hyukies

Turn the time

1 bulan yang lalu

“Asahi, tolong bertahan sebentar saja kita akan sampai” pinta Jaehyuk kepada Asahi yang terbaring lemah diatas pahanya.

Asahi, kekasihnya ternyata selama ini mengidap penyakit leukimia dan tidak memberitahu nya. Jaehyuk marah? Jelas saja ia marah, tetapi untuk saat ini keadaan Asahi lebih penting daripada amarahnya.

“Hei hei, jangan tutup matamu ku mohon. Apakah kau tidak ingat dengan janjimu yang berkata ingin terus bersama ku hingga akhir? Ku mohon jangan tutup matamu” Jaehyuk berusaha menahan kekasihnya agar tidak menutup matanya, ia takut jika kekasihnya itu tidak kembali.

“J-jae.. biarkan aku beristirahat y-ya.. a-aku sudah tidak kuat.. m-maaf tidak bisa m-menepati janjiku..” ujar Asahi dengan terbata-bata.

“Tidak, dengarkan aku. Kau pasti bisa melalui semua ini, kita akan sampai rumah sakit sebentar lagi Asahi. Tolong bertahan..” tangis Jaehyuk pecah saat Asahi-nya berkata ia ingin beristirahat, Jaehyuk paham betul apa yang dimaksud dengan kekasihnya.

“Asahi didepan itu sudah rumah sakit, ku mohon jangan menutup matamu dahulu hei” panik Jaehyuk saat melihat mata Asahi mulai menutup perlahan.

“PAK TOLONG LEBIH CEPAT”

“Sudah sampai tuan”

Jaehyuk segera saja menggendong dan berlari menuju kedalam, mencoba berusaha yang terbaik.

“Hei hei, jangan menutup matamu kita akan sampai. Asahi dengarkan aku” Jaehyuk terus-menerus meminta Asahi untuk membuka matanya saat dalam perjalanan mencari dokter.

Akhirnya dokter dan suster akan menangani Asahi, sayangnya ia tidak bisa masuk kedalam karena tidak diperbolehkan.

Hampir 30 menit Jaehyuk menunggu namun hingga saat ini masih belum terlihat tanda-tanda dokter akan keluar.

“Kumohon bertahan lah Asahi.. aku tidak ingin kehilanganmu..” ucap Jaehyuk dengan lirih

Ceklek

Pintu ruangan tempat dokter memeriksa Asahi terbuka,

“Bagaimana dok? Pasien baik-baik saja bukan?” tanya Jaehyuk dengan cepat.

“Maaf, maaf kami sudah berusaha sebaik mungkin namun takdir berkata lain. Pasien telah kembali ke yang maha kuasa” ujar dokter tersebut.

Rasanya kaki Jaehyuk tidak memiliki tulang saat mendengar dokter berkata seperti itu. Tubuhnya melemas, air matanya turun semakin deras dan kepalanya berputar putar. Asahi-nya telah tiada..

Brukk

“JAEHYUK!” seru Jihoon yang baru datang saat melihat Jaehyuk, temannya itu akan jatuh ke lantai.

“Cepat bawa dia suster, agar saya bisa memeriksa nya juga” suruh dokter yang masih berada disitu kepada sang suster.

Dan disitulah bagaimana awal cerita 'mimpi' Jaehyuk terbentuk.

Turn the time

** 1 bulan yang lalu**

“Asahi, tolong bertahan sebentar saja kita akan sampai” pinta Jaehyuk kepada Asahi yang terbaring lemah diatas pahanya.

Asahi, kekasihnya ternyata selama ini mengidap penyakit leukimia dan tidak memberitahu nya. Jaehyuk marah? Jelas saja ia marah, tetapi untuk saat ini keadaan Asahi lebih penting daripada amarahnya.

“Hei hei, jangan tutup matamu ku mohon. Apakah kau tidak ingat dengan janjimu yang berkata ingin terus bersama ku hingga akhir? Ku mohon jangan tutup matamu” Jaehyuk berusaha menahan kekasihnya agar tidak menutup matanya, ia takut jika kekasihnya itu tidak kembali.

“J-jae.. biarkan aku beristirahat y-ya.. a-aku sudah tidak kuat.. m-maaf tidak bisa m-menepati janjiku..” ujar Asahi dengan terbata-bata.

