“Gua duluan yah”

Sunghoon tiba-tiba bangkit berdiri, kemudian ia berjalan meninggalkan Leo dan Kai yang cuma bisa menggelengkan kepalanya.

'Palingan Sunghoon akan merokok di atap atau di belakang sekolah.

***

Sunghoon berdiri di atap sekolah,menatap lingkungan sekolah dari atas sini. Sebenarnya ia sedang tidak ingin belajar.

Sunghoon sebenarnya bukan tipe yang tidak suka belajar, ia hanya sedang berada di fase di mana ia tidak berniat untuk belajar. lagian kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan Sunghoon.

Sunghoon menghela nafasnya, mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya kemudian pematik yang ada di balik batu area atap sekolah.

Sunghoon mengeluarkan ponselnya ketika ia sudah menyalakan rokoknya, ada pesan dari kedua temannya. Sunghoon menatap roomchat dari teman-temannya dan terlihat tidak memperdulikannya

Ketika masih asik menghisap rokok miliknya pintu atap sekolah terbuka dan memperlihatkan satu sosok yang tadi pagi sempat ribut dengannya.

Tentu saja itu sosok Ketua Osis sekolahnya, bukannya takut Sunghoon malah tetap menghisap rokoknya dan mengalihkan pandangannya.

“Merokok adalah salah satu dari bagian pelanggaran sekolah!”

Jay si ketua osis berkata, berjalan menghampiri Sunghoon.

Jay menarik rokok dari mulut Sunghoon dan membuangnya begitu saja, membuat Sunghoon terkejut. Kemudian Jay menarik tangan Sunghoon dan membawa Sunghoon keluar dari atap sekolah namun Sunghoon melawan, tapi tenaga Jay ternyata lebih besar dari miliknya.

“Yak!! Lepasin anjirr!!!”

Sunghoon terus berontak, berusaha melepaskan tangannya yang di tarik oleh Jay. Sedangkan Jay masih menarik tangan Sunghoon.

“Jay!! Anjing!! Lepasin bangsat!!!”

Tarik menarik terjadi di ujung anak tangga, tangan Sunghoon yang satunya lagi memegang pembatas tangga. Menahan agar dirinya tidak di tarik oleh Jay, sedangkan Jay masih menarik tangan Sunghoon.

“Ikut gua Sunghoon!!!”

Jay terlihat bersikeras menarik Sunghoon, sedangkan Sunghoon bersikeras mempertahankan dirinya.

Hingga acara tarik menarik mereka membawa mereka dalam situasi dimana seharusnya tidak terjadi. Tangan Sunghoon yang berada di pegangan tangga terlepas dan membuat tubuhnya terhuyung kedepan, Jay yang sadar posisi Sunghoon akan jatuh masih menarik tangan Sunghoon yang pada akhirnya membuat mereka berdua jatuh tergelincir dan terguling dari tangga atas ke bawah, dengan posisi saling memeluk.

ketika tubuh keduanya sampai di bawah, yang Jay dan Sunghoon rasakan adalah rasa sakit dibagian kepala dan punggung sebelum pada akhirnya pandangan keduanya hilang.

***

Jay secara perlahan membuka matanya, merasakan sakit dibagian kepalanya.

“Sunghoon, lo gak papa kan?? gua pikir lo bakalan mati”

Satu hal yang membuat Jay tidak mengerti adalah ketika ia membuka mata, ia berada di ruangan unit kesehatan sekolah. namun sosok dua orang di depannya membuat Jay semakin bingung.

“Hoon, coba ini berapa?”

kalo tidak salah, yang didepannya dengan nametag bernama ‘Leo Lee’ menunjuk jari tangannya membentuk angka 2.

tapi kenapa dia dipanggil dengan sebutan Sunghoon

“Anjing!!”

sebuah tirai pembatas dari sebelah kiri terbuka, membuat Jay menatap sosok di sana. sosok yang tengah memengang kepalanya.

sosok dirinya yang sekarang sedang menatap dirinya.

keduanya menatap dengan tatapan bingung dan heran.

