auteurlavie

the girl's who love writing

Short AU

đź–‡ Spin off Paralel Au // Dakjal-Bau // End

↳ https://twitter.com/iamjasukemother/status/1316260504696889345?s=20

đź–‡ Benang merah // End

↳ https://twitter.com/iamjasukemother/status/1308399181464207362?s=20

Memory

Jay udah nungguin Jungwon yang baru aja turun dari kosan mereka. Jungwon natap Jay dengan muka songongnya.

“Lo apaan gitu? Pakek kupluk gak jelas”

dikata kumpluk gak jelas

“Itu tuh gaya bauu.. kok lu gak ngerti sihhhh”

Jungwon cuma muterin bola matanya males sambil natap Jay.

“Jadi hari ini lo mau ngapain?”

Tanyanya, sekarang mereka lagi jalan berdua dari kosan mereka menuju ke halte busway terdekat.

“Sesuai dengan list, gua mau ngajak lo hari ini.. pokoknya waktu lo buat gua hari ini”

Jungwon cuma anggukin kepalanya, sedangkan Jay udah kelihatan banget semangatnya.

Busway dengan nomor tujuan mereka udah datang dan Jay langsung narik tangan Jungwon.

Tempat pertama yang mereka kunjungi hari ini adalah SMA mereka

Jungwon natap Jay yang sekali lagi Jay cuma bisa senyum, terus genggam tangan Jungwom buat di ajak masuk ke sekolah lama mereka.

“Lo inget gak? Kita kenalan di situ?”

Jay nunjuk satu tempat pinggir lapangan, Jungwon jadi bisa ngelihat kalo dulu untuk pertama kalinya Ia bertemu dengan Jay disana. Disaat Jay sedang bermain basket dan Jungwon lagi duduk sama temennya.

“Hmm”

Jay natap Jungwon kesel, sumpah responnya Jungwon tuh kaya biasa aja.

“Lo inget gak? Setelah kita kenalan disana, kita sering ngobrol karna telat bareng? Terus lo inget gak gue gendong lo waktu lo tiba-tiba sakit perut ke uks..lo inget kan?”

“Iya gua inget semuanya kadal”

“Terus lo inget waktu lo nangis di bawah guyuran hujan dan di pelukan gua waktu putus sama kyungmin?”

“Gak usah di ungkit”

“Sampe hidung lo merah dan lo ngadu ke gua? Itu lo lucu banget, dulu tuh lo gemesin banget tau bau”

Mereka sekarang masih jalan sambil gandengan tangan, menelusuri setiap sudut sekolah di pagi hari ini. Sekolah yang mempunyai kenangan yang cukup indah untuk keduanya.

Dimana tadinya mereka tidak saling mengenal menjadi kenal satu sama lain, saling berbagi suka maupun duka.

***

Setelah cukup puas untuk bernostagia bersama dengan gedung SMA, keduanya kini berjalan ke sebuah kedai di deket sana untuk makan siang.

Kedai Mie yang menjadi fav bagi keduanya.

“Lo inget tempat ini gak? Dulu disini lo cerita sampai nangis, karna keluarga lo yang berantakan”

Jay berkata sambil menerima pesanan mie mereka.

“Lo juga cerita sambil nangis, jangan aib gua mulu napa”

Jungwon protes sedangkan Jay cuma bisa senyum doang.

“Dulu gua ngerasa bersyukur banget kalo ternyata lo mau berbagi semuanya sama gua”

“Karna gua nyaman sama lo”

Keduanya saling diam terus kembali makan makanan mereka.

“Tadinya gua mau ngajak lo ke kampus, tapi kayanya masih rame”

Jay berkata, saat ini mereka berdua kembali menunggu busway untuk tujuan berbeda yang sudah di siapkam sebelumnya oleh Jay.

“Gua dulu pernah janji sama lo kan? Kalo gua mau bawa lo kesesuatu tempat yang lo suka”

Jungwon naikin sebelah halisnya, Jay itu orang teraneh yang pernah dia kenal.

Jungwon sekarang sadar kalo ternyata Jay bawa dia ke sebuah terminal bus.

“Pantai. Didunia ini ada tiga hal yang lo suka, pertama mendiang papa kedua tidur dan ketiga pantai”

Jungwon sebenarnya agak sedikit terkejut karna Jay selalu ingat apa yang pernah Jungwon katakan padanya dan semua hal tentang Jungwon.

“Sekarang udah berubah kayanya”

Jungwon berkata, sekarang mereka sudah berada di dalam satu bis yang bakal bawa mereka ke daerah pinggir kota yang deket sama pantai.

“Apa?”

Tanya Jay penasaran.

“Mendiang papa,pantai dan lo”

Jay diem.

Bentar dia mikir dulu.

“Idih tuh kan bego”

Jungwon natap ke luar jendela, males dia lihat Jay yang mikir aja udah bego banget.

“Waw.. jadi gua termasuk ke hal yang lo suka?”

Tanya Jay lagi dan Jungwon cuma bisa naikin bahunya males.

“Gua ngantuk, tadi malem habis ngerjain tugas. Pinjem pundak lo ya”

Jungwon ngomong terus tanpa ada jawaban dari Jay dia langsung sandarin kepalanya ke pundaknya Jay yang buat Jay kaget tapi kemudian Jay tersenyum.

Selama perjalanan Jay gak pernah buat ngelepasin genggaman tangan dia ke Jungwon yang tertidur di pundaknya, bahkan beberapa kali ia mengusap pelan punggung tangan Jungwon agar Jungwon bisa nyaman tidur selama perjalanan.

***

Waktunya sangat tepat ketika mereka sampai di pantai tujuan mereka, Jungwon kelihatan banget kalo dia seneng banget.

Dia langsung lari ke arah pantai sambil lambai tangannya ke Jay.

Sosok lain yang dia lihat dari Jungwon.

Yang Jungwon yang ramah.

Yang Jungwon yang manis.

Dan

Yang Jungwon, yang bisa membuatnya kembali jatuh pada pesona yang di milikinya.

“Lo pernah gak mikir kalo kita bakalan berakhir kaya gini?”

Sekarang keduanya tengah menelusuri pinggir pantai, dengan kaki telanjang yang di sapu bersih oleh ombak pantai.

Dengan tangan yang saling bertautan dan langit senja yang menampakan keindahannya.

Jay menatap Jungwon yang masih menatap ke bawah, melihat bagaimana sapuan ombak mengenai kakinya.

“Sama sekali gak, gua pikir kita gak bisa sampai tahap dimana sekarang kita berada”

Jawab Jungwon sambil sekarang menoleh ke arah Jay.

Jay menghentikan langkahnya yang membuat Jungwon juga berhenti dan menatap Jay.

“Lo tau? Awalnya gua benci banget sama takdir, inget gak dimana waktu kita dipertemukan oleh mendiang papa dan mama?”

Jungwon anggukin kepalanya.

“Harusnya setelah itu gua mau tembak lo, eh taunya takdir berkata lain”

Jungwon senyum, ada raut kekesalan di wajah Jay waktu dia cerita.

“Yang berlalu biar lah berlalu. Sekarang kita hadapi aja ke depannya gimana”

“Gua gak tau, semesta bakal ngelakuin apa lagi ke ketiga berdua. Tapi yang gua harap, sebelum semesta bertindak gua cuma pengen sama lo aja”

Jay mengusap pelan wajah Jungwon, kini posisi keduanya saling berhadapan dengan Jay yang menghadap ke arah pantai dan Jungwon yang membelakangi pantai.

“Bener kata orang, kalo sunsetnya indah banget. Tapi kayanya di mata gua lo masih lebih indah dari sekedar sunset”

Jungwon memukul pelan perut Jay yang disusul tawa keduanya.

“Lo tau gak, dari awal pertemuan kita di masa-masa SMA gua udah suka sama lo. Dulu lo sering banget tanya ke gua, ada gak yang gua suka? Jawabannya itu lo dan selalu lo”

Jungwon tidak bisa lagi menahan senyumnya dan ia masih menatap Jay di depannya, ia memeluk laki-laki itu erat.

“Jay aku mencintaimu”

Jay terkekeh pelan mendengar perkataan Jungwon yang pelan namun masih bisa ia dengar. Jay menjauhkan wajah Jungwon dari tubuhnya, sekarang ia memegang kedua pundak Jungwon.

“Lo tau arti dari kata aku mencintaimu?“

Jungwon menggeleng pelan, kini kedua tangan Jay beralih dari pundak ke-kedua sisi pipi Jungwon

“Itu berarti bahwa aku akan mencintaimu dan mendukungmu bahkan di saat-saat terburuk sekalipun”

“Sama seperti aku yang bakal selalu dukung kamu Jungwon”

Berakhir dengan Jay yang mengecup lama dahi Jungwon di temani oleh indahnya matahari terbenam hari itu dan suara desiran ombak yang seirama.

