고맙다 (Thanks)
“Selamat datang”
Jay yang malam itu mampir ke sebuah mini market mendengar suara yang tidak asing baginya, begitu ia menoleh ke arah penjaga mini market yang buka 24 jam tersebut ia melihat sosok yang ia kenal.
Yang Jungwon.
Ketua kelasnya yang berdiri di belakang meja penjaga kasir mini market, yang saat ini memandang Jay dengan sedikit terkejut.
Jay segera mengalihkan pandangannya saat pandangan keduanya bertemu. Ia segera berjalan hanya untuk membeli sebuah plester luka.
Jay berjalan ke kasir begitu ia telah mendapatkan kan plester luka yang ia cari, tidak ada pembicaraan di antara keduanya.
“Total semuanya adalah 1000 won”
Jungwon berkata dan Jay mencoba meraba kantung jaket kulitnya, seingatnya ia membawa uang saat keluar rumah tadi.
Jungwon menatap Jay yang terlihat masih sibuk mencari-mancari sesuatu di kantung jaket, baju dan celanannya.
“Aku lupa membawa uangku”
Jay menatap Jungwon, sedangkan Jungwon menghela nafasnya.
“Ambilah dan segera pulang, atau aku melaporkanmu kepada orang tuamu”
Jay terdiam cukup lama sampai Jungwon kembali berkata halo karena ada pelangan lain yang baru saja masuk ke dalam mini market.
Jadi Jay memutuskan untuk keluar. Dari luar mini market dan dari tempatnya berdiri, Jay menatap kearah Jungwon cukup lama sampai ia lupa. Bahwa ia harus memasang plester luka pada wajahnya.
***
“Kau tau peraturan sekolah? Di larang merokok”
Jay yang baru saja akan menghidupkan rokoknya mengurungkan niatnya begitu melihat Jungwon datang dan berjalan ke arahnya. Saat ini keduanya berada di atap sekolah.
Beberapa menit tidak ada perbincangan di antara keduanya, mereka hanya saling diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“Jungwon?”
“Jay?”
Keduanya saling melirik, mengetahui fakta bahwa mereka memanggil nama satu sama lain secara bersama-sama. Sehingga membuat keduanya tertawa pelan.
“Kau duluan”
Jay akhirnya berkata dan membiarkan Jungwon berbicara terlebih dahulu.
“Bisa kau rahasiakan masalah tadi malam? Maksudku kau tau kan bahwa sekolah melarang anak-anaknya untuk bekerja part time? Di tambah aku adalah seorang murid beasiswa”
“Apa kau takut beasiswamu di cabut?”
Jungwon mengangguk kecil.
“Lalu kenapa kau bekerja sama selarut itu?”
“Aku butuh uang untuk hidup”
“Kalo begitu, jangan beritau orang tuaku bahwa aku merokok”
***
Perjanjian yang tidak di rencanakan itu membuat hubungan keduanya yang awalnya tidak terlalu dekat, seiringnya waktu menjadi dekat dan saling berkeluh kesah.
Jay yang beberapa kali dengan wajah luka mendatangi mini market Jungwon dan meminta Jungwon untuk mengobatinya dan tak jarang juga Jay menemani Jungwon sampai sift miliknya selesai.
Hari ini seperti hari-hari biasanya, Jay datang kembali dengan luka di pipinya yang membuat Jungwon selalu bertanya-tanya, luka yang di dapat dari Jay berasal dari mana.
“Gak mungkin kalo kamu tiap hari berantem sama orang? Ngaku sekarang, kamu dapat luka ini dari mana?”
Jungwon yang sudah kepalang penasaran akhirnya bertanya, Jay hanya tersenyum sambil menyerahkan obat merah dan juga plester luka pada Jungwon. Meminta Jungwon untuk membersihkan lukanya dan mengobati lukanya.
“Kalo sekali lagi kamu datang cuma mau minta di obatin mending sana ke apotek, jangan ke aku”
Jungwon berkata sambil membereskan beberapa kapas bekas dan juga sampahnya, dengan mulut yang tidak pernah berhenti mengomel, membuat Jay mau tidak mau terkekeh pelan.
Jay menyadari bahwa sejak awal, mungkin ia sudah jatuh cinta pada sosok Yang Jungwon.
Siswa sederhana dengan segala tingkah ajaibnya.
***
Hari ini hujan cukup lebat turun membasahi kota, Jungwon melirik jam dinding di kamar platnya perasaannya menjadi tidak enak. Untung saja hari ini dirinya libur dan tidak bekerja part time.
Dari setengah jam yang lalu, ia sama sekali terlihat gelisah bahkan ia sudah beberapa kali mengecek ponselnya. Biasanya ponselnya selalu berdering tidak karuan mendapat spam chat dari Jay, laki-laki itu tidak ada hentinya menganggu Jungwon. Namun sudah beberapa hari ini Jay tidak mengirimnya pesan, bahkan Jay tidak datang kesekolah. Ketika ia bertanya pada wali kelasnya, wali kelasnya hanya berkata bahwa Jay sedang cuti sekolah.
Jungwon menghela nafasnya. Pasrah dan memilih untuk pergi tidur.
Tiga puluh menit kemudian, ia mendengar suara intercom platnya berbunyi. Dan satu-satunya orang yang mengetahui tempat tinggalnya adalah Jay, jadi tanpa pikir panjang lagi Jungwon melangkah kakinya untuk membuka pintu.
Tidak bisa di pungkirin jika Jungwon kaget bukan main, melihat kondisi Jay yang berdiri di depannya sambil tersenyum sebelum akhirnya jatuh pingsan dalam pelukan Jungwon.
