auteurlavie

the girl's who love writing

고맙다 (Thanks)

“Selamat datang”

Jay yang malam itu mampir ke sebuah mini market mendengar suara yang tidak asing baginya, begitu ia menoleh ke arah penjaga mini market yang buka 24 jam tersebut ia melihat sosok yang ia kenal.

Yang Jungwon.

Ketua kelasnya yang berdiri di belakang meja penjaga kasir mini market, yang saat ini memandang Jay dengan sedikit terkejut.

Jay segera mengalihkan pandangannya saat pandangan keduanya bertemu. Ia segera berjalan hanya untuk membeli sebuah plester luka.

Jay berjalan ke kasir begitu ia telah mendapatkan kan plester luka yang ia cari, tidak ada pembicaraan di antara keduanya.

“Total semuanya adalah 1000 won”

Jungwon berkata dan Jay mencoba meraba kantung jaket kulitnya, seingatnya ia membawa uang saat keluar rumah tadi.

Jungwon menatap Jay yang terlihat masih sibuk mencari-mancari sesuatu di kantung jaket, baju dan celanannya.

“Aku lupa membawa uangku”

Jay menatap Jungwon, sedangkan Jungwon menghela nafasnya.

“Ambilah dan segera pulang, atau aku melaporkanmu kepada orang tuamu”

Jay terdiam cukup lama sampai Jungwon kembali berkata halo karena ada pelangan lain yang baru saja masuk ke dalam mini market.

Jadi Jay memutuskan untuk keluar. Dari luar mini market dan dari tempatnya berdiri, Jay menatap kearah Jungwon cukup lama sampai ia lupa. Bahwa ia harus memasang plester luka pada wajahnya.

***

“Kau tau peraturan sekolah? Di larang merokok”

Jay yang baru saja akan menghidupkan rokoknya mengurungkan niatnya begitu melihat Jungwon datang dan berjalan ke arahnya. Saat ini keduanya berada di atap sekolah.

Beberapa menit tidak ada perbincangan di antara keduanya, mereka hanya saling diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Jungwon?”

“Jay?”

Keduanya saling melirik, mengetahui fakta bahwa mereka memanggil nama satu sama lain secara bersama-sama. Sehingga membuat keduanya tertawa pelan.

“Kau duluan”

Jay akhirnya berkata dan membiarkan Jungwon berbicara terlebih dahulu.

“Bisa kau rahasiakan masalah tadi malam? Maksudku kau tau kan bahwa sekolah melarang anak-anaknya untuk bekerja part time? Di tambah aku adalah seorang murid beasiswa”

“Apa kau takut beasiswamu di cabut?”

Jungwon mengangguk kecil.

“Lalu kenapa kau bekerja sama selarut itu?”

“Aku butuh uang untuk hidup”

“Kalo begitu, jangan beritau orang tuaku bahwa aku merokok”

***

Perjanjian yang tidak di rencanakan itu membuat hubungan keduanya yang awalnya tidak terlalu dekat, seiringnya waktu menjadi dekat dan saling berkeluh kesah.

Jay yang beberapa kali dengan wajah luka mendatangi mini market Jungwon dan meminta Jungwon untuk mengobatinya dan tak jarang juga Jay menemani Jungwon sampai sift miliknya selesai.

Hari ini seperti hari-hari biasanya, Jay datang kembali dengan luka di pipinya yang membuat Jungwon selalu bertanya-tanya, luka yang di dapat dari Jay berasal dari mana.

“Gak mungkin kalo kamu tiap hari berantem sama orang? Ngaku sekarang, kamu dapat luka ini dari mana?”

Jungwon yang sudah kepalang penasaran akhirnya bertanya, Jay hanya tersenyum sambil menyerahkan obat merah dan juga plester luka pada Jungwon. Meminta Jungwon untuk membersihkan lukanya dan mengobati lukanya.

“Kalo sekali lagi kamu datang cuma mau minta di obatin mending sana ke apotek, jangan ke aku”

Jungwon berkata sambil membereskan beberapa kapas bekas dan juga sampahnya, dengan mulut yang tidak pernah berhenti mengomel, membuat Jay mau tidak mau terkekeh pelan.

Jay menyadari bahwa sejak awal, mungkin ia sudah jatuh cinta pada sosok Yang Jungwon.

Siswa sederhana dengan segala tingkah ajaibnya.

***

Hari ini hujan cukup lebat turun membasahi kota, Jungwon melirik jam dinding di kamar platnya perasaannya menjadi tidak enak. Untung saja hari ini dirinya libur dan tidak bekerja part time.

Dari setengah jam yang lalu, ia sama sekali terlihat gelisah bahkan ia sudah beberapa kali mengecek ponselnya. Biasanya ponselnya selalu berdering tidak karuan mendapat spam chat dari Jay, laki-laki itu tidak ada hentinya menganggu Jungwon. Namun sudah beberapa hari ini Jay tidak mengirimnya pesan, bahkan Jay tidak datang kesekolah. Ketika ia bertanya pada wali kelasnya, wali kelasnya hanya berkata bahwa Jay sedang cuti sekolah.

Jungwon menghela nafasnya. Pasrah dan memilih untuk pergi tidur.

Tiga puluh menit kemudian, ia mendengar suara intercom platnya berbunyi. Dan satu-satunya orang yang mengetahui tempat tinggalnya adalah Jay, jadi tanpa pikir panjang lagi Jungwon melangkah kakinya untuk membuka pintu.

Tidak bisa di pungkirin jika Jungwon kaget bukan main, melihat kondisi Jay yang berdiri di depannya sambil tersenyum sebelum akhirnya jatuh pingsan dalam pelukan Jungwon.

Jungwon tidak mengerti, bagaimana Jay bisa datang dalam kondisi seperti itu padanya. Tubuh dan wajah yang penuh luka, serta basah kuyup karena hujan.