“Tidak, dengarkan aku. Kau pasti bisa melalui semua ini, kita akan sampai rumah sakit sebentar lagi Asahi. Tolong bertahan..” tangis Jaehyuk pecah saat Asahi-nya berkata ia ingin beristirahat, Jaehyuk paham betul apa yang dimaksud dengan kekasihnya.

“Asahi didepan itu sudah rumah sakit, ku mohon jangan menutup matamu dahulu hei” panik Jaehyuk saat melihat mata Asahi mulai menutup perlahan.

“PAK TOLONG LEBIH CEPAT”

“Sudah sampai tuan”

Jaehyuk segera saja menggendong dan berlari menuju kedalam, mencoba berusaha yang terbaik.

“Hei hei, jangan menutup matamu kita akan sampai. Asahi dengarkan aku” Jaehyuk terus-menerus meminta Asahi untuk membuka matanya saat dalam perjalanan mencari dokter.

Akhirnya dokter dan suster akan menangani Asahi, sayangnya ia tidak bisa masuk kedalam karena tidak diperbolehkan.

Hampir 30 menit Jaehyuk menunggu namun hingga saat ini masih belum terlihat tanda-tanda dokter akan keluar.

“Kumohon bertahan lah Asahi.. aku tidak ingin kehilanganmu..” ucap Jaehyuk dengan lirih

Ceklek

Pintu ruangan tempat dokter memeriksa Asahi terbuka,

“Bagaimana dok? Pasien baik-baik saja bukan?” tanya Jaehyuk dengan cepat.

“Maaf, maaf kami sudah berusaha sebaik mungkin namun takdir berkata lain. Pasien telah kembali ke yang maha kuasa” ujar dokter tersebut.

Rasanya kaki Jaehyuk tidak memiliki tulang saat mendengar dokter berkata seperti itu. Tubuhnya melemas, air matanya turun semakin deras dan kepalanya berputar putar. Asahi-nya telah tiada..

Brukk

“JAEHYUK!” seru Jihoon yang baru datang saat melihat Jaehyuk, temannya itu akan jatuh ke lantai.

“Cepat bawa dia suster, agar saya bisa memeriksa nya juga” suruh dokter yang masih berada disitu kepada sang suster.

Dan disitulah bagaimana awal cerita 'mimpi' Jaehyuk terbentuk.

** Mashikyu ?!** Mashiho berjalan keluar dengan malas, lagian ngapain sih bertamu ke rumah orang malem-malem gini. Nggak ada kerjaan aja.

“Awas aja kalo ruto boongin gue, gue hajar sampai mampus ntar” gerutu Mashiho.

Srekkk

Suara gerbang rumah Mashiho,

“Nah ini orangnya, gue pergi ya kak” pamit Mashiho

“Mana orangnya?”

“Noh disana” tunjuk Haruto kepada orang yang berdiri sedikit lebih jauh dari mereka.

“Yaudah sana, pulangnya jangan malem-malem” ingat Mashiho

“Iyee”

brum brum

Setelah Haruto pergi, dengan cepat Mashiho menghampiri 'orang' yang katanya ingin menemuinya.

“Ada ap– Junkyu?..”

“Hai” sapa pemuda yang bernama Junkyu itu.

“L-lo ngapain?” tanya Mashiho dengan raut terkejut

“Nyamperin kamu, kangen”

“Ha? Gimana-gimana?”

“Saya kesini mau nyamperin kamu, kangen. Masih belum paham?” jelas Junkyu

“Nggak, bukan gitu”

“Tapi kenapa? Kenapa lo muncul lagi setelah gue berusaha mati-matian ngelupain lo? Kenapa? Selama ini lo kemana? Kalo emang lo kangen gue harus nya lo cari gue dari dulu, bukan 4 tahun setelah lo menghilang tanpa kabar. Mending lo pergi dari sini” usir Mashiho

“Tap–”

“Nggak ada tapi tapi an, gue bilang pergi ya pergi!” bentak Mashiho

“Hei, dengerin saya dulu jangan marah-marah gini” pinta Junkyu

“Kalo lo gamau pergi, biar gue yang pergi”

Brak

Suara gerbang yang ditutup oleh Mashiho dengan cukup keras

Mashikyu ?!