V. Kalimati & Mahameru

Abysa membuka matanya secara perlahan ketika sinar mentari menyinari Ranu Kumbolo, ada hal membuat pikirnya sedikit menganjal. Abysa tidak bisa menahan rasa keterkejutannya ketika melihat sosok Ethan yang masih tertidur di sampingnya, ia ingat jika tadi malam mereka berbagi pelukan untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya udara disini.

Abysa bisa merasakan bahwa mungkin sekarang jantungnya kembali berdebar karena jarak antara dirinya dan juga Ethan sangat dekat, hanya berjarak beberapa senti meter saja.

“Eungg~~”

Ethan menggerakan tubuhnya dan secara perlahan membuka matanya sehingga padangan keduanya bertemu, awalnya Ethan cukup terkejut tapi kemudian ia sadar dan tersenyum pada Abysa.

“Pagi, gimana tidurnya gak dingin kan?”

Masih dalam posisi berhadapan dan saling menyamping, Abysa menggeleng pelan dan membalas senyuman dari Ethan.

“Berkat kak Ethan, aku jadi gak kedinginan”

Ethan terkekeh pelan.

“Orang banyak bilang katanya suasana pagi di Ranu Kumbolo adalah yang terindah, tapi sepertinya sekarang gua tau ada yang lebih indah dari pemandangan di Ranu Kumbolo”

Abysa mengerutkan keningnya sambil menatap Ethan yang tersenyum.

“Kamu. Indira Abysa Sunata”

Tidak bisa dipungkiri jika wajah Abysa mungkin sekarang memerah akibat perkataan dari Ethan tadi.

“Bang Ethan, keluar lo.. jangan mesum di dalam sama Dira..”

Abysa dan Ethan saling memandang begitu mendengar suara teriakkan dari Darren yang menyuruh Ethan serta Abysa untuk keluar dari dalam tenda.

***

Mereka memutuskan untuk melakukan perjalan ke Cemoro Kandang pukul 9 pagi, karena memerlukan waktu kurang lebih satu jam untuk sampai disana dari Ranu Kumbolo. Darren yang menyusun jadwal mereka, berkata bahwa setidaknya mereka harus sampai sebelum sore di Kalimati agar cukup beristirahat dan akan memulai mendaki puncak Mahameru di malam hari.

Sebelum melakukan kembali pendakian, mereka semua kembali membentuk lingkaran kecil dan saling bergandengan tangan untuk berdoa yang kali ini dipimpin oleh Natya.

“SOS”

“Save Our Soul”

Perjalananpun kembali dimulai, dari Ranu Kumbolo ke Cemoro Kandang membutuhkan waktu sekitar 1 jam, ada dua spot seru yang bisa mereka lihat selama perjalanan ke sana. Pertama jalur ini di kenal dengan tanjakan Cinta. Tanjakan Cinta adalah sebuah tanjakan curam yang harus dilewati bila ingin sampai ke spot satunya yaitu Oro-Oro Ombo, konon katanya kalo kita ada di tanjakan Cinta terus kita lihat kebelakang nanti jodoh kita susah yang langsung di buat lelucuan oleh Darren yang ada di barisan paling depan.

Setelah tanjakan cinta, mereka sampai di Oro-Oro Ombo yang sebagian besarnya diisi oleh padang yang luas, seperti rumput, perpohonan, dan salah satu tanaman cantik namun mematikan. Verbena Bresilliensis.

Cemoro Kandang

Pada tahap ini, mereka harus mengetahui bahwa Cemoro Kandang ini sampai ke Kalimati merupakan trek atau jalur terberat dan terpanjang. Medannya menanjak terus dan sangat menguras stamina. Bahkan beberapa kali mereka harus beristirahat di tambah terik matahari yang semakin naik.

“Masih jauh ya sampai ke kalimati?”

Davan bertanya pada Darren yang sedang membuka minuman untuk Natya yang terlihat lelah.

“Ini baru 50 persen, masih ada satu setengah jam lagi”

Ada helaan nafas yang terdengar dari Davan.

“Ini belum seberapa Davan, nanti waktu mau ke puncaknya itu lah dimana kekuatan kita di uji saat mendaki. Bahkan banyak pendaki akhirnya menyerah dan kembali ke Kalimati. Kalau kamu disini merasa sudah cukup lelah, itu sama saja kamu menyerah sebelum berperang”

Kata-kata dari Jose tadi sontak membuat Davan menundukan kepalanya, seakan merenungi perkataan dari Jose.

“Oke baiklah, jangan menyerah sebab ini bukanlah apa-apa”

Davan bangkit berdiri yang membuat mereka semua tertawa lalu melanjutkan perjalan mereka.

“Masih kuat?”

Abysa yang berjalan di depan sempat menoleh ke belakang, ke arah Ethan yang bertanya. Ia tersenyum dan menganggukan kepalanya.

“Kalo capek atau gimana bilang ya”

Abysa untuk sekali lagi tersenyum.

“Tenang, kakak ada di belakang kamu dan siap melindungi kamu”

Perkataan dari Ethan tadi ngebuat Abysa terdiam sesaat dan ia kembali merasakan detak jantungnya yang kembali berdebar.

Ethan sialan

Umpatnya dalam hati.

Setelah memakan waktu 4 jam akhirnya mereka sampai di Kalimati yang menjadi pos terakhir sebelum mereka mulai mandaki ke puncak Gunung Semeru yaitu Puncak Mahameru.

“Oke kita masih punya waktu banyak disini, sebelum kita mulai memuncak pada pukul 10 malam”

Ethan mengumpulkan mereka semua untuk memberi sedikit arahan.

“Butuh waktu 7-9 bahkan ada yang 12 jam untuk mendakit ke puncak. Buat Davan,Nathan dan Abysa. Kenapa kita milih buat muncak pas waktu malem hari, karna supaya kita bisa sampai Mahamerunya pagi dan kita bisa lihat matahari terbit dari puncak. Selain itu juga, kita tidak boleh lebih dari jam 9 pagi, karna Gunung Semeru masih aktif dan mengeluarkan zat beracunnya pada pukul 9 sampai siang hari. Jadi kita bisa istirahat dulu sekarang. Mengerti?”

Semua mengangguk dan berpencar untuk mendirikan tenda masing-masing. Tidak seperti di Ranu Kumbolo. Davan dan juga Nathan sudah bisa mendirikan tenda mereka sendiri.

***

“Ingat apa yang dikatakan oleh bang Vincent, tidak peduli kalian berhasil naik ke puncak atau tidak. tapi ketika kalian mendaki dengan delapan orang, maka kalian harus pulang berdelapan juga”

Ethan berkata, ini sudah waktunya mereka untuk memulai pendakian mereka ke puncak Gunung Semeru yaitu Mahameru.

“Kalau kalian gak sanggup tolong kasih tau jangan maksain diri kalian, gua bakal turun bareng kalian kalo kalian gak sanggup. Janji sama gua”

Ethan kembali berkata, ia adalah sosok yang tidak terlalu memperdulikan apakah ia berhasil mendaki atau tidak. Ia hanya ingin agar anggota teamnya selamat semua. Setidaknya itu yang ia pelajari dari Vincent.

Seperti biasa, sebelum mereka melakukan pendakian mereka membuat lingkaran kecil untuk saling bergandengan tangan dan berdoa. Setelahnya Ethan kembali mengcek kelengkapan mereka semua.

“Darren pakai gaitersmu“

Natya langsung mandang pacarnya itu, dia lupa memasang gaiters di kedua kakinya dan Darren langsung memakai gaitersnya sambil meminta maaf pada Ethan karna ia lupa.

Ethan juga membagi Treckking pole, Kepada anggota teamnya di karena kemiringan gunung Semeru yang hampir 75 persen.

“Jose, semua alat medis udah di bawa?”

Tanya Ethan dan Jose mengangguk, ia sudah menyiapkan semuanya bahkan tabung oksigen berbentuk kecilpun ia bawa untuk jaga-jaga agar tidak ada kendala nantinya.

Ethan mengakhirnya dan menyuruh mereka untuk memasang senter yang di pasang di kepala mereka, Ia mengambil senter milik Abysa dan memakaikannya di kepala Abysa agar membantu mereka ketika mendaki nanti.

“Kalo ada apa-apa langsung bilang semuanya”

Abysa cuma bisa mengangguk kecil, setelah memasangkan senter pada Abysa, Enthan berlutut yang membuat semua terkejut, ia membenarkan tali sepatu gunung milik Abysa yang tidak terikat dengan sempurna.