Jungwon secara perlahan membersihkan beberapa luka yang ada di wajah Jay dan kemudian berahli pada tangan kanannya yang terluka.

Jungwon masih bisa melihat bahwa ada beberapa potongan-potongan pecahan kaca atau gelas pada telapak tangan kanan Jay, bahkan buku-buku jarinya juga terluka.

Melihat Jay seperti itu cukup membuat Jungwon merasa sakit. Ia kira, Jay yang menjadi dekat dengannya beberapa bulan ini terlihat baik-baik saja.

Namun nyatanya, Jay diluar kata baik.

Jungwon membereskan kotak p3knya, dan menarik selimut miliknya sampai menutupi bagian dada Jay. Wajah lekaki itu sekarang tertidur cukup tenang, berbeda dengan beberapa saat lalu ketika Jungwon sedang membersihkan luka-luka miliknya.

“Kamu gak akan tinggalin aku kaya yang lain kan?”

Langkah Jungwon berhenti dan ia menatap Jay yang sekarang ikut menatapnya juga. Jungwon tersenyum lalu ia menghampiri Jay.

“Beri aku alasan untuk meninggalkanmu, dan juga beri alasan kenapa aku harus tetap di sisimu?”

Jay terdiam ia bangkit dari posisinya dan menatap Jungwon yang saat ini duduk di sisi ranjangnya.

“Aku orang jahat. Tapi aku orang baik”

Jawaban dari Jay membuat Jungwon terdiam, mencoba menelaah setiap perkataan dari Jay.

“Di dunia ini, asalkan kita mau berbuat baik dan berubah. Semuanya akan berubah kan? Tidak peduli kamu baik atau jahat, kita hanya butuh tetap bertahan sampai akhir?”

Jungwon mengulurkan tangannya dan menyentuh rahang tajam milik Jay.

aku rasa, dimanapun kau berada. Ketika aku mendengar tentangmu aku akan langsung berlari padamu

sebelumnya aku tidak pernah berada di dalam kondisi seperti ini, sehingga sulit bagiku untuk mengungkapkan perasaanku

aku ingin menjadi masa depanmu dan tetap hidup seperti ini

Jay bisa melihat bahwa sekarang Jungwon tengah tertidur setelah cerita panjang mereka malam ini, deru nafas pelan menandakan bahwa Jungwon sudah tidur nyeyak. Ia tersenyum pelan, dan menyentuh setiap inci wajah Jungwon.

terimakasih karna kamu selalu ada untukku, dan hanya ada kamu di hatiku

Jay mengecup pelan dahi Jungwon sebelum ia ikut tertidur. Melupakan fakta apa yang akan terjadi esok hari padanya.

setidaknya ia tau bahwa pilihannya untuk tetap bersama dan mempertahankan Jungwon adalah yang terbaik

Jungwon membuka matanya, sendari tadi ia tidak tidur. Ia menatap wajah lelaki di depannya dan tersenyum.

terimakasih karena kamu telah hadir dalam hidupku, dan bertahan sampai saat ini

***

Jay meringgis sakit ketika sebuah tendangan mengenai tubuhnya yang membuat ia sedikit oleng, ia menatap laki-laki paru baya di depannya.

“Memalukan sekali. Aku tidak punya anak sepertimu”

Kata-kata yang akhir-akhir ini selalu Jay dengar yang keluar dari mulut laki-laki yang selama ini selalu menjadi panutannya.

Jay tau, sosok di depannya sungguh sangat merasa kecewa padanya.

“Pergi dari rumah ini dan carilah kebahagian yang kamu bilang itu, dan lepas semua yang kamu miliki atas namaku”

Laki-laki itu kembali berkata, Jay tersenyum dan membungkukan badannya.

“Aku minta maaf jika selama ini selalu menyusahkan mu dan membuatmu malu. Tapi akan aku pastikan bahwa aku bisa menemukan kebahagianku sendiri. Bahwa jalan yang aku ambil tidak salah, bahwa aku telah menemukan orang yang tepat. Ayah boleh membuangku, tapi aku tidak akan membuang ayah. Suatu saat nanti, aku harap ayah bisa menerima sosok diriku yang seperti ini dan juga sosok Jungwon. Kami akan membuktikan bahwa huhungan kami tidak salah dan akan membuat orang-orang terbuka dan memahaminya”

Jay membungkuk untuk yang terakhir kalinya pada sosok ayahnya sebelum pergi dengan kondisi yang tidak di katakan baik.

***

Jay berdiri di depan mini market tempat Jungwon kerja part time, ia tersenyum ketika melihat Jungwon keluar setelah menyelesaikan siftnya.

Jungwon berlari menghampiri Jay.

“Kamu terluka lagi? Apa ayahmu kembali memukulmu?”

Jay mengangguk lalu Jungwon memeluknya.

“Seharusnya kamu mendengarkan apa kata ayahmu Jay”

Jay membalas pelukan Jungwon.

“Aku akan membuktikan pada ayah, bahwa pilihan yang aku buat tidak salah. Dan aku akan membuktikan pada ayah, bahwa kamu adalah orang yang tepat buat aku”

Jungwon melepaskan pelukan dari Jay dan menatap wajah Jay kembali.

terima kasih, tidak ada kata-kata yang lebih indah lainnya selain terima kasih

terima kasih karna sudah bertahan sejauh ini

kita tidak akan berubah, ini sudah terukir di hati kita selamanya

sampai kapanmu, aku tidak pernah melupakan pertemuan awal kita

terima kasih

III. First Date

Jungwon yang kebetulan hari itu baru pulang dari tempat belajar tambahannya melihat kakak laki-lakinya itu tengah mengeluarkan sesuatu dari dalam gudang sebelah rumah mereka.