Jungwon tidak mengerti, bagaimana Jay bisa datang dalam kondisi seperti itu padanya. Tubuh dan wajah yang penuh luka, serta basah kuyup karena hujan.
Jungwon secara perlahan membersihkan beberapa luka yang ada di wajah Jay dan kemudian berahli pada tangan kanannya yang terluka.
Jungwon masih bisa melihat bahwa ada beberapa potongan-potongan pecahan kaca atau gelas pada telapak tangan kanan Jay, bahkan buku-buku jarinya juga terluka.
Melihat Jay seperti itu cukup membuat Jungwon merasa sakit. Ia kira, Jay yang menjadi dekat dengannya beberapa bulan ini terlihat baik-baik saja.
Namun nyatanya, Jay diluar kata baik.
Jungwon membereskan kotak p3knya, dan menarik selimut miliknya sampai menutupi bagian dada Jay. Wajah lekaki itu sekarang tertidur cukup tenang, berbeda dengan beberapa saat lalu ketika Jungwon sedang membersihkan luka-luka miliknya.
“Kamu gak akan tinggalin aku kaya yang lain kan?”
Langkah Jungwon berhenti dan ia menatap Jay yang sekarang ikut menatapnya juga. Jungwon tersenyum lalu ia menghampiri Jay.
“Beri aku alasan untuk meninggalkanmu, dan juga beri alasan kenapa aku harus tetap di sisimu?”
Jay terdiam ia bangkit dari posisinya dan menatap Jungwon yang saat ini duduk di sisi ranjangnya.
“Aku orang jahat. Tapi aku orang baik”
Jawaban dari Jay membuat Jungwon terdiam, mencoba menelaah setiap perkataan dari Jay.
“Di dunia ini, asalkan kita mau berbuat baik dan berubah. Semuanya akan berubah kan? Tidak peduli kamu baik atau jahat, kita hanya butuh tetap bertahan sampai akhir?”
Jungwon mengulurkan tangannya dan menyentuh rahang tajam milik Jay.
aku rasa, dimanapun kau berada. Ketika aku mendengar tentangmu aku akan langsung berlari padamu
sebelumnya aku tidak pernah berada di dalam kondisi seperti ini, sehingga sulit bagiku untuk mengungkapkan perasaanku
aku ingin menjadi masa depanmu dan tetap hidup seperti ini
Jay bisa melihat bahwa sekarang Jungwon tengah tertidur setelah cerita panjang mereka malam ini, deru nafas pelan menandakan bahwa Jungwon sudah tidur nyeyak. Ia tersenyum pelan, dan menyentuh setiap inci wajah Jungwon.
terimakasih karna kamu selalu ada untukku, dan hanya ada kamu di hatiku
Jay mengecup pelan dahi Jungwon sebelum ia ikut tertidur. Melupakan fakta apa yang akan terjadi esok hari padanya.
setidaknya ia tau bahwa pilihannya untuk tetap bersama dan mempertahankan Jungwon adalah yang terbaik
Jungwon membuka matanya, sendari tadi ia tidak tidur. Ia menatap wajah lelaki di depannya dan tersenyum.
terimakasih karena kamu telah hadir dalam hidupku, dan bertahan sampai saat ini
***
Jay meringgis sakit ketika sebuah tendangan mengenai tubuhnya yang membuat ia sedikit oleng, ia menatap laki-laki paru baya di depannya.
“Memalukan sekali. Aku tidak punya anak sepertimu”
Kata-kata yang akhir-akhir ini selalu Jay dengar yang keluar dari mulut laki-laki yang selama ini selalu menjadi panutannya.
Jay tau, sosok di depannya sungguh sangat merasa kecewa padanya.
“Pergi dari rumah ini dan carilah kebahagian yang kamu bilang itu, dan lepas semua yang kamu miliki atas namaku”
Laki-laki itu kembali berkata, Jay tersenyum dan membungkukan badannya.
“Aku minta maaf jika selama ini selalu menyusahkan mu dan membuatmu malu. Tapi akan aku pastikan bahwa aku bisa menemukan kebahagianku sendiri. Bahwa jalan yang aku ambil tidak salah, bahwa aku telah menemukan orang yang tepat. Ayah boleh membuangku, tapi aku tidak akan membuang ayah. Suatu saat nanti, aku harap ayah bisa menerima sosok diriku yang seperti ini dan juga sosok Jungwon. Kami akan membuktikan bahwa huhungan kami tidak salah dan akan membuat orang-orang terbuka dan memahaminya”
Jay membungkuk untuk yang terakhir kalinya pada sosok ayahnya sebelum pergi dengan kondisi yang tidak di katakan baik.
***
Jay berdiri di depan mini market tempat Jungwon kerja part time, ia tersenyum ketika melihat Jungwon keluar setelah menyelesaikan siftnya.
Jungwon berlari menghampiri Jay.
“Kamu terluka lagi? Apa ayahmu kembali memukulmu?”
Jay mengangguk lalu Jungwon memeluknya.
“Seharusnya kamu mendengarkan apa kata ayahmu Jay”
Jay membalas pelukan Jungwon.
“Aku akan membuktikan pada ayah, bahwa pilihan yang aku buat tidak salah. Dan aku akan membuktikan pada ayah, bahwa kamu adalah orang yang tepat buat aku”
Jungwon melepaskan pelukan dari Jay dan menatap wajah Jay kembali.
terima kasih, tidak ada kata-kata yang lebih indah lainnya selain terima kasih
terima kasih karna sudah bertahan sejauh ini
kita tidak akan berubah, ini sudah terukir di hati kita selamanya
sampai kapanmu, aku tidak pernah melupakan pertemuan awal kita
terima kasih