“Pastikan bahwa apapun itu dengan baik agar tidak menjadi kendala ketika kita mendaki nanti”

Pendakian kepucak Mahamerupun di mulai dengan posisi

Darren-Danatya-Tara-Jose-Davan-Ethan-Abysa-Ethan.

Ethan selalu memastikan bahwa anggotanya baik-baik saja, dan tidak jarang ia mengajak mereka mengobrol. Semakin malam, maka hawa yang merepa juga semakin dingin serta jalur yang mereka lewati semakin berbahaya dan sangat sulit.

Darren yang berada di barisan terdepan berhenti untuk memastikan anggotanya baik-baik saja, terutama Natya yang terlihat kesulitan karna medan yang terlalu sulit dan dinginnya cuaca yang hampir 5 derajat.

“Kita istirahat sebentar”

Jose berkata lalu ia mengeluarkan hotpack yang ia bawa lalu memberikannya pada Natya dan juga Tara, sedangkan Ethan juga mengeluarkan hotpacknya dan memberikannya pada Nathan,Davan dan Abysa.

“Kamu masih kuat?”

Tanya Ethan pada Abysa dan Abysa mengangguk walaupun tubuhnya sedikit kembali mengigil. Ethan yang melihat itu menarik Abysa secara perlahan dan meraih tangan Abysa yang terutup oleh sarung tangan. Ethan mengusap kedua punggung telapak Abysa dan meniupnya beberapa kali, memberi kehangatan.

“Masih dingin?”

Tanya lagi dan Abysa sedikit mengangguk, Ethan mengeluarkan Hotpacknya miliknya lalu menaruh pada kedua leher Abysa.

“Loh nanti kalo kakak kedinginan?”

Ethan tersenyum mendengar pertanyaan dari Abysa.

“Yang terutama kamu gak kedinginan”

“Bang jangan ngegombal gua ngeri dengernya, ayo jalan lagi”

Suara Darren berkata setelah ia merasa sudah cukup untuk mereka beristirahat dan kembali mendaki.

Semakin tinggi makan semakin sulit, bahkan mereka juga tidak jarang melihat para pendaki yang kembali turun dan kembali ke Kalimati karena tidak kuat dengan medan tanjakan dan juga dinginnya cuaca.

“Natya.. Nat, lo baik-baik aja kan?”

Satu hal yang membuat mereka terkejut adalah ketika Danatya kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh jika tidak di tahan oleh Tara yang tepat ada di belakangnya.

“Joseee..”

Tara langsung menyebut nama Jose, agar Jose bisa segera mengeluarkan tabung oksigen portablenya.

“Dana..”

Ethan langsung berjalan sedikit lebih cepat agar ia bisa menghampiri Natya yang segara terlihat bahwa ia terkena Hipo.

“Dana, jawab gua.. lo masih kuat atau gak?”

Tanya Ethan dan Natya masih dia, hingga Jose memberikan tabung oksigennya pada Natya.

“Kak..”

Darren terlihat lebih khawatir dari pada yang lainnya, selama ia mendaki bersama dengan Natya ia tidak pernah melihat kondisi Natya yang seperti ini. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Natya seperti ini.

“Oke, gua gak papa gais.. sorry”

Natya yang sudah lebih baik akibat pertolongan dari Jose meminta maaf sambil tersenyum.

“Kak Natya pengang tangan aku aja, jangan sampe lepas..”

Natya tersenyum, setelah beristirahat tiga puluh menit mereka melanjutkan perjalanan.

Akhir dari perjalanan panjang dan melelahkan tiba, mereka berdelapan telah sampai di muncak Mahameru dengan ketinggian 3.676 mpdl. Ditemani dengan sinar mentari yang baru saja timbul kepermukaan berdiri di atas puncak gunung tertinggi di pulau Jawa.

Davan dan Nathan terlihat menangis sambil berpelukan, mereka tidak percaya bahwa mereka berhasil menjadi.

Jose dan Tara saling bergandengan tangan dengan Tara yang tidak berhenti mengeluarkan air mata karna dirinya berhasil memuncak, Jose menatap Tara lalu mengeluarkan sesuatu dari saku mantel gunungnya. Sebuah cincin yang langsung ia pasang di jari manis Tara.

“Selamat hari jadi yang ketiga tahun Matthew Biantara,di atas puncak Mahameru ini aku meminta kamu untuk menjadi orang terakhir dalam hidupku”

Tidak ada yang bisa melukisakan indahnya pemandangan matahari terbit dari atas puncak Mahameru dan keromantisan Jose ketika melamar Tara yang membuat perasaan Tara menjadi lebih emosional dan ia kembali menangis sambil mengangguk kecil, tanda ia menerima lamaran dari Jose.

“Kak Natya yang aku sayangi, terima kasih karna sudah mau bertahan dengan Darren yang nakal dan gak jelas. Terima kasih karna kak Natya sudah memberikan Darren kesempatan untuk berada di puncak gunung tertinggi kedua kalinya bersama dengan Kak Natya. Darren sayang kak Natya”

“Natya juga sayang dengan Darren”

Ethan tidak ingin menganggu moment bahagia teman-temannya, jadi ia berjalan untuk melihat betapa indahnya pemandangan dari atas ini.

“Kak Ethan”

Ethan menoleh dan melihat Abysa yang berjalan kearahnya, Abysa berdiri tepat di depan Ethan ia memandang Ethan dengan mata indahnya yang bisa membuat Ethan kembali terhayut dalam pandangan itu.

“Untuk kak Ethan,saat pagi datang, senyumanmu memeluk pikiranku, saat siang datang kau bagaikan payung yang selalu membuatku teduh, dan saat malam kau adalah kehangatan yang selalu membuatku jauh dari kedinginan. Dari Abysa, Semeru 30 November 2020”

Ethan terdiam sedangkan Abysa hanya menundukan kepalanya, ia tidak tau bahwa mengapa ia mengucapkan kata-kata tersebut pada Ethan.

Ethan meraih tangan Abysa dan tersebut.

“Abysa. Diketinggian 3.676 mpld puncak Mahameru, aku Ethan mengatakan bahwa sejak pertama kali melihat betapa indahnya matamu, aku tersadar bahwa aku telah jatuh cinta padamu. Semeru, 30 November 2020”

FIN.

Love is Gone

Byungchan melirik ke arah jam dinding yang ada di ruang tengah, pukul 10 malam. Ia menghela nafasnya lalu melihat kedalam ponselnya, mencoba mengubungi Seungwoo tunangannya yang belum juga kembali dari tempatnya bekerja, padahal awalnya Seungwoo berjanji bahwa ia akan pulang jam 7 malam sehingga Byungchan sudah menyiapkan makan malam untuk mereka, namun sampai pukul 10 malam pun Seungwoo tidak kunjung datang.

Byungchan hanya berharap jika Seungwoo tidak melupakan bahwa hari ini adalah hari jadi mereka yang kelima tahun, Byungchan juga akhir-akhir ini merasa bahwa Seungwoo berubah, menjadi lebih dingin.

Jika di setiap malamnya mereka akan saling mengobrol tentang apa yang sudah mereka lakukan di tempat kerja. atau hal-hal kecil lainnya sebelum keduanya pergi tidur.

Byungchan menghela nafas beratnya yang tidak terhitung keberapa kali malam ini, bahkan ia sekarang melihat ke arah meja makan, dimana disana ada hidangan makan malam yang sudah susah payah ia siapkan ketika ia pulang bekerja.

Pintu apartemen mereka terbuka dan menampilkan Seungwoo yang baru saja pulang kerja, dengan kemeja kerja yang berantakan serta wajah yang sangat lelah. Byungchan menghampiri Seungwoo, Membantu Seungwoo melepaskan jas serta dasi yang rasanya sangat mengcekiknya.

“Kakak mau minum dulu? Biar aku siapin?”

Seungwoo menggeleng dan mengatakan bahwa ia hanya ingin beristirahat saja.

“Kakak mandi dulu ya, biar aku siapin air panasnya”

Ucap Byungchan lagi dan Seungwoo menatap Byungchan.

“Gak perlu, kakak cuma pengen tidur aja”

“Tapi kakak harus bersih-bers-”

“AKU BILANG AKU CUMA BUTUH TIDUR!! KAMU NGERTI GAK SIH?”

Satu bentakan dengan suara keras keluar dari mulut Seungwoo yang buat Byungchan tersetak kaget.

“Kenapa kakak bentak aku?”

Byungchan menatap tepat pada manik mana Seungwoo yang kelelahan, ia tidak percaya bahwa Seungwoo yang selama ini tidak pernah membentaknya akan membentak seperti itu.