Sebuah motor besar berwarna merah yang sudah selama bertahun-tahun ini tidak pernah di pakai Heeseung. Tentu saja itu membuat Jungwon bingung. Kakaknya itu tidak pernah mau memakai motor pemberian ayahnya setelah kejadian beberapa tahun silam tersebut, dan hari ini Heeseung mengeluarkan motor kesayangannya tersebut.

“Kakak mau kemana?”

Heeseung noleh terus senyum ke arah Jungwon, sedangkan Jungwon duduk di salah satu kursi panjang di deket gudang mereka, melihat Heeseung yang sedang membersihkan si merah sambil memakan ice cream yang ada di tangannya.

“Sunoo mana won?”

Tanya Heeseung yang baru menyadari jika salah satu adiknya tidak terlihat.

“Pergi main sama Kyungmin”

“Kamu gak ikut?”

Jungwon menggeleng lagi, terus Heeseung nyamperin pas dia udah selesai bersihin si merah.

“Kakak hari ini mau pergi, agak lama kemungkinan malem baru pulang. Kalo kamu bosan, hubungi kak Beomgyu aja suruh main kerumah, sama Sunoo jangan lupa suruh pulang kalo udah sore”

Jungwon cuma anggukin kepalanya doang tanda dia ngerti, Heeseung senyum terus ngusap pelan kepala Jungwon terus nyuruh Jungwon masuk ke dalam rumah.

***

Heeseung ngeluarin ponselnya sebelum ia berangkat dari rumah, mengatakan bahwa dia segera menuju ke tempat di mana dia dan Sunghoon berjanji untuk bertemu.

Lima belas menit kemudian, Heeseung sudah sampai di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota. Heeseung melirik jam tangannya untuk memastikan bahwa ia tidak terlambat sama sekali.

Heeseung berjalan dan sempat beberapa kali melirik kanan dan kiri untuk mencari di mana keberadaan Sunghoon.

Sunghoon yang telah sampai terlebih dahulu langsung melambaikan tangannya begitu ia melihat sosok Heeseung.

“Kak disini~~”

Heeseung tersenyum lalu menghampiri Sunghoon.

“Gua telat ya?”

Sunghoon menggeleng, Heeseung sama sekali tidak terlambat. Hanya kebetulan saja Sunghoon kecepatan datang karena tidak sabar.

“Aku udah beli tiket filmnya, masih ada satu jam sebelum di mulai”

Ucap Sunghoon sambil nunjukin dua tiket film yang ia beli, padahal harusnya Heeseung yang beli tapi Sunghoon maksa kalo dia aja yang beli tiketnya. dan akhirnya Heeseung ngalah.

“Mau main kesana dulu?”

Heeseung menunjuk ke game center yang ada di dekat sana, dimana biasanya memang selalu di datangi sama orang-orang yang mau nonton dan tunggu waktu filmnya mereka.

“Boleh kak”

Akhirnya Heeseung dan Sunghoon menuju ke game center tersebut dan memainkan beberapa kali permainan, seperti balap mobil, tembak-tembakan dan juga basket.

Terlihat keduanya menikmati waktu bermain bersama dan sesekali Heeseung melirik Sunghoon yang kelihatan banget kalo dia bahagia bisa mainin semua permainan tersebut.

***

“Filmnya bagus banget kak, tapi aku sempet kesel tadi karna si pemeran utamanya gak peka”

Sunghoon berkomentar pas mereka baru aja keluar setelah selesai menonton film, Heeseung hanya kembali tersenyum lalu ia mengajak Sunghoon untuk makan terlebih dahulu karena waktu sudah menunjukan hampir pukul tujuh malem.

Keduanya kini sudah berada di salah satu tempat makan yang gak jauh dari tempat mereka menonton tadi, tidak ada pembicaraan dari keduanya hingga makan mereka datang.

“Aku tuh gak nyangka kalo kak Heeseung ternyata asik banget, aku pikir kakak tuh galak banget”

Ucap Sunghoon terus buat Heeseung naikin halisnya, sebentar.

“Aku udah kenal kakak dari lama, cuma gak berani sapa aja kalo ketemu kakak”

Sambung Sunghoon lagi.

“Loh? Kenapa?”

Tanya Heeseung.

“Pertama, aku emang jarang ketemu kakak.. gak kaya ketemu kak Minkyu atau kak Beomgyu yang emang selalu sama-sama Taehyun. Pas ikut kepanitian ini aku bisa deket sama kakak”

Heeseung senyum.

“Kakak inget sama milk gak?”

“milk?”

“Itu kucing yang ada di deket supermarket, yang beberapa bulan lalu kakak kasih makan dan kasih nama dia carrot”

Heeseung agak berpikir sedikit terus wajahnya kelihatan bingung.

“Disitu aku baru tau kalo ternyata kakak itu orangnya baik dan juga lucu”

“Gua lucu?”

Sunghoon nganggukin kepalanya.

“Aku tuh udah perhatiin kakak waktu kakak jadi kakak pembinan ospek jurusan sama kak Beomgyu, waktu itu kakak marahin Jay. inget gak?”

“Oh.. gua inget kalo itu, soalnya Jay nyebelin banget”

Sunghoon ketawa kecil, emang gak bisa di pungkirin kalo misalnya Jay itu nyebelin.

“Sebenarnya gua juga udah tau lo lama sih dek, dan baru-baru ini lo menangi pertandingan dan dapat mendali emas kan?”

“Eh kakak tau?”

“Salah satu adek kembar gua penggemar lo, dia suka banget lihat setiap pertandingan lo”

“waw..”

Sunghoon senyum.

“Nanti kalo ada waktu, gua mau temui lo berdua deh.. pasti adek gua seneng banget?”

“eh-? beneran kak?”

