Our Dream
Bukan hanya berbicara tentang mimpiku atau mimpumu, tapi ini tentang mimpi kita bersama
“Kamu yakin mau ambil PPDS bedah anak?”
Tanya Sunghoon yang sedang menyiapkan sarapan pagi hari ini sebelum mereka berangkat kerumah sakit di hari terakhir mereka sebagai dokter intern, yang artinya sebentar lagi mereka akan mengambil spesialis dengan spesialis yang sudah mereka tentukan sebelumnya.
“Pertama pengennya ambil bedah aja sih Hoon, jadi mau bedah anak atau bedah umum juga gak papa”
Jawab Jongseong terus nyamperin Sunghoon dan meluk Sunghoon dari belakang, mencium aroma menangangkan dari tubuh kekasihnya tersebut.
“Kalo kamu jadi ambil saraf? Atau penyakit dalam?”
Masih dalam posisi memeluk Sunghoon kali ini giliran Jongseong yang bertanya, “aku kayanya ambil saraf deh, mama juga suruh aku ambil saraf”
Jongseong mengangguk kecil, kemudian melepaskan pelukannya dari Sunghoon dan memutar tubuh Sunghoon agar posisi mereka saling berhadapan.
“Kamu janji ya, bakal terus sama-sama sampai aku jadi dokter bedah terbaik dan kamu jadi dokter saraf terbaik, setelah itu kita nikah dan hidup kaya keluarga dengan anak-anak yang nantinya ada di tengah-tengah kita”
Sunghoon memutar bola matanya kemudian mendorong tubuh Jongseong dan mengatakan bahwa mereka hampir saja terlambat jika masih terus bermalas-malasan seperti ini.
***
Setelah beberapa bulan menjalanin kehidupan sebagai residen tahun pertama, mereka tidak menyangkah bahwa menjadi residen sangat sibuk, bahkan untuk makan siang berdua saja terkadang mereka tidak memiliki waktu jadi ketika berpapasan di koridor rumah sakit atau di IGD Sunghoon maupun Jongseong hanya saling melempar senyum dan sesekali saling menyemangatin satu sama lain. Setidaknya setiap dua hari dalam seminggu mereka akan pulang ke apartemen milik mereka berdua. Bahkan keduanya terkenal oleh hampir seluruh dokter dan perawat serta teman-teman mereka, mereka di julukin the future great doktor karena kecekatan mereka dan menangani pasien.
“Ahhh.. harusnya aku tidak mengambil spesialis bedah”
Jongseong segera masuk keruang istirahat residen bagian saraf dan langsung menjatuhka kepalanya pada paha Sunghoon yang saat itu sedang duduk di pinggir kasur miliknya, sedangkan badannya ia baringkan di kasur milik sayang kekasih.
Sunghoon terkekeh kemudian mengusap kepala Jongseong yang ada di pahanya.
“Apa hanya aku residen yang sibuk? Bahkan untuk berkencan dengan kekasihku saja tidak ada waktu”
Jongseong mengomel sedangkan Sunghoon masih asik mengelus kepala Jongseong.
“Harusnya aku mengambil spesialis pediantri seperti Heeseung? Atau mengambil orthopedi seperti Jaeyoon, tidak bisakah aku mendaftar ulang?”
Jongseong berkata, ia membenarkan posisinya dan sekarang menatap wajah Sunghoon dari bawah.
“Kamu bilang ingin jadi dokter bedah dan menyelamatkan banyak orang nantinnya”
Perkataan dari Sunghoon membuat Jongseong memajukan bibirnya, benar juga? Ia tidak boleh melupakan mimpinya.
“Akhir pekan ini gak ada jadwal operasikan? Aku dengar pacarku ini menjadi favorite para konsulen?”
Jongseong kembali berkata, akhir pekan ini ia mendapatkan jatah libur dan Jongseong ingin sekali merasakan akhir pekan, setidaknya ia ingin berkencan dengan kekasihnya. Di tambah sekarang ia mendengar bahwa Sunghoon kekasihnya menjadi favorite para dokter konsulen.