“Kamu tanya kenapa aku bentak? kamu maksa aku Chan?”

Byungchan terkekeh kecil, oke sekarang ia merasa bahwa dirinya perlu menyadarkan sosok di depannya ini.

“Aku maksa? Kakak bilang aku maksa?”

Seungwoo mencoba mengatur nafasnya, melihat ekpresi Byungchan yang sudah berubah.

“Kalo aku maksa, aku bakal hubungi kamu terus menerus untuk pulang. kalo kamu lupa, hari ini hari jadi kita yang kelima kak.. tapi apa? kayanya kamu gak ingat sama sekali? Akhir-akhir ini juga aku lihat kamu sering pulang malam, lembur lah ini lah, alasan kamu banyak banget dan aku gak pernah tanya apa-apa ke kamu, bahkan aku selalu berpikir postif. Tapi apa tadi kamu bilang? Aku maksa? Kak, aku cuma nyuruh kamu untuk mandi terus langsung istirahat bukan nyuruh kamu buat ngapain-ngapain”

“Bisa berhenti buat ngatur-ngatur aku chan? aku capek, aku capek sama kamu”

Byungchan tersentak kaget mendengar penuturan dari Seungwoo barusan.

“Capek? Kamu bilang kamu capek?”

Byungchan tertawa dengan hambarnya.

“Seharusnya aku yang bilang capek ke kamu kak, apa kakak sadar kalo selama setahun ini hubungan kita udah gak sehat? Kamu lebih mentingi kerjaan kamu dari pada orang lain. Disaat aku bilang mau jalan berdua sama kamu, kamu selalu bilang capek kerja capek ini lah itu lah”

Don't tell me that your love is gone

“Aku kerja untuk kita juga, untuk kamu bukan untuk siapa-siapa”

“Tapi aku ngerasa kesepian, kamu tau gimana perasaan ku lihat temen-temen aku jalan dan ngabisin waktunya sama temen-temennya sedangkan aku? Aku cuma tungguin kamu pulang larut terus setiap harinya, bahkan ketika aku bangun kamu udah pergi kerja”

“Ayo putus”

Tidak ada kata lain yang lebih mengejutkan Byungchan saat mendengar perkataan dari Seungwoo.

“Kalau kamu pengen jalan-jalan layaknya temen-temen kamu, ya udah pergi sana sama temen-temen kamu!”

Seungwoo berbalik dan berjalan keluar apartemen, sedangkan Byungchan mencoba untuk menatap langit-langit ruang apartementnya.

Mencoba untuk tidak menangis

Namun tetap saja nihil

Don’t go tonight

Jangan pergi malam ini

Stay here one more time

Menetaplah di sini sekali lagi

Remind me what it’s like

Ingatkan aku bagaimana rasanya

And let’s fall in love one more time

Dan mari saling mencinta sekali lagi

I need you now by my side

Kubutuh dirimu di sisiku

It tears me up when you turn me down

Kau buatku bersedih saat kau mengabaikanku

I’m begging please, just stick around

Kumohon tolong bertahanlah

***

Seungwoo menghentikan langkahnya di salah satu tangga darurat yang ada di gedung apartemennya, ia mengeluarkan sebuah kotak bludru dari balik saku celana kerjanya, ia membuka kotak tersebut dan terdapat sebuah cincin yang harusnya ia berikan pada Byungchan malam ini. Namun sialnya, malam ini ia terpaksa harus lembur karna terjadi hal yang buruk di perusahaan.

Seungwoo mengacak rambutnya frustasi, sekarang ia harus apa? Ia sudah menyakiti Byungchan dengan kata-katanya.

I’m sorry, don’t leave me, I want you here with me

Maafkan dan jangan tinggalkan aku, kuingin kau di sini bersamaku

I know that your love is gone

Kutahu jika cintamu telah tiada

I can’t breathe, I’m so weak, I know this isn’t easy

Tak mampu kutahan, ini tidaklah mudah, aku begitu rapuh

Don’t tell me that your love is gone

Jangan bilang bahwa cintamu telah tiada

That your love is gone

Cintamu telah tiada

The Coffeshop

_“Frozen Moccachino dengan takaran fress milk 100 ml, expresso 40 ml dan jangan memberinya simple sirup serta di beri wipecream dengan takaran sedang” _

Jungwon tersenyum ketika si barista dengan name tag bertulis Jaebum menyebutkan pesanan Jungwon ketika ia berdiri di depan counter order bahkan Jungwon saja belum menyebutkan pesanannya.

“Wah,Jaebum sudah sangat hafal” kekehnya pelan, sedangkan si barista yang merangkap menjadi kasir hanya tersenyum.

“Aku tidak akan lupa, habisnya kamu kesini hampir tiap hari dan selalu memesan hampir sama kecuali musim hujan yang akan memesan latte” Jaebum berunjar lalu memberikan bill pada Jungwon dan Jungwon mengeluarkan uang lembar 10 ribu won pada Jaebum.

“Mau di tunggu atau aku antar?” Jungwon terlihat berpikir sebentar

“Hari ini sepertinya tidak akan lama, aku duduk di sini saja” Jungwon melangkahkan kakinya ke samping, duduk di samping bar adalah salah satu hal yang sering Jungwon lalukan, dengan alasan bisa melihat sistem kerja barista secara langsung.

Setelah menunggu waktu lima menit pesanan Jungwon datang,

“Jalur express, satu frozen moccachino dan satu postcard” Jaebum tersenyum dan memberikan satu gelas pesanan Jungwon dengan satu postcard.

Jungwon memandang postcard tersebut yang mana itu adalah gambar dirinya kemarin ketika ia berada di salah satu kursi coffeshop tersebut sambil membaca buku.

“Apa kau benar-benar tidak bisa memberitahu ku siapa yang menitipkan ini padamu?” Tanya Jungwon di tengah-tengah Jaebum yang sedang membuat pesanan untuk orang lain.

Jaebum tertawa pelan lalu menggeleng.

“Itu rahasia, orangnya sendiri yang bilang bahwa aku tidak berhak memberitahu mu”

“Oke lupakan, bagaimana kabar ibumu?” Tanya Jungwon, ia sudah cukup dekat dengan Jaebum dan tak sering mereka berbincang ketika Jungwon menikmati coffenya dan Jaebum menikmati pekerjaannya.

“Tidak ada kabar baik, hanya saja kondisinya masih stabil” jawab Jaebum membuat Jungwon mengangguk kecil lalu tidak lama ponsel Jungwon berdering.

“Aku harus pergi sepertinya” Jungwon tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Jaebum

***

Jungwon memasuki coffeshop seperti biasa dan berjalan ke counter oder,namun hal pertama yang ia lihat bukan senyum Jaebum yang selalu menyapanya begitu ia datang namun senyum dari pria lain yang baru pertama kali datang. “Ah mungkin barista baru” pikir Jungwon.

“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya laki-laki tersebut pada Jungwon, Jungwon mengangguk kecil

“Satu Frozen Moccachino dengan-”

“Fress milk 100ml, expresso 40ml dan toping wipecream sedang dan tidak di beri simple syrup” Jungwon mengangguk ketika si pria menyebut pesanannya sama seperti Jaebum

“Waw bagaimana kau tau?” Tanya Jungwon ia penasaran,karna ia belum pernah bertemu dengan barista tersebut, di coffeshop ini setaunya hanya ada dua barista satu Jaebum dan satu lagi Kim Sunoo, tapi pria di depannya ini sama sekali tidak pernah ia lihat dan satu hal lagi yang Jungwon sadar bahwa pria di depannya tidak menggunakan name tag sama sekali.

“Permisi” Jungwon tersentak kaget ketika si pria melambaikan tangan di depan wajahnya, “oh maaf!” Si pria tersenyum lalu menyerahkan pesanan Jungwon bersama dengan sebuah postcard yang lagi-lagi gambar dirinya saat kemarin dia duduk di meja samping bar.

Kali ini Jungwon mengambil tempat duduk yang sama seperti kemarin, melihat sosok pria tadi membuat orderan lain.

“Permisi” panggil Jungwom ketika melihat pria itu sudah tidak memiliki orderan lagi.

“Ya ada yang bisa saya bantu?” Tanya si pria dan Jungwon sedikit tersenyum.

“Ah sebenarnya bukan hal yang penting aku ingin bertanya karena penasaran” dan Jungwon adalah tipe orang yang akan bertanya ketika ia penasaran.

“Apa Jaebum hari ini tidak masuk?” Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Jungwon,

“Jaebum tidak masuk karena ibunya kembali kritis” oke satu rasa penasaran Jungwon terjawab,tinggal yang lain lagi.