Sunghoon gak tau kenapa jantungnya berdetak lebih cepat ketika Heeseung berkata bahwa ia akan mempertemukan dirinya dan juga dengan salah satu adiknya.

Heeseung menyerahkan selembar tisu pada Sunghoon karna saus dari makanan Sunghoon tertinggal di sudut bibir Sunghoon.

“Makan lo kaya bocah, belepotan”

Sunghoon langsung ambil tisunya terus ngelap mulutnya sambil natap Heeseung males. Heeseung senyum terus ngusap kepala Sunghoon lagi.

“Aigoo... Sunghoonieee pinter sekali makannya sampai habisss”

“KAKAK IHHH~~”

“HAHAHAHA”

II. First Meeting

Heeseung masuk ke sebuah caffe yang letaknya tepat di depan kampus mereka, setelah Sunghoon memberi tau bahwa mereka tidak bisa melakukan pertemuan di kantin karena suasana kantin amat ramai. Sunghoon tidak suka keramaian begitu juga dengan Heeseung jadi keduanya memutuskan untuk pindah tempat.

Heeseung terlambat 15 menit dari waktu yang mereka janjikan karena ia harus menemui Eunsang terlebih dahulu. Heeseung membuka pintu caffe tersebut dan melirik sekeliling untuk mencari di mana sosok adik tingkatnya tersebut.

Pandangan Heeseung tertuju ke arah sudut ruangan, dimana posisi di sana amat sangat tenang dan tidak begitu ramai serta tempat yang pas jika kita ingin melihat keluar bangunan caffe.

“Sorry ya gua telat”

Heeseung langsung duduk dan Sunghoon membungkukan badannya, ini pertemuan kedua mereka, setelah senin kemarin meeting bersama dengan panitia lainnya.

“Gak papa kak, santai aja. Kakak mau pesen apa?”

Tanya Sunghoon dan Heeseung hanya menjawab bahwa ia memesan apa yang di depan oleh Sunghoon saja, segelas milkshake strawberry.

“Sebelumnya kamu udah pernah ikut kepanitian begini?”

Heeseung bukan lah tipe orang yang membuang-buang waktu, jadi ia lebih ke intinya saja.

Sunghoon terlihat menggelengkan kepalanya, karena ia sama sekali tidak pernah ikut serta kepanitian seperti ini. Hidupnya selalu pada latihan dan latihan, kedua orang tuanya tidak mendukungnya sama sekali dengan apa yang dia inginkan, bahkan ikut kepanitian seperti ini ia juga harus bersembunyi-sembunyi dari kedua orang tuanya dengan bantuan Jay dan Jake.

“Belum kak, ini pertama kalinya”

Heeseung terlihat tersenyum lalu ia membuka tasnya dan mengeluarkan laptopnya.

“Nah, jadi humas itu gak gampang dek. Kita bakal banyak kerjaan ditambah kita cuma berdua aja kan?”

Heeseung memasang flasdisk miliknya pada laptopnya.

“Gua tadi udah minta data sama Kak Soobin, kebetulan tahun kemarin dia bagian humas, jadi kita udah dapat gambarannya dan tinggal kita cocokin sama tema kita aja”

Tangan Heeseung bermain pada kusor laptopnya lalu membalikan laptopnya menghadapa ke arah Sunghoon.

“Ini hasil design acara tahun lalu, kamu bisa design gak dek?”

Sunghoon kembali menggeleng dan Heeseung pada akhirnya mengubah posisi duduknya, yang awalnya berhadapan dengan Sunghoon sekarang menjadi sebelahan.

“Ini data yang di dapat dari Kak Soobin, yang ini dari Eunsang dan yang ini dari team acara.. kita tinggal cocokin semua dan selesai pada tahap pertama”

Sunghoon kali ini tidak menggelengkan kepalanya tapi mengangguk kecil. Lalu kemudian ia hanya melihat bagaimana Heeseung tab setiap excel dan juga word di laptopnya. Jujur Sunghoon kagum pada sosok Heeseung.

“Ini ada beberapa donatur dan juga sponsor yang nantinya akan kita temui”

Ini sudah hampir dua jam semenjak pertemuan mereka dan Heeseung benar-benar melakukan tugasnya dengan baik dan bagaimana ia mengajarin Sunghoon dengan sabar, soalnya Sunghoon tiba-tiba suka lemot dan ngelamun.

“Kamu ada pertanyaan lain dek?”

Tanya Heeseung dan Sunghoon menggelengkan kepalanya.

“Aku udah ngerti garis besarnya kak, makasih banyak ya udah mau ngajarin aku. maaf kalo aku ngerepotin kak Heeseung”

Heeseung tersenyum lalu mengusak pelan kepala Sunghoon yang membuat keduanya terdiam.

Heeseung gak tau kenapa dia berani banget menggang kepala Sunghoon, mungkin setelah ini dia akan mengutuk dirinya sendiri.

Sedangkan Sunghoon terdiam dan matanya terlihat mengerjap beberapa kali.

“Yang penting kamu udah ngerti. Next ketemuanya kita bicarain di chat aja ya dek, gua harus pergi lagi”

Heeseung terlihat membereskan laptopnya lalu melambaikan tangannya meninggalkan Sunghoon yang masih diam.

Sunghoon memengang kepalanya. Usapan tangan Heeseung tadi masih tertinggal disana.

“Ihhh.. kok gantung gua tiba-tiba degdegan sihh”

I. Milkcarrot

Heeseung gak habis pikir sama kedua adiknya, rasanya dia kecewa banget. Kecewa sama dirinya sendiri, ngerasa kaya dia gagal jadi seorang kakak.

Heeseung keluar dari mini market deket tempat dia kerja part time, sebelum mampir ke tempat ayam langganannya, dia mau beli minum sama cemilan dulu soalnya dari siang sampe malem gini dia gak sempet makan karna tokonya Hoseok terlalu ramai.