“Kenapa gua ada disana!”

keduanya berkata bersamaan, mau Jay atau Sunghoon keduanya saling menunjuk membuat Leo dan Kai yang disana terlihat bingung.

“kenapa gua ada di tubuh lo?”

Bagian Satu

—-

Semua siswa dan siswi sedikit terkejut karena diadakannya razia dadakan, bagi mereka yang menyimpan sesuatu di dalam loker dan tas mereka terlihat panik.

sudah ada beberapa yang terjaring, diantaranya membawa rokok, vape, majalah dewasa, bahkan minuman alkohol yang mereka samarkan dengan botol biasa. terkadang pihak sekolah memang selalu melakukan razia rutin.

sunghoon yang baru saja kembali dari atap melihat keempat anggota osis yang sedang berjalan di koridor yang sama dengannya, menuju ke kelas sunghoon.

sunghoon tidak takut, karena ia tidak membawa barang-barang tersebut di tasnya, jadi dengan percaya diri ia masuk ke kelasnya bersamaan dengan keempat anggota osis yang menatapnya heran.

“dari toilet”

ucap sunghoon walaupun tidak ada yang bertanya, setidaknya ia memberitau mereka. soalnya tatapan mereka seolah bertanya dari mana dirinya.

“loh hoon? sejak kapan jadi anggota osis?”

salah satu teman sunghoon, kalo tidak salah ingat namanya adalah dongpyo pertanya. lagian seisi kelas juga agak kaget waktu lihat sunghoon masuk sama-sama anggota osis

“mau razia mulut lambe kaya lo, napa gak senang?”

sunghoon berkata sambil jalan ke arah meja dan kursinya.

ketika anggota osis mulai bergerak, leo dan kai sempat menatap ke arah sunghoon yang terlihat biasa saja. sepertinya kali ini sunghoon sedang tidak membawa apa-apa, makanya sunghoon terkesan lebih tenang dari biasanya.

kelas 2-3.

kelas yang memang di kenal agak sedikit susah di atur, isinya siswa dan siswi pembangkang dan membuat onar. mereka juga urutan terakhir di angkatan mereka.

jay berhenti di meja sunghoon, menyuruh sunghoon membuka tasnya.

“buka aja sendiri, kan lo yang mau lihat!”

beberapa siswa dan siswi yang duduknya tidak jauh dari sunghoon langsung menoleh, sebenarnya bukan hal yang tabu melihat sunghoon yang selalu beradu argumen dengan jay.

jay saat ini sedang tidak ingin ribut, jadi ia memilih untuk membuka tas sunghoon.

memang tidak ada barang terlarang di sana, tapi tas sunghoon benar-benar kosong. bahkan bukupun tidak ada.

semua anggota osis kembali berdiri di depan kelas, hanya ada satu di kelas ini yang tertangkap.

tentu saja Nicholas, yang lupa menyembunyikan komik dewasa yang sebenarnya itu adalah milik leo.

“nicholas, ikut kami ke aula”

jay berkata, lalu keempat anggota osis keluar dari dalam kelas mereka diikuti nicholas yang mengomel. soalnya dia belum baca itu komik tapi udah kena razia.

sedangkan leo menatap nicholas dengan tatapan komik gua, kalo disita minta ganti

Baskara dan Raka


Jayhoon local

Jay as Baskara Sunghoon as Raka


Dinginnya kota Bandung, membuatku sadar bahwa kamu tidak selamanya bisa menghangatkanku

Ini tentang Baskara, seorang pria hebat dan pengusaha ternama di kota Jakarta. Hidup dengan segala kesempurnaan.

Memiliki usaha yang maju, Istri yang cantik dan Anak yang lucu.

Tapi ia tidak pernah mengenal kata bahagia, karna bahagianya hanya ada pada Raka.


“Papa?”