“Lalu apa kau barista baru? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya” pertanyaan kedua dari Jungwon yang membuat laki-laki ini tersenyum, membuat matanya semakin sipit. Jungwon seperti berpikir jika senyum itu tidak asing baginya, terasa hangat dan nyaman.

“Maaf sebelumnya jika saya belum memperkenalkan diri”

“Saya Park Jongseong tapi biasanya orang-orang suka memanggil saya Jay, pemilik dari coffeshop ini” dan detik berikutnya Jungwon membulatkan matanya dan rahangnya terbuka, sejujurnya ia tidak menduga jika pemilik dari coffeshop ini sangat muda dan mungkin seumuran dengannya, dari cerita yang sering Jaebum dengar dalam pandangannya pemilik dari coffeshop tersebut adalah pria tua yang kebanyak uang tapi tidak tau harus di apakan.

Sungguh pikiran yang ajaib Yang Jungwon

Jungwon terdiam sesaat.

Jay

Ia seperti pernah mendengar nama tersebut, Jay

“Ini adalah karya dari Jay,mahasiswa terbaik dari falkutas seni, jadi sekarang saya ingin kalian membuat cerita dari lukisan karyanya”

“Ini adalah karya terbaik Jay tahun ini”

“Jay membawa nama baik falkutasnya di rana internasional”

“Won,mau ikut ke pamerannya Jay gak? Si pelukis handal dari jurusan seni”

Jungwon menatap Jay sebentar.

“Tunggu dulu? Kau Jay? Dari dapartement Seni di Universitas Seoul?” Jungwon ingat sekarang, ingat betul pantas wajahnya sungguh tidak asing. Jay tersenyum lalu mengangguk dan menyulurkan tangannya untuk berkenalan.

“Salam kenal Yang Jungwon” Jungwon sekali lagi mengangguk kecil namun detik berikutnya ia menyadari sesuatu,

“Bagaimana bisa kau mengenali ku?”

♡♡ The Coffe Shop ♡♡

“Jadi kau mengajakku ke sini?” Tanya Jungwon pada Jay, Jay mengangguk kecil.

Kemarin lusa ketika di coffeshop,Jay memberi dia undangan akan pameran seni hasil karyanya dan itu membuat Jungwon susah untuk menolak.

“Dan ini semua karya kamu?” Jay kembali mengangguk kecil, sambil berjalan bersama dengan Jungwon melihat semua hasil karya milik pria yang baru dia kenal lusa kemarin.

“Oh..” Jungwon berhenti di sebuah lukisan yang berukuran kecil.

“Ini namanya apa?” Tanya Jungwon, ketimbang sebuah lukisan kanvas di depannya lebih terlihat seperti sebuah pola kecil dan ada beberapa bercak di sana, dan yang Jungwon lihat seperti sebuah bercak tumpahan air yang berwana coklat.

“First love” jawab Jay sambil tersenyum dan di susul anggukan dari Jungwon.

“Tapi kenapa kamu kasih nama First Love? Padahal nggak ada gambar love lovenya?” Sekali lagi Jungwon bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya.

“Karena karya ini ada ketika aku bertemu My First Love” Jawab Jay lalu ia memutar tubuhnya dan menghadap ke Jungwon sambil tersenyum.

“Seseorang menabrakku dan menumpahkan minumannya ke kanvas yang bahkan belum aku selesaikan gambarnya” Jay tertawa

“Aku ingat wajah paniknya dan wajah terburu-buru kala itu dan bahkan dia menyerahkan sapu tangan kesayangannya buat ngelapin minumannya yang tumpah ke baju aku, sambil terus mengucapkan kata maaf dengan membungkukan badannya dan mengatakan bahwa ia tidak sengaja dan sedang terburu-buru”

“Jadi kamu suka sama dia karena cuma kejadian itu?” Jay menggeleng pelan.

“Aku suka waktu dia ternyata buru-buru karena harus mengikuti seminar dan dia jadi salah satu narasumber dari seminar tersebut,mewakili dapartement sastra inggris dan berhadapan dengan banyak profesor hebat dari beberapa Universitas terbaik di London” Jungwon mengangguk sekali lagi tapi tetap ada perasaan aneh dalam dirinya, Jungwon seperti merasa kan dejavu di tambah saat dia semakin memperhatikan kain kanvas di depannya.

“Tumpahan ice americano?” Jay mengangguk kecil waktu Jungwon menunjuk bercak di sana.

“Sapu tangan warna kuning dengan inisial YJW?” Jay mengangguk

“Seminar dengan topik globalisasi dan mencairnya es di kutub utara dan selatan?” Dan Jay kembali mengangguk.

“Tunggu dulu” Jungwon menutup matanya sebentar mencoba menerka beberapa kata yang di maksud oleh Jay.

“Itu semua benar, dan kamu Yang Jungwon. si First Love”

“Dan juga aku yang selalu mengirimmu postcard di coffeshop”

Fin.

IV. Tracking ( Ranu Kumbolo )

Dari basecamp Ranupane mereka mulai berjalan munuju pos 1, dari basecamp ke pos 1 biasanya memakan waktu kurang lebih 1 jam, jalur yang mereka lalui pun masih berbatu dan tidak begitu menanjak.

Pos 1 ( 2.266 mdpl) Lokasi : Blok Landengan Dowo

Setelah mendaki selama satu jam mereka sudah sampai di pos satu, Ethan melihat wajah masing-masing dari anggota teamnya mencari wajah lelah mereka, namun Ethan sepertinya tidak menemukan wajah lelah dari anggota teamnya yang ia temui adalah wajah kagum dari tiga pendaki baru mereka, bahkan Nathan tidak henti-hentinya bercerita bersama Davan tentang apa yang ia lihat dan rasanya selama perjalanan mereka dari Ranupane ke pos 1 ini.

“Kita istirahat 15 menit dulu, baru nanti lanjut ke pos 2”

Kata Ethan lalu ia mengambil botol air minumnya, membuka tutup botolnya dan memberikannya pada Abysa yang sedang terlihat kesusahaan membuka tutup botol miliknya,sambil menukar botolnya dengan botol minum milik Abysa.

“Eh, makasih kak”

Ethan cuma tersenyum, terus dia jalan ke salah satu warung yang ada disana. Yang ngejual beberapa bahan logistik disana. Ethan membeli delapan potong semangka segar dan dingin lalu di bagikan pada teamnya.

“Emang kelihatan lebih enak kalo di beliin plus makannya dalam keadaan kaya gini”

Davan berkata dan di susul anggukan dari Nathan.

Setelah 15 menit mereka beristirahat, mereka kembali melakukan perjalanan menuju pos 2. Dari pos 1 ke pos dua tidak memakan waktu lama hanya memerlukan waktu kurang lebih 30-45 menit dari pos 1. Jalurnya pun sudah tidak terlalu berbatu seperti jalur pos 1,jalurnya sudah berubah menjadi jalanan tanah. Dan masih tidak terlalu curam dan menanjak tapi tetap saja Ethan yang di barisan paling depan, selalu mengingatkan teman-temannya agar selalu berhati-hati dan perhatikan langkah mereka semua.

Pos 2 ( 2.390 mdpl) Lokasi : Blok Watu Rejeng.

Di pos kedua ini masih bisa kita temui beberapa warung yang menjual bahan logistik, kalo tadi Ethan membelikan mereka buah semangka. Sekarang Darren membeli kan mereka pisang goreng yang memang di jual disana, untuk menganjal perut karena setelah ini mereka mereka akan berjalan ke pos 3 akan memakan waktu yang cukup lama kisaran 1-1,5 jam perjalanan. Jadi Darren memutuskan untuk membelikan mereka makanan terlebih dahulu.

Sebelum ke pos 3, Ethan memilih untuk mengubah barisan mereka, yang awalnya

Ethan-Davan-Abysa-Nathan-Tara-Natya-Darren-Jose

Berubah menjadi

Darren-Natya-Davan-Tara-Jose-Nathan-Abysa-Ethan.

dan akhirnya mereka melakukan perjalanan menuju pos 3

Pos 3 (2.439 mdpl) Lokasi : Blok Watu Rejeng.

Masih di lokasi yang sama tapi dari pos 2 ke pos 3 memang memakan waktu cukup lama karna harus melalui jalan memutar untuk sampai ke pos 4. Di pos 3 juga terdapat dua jembatan. Satu jembatan panjang yang bernama jembatan Janik dan satu lagi jembatan pendek yang merupakan jembatan lama atau jembatan Watu Rejeng. Ethan membiarkan teamnya untuk beristirahat sejenak sebelum mereka melakukan perjalanan ke pos 4. Setidaknya, sore nanti mereka harus sudah sampai di Ranu Kumbolo dan mendirikan tenda untuk bermalam disana.