“Akhir pekan ini aku libur kok”
“Yes!!”
Jongseong segera bangkit dari posisinya di barengi sama ponselnya yang berbunyi, yang mengatakan IGD akan ramai karna adanya kecelakaan dan beberapa korban akan di bawa ke rumah sakit mereka.
“Oke sayang, aku harus kerja lagi”
Jongseong mencuri satu kecupan dari bibir manis Sunghoon kemudian berlari ke IGD, sedangkan Sunghoon hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian ponselnya pun ikut berbunyi.
***
“Selamat karna telah terpilih menjadi calon kepala residen!!!”
Sunghoon bersorak dengan gembira ketika mendengar bahwa kekasihnya kini menjadi kepala residen bagian bedah, sedangkan Jongseong yang baru saja ingin istirahat setelah membantu dokter Kim operasi besar terkejut ketika ke ruangan istirahatnya sudah ada Sunghoon.
Jongseong tersenyum, rasa lelahnya tiba-tiba menghilang ketika melihat sosok kekasihnya dan Jongseong segera memeluk Sunghoon, padahal keduanya masih mengenakan pakaian bekas operasi.
“Nanti malam aku bisa pulang cepat, ayok rayakan semuanya, kita makan enak”
Sunghoon mengangguk kemudian sekarang menyuruh Jongseong untuk tidur, karna Jongseong sudah bekerja hampir 24 jam.
Waktu terus berjalan, padahal rasanya baru kemarin mereka memulai tahun pertama sebagai dokter residen tapi tahun ini mereka sudah hampir masuk tahun terakhir selama residen.
“Aku harus kembali bekerja, nanti kita bertemu di rumah saja ya”
Sunghoon mengecup pipi Jongseong sebelum akhirnya keluar ruangan para residen bedah tersebut, sedangkan Jongseong mengangguk dan ia akan istirahat sebentar sebelum kembali bekerja.
***
Sunghoon menyalakan air dari wastafel dan mencuci mulutnya, ia baru saja memuntahkan sesuatu dari mulutnya bahkan ia sama sekali belum makan apapun tapi ia sudah memuntahkan isi perutnya yang kosong.
Ini sudah sering terjadi selama tiga hari belakang, tapi badannya tidak terasa lelah dan ia masih bisa mengikuti beberapa jadwal operasi walau merasa sedikit mual.
“Lo gak papa kan Hoon?”
Jaeyoon teman Sunghoon dari jaman koas bertanya akan kondisi Sunghoon, awalnya mereka ingin makan siang bersama tapi Sunghoon tiba-tiba merasa pusing dan mual sehingga pamit untuk ke kamar mandi.
“Kayanya lo butuh istirahat deh, dari seminggu yang lalu gua perhatiin lo ada operasi terus, pasti mual karna kebanyakan operasi”
Mungkin perkataan Jaeyoon ada benarnya, mungkin Sunghoon hanya butuh istirahat saja.
Setelah keluar dari dalam toilet, Sunghoon berjalan menuju ruangan residen saraf untuk beristirahat namun langkahnya terhenti ketika melihat ada sosok laki-laki yang berjalan di koridor, dengan perut yang sedikit membesar, laki-laki itu memakai topi dan juga masker hitam dan jika di lihat dari arah mana laki-laki itu Sunghoon bisa pastikan bahwa laki-laki itu baru saja dari ruangan dokter kandungan.
Dijamannya sekarang, memang sudah hal biasa melihat para laki-laki istimewa yang bisa mengandung, Sunghoon sudah sering kali mendengqr dari temannya yang berada di spesialis kandungan.
Sunghoon tersenyum kemudian kembali berjalan menuju ruangannya.