Baskara tersenyum ketika melihat putri kecilnya yang turun dari kursi meja makan dan berlari menghampiri dirinya yang baru saja turun untuk sarapan.

Baskara mengendong putri kecilnya yang berumur 5 tahun tersebut dan berjalan ke arah meja makan, sambil sesekali mencubit ujung hidung putrinya.

“Apa hari ini papa akan kembali bekerja jauh?”

Tanya Alice, putri kecil Baskara hasil buah cinta pernikahannya bersama dengan Eveline, seorang wanita yang di gandang-gandang sebagai figur wanita hebat karena bisa membantu Baskara sampai di posisinya saat ini.

“Hari ini papa akan ke Bandung sayang, dan mungkin papa di sana selama 1 minggu”

Ada raut wajah sedih dari Alice saat mengetahui jika papanya tercinta akan pergi selama 1 minggu. Walaupun Baskara selalu sibuk dengan bisnis dan bisnisnya, tapi ia sama sekali tidak pernah melupakan tugasnya sebagai seorang ayah. Ia selalu memiliki waktu untuk Alice.

“Nanti kamu jangan nakal sama mama ya, kasihan mama”

Alice hanya mengangguk, kemudian Baskara meletakan Alice di kursinya kemudian dirinya sendiri duduk di kursinya dan di depan sana sudah tersedia sarapan untuk dirinya.

“Jadi kamu nyetir sendiri ke sana mas?”

Eveline berkata ketika ia muncul dari arah dapur sambil membawa satu gelas susu vanilla untuk Alice.

Baskara mengangguk kecil, mengatakan bahwa ia akan membawa sendiri mobilnya.

Eveline tersenyum menatap suami yang sudah menikahinya selama 7 tahun tersebut.

Orang bilang bahwa mereka adalah pasangan yang sempurna dan serasi, saling mencintai dan menghargai.

Tapi itu hanya apa yang di lihat oleh orang lain.

Karna kenyataannya, semua berbeda dengan pandangan orang lain.

“Kalo gitu aku pergi dulu ya”

Baskara bangkit berdiri, berjalan ke arah Alice yang kemudian kening putrinya itu ia cium sebelum ia pergi keluar kota.


Raka merenggangkan otot-ototnya yang terasa sangat pegal karena sudah lebih dari 6 jam ia duduk di depan komputer, bahkan ia tidak sadar bahwa langit sudah menjadi gelap.

Raka menoleh begitu mendengar suara pintu ruangan kerjanya yang di ketuk oleh seseorang, kemudian tanpa memberi jawaban seseorang masuk sambil tersenyum.

“Istirahat bentar aja Ka, lo udah dari siang diem mulu disini”

Ucap Callvero teman baik Raka sekaligus partner kerjanya sambil menaruh secangkir kopi di meja Raka.

“Besok gua ada seminar di hotel, dan lo tau sendiri gua jadi salah satu pembicara di sana”

Sambung Raka kemudian ia mengucapkan terima kasih pada Callvero atau segelas kopinya.

Callvero berjalan ke arah jendela yang besar, menampilkan suasana kota Bandung yang sekarang sedikit gerimis.

“Udah gak kerasa banget ya? Waktu berjalan dengan cepat”

Raka menatap Callvero dari mejanya.

“Banyak banget yang berubah, tapi suasana Bandung masih sama seperti sebelumnya”

Callvero berbalik kemudian tersenyum pada Raka dan pamit karna ia juga harus menyelesaikan laporannya dan pekerjaannya.

Raka menggelengkan kepalanya, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.


Baskara membungkukan badannya begitu ia selesai check in disebuah hotel yang menjadi tempat ia beristirahat selama ia di Bandung.

Setelah membereskan barang bawaannya, Baskara memilih untuk keluar, mencari makan siang untuk dirinya sendiri.

Namun ketika ia berada di lobby hotel, yang Baskara tau bahwa hujan telah turun di daerah sana. Baskara keluar hanya untuk menikmati hujan.