Pos 4 ( 2.451 mdpl) Lokasinya berada di bagian atas Ranu Kumbolo. Biasanya banyak para pendaki yang beristirahat disini sebelum mereka turun ke Ranu Kumbolo, tapi kali ini Darren mengusulkan jika mereka masih kuat untuk segera sampai di Ranu Kumbolo untuk mendirikan tenda. Untungnya mereka semua setuju dan akhirnya dari Pos 4 mereka menuju ke Shelter Ranu Kumbolo.

Shelter Ranu Kumbolo (2.395 mdpl)

Disinilah mereka akan bermalam sebelum besok pagi kembali mendaki untuk sampai ke Kalimati dan lansung melanjutkan perjalanan ke puncak Mahameru.

Ethan sedang memberikan arahan dan cara memasang tenda pada Davan dan Nathan yang kebetulan tidak bisa memasang tenda.

“Perhatikan, biar nanti pas di Kalimati kalian bisa sendiri”

Ucap Ethan sedangkan Davan dan Nathan mengangguk sambil memperhatikan Ethan.

Natya dan Tara sedang menyiapkan makan malam mereka, Sedangkan Jose dan Darren memasang sisa tenda mereka. Abysa ia mengambil air minum pada sumbernya karna air minum mereka sudah hampir habis.

Waktu sudah menunjuk benar-benar sore dan mereka merasa takjub melihat pemandangan indah dari Danau Ranu Kumbolo tersebut, udara pun terasa semakin dingin, membuat mereka beberapa kali merapatkan mantel tebal mereka.

Waktu seakan berjalan begitu cepat dan tak terasa sudah pukul 10 malam lebih, tapi Ethan dan Jose terlihat masih berada di luar tenda mereka sambil mengobrol beberapa hal. Tentang kuliah, tentang apa mimpi mereka dan banyak hal.

Jose dan Ethan sama-sama menoleh waktu Abysa keluar dari tenda.

“Kenapa Dir?”

Tanya Jose sedangkan Abysa yang merasa kedinginan mempererat mantelnya sambil senyum canggung.

“Aku kebelet kan, toiletnya dimana ya?”

Ethan langsung berdiri dan merapatkan mantelnya juga.

“Ayo gua anterin, Jose kalo lo mau tidur.. tidur duluan aja, kasihan Taranya sendirian di tenda”

Jose menganggukan kepalanya, terus melambaikan tangannya.

Fyi, mereka mendirikan 3 tenda kecil. Nathan dan Davan satu tenda, lalu Darren dan Natya yang tidak bisa di pisahkan dan ditenda ketiga ada Jose dan Tara yang sama halnya dengan Darren dan Natya dan di tenda terakhir Ethan bersama dengan Abysa. Yang milih tenda pasangan tenda tentu saja Darren, siapa lagi kalo bukan bocah tengil tersebut bersama dengan Natya.

“Maaf ya kak, aku ngerepotin”

Abysa berkata dan Ethan menggeleng pelan.

“Jangan minta maaf terus, lo gak ngelakuin kesalahan tau”

Abysa senyum terus keduanya jalan dari toilet umum yang tersedia di sana dan kembali masuk tenda.

Di dalam tenda, agak sedikit canggung sebenarnya cuma mau Ethan ataupun Abysa mencoba untuk terlihat tidak canggung satu sama lain.

“Kak Ethan gak tidur?”

Tanya Abysa waktu lihat Ethan ngeluarin book jurnalnya, sedangkan dirinya sudah di posisi berbaring. Ethan menoleh dan menggeleng pelan.

“Kalo kamu ngantuk tidur aja, Gua masih mau nulis sesuatu”

Abysa mengangguk kecil “Aku tidur duluan ya kak”

Sekitar satu jam berlalu, Ethan selesai menulis jurnalnya dan melihat ke posisi di mana Abysa tertidur dengan tubuh menggigil, suhu di Ranu Kumbolo pun terasa semakin dingin. Ngelihat ini Ethan jadi merasa iba dan ia melepaskan mantelnya lalu memberikannya pada Abysa, yang ngebuat Abysa jadi bangun.

“Dingin banget ya?”

Tanya Ethan terus Abysa cuma bisa anggukin kepalanya, soalnya dia emang gak bisa tahan dingin dan kali ini baru pertama kali dia muncak kan, jadi mungkin agak shock dengan cuacanya.

Ethan merapatkan mantelnya pada Abysa supaya rasa dinginnya agak berkurang.

“Kalo aku pakek mantel kak Ethan, nanti kak Ethan kedinginan?”

Tanya Abysa sambil memandang Ethan, Ethan tersenyum terus dia ubah posisinya dari awalnya duduk sekarang jadi baring di sebelah Abysa.

“Kalau gitu boleh gua peluk lo? Biar kita sama-sama gak dingin?”

“Eh?”

Wajah kaget sama bingungnya Abysa ngebuat Ethan tertawa pelan, karna baginya ekpresi wajah Abysa sungguh menggemaskan. Seperti anak anjing yang sedang kebingungan.

“Gua bercanda doang, yang penting lo gak kedingan aja”

“ihh bukan gituuu...”

Ethan natap Abysa yang sekarang gelengin kepalanya,

“Nanti kalo kakak sakit gimana? terus siapa yang bakal mimpin kita muncak besok? ya udah sini, aku peluk”

Ethan kaget, ia padahal dia sendiri yang nawarin tapi dia juga yang kaget waktu Abysa tiba-tiba peluk dia dan ngelingkarin kedua tangannya di pinggang milik Ethan.

Ethan berani bersumpah bahwa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Kak Ethan gak boleh sampe sakit ya”

Ucap Abysa terus dia tenggelemi wajahnya di cengkuk leher milik Ethan, demi apapun Abysa sekarang malu banget, tapi mau gimana kalo gak kaya gini kasihan Ethan yang kedinginan.

Ethan senyum sebentar sebelum ia membalas memeluk Abysa dengan menarik punggung Abysa untuk lebih dekat kedalam dekapannya.

“Jangan bilang siapa-siapa ya, kalo malam ini gua tidur sambil meluk lo”

Ethan berkata dan hanya mendapat anggukan dari Abysa.

Setidaknya mereka bisa berbagi kehangatan satu sama lain di dinginnya udara Ranu Kumbolo, dengan suara detak jantung yang cepat dari keduanya yang berlomba siapa yang mengeluarkan suara paling besar.

III. Kaki Gunung Semeru ( Basecamp Ranupane)

Pagi ini, kisaran pukul 8 pagi mereka semua udah siap buat ngelakuin perjalanan mereka buat ngedaki gunung tertinggi di pulau jawa tersebut. Mereka memilih titik kumpul di stasiun Malang lagi, dan kemarin Jose dan Ethan sudah menyewa angkot untuk melakukan perjalanan ke tempat tujuan mereka. Memakai angkot nanti mereka akan menuju ke kecamatan Tumpang dan nantinya di Tumpang mereka bahalan maik mobil jeep buat ke Ranupane, untuk urusan jeep juga udah di pesen sama Jose dan Ethan.

Mereka udah di dalam angkot dan segera menuju Tumpang dengan jarak dari stasiun Malang ke kecamatan Tumpang memakan waktu satu jam. Selama di angkot terlihat bahwa Jose dan Ethan mengobrol banyak hal dengan si supir angkot.

“Injih mas, teng mriku terose kita saget ningali es. Menawi nembe beruntung”

(“Iya mas, disana katanya kita bisa lihat es. kalau beruntung”)

Jose sama Ethan kelihatan banget kalo mereka seneng bisa ngobrol sama mas-mas supir angkotnya dan untungnya Jose jago bahasa jawa. Jadi si supir angkot ada cerita beberapa waktu lalu ada pendaki yang ngelihat butiran es di atas puncak Mahameru sakit dinginnya, dan emang ada beberapa pendaki terpaksa gagal ngedaki karna udara yang terlalu dingin.

Mereka menghabiskan waktu mengobrol tentang tujuan mereka mendaki dan mengapa memilih Semeru untuk kali ini. Sedangkan yang lainnya sisanya hanya menikmati perjalanan mereka dengan melihat ke jendela, Natya dan Darren yang duduk sebelah berbagi hearphone sambil mendengarkan lagu yang katanya mengambarkan mereka banget. Gak tau lagunya tapi itu tuh wajib banget, terus mereka ngobrol tentang kenangan mereka waktu muncak terakhir kalinya.