“mweong~”

Heeseung noleh ke bawah dan ngelihat ada anak kucing dengan warna belang tiga lagi ngedusel di kakinya sambil kembali bersuara.

Meminta Heeseung untuk memperhatikannya.

“Hai, mweong. Kamu lapar?”

Tanya Heeseung, sekarang ia membawa posisinya untuk berjongkok dan mengelus pelan kepala anak kucing tersebut.

“mweongg~”

Anak kucing tersebut kembali bersuara sambil menatap, roti isi yang ada di tangan Heeseung.

“Kamu mau ini?”

Heeseung nunjuk rotinya dan anak kucing tadi kembali mengeong, seolah tau apa yang dibicarakan oleh Heeseung.

“Kamu sendirian? Tidak punya teman? Dan kelaparan ya?”

Heeseung memotong kecil rotinya dan memberikannya pada anak kucing tersebut yang langsung di makan sama anak kucing tersebut.

“Setidaknya dengan mengeong kamu bisa dapat makan kan? Hhmm... sebentar sepertinya aku harus kasih nama ke kamu deh”

Heeseung tersenyum sambil memikirkan nama yang cocok untuk anak kucing yang baru aja di temuinya tersebut.

“Carrot? Bagaimana dengan carrot? Hai carrot,besok lagi aku akan datang. Hari ini pekerjaan selesai lebih cepat”

Heeseung menepuk-nepuk kepala anak kucing tersebut sambil tersenyum.

“Milkie biasa gak suka di kasih roti”

Heeseung noleh dan ngedapatin ada satu sosok yang tingginya gak jauh beda sama dia, pakai hodie hitam dan juga topi serta masker. Sangat tertutup tapi Heeseung bisa mendengarnya.

“Namanya milkie?”

Tanya Heeseung sambil menoleh ke arah anak kucing tersebut.

“Gak tau. Tapi dia emang biasa ada disini, jadi aku kasih namanya milkie karna dia waktu itu minum susu pisangku”

Heeseung terkekeh kecil mendengar bagaimana sosok tadi berkata.

“Kamu sering kesini?”

Sosok tadi mengangguk kecil.

“Buat main sama milkie. Tapi sepertinya hari ini milkie punya temen baru”

Heeseung hanya kembali terkekeh tanpa mengetahui siapa yang baru saja mengobrol dengannya tersebut.

***

“Lama amat sih Hoon, ngapain lo?”

Jay udah mau komen aja bawaannya, soalnya Heeseung turun buat beli makan ke mini market aja lama.

“Tadi ngelihatin orang yang lagi kasih makan milkie”

Jawab Sunghoon lalu ia membuka masker dan juga topinya.

“Milkie siapa dah?”

Tanya Jake dengan nada keselnya.

“Kucing. Udah buruan jalan”

Jake sama Jay cuma bisa ngelah nafas terus akhirnya Jay jalanin mobilnya sedangkan Sunghoon menatap ke arah minimarket tadi sambil tersenyum.

Benang Merah

Jay sebenarnya agak gugup waktu mama sama papanya manggil dia buat ngobrol sama Jungwon.

Di mobil tadi pun, Jungwon kelihatan banget kalo dia juga gak tenang. Dan beberapa kali Jay nenangi Jungwon dan terus mengucapkan kata-kata penenang.

Intinya mereka bakal menghadapi semuanya bersama-sama. Entah apa yang akan terjadi kepada keduanya nanti, tapi Jay bisa memastikan bahwa ia akan selalu berada di samping Jungwon.

Jay sama Jungwon udah sampai di rumah mereka, sebelum mulai pembicaraan mereka. Mereka makan malam terlebih dahulu, dengan obrolan ringan mengenai gimana sekolahnya Jay dan Jungwon.

“Jadi setelah ini kamu kuliah di mana Jay?”

Tanya tuan Park dan Jay masih bingung, dia juga gak tau mau kuliah di mana.

“Papa sebenarnya udah daftarin kamu di salah satu kampus terbaik di Amerika”

Jay sama Jungwon yang denger itu agak kaget, soalnya mereka sama sekali gak tau kalo papa mereka daftarin Jay.

“Loh? Kok?”

Jay ngerutin dahinya.

Mau protes, tapi masih suasana makan.

“Ya kalo kamu gak mau sih gpp”

Sambung papanya dan buat Jay agak sedikit lega.

“Ntar Jay makan dulu, habis makan baru jay mikir”

Tuan Park sama Nyonya Park cuma bisa gelengi kepalanya aja terus mereka lanjut makan malam sebelum lanjut ke pembicaraan yang serius nantinya.

Jay sama Jungwon udah duduk di ruang keluar, tuan Park juga udah duduk di depan sana dan nyonya Park lagi ngambil cemilan buat mereka.

“Jay kamu umur berapa?”

Tanya tuan Park.

“Tahun ini 20”

Jawab Jay dan tuan Park cuma anggukin kepalanya aja.

“Jungwon?”

Jungwon kelihatan mikir.

“17 tahun”

Tuan Park anggukin kepalanya lagi, terus nyonya Park datang sambil ngasih cemilan dan minuman lalu duduk di samping suaminya.

“Jungwon, kamu ada kepikiran buat tau siapa orang tua kandung kamu?”

Pertanyaan to the point dari nyonya Park buat Jungwon sedikit kaget.

Sebenarnya, ada.

Ada keinginan buat Jungwon pengen tau siapa orang tuanya.

“Mama sama papa udah berhasil nemui mereka. 15 tahun pencarian kami gak sia-sia”

Jay sama Jungwon sama-sama kaget.

“Kalo mereka ngajak ketemu kamu mau? Dan mereka bakal jelasin kenapa mereka tinggalin kamu di panti waktu itu”

Jungwon masih diem, masih gak percaya.