***
“Sepertinya hari ini tidak bisa sayang, mendadak ada operasi”
Sunghoon menaruh ponselnya dan menghela nafas, ia tau bahwa menjadi seorang residen bedah adalah hal yang paling sibuk ketimbang menjadi residen lainnya, di tambah residen bedah hanya ada 5 orang termasuk kekasihnya. Jadi Sunghoon memutuskan untuk membereskan rumah mereka yang sudah hampir 1 minggu tidak dikunjungi keduanya karena sibuk.
Sunghoon duduk di sofa dengan segelas coklat panas, ia melamun memikirkan perkataan ibunya tadi sore. Sunghoon sempat berkunjung menemui ibunya sebelum pulang ke rumahnya.
“Kapan kau akan menikah dengan Jongseong? Lihatlah umur kalian sudah semakin tua, percuma kalian menjalin hubungan yang lama tapi tidak menikah? Apa karier lebih penting dari pada menikah?”
Perkataan ibunya tadi membuat Sunghoon merasa tidak enak pada dirinya dan juga pada diri Jongseong.
Sunghoon cukup lama berdiam diri sambil menatap amplop cokelat yang berkop rumah sakit tempatnya bekerja, ia menatap amplop itu cukup lama lalu membawa tangannya untuk mengelus pelan perutnya yang tertutup baju tidur yang ia gunakan, Sunghoon menutup matanya dan tidak terasa ia mengeluarkan setetes air mata dari matanya.
Sebelum benar-benar pulang dari rumah sakit, Sunghoon memutuskan untuk berkunjung ke ruangan residen spesialis kandungan dan menemui teman sesama residennya.
“Serius Hoon?”
Tanya Soeun dan Sunghoon mengangguk kecil, ia harus memastikan dengan benar bahwa mungkin saja dugaannya benar.
Soeun menyuruh Sunghoon untuk berbaring di ranjang dan membuka baju birunya sampai setengah dada, kemudian Soeun mengoleskan gel pada perut Sunghoon sebelum akhirnya menempelkan alat pada perut Sunghoon dan menujuk ke layar monitor yang ada di samping mereka.
Soeun yang tengah memeriksa itu menghentikan gerakan tangannya kemudian menatap ke arah Sunghoon dengan tatapan yang sulit di mengerti oleh Sunghoon.
“Kenapa?”
Tanya Sunghoon kemudian ia melihat ke layar monitor tersebut dan menatap Soeun secara bergantian.
“Soeun?”
Sunghoon menarik nafasnya dalam-dalam sambil terdiam, sedangkan Soeun menujuk ke arah layar monitor tersebut.
“Sudah memasuki 5 minggu Sunghoon”
***
“Apa Jongseong tau hal ini?”
“aku akan membicarakannya pada Jongseong nanti”
Sunghoon memijit kepalanya yang terasa sakit dan ingin pecah, ia tidak siap. Bukan, ia bukan tidak siap untuk mengandung, tapi ia belum siap memberitau Jongseong perihal ini, jika ia memberitau Jongseong saat ini ia harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Pertama mereka masih menjadi seorang residen, ditambah mereka adalah residen tingkat akhir. Jika Sunghoon memberitau Jongseong akan hal ini, mungkin saja Jongseong bisa berhenti menjadi residen dan merelakan mimpinya.
Sunghoon tidak bisa, ia tidak bisa membiarkan mimpi Jongseong yang sudah ada di depan mata hancur begitu saja karena kehadiran anak di tengah-tengah mereka
***
“Maaf ya, tiba-tiba saja ada operasi darurat”
Jongseong berkata sambil meraih tangan Sunghoon, pagi ini mereka bertemu di lorong rumah sakit dengan Sunghoon yang baru saja datang dan Jongseong yang baru saja keluar dari ruang operasi.
Sunghoon mengulas senyum dan mengangguk kecil, ia mengerti bahwa mereka tidak memiliki waktu yang banyak seperti orang lain di luar profesi mereka.
“Kamu sudah sarapan? Mau sarapan bareng?”
Sunghoon tidak bisa menolak tawaran Jongseong karna itu akan menyakiti perasaan Jongseong, jadi Sunghoon memutuskan untuk menerima ajakaan sarapan Jongseong.