Davan sama Nathan lagi mabar di dalam angkot, sedangkan Abysa cuma merhatiin Ethan dan Jose yang lagi ngobrol banyak sama mas supirnya.

“Mas kaliyan rombonganipun mas, hati-hati nggeh teng mriku. Nembe nembe niki soalni katah pendaki engkang mboten berhasil ngedaki. Katah seng gugur mas”

(” mas sama rombongan mas, hati-hati ya disana. Akhir-akhir ini soalnya banyak pendaki yang gak berhasil ngedaki. Banyak yang gugur mas”)

Ethan menundukan kepalnya, setelah mendengar omongan terakhir dari mas supir angkotnya sebelum mereka turun dan berpindah ke mobil Jeep yang ada disana.

“matur sembah suwun mas”

(“Terima kasih mas”)

Ucap Jose sebelum angkotnya pergi tinggalin mereka.

Mereka menghela nafasnya dan segera menuju pos mobil jeep. Jose dan Ethan menyewa dua mobil jeep. Dari pos mobil jeep untuk sampai ke basecamp membutuhkan waktu 2 jam lagi, ditambah jalur yang cukup ekstrim karena jalannya lumayan sempit dan kanan kiri itu banyak jurang, banyak kelokan dan tanjakan yang membuat merinding.

Bahkan Darren beberapa menelan ludahnya, padahal ia sudah sering mendaki. Davan dan Nathan aja pegangan tangan sambil ngelihat jalan, nyali mereka tiba-tiba jadi ciut. Abysa menatap takjub pemandangan yang ada. Ia bisa sedikit mengerti kenapa dulu kakaknya sangat menyukai petualang seperti ini.

Saat melewati Gunung Bromo, mereka sempat berhenti sejenak untuk berfoto. Tara si yang maksa, soalnya dia pengen banget main ke Bromo jadi mereka sempeti diri buat foto sebelum ngelanjutin perjalan mereka ke basacamp.

Akhirnya mereka sampai di basecamp Ranupane, setelah total hampir tiga jam mereka di jalan. Ethan terlihat memastikan bahwa mereka tetap berdelapan sebelum berjalan sekitar 100 meter ke pos camp Ranupane untuk di beri arahan selama mendaki nanti.

Setelah selesai melakukan arahan, tentang apa saja yang boleh di lakukan selama pendakian dan apa saja yang tidak boleh serta rute-rute pendakian. Mereka berdelapan siap untuk menjadi. Jose mengumpulkan mereka semua dan membentuk lingkaran kecil.

“Sebelum melakukan pendakian, kita doa dulu ya..”

Jose berkata sambil menyuruh mereka untuk bergandengan satu sama lain.

“Gak peduli kita berhasil sampai di puncak Mahameru atau enggak, tapi ketika kita ngedaki dengan delapan orang maka kita harus turun dengan delapan orang tersebut”

Sambung Ethan sebelum mereka berdoa yang di pimpin oleh Jose. Setelah selesai itu mereka memandang satu sama lain sebelum akhirnya memulai mendaki.

Dengan posisi Ethan yang mempimpin jalan dan Jose yang berada di barisan paling belakang.

“Tidak hanya jalan yang terjal yang akan kita hadapi saat mendaki ke Gunung. Tetapi, ada hutan, sungai, duri, semak belukar. Semua ini gambaran dalam sebuah kehidupan.” uknow

II. Kota Malang

Jam sembilan pagi akhirnya mereka sudah sampai di kota Malang, terlihat wajah cerah bercampur sedikit lelah menghiasi wajah mereka yang baru pertama kali naik kereta seperti Abysa,Davan dan juga Nathan. Tapi tidak di pungkiri bahwa itu adalah pengalama pertama mereka.

“Kalian lapar gak? Mau sarapan dulu atau langsung ke hotel?”

Tanya Ethan yang sambil melirik kiri dan kanan, gak tau apa yang di lirik sama dia.

“Dideket sini ada tempat makan, kalian bisa milih mau makan disini atau di hotel nanti?”

Sambung Ethan lagi dan yang lain terlihat menatap Darren, si pembuat jadwal.

“Kok lu pada lihatin gua? Kita masih punya jadwal besok, hari ini free dulu tapi nanti sore kita harus ke rumah sakit punya papanya bang Jose biar bisa medical check up”

Ucap Darren yang kelihatan banget kalo dia kesel sama temen-temennya.

“Eh? Bang Jose punya rumah sakit di sini?”

Tanya Nathan yang agak kagum sama Jose yang diem-diem ternyata menghayutkan.

“Iye, dan di beberapa titik kota besar di Indonesia”

Sambung Darren lagi, terus yang lain akhirnya mutusin buat ke hotel yang udah mereka booking selama semalem, besok pagi mereka baru lanjut ke Basecamp Ranupane.

Setelah berjalan kaki kurang lebih 100 meter dari stasiun, rombongan mereka pun sampai di hotel Emma yang memang jaraknya kurang lebih 100 meter, Darren sengaja memilih hotel tersebut karna biayanya cukup terjangkau dan supaya gak terlalu jauh.

“Mau makan bakso president”

Natya yang baru aja sampai di kamarnya dengan Abysa dan juga Tara langsung berbicara sambil membaringkan tubuhnya di kasur.

“Nanti siang aja kita ke sana? Dira mau ikut?”

Ajak Tara ke Abysa, Abysa terlihat mengangguk soalnya dia kan gak begitu tau dan belum pernah ngelakui perjalanan kaya gini.

“Bentar gua tanya yang lain, pada mau ikut gak ke bakso president”

Ucap Natya terus dia ngechat di group buat atur jadwal makan siang.

Tara yang buka tasnya dan ambil satu roti isi keju dan ngasih ke Abysa, yang buat Abysa agak kaget.

“kayanya kita gak bisa sarapan deh, jadi lo makan ini dulu dek. Kak Vincent bilang lo suka roti ini”

Abysa cuma bisa ngela nafasnya, kakaknya itu manjain dia banget. Kalo kaya ini dia ngerasa dirinya kaya lemah, padahal mah enggak.

“pasti kak aku ngerepotin banget ya kak? Sampe kak Vincent ngasih tau kalian”

Tara senyum terus ngusak pelan kepala Abysa.

“Gua sih gak tau ya, soalnya itu Ethan tadi yang bilang”

“Eh?”

“Yang gak mau ikut makan cuma Jose sama Ethan, katanya Ethan langsung tidur dan mungkin sore dia baru bangun. Ethan kalo tidur kaya lagi gladi bersih buat mati”

Natya tiba-tiba ngomong kaya gitu setelah dia selesai ngasih tau di group.

“Ya udah beres-beres dulu, baru pergi kesana. gua duluan yang mandi ya”

Tara dengan cepat langsung masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa baju gantinya, biar segeran dikit makannya dia mandi.

***

Abysa memandang roti isi yang di berikan oleh Tara tadi lalu kemudian dia ambil ponselnya buat hubungi kakaknya, tapi sebelum itu chat dari Ethan masuk yang tanyai kalo rotinya udah di makan atau belum.

“Kenapa senyum-senyum gitu?”

Abysa kaget pas lagi asik chatingan sama Ethan dan Natya yang tiba-tiba muncul di depannya.

“Eh enggak kak, ini lagi chatingan sama kak Ethan sekalian bilang makasih”

Natya terlihat seperti beroh ria lalu kemudian ia tersenyum jail.

“Jangan aja ada kasus, cinlok saat mendaki”

Abysa mengerutkan keningnya, gak ngerti maksud dari perkataan dari Natya.

“Waktu kami ngedaki kerinci dan pertama kali ketemu Ethan disana, pas banget waktu itu Jose sama Tara jadian di atas puncak kerinci.. mana tau tahun ini ada yang ke ulang gitu”

Natya ngomong gitu dan buat pipi Abysa agak merah terus Abysa langsung ganti topik, soalnya kayanya dia kelihat kalo Abysa udah salah tingkah.

“Yuk buruan, nanti kalo agak siangan takutnya rame”

Akhirnya Tara keluar dan udah siap sama bawaannya.

***

“Gila sumpah enak banget, emang gak salah kak Natya sama kak Tara pilih tempat makan”

Davan berkomentar setelah mereka selesai makan bakso dan sedang melakukan perjalan balik ke hotel lalu setelah itu mereka akan ke rumah sakit untuk medical check up.

“Kata Jose barusan kita langsung ke rumah sakit aja, dia sama Ethan udah di sana”

Tara tiba-tiba ngomong sambil nunjukin layar hapenya yang bilang kalo Ethan sama Jose udah di rumah sakit.

