—four
Pukul 11.30 malam, Jonathan merenggangkan tubuhnya setelah duduk di meja kerjanya selama berjam-jam. Memijat pelipisnya yang terasa pening lalu beranjak dari tempat duduknya, ia tubuhnya sudah lelah dan ia harus beristirahat sekarang. Di hari libur begini ia masih harus mengerjakan beberapa dokumen, tak masalah sebenarnya toh ia juga bosan jika hanya berdiam diri saja dirumah. Maka dari itu selepas mengantar Lusy tadi pagi ia sempat berkunjung ke rumah Vanya, selain untuk bermain dengan keponakannya yang sangat menggemaskan ia juga ingin menghibur diri mengingat tahun baru ini meskipun ia sudah memiliki kekasih, ia tak bisa merayakan tahun baru bersamanya.
Jonathan kini duduk bersandar di ranjangnya, membuka ponsel lalu mengecek apakah ada pesan baru dari sang kekasih atau tidak. Namun tidak ada pesan masuk disana. Jonathan mulai mengetik pesan untuk Lusy, menanyakan apakah perempuan itu sudah sampai di rumahnya yang berada di Jogja atau belum.
Memejamkan matanya sejenak, ingatan ketika ia pertama kali bertemu Lusy kembali menyapa. Saat itu ia sedang bertemu dengan klien disebuah restoran, melihat gadis itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. Tampak cantik dan lugas, sangat menarik perhatian Jonathan. Belum lagi saat perempuan itu berjalan keluar sembari membawa bungkus makanan dan memberikannya kepada pemulung cilik yang tengah lewat diluar. Karena hal itu, Jonathan semakin dibuat penasaran. Sering kali ia pergi ke restoran itu hanya untuk melihat Lusy bekerja, dari hari senin sampai kamis. Setelah itu Jonathan baru mengetahui kalau Lusy juga bekerja di cafe milik Stella sahabat dari adiknya Vanya.
Agak sulit mendekati Lusy, karena ia sendiri bingung harus mulai dengan cara apa? Sangat tidak mungkin saat ia berkunjung ke restoran dan saat memesan makanan ia langsung bertanya nomor telepon, yang ada perempuan itu langsung menghindarinya dan menganggap ia seorang playboy. Namun sepertinya semesta tengah berpihak pada Jonathan dengan membuat Jonathan membantu Lusy yang waktu itu tak sengaja bertemu. Lusy yang mengenal Jonathan karena menjadi pelanggan di restoran tempat ia berkerja, membuat keduanya semakin sering bertemu dan saling mengenal.
Ahh mengingat hal itu Jonathan merasa malu, agak menyesali keputusannya untuk mengikuti saran dari Vanya. Yup, berbohong soal pekerjaannya. Sebenarnya cukup membantu untuknya mengetahui tulus atau tidaknya seseorang padanya tanpa memandang statusnya tapi tetap saja memalukan.
Tok, tok, tok
Suara ketukan pintu membuat Jonathan kembali pada realita, sedikit terkejut mengingat saat ini suasana cukup hening. Melirik jam tangannya, Jonathan menyerit. Siapa gerangan yang mengetuk pintunya? Tidak mungkin hantu kan?
Tok, tok, tok
Jonathan beranjak menuju pintu setelah kembali mendengar ketukan, mencoba untuk tenang dan yakin bahwa yang mengetuk pintu mungkin saja sang Ibu atau sang Ayah.
Saat pintu terbuka betapa terkejutnya Jonathan saat melihat Lusy ada didepan pintu kamarnya. Mengerjap beberapa kali guna meyakinkan bahwa dirinya tak salah lihat.
“Lusy?”
“Happy birthday mas Jo.” Ucap Lusy lalu datang Vanya dengan membawa kue, Wira yang membawa balon, sang Ibu tengah menggendong Bella serta Ayahnya yang ikut di belakang sembari menyanyikan lagu ulang tahun.
“Selamat ulangtahun kak Jo!! Yeay nambah tua.”
“Bang Jo selamat hari brojol, semoga tetap waras.”
Vanya dan Wira bergantian mengucapkan selamat pada Jonathan, sementara lelaki itu masih mencerna apa yang terjadi.
“Kamu....”
“Ntar dulu, coba make a wish dulu terus tiup lilinnya abis itu baru nanya.” Potong Vanya yang tau bahwa sang kakak penasaran bagaimana bisa Lusy ada dihadapannya saat ini.
“Jadi kamu gak pulang ke Jogja? Cuma jemput Ibu sama adik kamu yang mau tahun baru disini?” Ulang Jonathan setelah mendengar penjelasan Lusy.