Jay meraih tangan Jungwon dan mengelusnya pelan.

“Jay, papa juga mau ngomong sama kamu”

Jay natap papanya.

“Papa tau kamu bisa lihat benang merah”

Jay kaget denger penuturan dari papanya.

“Karna papa juga bisa lihat. Dan papa bisa lihat benang merah kamu”

Jay makin kaget.

Dia gak percaya.

Sedangkan mamanya cuma senyum sama Jay.

“Segala sesuatu yang di lakukan itu ada alasannya Jay. Kamu pasti tau kenapa kami memilih Jungwon untuk menjadi adikmu di antara anak-anak yang lain? Karna sendari awal, papa sudah melihat garis takdir kalian. Sendari awal, benang merah kalian sudah menyatu. Papa mengucapkan terima kasih karna selama lima belas tahun ini, kamu sudah menjaga Jungwon dengan baik. Papa harap kamu bakal tetap ngejaga Jungwon sampai akhir”

I.

Jungwon sedang melihat-lihat sekolahnya ketika dirinya dan juga papinya berjalan menuju ruang guru untuk bertemu dengan wali kelasnya.

Jungwon cukup merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Sekolahnya benar-benar besar dan cukup elite. Seperti yang sering ia lihat di film-film.

benar benar sekolah impian semua orang

Kaki Jungwon berhenti tepat ketika ia melihat ke lapangan basket. Disana ada sosok yang tengah bermain basket di pagi hari dan saat jam pelajaran hampir saja berlangsung.

Sosok yang terlihat asik bermain dengan bola basket tersebut tidak memperdulikan siapapun.

Almameter yang tidak di pakai, baju kemeja putih lengan pendek yang tidak di kancing,serta kaos dalaman warna hitam. Menambah kesan ketampanan di mata Jungwon.

Jungwon sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari sosok yang masih asik bermain dengan bola basket tersebut.

Hati Jungwon tiba-tiba berdebar.

jadi apakah ini tandanya ia jatuh cinta pada pandangan pertama?

yang benar saja

“Jungwon, ayo”

Jungwon menoleh dan mendengar ayahnya memanggil karna Jungwon malah diam di sana sambil melihat sosok yang bermain basket tadi.

Jungwon sedikit kecewa karna ia harus pergi meninggalkan sosok yang bermain basket tadi.

Setidaknya ia tau bahwa mereka satu sekolah.

***

“Nah, Jungwon nanti ada kakak osis yang bakal nemenin Jungwon buat ngenalin semua lingkungan sekolah”

Wali kelas Jungwon. Bu Yerin berkata dan Jungwon hanya mengangguk saja.

Pasti kakak kelasnya orang baik kan? Namanya juga anak osis, pasti baik-baik saja.

Tok! Tok!

Pintu ruangan Bu Yerin di ketuk dan menampilkan satu sosok yang akan menemani Jungwon berkeliling sekolah saat ini dan Jungwon kaya kaget, soalnya kayanya muka anak osis di depannya ini gak asing bagi dia.

“Nah, Jeongseong nolong jaga Jungwon ya. Selesai jam makan siang nanti dia baru boleh masuk ke dalam kelas”

Bu Yerin bangkit berdiri dan langsung pergi untuk kembali mengajar, meninggalkan Jeongseong dan juga Jungwon berdua di ruangannya.

“Mari saya antar”

Ucap Jeongseong dan Jungwon langsung berdiri.

Jungwon ngelihatin dari atas sampai bawah. Beneran mukanya kaya gak asing bagi Jungwon, jadi. Jungwon coba-coba buat ingat

Ah!

Jungwon ingat sekarang kakak kelasnya ini siapa.

Kakak kelas yang tadi bermain basket di lapangan.

Namun Jungwon agak bingung. Penampilannya beda, kalo pas tadi kakak kelasnya ini main basket kelihatan banget kalo bajunya berantakan dan gak rapih, bahkan rambutnya aja berantakan.

Tapi sekarang yang di lihat sama Jungwon, kakak kelasnya ini rapih banget. Bahkan rambutnya juga tertata rapih.

Apa iya dia beres-beresnya cepet banget karna mau nganterin Jungwon buat keliling sekolah?

Tapi kalo di lihat dari jarak sedeket ini emang ganteng pakek banget.

“Ini namanya gedung A, atau biasa di pakai untuk lab”

Jelas Jeongseong dan Jungwon cuma angguk-angguk sambil mempout bibirnya lucu.

Buat Jeongseong tiba-tiba malah senyum sambil ngelihatin reaksi Jungwon waktu dia ngelejasin setiap detail sekolah. Dan sebegimana senengnya Jungwon.

“Nah dek, kalo ada apa-apa kamu bisa hubungi saya. Boleh saya minta nomor hape kamu?”

Jungwon tuh rasanya seneng banget di mintain nomor hape. Jadi dia gak segan-segan buat ngeluarin hapenya dan langsung ngasih ke Jeongseong.

“Udah saya simpan ya, nanti saya chat kamu”

Jungwon anggukin kepalanya lagi.

“Nah, kalo gitu sekarang kita ke perpustakaannya”

Paralel Universe.

Hari ini adek terlalu bersemangat menunjukan sesuatu ke pada Kak Jay, jadi hari ini kebetulan banget Kak Jay lagi main ke rumah adek dan mereka lagi duduk santai di taman belakang rumah adek, sesekali Kak Jay ngusak rambut adek yang kelihatan asik banget sama hapenya dari tadi.

“Kak Jay, coba lihat ini”

Adek nunjukin sesuatu ke Kak Jay yang buat Kak Jay naikin sebelah halisnya.