Mashiho berjalan keluar dengan malas, lagian ngapain sih bertamu ke rumah orang malem-malem gini. Nggak ada kerjaan aja.

“Awas aja kalo ruto boongin gue, gue hajar sampai mampus ntar” gerutu Mashiho.

Srekkk

Suara gerbang rumah Mashiho,

“Nah ini orangnya, gue pergi ya kak” pamit Mashiho

“Mana orangnya?”

“Noh disana” tunjuk Haruto kepada orang yang berdiri sedikit lebih jauh dari mereka.

“Yaudah sana, pulangnya jangan malem-malem” ingat Mashiho

“Iyee”

brum brum

Setelah Haruto pergi, dengan cepat Mashiho menghampiri 'orang' yang katanya ingin menemuinya.

“Ada ap– Junkyu?..”

“Hai” sapa pemuda yang bernama Junkyu itu.

“L-lo ngapain?” tanya Mashiho dengan raut terkejut

“Nyamperin kamu, kangen”

“Ha? Gimana-gimana?”

“Saya kesini mau nyamperin kamu, kangen. Masih belum paham?” jelas Junkyu

“Nggak, bukan gitu”

“Tapi kenapa? Kenapa lo muncul lagi setelah gue berusaha mati-matian ngelupain lo? Kenapa? Selama ini lo kemana? Kalo emang lo kangen gue harus nya lo cari gue dari dulu, bukan 4 tahun setelah lo menghilang tanpa kabar. Mending lo pergi dari sini” usir Mashiho.

“Tap–”

“Nggak ada tapi tapi an, gue bilang pergi ya pergi!” bentak Mashiho

“Hei, dengerin saya dulu jangan marah-marah gini” pinta Junkyu

“Kalo lo gamau pergi, biar gue yang pergi”

Brak

Suara gerbang yang ditutup oleh Mashiho dengan cukup keras.

kenyataan.

Jaehyuk segera bergegas pergi ke Rumah Sakit yang di beritahukan oleh Mashiho. Sungguh ia sangat menyesal sekarang, mengapa ia sangat bodoh? begitu pikir nya.

Tak butuh waktu lama, Jaehyuk sudah sampai di depan pintu Rumah Sakit. Segera saja ia bertanya kepasa suster yang lewat,

“Suster, pasien bernama Hamada Asahi di rawat dimana ya?”

“Oh pasien itu sekarang berasa di ruang ICU” jawab sang suster

“I-ICU?” tanya Jaehyuk dengan badan gemetar

“Iya, kalau begitu saya permisi” pamit sang suster

“I-iya sus, terimakasih” Jaehyuk menyempatkan untuk membungkuk kan badan walaupun badannya sedikit gemetar.

Jaehyuk segera saja berlari mencari ruangan ICU. Sepanjang perjalanannya ia tidak pernah berhenti menyalahkan diri sendiri.

“Lo bodoh, lo jahat, lo nggak punya hati. Kalo sampai ada apa-apa sama Asahi gue gabakal maafin diri sendiri”

Sesampainya di depan ruangan ICU, di depan sana ternyata sudah ada Mashiho, Yoshi, dan Yedam.

Hah, hah, hah, keadaan Asahi gimana?” tanya Jaehyuk dengan napas tersengal-sengal.

“Atur napas dulu hyuk, tenangin diri lo” nasehat Yoshi

“Iya”

Setelah selesai mengatur napasnya dengan baik, ia kembali panik

“Asahi gimana?? Parah nggak? Kok bisa sampai masuk ICU?” serang Jaehyuk dengan pertanyaan beruntun

“Tenang dulu bang, tanyanya satu-satu aja” tegur Yedam

“Pertama, Asahi gimana-gimana. Kedua, kata dokter lumayan parah. Ketiga, karena kata dokter kepalanya ngalamin benturan yang cukup keras” jawab Mashiho

Jaehyuk cukup kaget dengan jawaban Mashiho hingga kepalanya sedikit pusing.

“Maaf, maafin gue. Ini salah gue, maaf. Maaf gue udah ninggalin dia sendirian. Maaf” sesal Jaehyuk

“Nggak Jae, ini bukan salah lo. Ini semua takdir, lo nggak boleh nyalahin diri sendiri gitu” ujar Yoshi sambil mengusap-usap pundak Jaehyuk.

“T-tapi..”

