Hasan Rara 🔞
Syarat
Dor!!
Cup
“Nghhh.”
Suara decapan antara bibir yang bertaut itu terdengar lagi, untuk kesekian kalinya dalam waktu satu setengah jam terakhir. Rara mendorong bahu Hasan agar menjauh, ia hampir kehabisan nafas.
“San— “
DOR!!
Cup
“Mmhhh...san plis— udah dulu.” Mohon Rara yang kewalahan mengimbangi permainan bibir Hasan.
“Kamu yang nantangin masa kamu yang nyerah sih?” Ucap Hasan setengah meledek pada Rara.
Gadis itu mencebik, “Ya aku mana tau banyak banget suara tembakannya.”
Tapi Hasan tidak peduli, lelaki itu kembali melumat bibir ranum Rara yang sudah membengkak akibat perbuatannya. Sedangkan Rara hanya bisa memukul dada Hasan beberapa kali guna membuat Hasan menghentikan ciumannya, namun sepertinya yang kita tahu itu tidak akan berhasil.
“Haahhhh...udah ahh gak mau lagi bibir aku kebas gara-gara kamu isep terus.” Protes Rara yang di balas tawa renyah dari Hasan.
“Ya udah deh kalo gitu, tapi sebagai gantinya kita taruhan mau gak?” Tawar Hasan.
“Taruhannya apa dulu?” Tanya Rara was-was.
“Menurut kamu kira-kira siapa yang bakal menang di film ini?” Ujar Hasan sembari menatap layar laptop Rara yang menampilkan serial yang sedang mereka tonton.
“Kalo kamu menang, kamu mau apa aja aku tirutin. Tapi kalo kamu kalah, harus nurut apa yang aku mau hari ini. Gimana?” Sambung Hasan.
Rara diam sembari menimbang-nimbang tawaran dari Hasan, boleh juga— pikirnya.
“Oke deal! Aku pilih kakek-kakek itu yang nomer satu.” Ucap Rara yakin. Peran utama selalu jadi nomor satu kan?
“Aku yang nomer 456.” Ujar Hasan sembari menunjuk aktor dengan jaket hijau bernomor 456.
“Kita liat siapa yang menang nanti.”
“TUH LIAT!! DIBILANG YANG NOMER 456 YANG MENANG, NGEYEL BANGET DIKASIH TAUNYA.”
“KAMU UDAH TAU KAN SEBENERNYA SIAPA YANG MENANG, AYO NGAKU!!”
Perdebatan antara Hasan dan Rara terjadi setelah kemenangan 456, yang artinya Hasan lah pemenang taruhan kali ini. Rara sudah menggerutu setelah tahu si kakek yang ia pilih ternyata mati di episode 6 namun tidak mau menyerah begitu saja. Ia harus memastikan bahwa nomer 456 yang memenangkan game gila itu, dan ya— Rara makin menggerutu setelah tau siapa pemenangnya hingga akhirnya berdebat dengan Hasan.
“Aku emang dikasih spoiler sama Reno— “
“Tuh kan!! Gak asih ahh kamu udah tau duluan— LAH KOK ITU KAKEKNYA MASIH IDUP?!”
Rara memekik sembari menunjuk layar di depannya, Hasan pun mengikuti Rara menatap laptop yang masih memutar serial yang tadi mereka tonton.
“Lahh iya kok bisa?” Tanya Hasan heran. Akhirnya keduanya kembali fokus pada laptop Rara.
“Ihh kok endingnya gitu sih?” Protes Rara.
“Protes mulu kamu, udah ayo sini kamu harus nurut apa yang aku bilang.” Ucap Hasan menarik pelan tangan Rara untuk mendekat.
“Eh apaan? Itu kan kakeknya gak mati, baru mati tadi.”
“Tapi tetep kalah kan? Udah sini cepetan.”
Hasan membalikkan badan ramping Rara agar menghadapnya, lalu mengisyaratkan agar Rara membuka bajunya. Sembari mencebik Rara membuka baju atasnya, menyisakan bra berwarna nude yang begitu pas menampung payudaranya. Hasan kemudian menatap celana pendek yang Rara kenakan— menyuruhnya untuk menanggalkan celana pendek yang melekat di tubuh bagian bawahnya.
Setelah melepas celananya, Rara kembali duduk menghadap Hasan. Wajah cantiknya agak ditekuk, sebal pada Hasan yang saat ini sedang memasang wajah tengilnya.
“Yuk olahraga, kasian dari kemaren udah tegangan tinggi.” Ujar Hasan menatap celananya yang menggembung entah sejak kapan, Rara yang melihat itu hanya bisa menahan tawanya.