“Katanya bakal ada acara halloween di tengah kota”

Adek ngomong semangat pakek banget, dia tunjukin brosur yang dia lihat di situs ke Kak Jay.

Tentang perayaan halloween yang bakal di adakan di tengah kota, sebuah parade dengan tema halloween.

“Terbuka untuk umum loh kak, mau coba gak?”

Kak Jay masih kelihatan bingung, ini juga adek tumben banget mau ke acara beginian biasanya juga gak tertarik sama sekali.

“Adek tumben mau ikut acara beginian?”

Adek cuma bisa kasih senyum manisnya, terus ngedeketin duduk ke Kak Jay dan dia nyandarin kepalanya di pundak punya Kak Jay.

“Adek mau aja sekali dalam hidup adek ikut beginian. Gimana rasanya”

Ucap Adek dan itu buat Kak Jay senyum, terus dia kembali ngusak rambut hitam Adek.

“Ya udah, kakak nanti temenin Adek. Btw, emangnya Adek mau pakai kostum apa?”

Tanya Kak Jay dan Adek langsung angkat kepalanya dan kembali ngasih lihat layar ponselnya.

“Domba”

Kak Jay langsung agak kaget dan natap Adek gak percaya.

“Lucu tau kak Jay, lihat. Nama Adek kan artinya Domba. Hehe”

Kak Jay cuma gak habis pikir aja, kenapa Adek bisa-bisanya kepikiran buat ikut acara halloween dan pakai kostum domba kaya gitu.

“Ya udah, nanti kita cari di tempatnya Kak Sunghoon ya. Kayanya dia tau deh tempat-tempat yang nyewain kostum begitu”

Kata Kak Jay dan buat Adek menganggukan kepalanya.

“Kalo kak Jay mau jadi apa nanti?”

Tanya Adek dan Kak Jay langsung bingung. Sejujurnya dia juga belum pernah ikutan yang kaya gini dan belum kepikiran sama sekali mau jadi apa.

“Kakak belum kepikiran mau jadi apa, nanti aja kakak pikirinnya”

“Jadi ironman aja kak”

Kak Jay menggeleng pelan.

“Mau beda ah. Kalo ironman pasti udah banyak”

“Iya juga ya. Kira-kira kak Jay cocoknya jadi apa ya?”

Adek kelihatan mengang dagunya, berpikir keras untuk kostum apa yang cocok dan bagus buat halloween nanti. Kostum yang cocok buat Kak Jay.

“Aduhh adek bingung”

Adek ngacak-ngacak rambutnya dan itu buat Kak Jay ngerasa gemas dan cubit ujung hidung Adek yang langsung dapat protes dari siempunya hidung.

“Jangan cubit-cubit, nanti adek jadi pesek”

Bukannya berhenti, Kak Jay malah makin nyubitin ujung hidung Adek plus sekarang nyubitin pipinya Adek yang gemes, gak peduli lagi kalo misalnya Adek bakal marah sama dia.

***

“Bau, coba lo lihat ini”

Bau yang kebetulan hari ini lagi ada di kosannya Dakjal noleh pas Dakjal ngelihatin layar hapenya ke Bau.

Bau naikin halisnya sambil baca apa yang ada di layar hape Dakjal.

“Mau ngapain lo tunjukin kaya gini ke gua?”

Dakjal cuma bisa ngelah nafasnya, emang susah banget buat si Bau ini ngerti.

“Baca lo ini bauu..”

“Iya. Gua udah baca Kadal”

Fyi, panggilan Bau ke Jay udah berubah dari Dakjal ke Kadal. Soalnya Jay sekarang lebih mirip Kadal Afrika ketimbang Dakjal.

Awalnya Jay protes, tapi lama kelamaan dia udah terbiasa di panggil Kadal sama Bau.

“Mau ikutan gak? Kayanya seru banget nih. Di tengah kota lagi”

Bau mikir terus dia ngerebahi badannya yang emang dari tadi duduk di ranjang punya si Kadal.

Kadal juga ngikuti Bau, dan sekarang posisi mereka sebelahan.

“Pernah gak sih lo mikir kalo kita bakalan ikut beginian? Lumayan sih, sekali seumur hidup gak papa kali ya?”

Kata Kadal sambil natap ke sambil, Bau masih diam sambil natap langit-langit kamar kosan punya Jay.

“Lo pengen banget ke sana?”

Kadal langsung anggukin kepalanya begitu mendengar pertanyaan dari Bau.

“Untuk sekali seumur hidup. Lagian kita bakal ke kota loh, udah lama kita gak main ke kota”

Sambul Kadal dan itu buat si Bau kembali lagi mikir.

“Gak usah di paksa sih. Gua kan cuma menawarkan”

“Kalo gua gak pergi, lo bakal tetep pergi?”

Kadal sekarang ubah posisinya ke samping dan nopang kepalanya pakek tangan kirinya sambil natap ke arah si Bau.

“Denger ya Bauku,cintaku sayangku~”

“Geli bege!”

Kadal ketawa pas lihat si Bau protes, padahal telinganya udah kelihatan merah gitu.

“Kalo lo gak pergi, gua juga gak pergi”

Ucap Kadal sambil naik turunin hasilnya. Si Bau noleh dan sekarang natap si Kadal.

“Emangnya lo udah siapin kostum buat acara halloweennya?”

Lah iya juga, sekarang si Kadal lagi mikir. Lebih baik dia pakek kostum apa ya?

“Kalo vampire atau drakula keren kali ya?”

Si Bau noleh dan langsung toyor kepalanya si Kadal yang langsung buat si Kadal jatuh ke belakang.

“Anjing, banget lo”

“Ya lo sih. Kebagusan kalo lo pilih vampire atau drakula. Lagian apa bedanya vampire sama drakula sih?”

Si Kadal cuma bisa senyum-senyum doang, terus ngedeketin posisinya ke si Bau.