“Mungkin secara resmi minggu depan aku jadi kepala residen”
Jongseong berkata sambil memakan sarapannya sedangkan Sunghoon hanya melihat makanan di depannya tidak selera.
“Tinggal sedikit lagi Sunghoon, jika aku sudah menjadi konsulen dan mempunyai banyak uang, ayok menikah dan memiliki anak”
Jongseong berkata dan membuat Sunghoon menatap Jongseong.
“Jika kita sudah menjadi konsulen, menikah dan memiliki anak pasti dijamin kita tidak akan merasa kesulitan. Aku ingin anak-anak kita hidupnya berkecukupan dan tidak merasakan kesulitan seperti kita”
“Coba kamu bayangkan Sunghoon, kalo kita menikah dan punya anak sekarang? Pasti sangat sulit bukan? Ditambah kita terlalu sibuk dengan spesialis kita, mengurus anak. Walaupun dengan senang hari mengurus mereka tapi tetap saja itu akan menyulitkan kita dan orang lain”
“Jadi tunggu sebentar lagi dan aku pasti akan menikahimu, jadi sampaikan pada ibu jangan khawatir”
Sunghoon menoleh dan menatap manik mata Jongseong yang tersenyum padanya, “pasti ibu menyuruh kita untuk menikah lagikan?”
Sunghoon hanya diam, tidak menyangka bahwa Jongseong mengetahui hal ini.
“Bilang pada ibu bahwa calon mantunya akan menjadi dokter yang hebat dan pasti akan menikahi anaknya yang hebat ini”
Jongseong mencubit pipi Sunghoon dan mereka melanjutkan makan pagi mereka sebelum melanjutkan aktifitas mereka hari ini.
***
“Sunghoon?”
Jongseong sedikit terkejut ketika melihat Sunghoon yang sudah membereskan semua barang-barangnya dan membawa koper ketika Jongseong baru saja sampai di rumah mereka.
“Kamu mau kemana?”
Tanya Jongseong, ia sedikit panik ketika melihat koper milik Sunghoon.
“Ayo kita putus!”
Jongseong terdiam, menatap manik mata Sunghoon.
Mencoba mencari kebohongan dari ucapan Sunghoon barusan.
“Jangan bercanda Sunghoon”
“Aku muak Jongseong!! Aku muak denganmu!! Aku muak dengan pekerjaan ini, jangan pernah mencariku!! dan lupakan semua tentang mimpi kita!!”
Sunghoon melangkah kan kakinya untuk pergi namun dengan segera Jongseong menahan Sunghoon.
“Kamu kenapa tiba-tiba ngomong kaya gini Sunghoon, sekarang kita perlu bicara. Masuk”
Jongseong menyuruh Sunghoon untuk kembali masuk kedalam rumah mereka namun Sunghoon menolak dan melepaskan tangan Jongseong.
“Mulai detik ini jangan pernah mencariku dan menemuiku. Hubungan kita sudah berakhir!!”
Sunghoon melangkah pergi dan Jongseong yang hendak mengejar Sunghoon menghentikan langkahnya ketika mendapat telepon dari rumah sakit. Ia mengabaikan panggilan dari rumah sakit dan masih mengejar Sunghoon yang sekarang sudah menghilang di perempat jalan.
Ponsel milik Jongseong kembali berdering membuat Jongseong mengangkat panggilannya dan ada keadaan darurat di rumah sakit. Jongseong awalnya menimbang-nimbang, namun ia segera berlari ke rumah sakit.
Sebagai seorang Dokter, ia harus menyelamatkan nyama pasien dan mengenyampingkan masalah pribadinya
Sunghoon yang bersembunyi di lorong kecil itu terlihat menutup mulutnya dengan tangannya sendiri, membiarkan suara deringan ponselnya yang terus berdering semenjak tadi.
Sunghoon harus memulai hidupnya yang baru, ini semua demi dirinya Jongseong serta anak mereka