⚠️⚠️⚠️ ljn short AU⚠️⚠️⚠️
Brukkk!!
“S-sorry, gue gak sengaja.” Ucap perempuan berambut panjang yang tengah berjongkok membereskan buku-bukunya yang terjatuh akibat dirinya yang ceroboh sehingga menabrak seseorang.
Tak mendapat jawaban dari sang lawan bicara, perempuan cantik itu mendongak, menatap kearah lelaki yang tengah berdiri tepat di depannya menatap Elina dengan tatapan tajam.
“Sial. Itu Bian, si cowok Casanova dikampus.” Misuh Elina dalam hati.
“Maaf ya, gue beneran minta maaf. Gue gak sengaja.” Ucap Elina meminta maaf pada Bian untuk kedua kalinya.
Fabian Baraswara atau yang kerap dipanggil Bian adalah cowok dingin seantero kampus, banyak rumor yang beredar di kampus soal cowok itu. Salah satunya adalah lelaki itu tidak akan mengampuni siapapun yang membuat ia kesal, sekalipun itu perempuan. Mengingat itu Elina merinding, semoga Bian akan berbaik hati dengan tidak melayangkan tamparan atau tinjuan pada wajahnya.
Ya, mari kita berdoa.
“Hmm, lain kali kalo jalan hati-hati.” Ujar Bian membuat Elina bergeming. Apa dia bilang??
Belum sempat membalas ucapan Bian, lelaki itu melenggang pergi begitu saja.
“Dia beneran Bian kan? Fabian Baraswara?” Monolog Elina yang sudah berdiri sembari manatap pungguk lelaki yang baru saja ia tabrak.
“Let me be your woman, woman, woman, wo— ASTAGFIRULLAH KAGET.”
Elina yang baru saja pulang usai kuliah terkejut ketika tiba-tiba seekor kucing melompat kearahnya, padahal ia sedang asik bersenandung lagu yang tengah viral di tiktok.
“Ya Allah Nono, gue buang lo ya kalo kayak gitu lagi.” Omel Elina pada kucing putih bercorak oranye di kepala dan punggungnya. Seolah mengerti kucing itu tampak mengangguk lalu mengikuti Elina menuju kamar perempuan itu.
“Meong.”
“Apa?”
“Belum makan?”
“Meong.”
“Oke bentar, ganti baju dulu.”
Elina menggambil baju dalam lemari, dan mengganti bajunya. Namun gerakkannya terhenti, merasa seperti ada yang memperhatikannya namun ketika ia berbalik hanya ada seekor kucing yang tengah duduk diatas kasur miliknya.
Tapi Elina tidak mau ambil pusing, ia merapikan pakaiannya lalu menggendong Nono menuju dapur. Membuka laci dan mengambil makanan kucing untuk Nono.
“Tuh makan yaa, abisin.”
Kucing itu tak menjawab, langsung memakan makanan yang diberikan Elina dengan lahap. Mengabaikan Nono yang tengah makan dengan lahapnya, pikiran Elina melayang jauh pada kejadian tadi siang ketika ia menabrak Fabian. Gadis itu masih tidak percaya akan sikap Bian tadi. Beneran gak sih? —pikirnya.
Tak munafik, Elina juga mengagumi sosok Bian. Siapa yang tidak menyukainya? Semua perempuan seantero kampus menggilai sosok Bian. Tampan, keren, berkarisma, tubuh yang bagus, pandai berkelahi, dan kaya. Sempurna. Namun tetap saja dia orang yang sangat kasar, dan juga terkenal playboy. Banyak perempuan yang jadi korbannya, entah jadi bahan taruhan atau hanya teman satu malam saja. Ya, dengan figur seperti itu sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan dengan 'baik'.
Membayangkan bagaimana sosok Bian saja membuat Elina merinding, seperti ada sengatan listrik kecil pada tubuhnya.
“Meong.”
Elina terkejut mendengar suara kucing yang sudah selesai dengan makanannya, “oh, udah? Ya udah sana bentar lagi babu mu yang sesungguhnya pulang.” Ucap Elina.
“YUHUUUUU~ EVERYBODY, I'M HOME!!”
Benar kan, babu Nono pulang.
“Halo sayangku, udah makan? Pinter banget, sini peluk dulu.” Ucap Seren, adik Elina pada kucing yang ia adopsi dari jalan seminggu yang lalu. Tetapi kucing itu menolak, malah menghampiri Elina yang tengah duduk di meja makan dengan cemilan ditangannya.
“Heh jangan dipaksa kalo kucingnya gak mau.” Ujar Elina mengingatkan namun tak diindahkan oleh Seren.
“Utututu gemes banget.”
“Ehh kak tau gak?” Seren menghampiri Elina setelah melepaskan Nono yang entah pergi kemana.
“Apa?”
“Masa ya katanya ada yang mergokin kak Bian lagi anu di WC cowok yang udah gak dipake.”
Ucapan Seren lantas membuat Elina tersedak makanan yang tengah ia kunyah, melihat itu Seren langsung memberikan nya minum agar batuknya mereda.
Dasar, baru pulang sudah nge gosip aja.
“UHUKKK!! Kata siapa lo?” Tanya Elina, matanya was-was entah karena apa.
“Yehhh beneran, udah rame tau.” Ujar sang adik, “mau kemana?” Tanya Seren melihat sang kakak yang beranjak dari duduknya.
“Kamar.”
Setelah setelah mengucapkan itu Elina pergi dari dapur menuju kamarnya, mengabaikan Seren yang memasang wajah bingung.
Elina berjalan menuju kasurnya setelah mengunci pintu kamarnya, merebahkan diri di kasur nyaman itu. Pikirannya kembali melayang pada ucapan sang adik tadi, rumor tentang Bian yang berbuat mesum di wc kampus yang sudah tak terpakai.
“Pasti enak kali ya.” Ucap Elina pelan.
Sadar apa yang ia ucapkan Elina langsung merutuki dirinya sendiri.
“Apa sih anjing, pikiran gue aduh.” Misuh Elina sembari menggelengkan kepalanya, guna menghilangkan pikiran kotornya.
Tapi hal itu tak ada gunanya, pikirannya semakin jauh.
Membayangkan seorang Bian mencumbunya hingga keduanya hampir kehabisan nafas, saling bertukar saliva dengan lidah saling membelit, bibirnya lalu turun ke leher jenjangnya sedangkan tangan Bian yang mulai nakal merapa dadanya dan meremasnya gemas. Membuka baju beserta bra yang dikenakannya lalu memainkan puting mungil Elina dengan mulut hangat Bian.
Shh
Setelah puas menghisap kedua payudaranya, tangan Bian beralih pada perut rata Elina. Semakin turun kebawah menuju pusat tubuh Elina, merabanya dari luar celana, berputar-putar lalu dengan sengaja menekan titik dimana terdapat jutaan syaraf yang mampu membuat gadis itu menggelinjang hebat.
“Aahhhh— fuck, gue basah.”
Elina kembali merutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar membayangkan ia dan Bian melakukan hal intum sembari tangannya menyentuh bagian selatan tubuhnya. Memalukan —pikirnya, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
01-09-2021