“Jadi apa dong? Menurut lo, gua pantes pakek kostum apa?”

Si Kadal bisa lihat kalo Si Bau senyum.

“Pakek kostum kadal afrika gih. Biar cocok sama lo”

“Setan! Kagak! Kagak mau gua! Apaan kadal-kadal”

Si Kadal langsung protes dengan muka kesel dia, sedangkan si Bau cuma ketawa-tawa aja.

“Udah. Beneran cocok sama kadalnya”

“Idih ogah. Mending gua pakai kostum spongebob”

“Ngapain gua tanya halloween pakek spongebob?!. Udah kadal aja yang cocok!”

Sepanjang malam itu akhirnya di habiskan oleh masalah kostum kadal.

jadi kostum apa yang bakal di pakai oleh Kadal di festival halloween nanti?

II. WE MEET

Beomgyu tengah menunggu hasil medical check up miliknya dan duduk di kursi, bibirnya tengah mengecurut sebal dan kedua tangannya sedang bermain dengan ponselnya. Ia sedang kesal karena tidak di perbolehkan memakan es krim. Padahal ia lagi kepengen banget makan es krim.

Beomgyu menoleh waktu lihat ada satu cowok duduk tidak jauh dari tempat dirinya duduk. Ia menatapnya cukup lama. Cowok tersebut sama kaya dirinya, baju seragam sekolahnya pun sama.

Topi.

Masker hitam.

Semuanya sama, jadi Beomgyu sedang mengira-ngira siapa orang yang duduk tidak jauh darinya.

“Hei..”

“Hei..”

Beomgyu memanggil sosok tadi dan sosok cowok tadi menoleh lalu memandang Beomgyu.

“Wah ternyata Kang Taehyun dari kelas sebelah..”

Beomgyu tersenyum.

Ia kenal dengan Taehyun, sekarang siapa yang tidak kenal dengan Kang Taehyun. Atlet kebagaan Korea.

“Sedang apa disini?”

Beomgyu bertanya, ia adalah tipe orang yang sedikit bawel dan pastinya ia bakalan bertanya terus menerus.

“Apa kau sedang medical check up juga? Aku dengar kau akan mengikuti perlombaan dunia.. wah bukan kah itu sangat keren!!”

Taehyun hanya membalas perkataan Beomgyu dengan senyuman.

Sebenarnya ia bingung, ia tidak pernah bertemu dengan Beomgyu dan merasa asing dengan sosok Beomgyu.

“Beomgyu”

Beomgyu menoleh lalu kemudian beranjak dari duduknya ketika mamanya memanggilnya lalu mereka keluar dari sana untuk segera pulang.

“Kang, aku duluan yaahh.. semangat untuk lombanya”

I. NEW BEGIN.

Terdengar suara piano dari sebuah ruangan besar di salah satu rumah mewah di kawasan tersebut.

Beomgyu dengan tangannya yang lihai bermain cantik di antara tuts tuts piano miliknya, matanya tertutup seiring ia menikmati permaianannya sendiri. Di sampingnya pelatih Min berdiri sambil mengawasi dan beberapa tersenyum kecil begitu mendegar klimaks dari permainan yang Beomgyu mainkan.

“Hari ini cukup baik. Besok kita akan bertemu lagi dan pertahankan cara bermainmu. Jangan terlalu lelah untuk konser solomu minggu depan”

Guru Min yang merupakan guru piano Beomgyu berkata sambil tersenyum, ia sudah menjadi guru piano Beomgyu semenjak Beomgyu berumur lima tahun dan sekarang Beomgyu berumur 18 tahun.

“Terima kasih atas hari ini, semoga harimu menyenangkan”

Beomgyu berkata sambil melambaikan tangannya pada guru Min yang baru saja melangkah keluar dari ruangan khusus di mana Beomgyu berlatih.

Beomgyu diam sejenak dan menghela nafasnya dalam-dalam dan kembali duduk di kursi depan pianonya. Ia menatap Grand Pianonya yang baru saja di belikan ibunya ketika ia memenangkan perlombaan di Inggris tiga bulan lalu.

Tidak ada kata istirahat dalam kamus Beomgyu, di tambah ini adalah konser solo pertamanya yang akan di lakukannya minggu depan. Ia harus berlatih terus dan menyiapkan yang terbaik. Ia tidak boleh mengecewekan siapapun. Termasuk kedua orang tuanya dan juga orang-orang yang menyukai permainannya.

Jadi ia melanjutkan latihannya hingga larut malam.

untungnya ruangan ini kedap suara

***

satu

hap!

dua

hap!

“Berhenti!!”

Taehyun menghela nafas dan membuka mask putih miliknya, nafasnya tidak teratur dan keringat terus keluar dari pelipis dan juga keningnya.

“Apa yang menganggu pikiranmu Kang?”

Pelatih Kim membuka masknya sama seperti Taehyun lalu menatap Taehyun.

Taehyun menggeleng pelan.

“Permaianmu jelek, jika seperti ini kamu tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya”

Taehyun terdiam ia menatap floret di tangannya, bukan hanya pelatihnya saja tapi dirinya juga merasakan hal yang sama, ia sedikit tidak fokus dan berkonsentrasi dalam latihannya kali ini.

“Tiga hari lagi kau akan menghadapi Heeseung, kau tau bahwa dia termasuk pemain hebat? Apa kau mau posisi mu tergantikan olehnya? Bukankah kau sangat ingin bertanding ke tingkat dunia. Lalu tunggu apa lagi!?”

Taehyun menelan ludahnya lalu kembali memasang mask miliknya dan memengang floretnya dengan benar lalu kembali berlatih.

Ia tidak boleh menyia-nyiakan sedikitpun waktunya, karena olimpiade dunia sedang menunggunya.