Cup
Lelaki itu kembali mencium bibir Rara, mengecap kembali bibir yang menjadi candu untuknya. Tangannya tak tinggal diam, beranjak naik menuju payudara sekal Rara yang begitu pas ditangan besar Hasan. Meremasnya gemas sesekali menggoyangkannya naik turun.
Rara yang menerima perlakuan itu hanya bisa mendesah tertahan akibat ciuman Hasan, lelaki itu masih enggan melepaskan bibirnya dari bibir Rara.
“Mmhhh...san...hhhhhh.”
Bibir Hasan kini beralih pada leher jenjang Rara, mengecup hingga menjilati hingga basah. Makin turun dan bertemu dengan gunung kembar milik Rara, dinaikannya bra berwarna nude itu tanpa melepaskan pengaitnya. Mengecup tepat di puncak payudara hingga membuat sang empunya menggeliat dan melenguh kegelian.
“AKKHHHH!! Jangan di gigit.”
Tak menghiraukan pekikan Rara, Hasan malah makin menggigit puting mungil itu. Rara merasakan ngilu luar biasa pada putingnya namun begitu Hasan menghisapnya, gadis itu kehilangan kendali. Menarik rambut Hasan pelan guna menyalurkan rasa nikmat luar biasa pada putingnya, Rara bahkan beberapa kali menekan kepala Hasan agar makin tenggelam di dadanya.
Puas dengan kedua payudara Rara, bibir Hasan turun menuju perut ramping itu. Terus turun sembari menjilat sesekali memberi tanda disana. Hingga akhirnya sampai di pusat tubuh Rara, tangan Hasan menyentuh bagian luar celana dalam yang dipakai Rara. Sudah basah, gadis itu sudah siap.
“69 Ra.” Ujar Hasan yang langsung mengubah posisi berlawanan arah.
Rara berbaring dengan penis Hasan tepat di depan mulutnya, sedangkan wajah Hasan sudah siap untuk memuaskan lubang surgawi milik Rara. Hasan mulai mengecup vagina Rara, di elusnya dari atas ke bawah dan begitu seterusnya. Sesekali menekan benjolan kecil penuh syaraf hinggak membuat Rara menggelinjang kegelian. Sedangkan Rara mulai mengocok batang tegang milik Hasan, menyentuh kepala penis yang seperti jamur itu memancing cairan percum untuk keluar.
“*Aarrghhhh”...mulut kamu anget banget Ra shhh.”
Mendengar itu Rara makin semangat untuk memasukan penis Hasan lebih dalam lagi kedalam mulutnya. Sementara itu Hasan mulai memasukan jarinya ke dalam lubang basah Rara, mengocoknya dengan tempo acak serta menjilat dan menghisap klitoris Rara hingga membengkak karena terangsang.
“Hhmmmppp...ahh...mmhhhh.”
Hasan dengan sengaja menekan pantatnya kebawah hingga membuat penisnya makin masuk kedalam mulut Rara hingga menyentuh kerongkongan. Sensasi yang Hasan dapatkan membuatnya makin tak bisa menahan diri lagi untuk memasuki vagina Rara, maka dari itu Hasan melepaskan penisnya dari mulut Rara dan mengarahkannya ke lubang surgawi milik Rara. Meletakkan kedua kaki Rara dipundaknya sebelum akhirnya bergerak.
“Sshhhh...ahh...masih sempit...ah.”
“Pelan san— aahhhh...ahh...nghhh.”
Desahan Rara makin menjadi saat Hasan menggerakkan pinggulnya naik turun tanpa ampun, suara desahan serta kulit yang beradu memenuhi kamar milik gadis cantik itu.
“Ahhng...ahh Ra...akhhh.”
“AHHH...AAHHH...NGHHH...AKU— AKU MAU AAAHHHHHH.”
Rara orgasme untuk pertama kalinya, namun Hasan sama sekali tidak memberi jeda untuknya menikmati sisa kenikmatan yang baru saja ia raih membuat Rara kewalahan menerima genjotan Hasan yang makin lama makin cepat.
“Sebentar lagi— tunggu...aahhhh.“
“Hasan ahhh...udah plishh...ahh...aahhh.”
“HHNGGG...AAHHH...OUHHH...AAAAHHHHHH.”
“AARRGHHHH!!”
Baik Hasan maupun Rara, keduanya masih sibuk mengatur nafas setelah pergumulan panas tadi. Hasan masih sedikit menggerakkan pinggulnya untuk mengeluarkan semua cairan miliknya agar masuk ke dalam lubang Rara. Sedangkan Rara hampir menangis karena dua kali orgasme diwaktu yang berdekatan, itu benar-benar nikmat meskipun sangat menguras tenaga.
“Bobo yuk, capek.” Ajak Hasan yang hanya diangguki oleh Rara. Hasan mendekap erat tubuh telanjang Rara lalu memakai selimut guna menutupi seluruh tubuh mereka berdua.
14-10-2021