“Gua curiga kalo mereka gak istirahat, tapi malah pergi ke tempat lain”

Natya ngedumel sedangkan yang lain cuma bisa diam aja,soalnya kan mereka kurang deket sama Jose dan Ethan.

***

Sesudah hasil medical mereka keluar, Ethan ngajak mereka untuk jalan-jalan terlebih dahulu di alun-alun kota Malang.

Menghabiskan malam pertama mereka di alun-alun kota Malang yang cukup rame oleh kaum muda dan mudi di malam hari.

“Kalo ada waktu lagi, gimana kalo kita kesini? Tapi gak muncak, kaya jalan-jalan gitu?”

Tara tiba-tiba berkata waktu mereka lagi asik duduk-duduk di deket alun-alun sambil nikmati musik jalanan yang ada disana.

“Bisa juga, tapi awal tahun nanti gua punya rencana buat ke Rinjani”

Ucap Ethan yang langsung buat yang lain natap Ethan.

“Ayo setelah Semeru, kita ke Rinjani”

“Jalan-jalan biasa dulu lah bang”

“Ethan mana bisa jalan-jalan biasa, bawaannya mau daki gunung terus”

“Hahaha”

Malam itu mereka habiskan waktu di tengah keramain alun-alun kota Malang, sebelum esok hari memulai perjalanan mereka

Berbagi kisah satu sama lain sebelum mendaki, alasan satu sama lain kenapa mereka memilih masuk ke dalam club

Malam itu mereka berdelapan menjadi lebih dekat dari sebelumnya

Berharap bahwa kegiatan mereka akan sukses

I. Hari keberangkatan.

Hari ini anak-anak semua sudah berkumpul di stasiun kereta sesuai jadwal yang di tetapkan oleh Darren. Darren memilih stasiun Gambir karena mereka akan memakai kereta api Gajayana kelas eksekutif dengan biaya yang sudah mereka kumpulkan dan tambahan biaya dari Vincent yang dengan senang hati membiayai mereka. Mereka memilih jadwal keberangkatan sore hari, yaitu pada pukul 17.45 WIB. Butuh waktu sekitar 16 jam jarak dari Jakata ke Malang menggunakan kereta api tersebut, jadi mereka akan sampai ke Malang pada pagi hari. Sebenarnya itu adalah usulan dari Darren, Darren adalah ahlinya menyusun jadwal perjalanan sehingga membuat mereka semua tidak kelelahan.

“Ini siapa lagi yang belum datang?”

Tara harus mengecek satu persatu teamnya, agar tidak ada yang tertinggal di tambah tiga orang pendaki pemula yang harus extra di perhatikan. Ditambah mereka yang sifat mereka yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.

“Darren sama kak Natya yang belum datang kak”

Ucap Abysa yang menyadari jika Darren dan Natya belum ada di rombongan padahal dua puluh menit lagi kereta mereka akan segera berangkat.

“Mereka kemana sih?”

Tara udah kelihatan banget keselnya, di tambah kenapa Natya malah ikutan telat lagi.

“Bang Ethan kemana?”

Nathan yang muncul sehabis dari toilet berkata, karna mereka gak ngelihat Ethan di sana, padahal 15 menit yang lalu Ethan masih ada di tengah rombongan.

“Ya ampun, kemana lagi sih.. gak bisa apa diem di tempat”

Omel Tara, kalo sudah begini rasanya dia mau marah aja. Jose di sampingnya mencoba menenangkan pacarnya itu.

“Itu bang Ethan”

Davan membernarkan kaca matanya lalu ia menujuk ke arah barat, dimana Ethan yang sedang menelepon berjalan bersama dengan Darren dan juga Natya yang di tangan mereka masing-masing ada pop mie. katanya sih mereka belum makan siang, terlalu gugup ngelakuin perjalanan ini jadi mereka lapar.

Gak tau aja mereka kalo misalnya, Tara udah kepalang kesal dan mungkin saja sudah mengeluarkan tanduknya.

“Ini tiket sesuai nama kalian, kalo mau tukeran juga boleh kalo misalnya gak nyaman, inget ini perjalanan makan waktu kurang lebih 16 jam”

Sambung Tara lalu ia membagi-bagikan tiket yang ada di tangannya.

Dua puluh menit kemudian, kereta tujuan Jakarta-Malang datang dan mereka berdelapan masuk kedalam gerbong kereta.

Ethan menjadi orang terakhir yang masuk ke dalam kereta, karena ia ingin memastikan bahwa rombongannya tidak ada yang tertinggal sama sekali. Ethan melirik ke kanan dan ke kiri sampai menemukan kursinya, di sebelah sana Abysa sudah duduk.

Ethan meletakan tasnya di kabin lalu kemudian duduk di kursinya sambil tersenyum pada Abysa.

“Apa ini pertama kalinya kamu naik kereta,dek?”

Tanya Ethan, ia melihat Abysa yang beberapa kali melirik ke sana dan kemari serta melirik jendela gerbong yang tirainya memang Ethan buka, pasalnya Ethan duduk tepat di samping jendela dan Abysa duduk tepat di samping koridor.

“Mau tukar tempat?”

Tawar Ethan dan ia bisa melihat manik mata milik Abysa berbinar dan sebuah senyum terukir dari kedua belah bibir ranum tersebut.

“Boleh ya kak?”

Tanyanya polos dengan mata yang menatap Ethan penuh harap. Satu kata yang bisa Ethan katakan ketika melihat manik mata milik Abysa.

“Indah”

“Tentu saja”

Dan akhirnya mereka memutuskan untuk bertukar tempat duduk dengan Abysa yang berada di samping jendela dan Ethan yang berada di samping koridor.

Ethan beberapa kali melirik Abysa yang terlihat asik memandangi jendela dan beberapa kali mulutnya terbuka menatap takjub setiap pemandangan yang di lewati oleh gerbong kereta mereka.

“Sebelum berangkat gua tadi buat ini, mau coba gak lo pada?”

Natya yang duduk di depan mereka tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan menyerahkan satu wadah tupperware berwarna ungu yang berisikan bolu yang ia buat.

Natya menyodorkan tempatnya pada Abysa dan Abysa langsung mengambil satu potong bolu tersebut dan Natya langsung menutup tupperwarenya membuat Abysa menatap bingung, soalnya Ethan di sampingnya tidak mengambil bolu tersebut.

“Kak Ethan gak makan bolunya?”

Tanya Abysa dengan muka polosnya, ia menatap Natya dan Ethan secara gantian.

“Adit gak suka bolu pandan”

Jawab Natya dan Ethan cuma senyum doang.

“Kok gak suka? Bukannya bolu pandan itu enak ya kan?”

Abysa berkata sambil memakan bolu pandan memberian Natya.

“Iya kan? Dia aneh, cuma orang bodoh yang gak suka sama bolu pandan”

“Jadi gua bodoh?”

Ethan menatap tajam kearah Natya yang terlihat sedang meledeknya,

“Tentu saja.. karna lo gak suka sama bolu rasa pandan.. weeee”

Natya menjulurkan lidahnya dan Ethan bersiap untuk memukul Natya namun niatnya terhalang ketika ia melihat bahwa Abysa tertawa melihat tingkah dari Natya dan pada akhirnya ia tersedak karena tertawa sambil memakan bolunya.

Ethan dengan cepat langsung membuka air mineralnya dan memberikannya pada Abysa.

“Makasih kak, hehe”

Abysa tersenyum dan itu membuat Ethan terdiam dan ikut tersenyum.

***

Ethan menutup buku yang memang ia bawa, sambil mendengarkan musik dari MP3 player yang ia bawa menggunakan handseat. Ia menoleh kesamping kanannya dan melihat bahwa Abysa terlihat sudah hampir terlelap, kepalanya sudah beberapa kali terlihat oleng dan ia kembali bangun karena kaget serta beberapa kali terbentur jendela gerbong. Melihat itu, Ethan jadi iba dan pada akhirnya Ethan menarik kepala Abysa pelan dan menyamankannya di pundaknya lalu menarik jaket milik Abysa untuk menutupi tubuhnya dari dinginnya malam ini.

Jose yang baru saja balik dari kamar mandi melewati kursi Ethan dan ia berhenti lalu tersenyum, mencoba menggoda Ethan yang langsung di beri tatapan tajam oleh Ethan yang membuat Jose tertawa sebelum ia kembali ke kursinya untuk beristirahat.

Ethan menatap ke samping, setidaknya Abysa bisa tidur lebih nyaman di bandingkan tadi.

Malam ini di perjalanan pertama mereka, setidaknya ada perasaan hangat yang menjalar pada tubuh Ethan dan ia harap ini akan menjadi salah satu perjalanan terbaiknya

@najong