“Sstt, daripada lo ngerasa bersalah terus-terusan mending lo do'a in bang Sahi aja bang” saran Yedam

“Oke..”

Ceklek

Pintu ICU terbuka, sosok manusia ber jas putih rapi keluar dari ruangan tersebut.

“Dengan keluarga pasien?” tanyanya, sebut saja ia dokter

“Saya temannya dok” Yoshi angkat bicara

“Orang tuanya tidak ada?”

“Tidak ada dok” sahut Mashiho

“Baik, pasien mengalami benturan cukup keras sehingga menyebabkan kepalanya mengalami pendarahan yang bisa dikatakan sangat banyak. Pasien kekurangan darah, dan.. koma” jelas dokter

“K-komandok?” tanya Yoshi terkejut

“Ya, pasien koma dikarenakan terlalu banyak pendarahan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin, jadi mohon do'a kan yang terbaik untuk pasien. Saya permisi..”

Jaehyuk menangis. Ini semua salahnya. Ia bodoh, ia jahat. Kenapa harus Asahi? Mengapa bukan ia saja?

Sama seperti Jaehyuk, Mashiho, Yoshi, dan Yedam juga cukup terkejut bahkan Mashiho meneteskan air matanya juga.

“Maaf, ini salah gue.. maaf” ujar Jaehyuk lirih

“Stop nyalahin diri Jaehyuk.” tegur Yoshi dengan tegas

“Maaf..”

Kata-kata terakhir yang terdengar dari mulut Jaehyuk sebelum kesadarannya hilang, Jaehyuk pingsan.

Matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang menerpa indra penglihatannya. Ia berada di rumah sakit. Namun, rasanya sedikit berbeda.

Sekarang ini ia dikelilingi oleh semua teman-temannya, bahkan ada teman-teman Asahi juga. Ia semakin bingung saat melihat Jihoon menangis dan berjalan ke arahnya. Bukankah ia hanya pingsan? Mengapa mereka sampai begini?

“Jaehyuk.. akhirnya kau bangun..” ucap Jihoon sambil tersenyum dan mengusap rambut Jaehyuk pelan.

“Bukankah aku hanya pingsan? Mengapa kau sampai menangis?” tanya Jaehyuk heran

“Tidak jae, kau koma” sahut Hyunsuk

“Koma? Bukankah yang koma Asahi?” Jaehyuk semakin heran

Mashiho berjalan mendekat kepadanya dengan senyuman manisnya.

“Asahi sudah tiada Jae..”

“H-hah?”

“Kau pingsan saat mendengar kabar bahwa Asahi telah tiada satu bulan yang lalu. Dan dokter berkata jika kau hanya pingsan biasa, namun sudah hampir satu minggu kau tidak bangun. Ternyata kau koma selama satu bulan lebih..” jelas Mashiho masih dengan senyum manisnya

“J-jadi aku hanya bermimpi..?”

Bertemu & penjelasan.

Pukul 19.00 WIB

Asahi sudah sampai di taman yang dulunya tempat favorit mereka berdua untuk bertemu. Sekarang ini ia sedang menikmati dinginnya angin malam sembari menunggu Jaehyuk tiba.

“Kenapa tiba-tiba dingin banget, mana lupa pake jaket lagi” keluhnya, Asahi memang hanya memakai training olahraga dan kaos lengan panjang tipis.

“Huft, apa aku harus menunggu lebih lama lagi? disini sangat dingin” Asahi menggosok gosokkan kedua telapak tangannya, bermaksud untuk mengurangi suhu dingin yang dirasakannya.

“Lain kali jika keluar rumah pakai jaket, jangan hanya seperti itu” ujar Jaehyuk dengan tangan memakaikan jaketnya kepada Asahi.

“Ah kau sudah datang, maaf aku tidak melihat mu”

“Gapapa, udah cepet jelasin. Gue nggak punya banyak waktu”

Asahi sedang mengambil napas dalam

“Pertama, gue mau minta maaf dulu. Maaf karena dulu gue mutusin lo tanpa alasan yang jelas. Maaf juga gue udah pergi tanpa bilang” Asahi akan mengucapkan semuanya malam ini, mulai dari awal hingga akhir. Dan ini hanyalah pembukaan.