“Hehehe maaf.”
“Kok minta maaf?”
“Takutnya kamu marah.”
Suara Lusy agak menciut, perempuan itu sedikit takut jika Jonathan benar-benar marah padanya karena berbohong.
“Enggak kok, aku gak marah.” Ucap Jonathan mengusap pelan kepala Lusy, “terus Ibu sama adik kamu ada di kosan?” Tanya Jonathan yang diangguki Lusy.
“Iya, mereka mau sambil liburan disini sekalian nengokin aku.”
“Mau kemana aja selama disini?”
“Hmm gak tau, paling nanti main ke ragunan atau gak Ancol. Ahh si Hanan pengen nginep di hotel, nanti aku cari kamar hotel yang masih kosong.” Jelas Lusy, keduanya kini tengah berada di dalam mobil Jonathan untuk mengantarnya pulang.
“Liburan sampe kapan?”
“Tanggal 6 mereka udah pulang.”
Jonathan hanya mengangguk, kembali fokus menyetir agar cepat sampai mengingat malam semakin larut.
“Nah udah sampe.”
Keduanya turun dari mobil, terlihat Hanan tengah menunggu di depan pagar kosan Lusy.
“Loh, ditungguin?” Tanya Jonathan.
“Hehehe iya, aku takut kalo sendiri.”
Lusy berjalan menuju pagar kosan yang ia tempati diikuti oleh Jonathan di belakang yang sibuk dengan ponselnya.
“Udah lama nunggu?” Tanya Lusy pada Hanan.
“Enggak, baru keluar.” Jawab Hanan, pandangannya beralih pada Jonathan yang berada dibelakang Lusy.
“Hanan, ini pacar mbak namanya Jonathan. Mas Jo, ini Hanan adik aku satu-satunya.” Ucap Lusy memperkenalkan keduanya.
“Halo Hanan, salam kenal. Maaf ya kakakmu jadi pulang malem.” Jonathan mengulurkan tangannya pada Hanan yang di sambut baik oleh Hanan.
“Hai mas, gakpapa. Mbak udah izin kok sama Ibu dan diizinin juga, asal dipulangin mas.” Ujar Hanan.
Jonathan mengangguk, lalu menoleh kearah Lusy sebentar sebelum kembali pada Hanan. “Besok beres-beres barang kamu sama Ibu ya, mas mau ngajak kalian jalan.”
“Hah, serius mas?”
“Iya.”
“Kok beresin barang sih mas? Emang mau kemana?” Tanya Lusy heran.
“Katanya mau nginep di hotel, ya udah ayo kita nginep di hotel. Aku udah booking tadi.”
“HAH?!”
Kedua kakak beradik dihadapan Jonathan nampak terkejut dengan ucapannya tadi.
“Heh kamu yang bener aja mas?” Lusy menggerutu.
“Beneran loh gak boong, kalo udah siap kasih tau aku biar langsung jemput kalian.”
“Wah makasih mas.” Ucap Hanan dengan wajah sumringah.
“Hanan mau kemana aja kasih tau mas ya, nanti langsung berangkat.” Jonathan tersenyum manis melihat Hanan yang langsung mengangguk mengiyakan ucapan Jonathan.
“Ya udah kalo gitu mas pamit pulang dulu, masuk gih udah mau pagi anginnya gak bagus buat badan. Salam ya buat Ibu.”
Jonathan tersenyum sebelum pergi menuju mobilnya yang terparkir di sebrang kost yang ditempati Lusy. Menyalakan mesin mobil lalu pergi menuju rumahnya, meninggalkan Lusy bersama sang adik.
“Wah pacar mbak keren banget, aku sih yes mbak.” Seru Hanan.
“Hadeuh mbak malah nyesel udah bilang ke dia rencana kita buat liburan.”
“Loh kenapa mbak?”
“Ya pasti dia bakal ikut dan bayar semua biaya liburan kita. Mbak sih gak masalah kalo dia mau ikut, tapi masalahnya bayarinnya itu loh.” Gerutu Lusy.
“Ya gakpapa lah mbak bukannya bagus, lagian diliat liat mas Jonathan udah mapan. Btw kerjanya apa mbak?”
Lusy membuka pintu kamar kosannya sebelum menjawab pertanyaan sang adik, “CEO Raymond grup.”
“Oohhh— APA?! ITU YANG PUNYA MEREK MIE INSTAN YANG SUKA KITA BELI ITU KAN? SERIUS???”