Setiap ia berada di Bandung, ntah kenapa kota tersebut selalu turun hujan.

Matanya lurus kedepan, secara perlahan berdiri di pinggir menjulurkan tangannya untuk merasakan rintikan air hujan yang turun secara perlahan.

Baskara menutup matanya sambil merasakan tetesan hujan pada telapak tangannya.


“Yah turun hujan”

Baskara berkata sambil berteduh di dekat tempat fotocopy di sebrang kampusnya, harusnya ia segera pulang ke kosannya, namun karena rintikan hujan ia terpaksa harus berteduh di fotocopy sebrang kampusnya

“Yes!! Akhirnya hujan!!”

Baskara menoleh, melihat siapa yang merasa senang akibat turunnya hujan yang rata-rata tidak di sukai oleh orang lain

“Kok lo seneng sih dengan hujan?”

Ada dua orang disana yang berdiri, dengan satu orang yang memengang makalah tugasnya

“Ya gua seneng aja Call, karna setelah seharian panas sekarang hujan, cuaca jadi adem dan hati gua juga jadinya adem”

“Raka... raka, emang aneh lo”


Baskara membuka matanya, kemudian menarik tangannya dan sekarang ia memilih untuk kembali masuk ke dalam hotel. Tiba-tiba saja ia ingin beristirahat dan mengurungkan niatnya untuk makan.

Namun langkah Baskara terhenti ketika ia melihat sosok yang begitu ia kenal namun sudah lama tidak berjumpa, tengah berdiri di loby.

Langkahnya seakan berat, seakan-akan ada yang menahan tubuh Baskara untuk melangkah mendekat. Sampai sosok itu berbalik dan pandangannya bertemu dengan Baskara.

Kala raga ingin mencoba untuk berjalan jauh, tapi hati tidak ingin menginginkannya

Langkah yang awalnya terasa berat, ntah kenapa kita terasa ringan untuk Baskara berjalan ketika manik mata keduanya bertemu.

7 tahun berpisah dan tidak mengetahui kabar masing-masing, tidak membuat kedua anak adam yang saling berhadapan saat ini melupakan satu sama lain.

Terutama Baskara yang tidak pernah melupakan, Cintanya pada Raka.

“Long time no see, Bas”

Raka mengulas senyumnya, senyum yang sejujurnya terlalu Baskara rindukan.

“Gimana kabar kamu?”

Raka bukan tipe yang basa-basi, tapi tidak mungkin ia langsung pergi begitu saja setelah 7 tahun lamanya tidak berjumpa dengan sosok yang pernah menjadi bagian dari hidupnya?

Hujan masih tetap terus turun di luar sana, seakan waktu terhenti untuk berputar. Keduanya masih saling menatap.

Dengan segala perasaan yang campur aduk dalam diri mereka, Baskara menjawab “Aku baik-baik saja”

Ada helaan nafas lega dari Raka, mengetahui bahwa Baskara dalam keadaan baik-baik saja. Lagian ia sering mendengar tentang Baskara di majalah bisnis.

“Tapi tidak dengan hatiku”

Perkataan selanjutnya membuat Raka terdiam, sedangkan Baskara masih menatap Raka dengan tatapan yang bahkan mereka sendiri tidak tau tatapan ini dikategorikan sebagai tatapan apa.

“Jangan seperti ini Baskara, hubungan kita sudah berakhir semenjak 7 tahun yang lalu”

Raka paham betul tentang apa yang diucapkan oleh Baskara, jadi lebih baik ia segera pamit untuk kembali ke kamarnya.

“Aku merindukanmu Raka!”

Raka mencoba tidak menghentikan langkahnya, tidak lagi termakan omongan manis yang keluar dari mulut Baskara.

Hingga tubuh Raka menghilang di balik pintu lift, Baskara masih memandangnya.

Baskara menarik nafasnya dalam-dalam.

“Bahkan aku masih mencintaimu, Raka”