“Gue terpaksa mutusin lo jae.. Mamah dulu mau jodohin gue sama temen dia, cuman gara-gara perusahaan. Gue jelas nggak mau, gue udah berusaha nolak bahkan kalo di inget inget gue juga nyakitin perasaan mama. Tapi mama keras kepala, dia tetep mau jodohin gue dan ya masih sama. Demi perusahaan” Asahi mulai terlihat berkaca-kaca

“Gue kabur ke Inggris, gue disana selama setahun. Temen-temen gue nggak ada yang tahu, kecuali bang Yoshi. Gue juga nyuruh bang Yoshi tutup mulut”

“Jadi.. sekarang lo udah tunangan atau nikah?” tanya Jaehyuk menyela

“Nggak. Dia juga nolak”

“Terus kenapa lo sampai kabur?” Sungguh Jaehyuk sangat penasaran.

“Harusnya habis gue mutusin lo besoknya gue pulang ke Jepang dan bakal menetap disana selama setahun sembari nunggu si calon itu. Tapi gue gak mau, jadi gue kabur aja ke Inggris. Disana gue juga nggak aman, dimana-mana pasti ada orang suruhan mama. Untung aja gue nggak ketangkep”

“Terus beberapa hari yang lalu gue ketemu sama si calon, Haruto namanya. Ternyata dia juga nolak dan kabur” jelas Asahi

“Hm, kenapa lo balik kesini?” tanya Jaehyuk tanpa menatap Asahi

“Salah ya kalo gue balik?” tanya Asahi lirih

“Nggak juga. Udah selesai kan? Gue balik ya” pamit Jaehyuk

“Tunggu” tetapi Asahi mencegah nya

Don't go tonight _Jangan pergi malam ini _

“Jae, gue mohon jangan pergi. Tetep disini, bentar aja gapapa. Gue masih butuh lo jae..” mohon Asahi

“Buat apa?” heran Jaehyuk

_Stay here one more time _ _Tetap di sini sekali lagi _

“Please, disini dulu. Gue masih butuh lo, gue masih kangen lo jae”

“Seenaknya aja lo minta gue tetep disini sedangkan lo udah ninggalin gue setahun tanpa kabar.”

_Remind me what it's like, oh _ Ingatkan saya seperti apa, oh

“Iya jae iya, maaf. Tapi tolong bisa nggak disini dulu walaupun bentar aja. Gue pengen inget inget kenangan kita waktu gue masih di Indonesia, habis itu terserah lo mau gimana. Bentar aja jae, gue mohon..”

“Nggak ada kata kita lagi sahi, yang ada cuman gue sama lo”

_And let's fall in love one more time, _ _I need you now by my side _ Dan mari kita jatuh cinta sekali lagi , _Aku membutuhkanmu sekarang di sisiku _

“Jae, kalo misal gue sama lo ngulang dari awal lagi buat jadi kita boleh nggak?”

“Nggak”

“Beneran nggak boleh? Gue masih butuh lo jae..”

“Nggak, gak boleh sahi. Nggak ada lagi kita adanya cuman lo sama gue. Dan sorry, gue mau move on. Jangan halangi gue. Udah cukup gue sakit hati, uring-uringan gara-gara lo tinggal. Gue nggak mau ngulang untuk keduakalinya.” Jaehyuk benar-benar pergi setelah menolak permintaan Asahi dengan cukup kasar.

_It tears me up when you turn me down _ Itu membuat saya menangis ketika Anda menolak saya

Asahi menangis, iya dia menangis. Hanya karena ucapan Yoon Jaehyuk. Katakan saja dia lemah, tapi sungguh ia sangat menyesal dan sakit hati.

I'm begging please, just stick around Saya mohon tolong, tunggu saja

I'm sorry, don't leave me, I want you here with me Maaf, jangan tinggalkan aku, aku ingin kamu di sini bersamaku

“Jae maaf.. ini salahku maaf. Tapi tolong jangan tinggalkan aku, Jae. Kumohon tetaplah disini bersamaku. Aku ingin kembali bersama dengan mu lagi Jae” ucap Asahi lirih diiringi dengan isak tangis yang terdengar cukup menyakitkan

I know that your love is gone Saya tahu bahwa cintamu hilang

Asahi tahu jika Jaehyuk mungkin sudah tidak menyayangi bahkan mencintai nya lagi. Ia hanya ingin mengulang kembali kisah mereka, menjalin hubungan dengan suasana dan rasa yang baru.

Tapi, ternyata Jaehyuk menolak permintaannya. Cukup. Tangis Asahi semakin deras saat kembali mengingat nya.

I can't breathe, I'm so weak, I know this isn't easy Saya tidak bisa bernapas, saya sangat lemah, saya tahu ini tidak mudah

Hampir setengah jam dan Asahi masih saja terus-terusan menangis. Hidungnya mulai tersumbat dan pernapasan mulai kurang lancar, ia kesulitan bernapas. Asahi sangat lemah, ia benci itu. Tapi Asahi harus tetap bertahan, sekarang ini ia hanya seorang diri. Ia tak boleh lemah. Ia harus kuat, walaupun ia tahu bahwa itu tidak mudah.

— Love is gone, Slander.

“gausah dipikirin ketikan mereka” celetuk Doyoung.

“H-hah?”

“Gue tau, lo pasti mikirin tweet an gue sama reply an nya kan. Gausah terlalu dipikirin”

Iya, benar. Yedam sedari tadi terus-terusan melamun dan menatap hp nya. Ia takut.

“Tapi kalo mereka macem-macem gimana” tanya Yedam dengan lirih

“Ga akan. Jangan takut, gue ada disini” ujar Doyoung dengan memberikan senyum manisnya

“Okay, kalo gitu gue balik duluan ya” pamit Yedam

“Mau gue anterin?” tawar Doyoung

“Nggak, makasih”

“Kalo gitu tunggu bentar” tahan Doyoung

Doyoung mengeluarkan benda kecil dari saku celananya, plester.

“Mangkanya kalo jalan hati-hati, tuh udah gue pakein plester pulang sana”

perasaan

Jeongwoo dan Haruto telah bersahabat hampir 8 tahun lamanya. Sedari kecil mereka selalu bersama, hingga tak jarang orang-orang menyebut mereka dengan sebutan 'kembar'. Namun, bagaimana jika salah satu dari dua orang tersebut memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat?

Haruto, ia memiliki rasa lebih kepada sahabat manisnya itu. Ia merasa nyaman saat bersama dengan Jeongwoo. Haruto sangat menyayangi bahkan mencintai Jeongwoo, apakah ia salah?

Haruskah Haruto berkata kepada Jeongwoo tentang perasaan nya? Atau ia harus menghilangkan rasa ini?

Tentu saja pilihan kedua adalah yang dipilih oleh Haruto, ia tidak ingin hubungan persahabatan keduanya renggang atau bahkan putus hanya karena ungkapan rasa. Tepat saat itu juga ada sosok gadis yang menghampirinya serta menyatakan perasaannya, tanpa pikir panjang langsung saja diterima oleh Haruto. Tujuannya hanya ingin menghilangkan rasanya terhadap Jeongwoo, ia sama sekali tidak ada rasa terhadap gadis didepannya ini. Katakanlah bahwa Haruto jahat, karena memang benar itu faktanya.

Berbeda dengan Haruto, Jeongwoo sangat terkejut mendengar bahwa sang sahabat sudah tidak sendiri lagi. Biasanya saat ada yang menyatakan perasaan kepada nya, Haruto akan menolaknya, tapi mengapa hari ini ia menerimanya?

Jujur saja Jeongwoo merasa hatinya sedikit nyeri saat mengetahui berita tersebut. Jeongwoo kira selama ini Haruto juga menyayangi nya lebih dari sahabat, sama seperti apa yang ia rasakan. Ternyata itu salah, ia hanya terlalu berharap saja.

“Dari dulu seharusnya kamu tidak usah terlalu berharap Jeongwoo. Kau harusnya sadar diri, kalian hanya sekedar sahabat tidak lebih. Berhentilah berharap, Jeongwoo” marah Jeongwoo kepada dirinya sendiri

“Tetapi jika ia tidak menyukai ku kembali mengapa perlakuan nya selama ini mengarah kesana? Atau hanya aku yang terlalu berharap?”

Selama ini Haruto selalu bersikap seolah-olah Jeongwoo adalah kekasihnya, dan Jeongwoo jatuh kedalam permainan Haruto. Ia menganggap Haruto menyukai nya, tapi ternyata ia salah. Meski begitu, Jeongwoo harus tetap mendukung keputusan Haruto, ia tidak boleh memaksakan perasaan orang lain. Haruto juga terlihat bahagia bersama kekasihnya, semoga Jeongwoo cepat-cepat merasakan kebahagiaan juga.

Dipandangan Jeongwoo Haruto terlihat bahagia, tetapi aslinya tidak. Ia tersiksa. Haruto diperlakukan seolah-olah ia adalah pembantu yang harus menurut terhadap majikannya. Tentu tidak semudah itu untuk membuat seorang Haruto menurut kepada kekasihnya, ia bahkan tadi sempat membentak gadis itu. Sangat kejam bukan?

Ya, Haruto memang seperti itu. Keras kepala, pemarah, dan tidak suka disuruh-suruh. Kecuali jika Jeongwoo yang menyuruhnya, maka ia dengan cepat akan menurutinya.

“Ah, aku merindukan Jeongwoo”

“Tidak, tidak boleh seperti ini. Aku harus bisa menghilangkan perasaan ini, tolong bekerja samalah denganku hati!”

Haruto hanya ingin hubungan persahabatan keduanya tetap bertahan. Namun, kenyataan ia lah yang membuat hubungan persahabatan ini semakin renggang. Haruto lebih memilih untuk selalu bersama sang kekasih daripada bersama sang sahabat. Hari-harinya selalu ia lalui bersama gadisnya, seolah-olah ia tidak melihat atau bahkan mengenal Jeongwoo.

Jeongwoo tentu saja sedih melihat perubahan sikap Haruto. Jeongwoo rela jika Haruto memiliki hubungan dengan orang lain, tapi sungguh ia tidak suka jika Haruto-nya direbut seperti ini. Haruto benar-benar melupakannya. Haruskah Jeongwoo membuat hubungan keduanya pecah belah?

Tidak, Jeongwoo tidak boleh egois. Jeongwoo tidak boleh seperti ini, Jeongwoo harus menerima ini semua. Ia harus menerima jika sang sahabat telah menemukan sumber kebahagiaan yang baru. Jeongwoo tidak boleh egois.

Pergi saja, engkau pergi dariku

Jeongwoo harus merelakan Haruto-nya pergi dan menjadi milik orang lain. Harus bisa. Jeongwoo pasti bisa.

Biar kubunuh perasaan untukmu

Jeongwoo berjanji akan menghilangkan semua rasanya terhadap Haruto. Jeongwoo berjanji.

Meski berat melangkah

Walaupun berat, Jeongwoo yakin dirinya pasti bisa. Jeongwoo harus bisa merelakan dan membiarkan sahabatnya pergi menemui kebahagiaan nya.

Hatiku hanya tak siap terluka

Selama ini Jeongwoo selau berpikir untuk merusak hubungan Haruto dan kekasihnya, karena ia hanya tak siap untuk merasakan patah hati. Jeongwoo belum siap merasakan hatinya terluka.

Beri kisah kita sedikit waktu

Bolehkah Jeongwoo meminta untuk Haruto kembali walaupun sebentar saja? Jeongwoo hanya ingin membuat kenangan dan kisah baru bersama Haruto, sebelum ia benar-benar merelakan Haruto-nya pergi bersama yang lain.

Semesta mengirim dirimu untukku

Orang-orang banyak berkata jika mereka cocok, tak sedikit dari mereka mengatakan bahwa Haruto dan Jeongwoo memang diciptakan untuk saling melengkapi.

Kita adalah rasa yang tepat, diwaktu yang salah

Mereka saling menyukai, menyayangi, bahkan mencintai. Tetapi waktu dan keadaan tidak mendukung untuk keduanya bersatu. Mereka berpikir bahwa salah satu dari mereka tidak menyukainya kembali dan berakhir mundur perlahan. Padahal jika mereka mengungkapkan perasaannya, mungkin mereka sekarang bisa bersama untuk selamanya.

Takdir berkata lain. Mereka hanya disatukan sebagai sahabat, bukan sebagai sepasang kekasih. Jika sudah begini, bagaimana kita akan menolak? Tentu tidak bisa. Maka dari itu cukup jalani dan nikmati saja apa yang terjadi. Semoga mereka berdua bisa menemukan kebahagiaannya masing-masing.

end