Langit senja.
Hembusan angin sepoi-sepoi dan sekotak susu menemani Sabtu sore Maja. Pemuda kelahiran Yogyakarta itu sedang berada di wilayah Malioboro hanya untuk sekedar menaiki andong. Menurutnya, menaiki andong di sore hari adalah hal terbaik untuk menenangkan diri.
Kebetulan akhir-akhir ini pikirannya sedang kacau.
Maja sangat menyukai ketenangan. Maja juga menyukai langit senja, tetapi tidak untuk sekarang. Pemandangan langit senja tidak akan pernah mengecewakan, kecuali jika turun hujan. Serta keindahannya mampu membuat siapa saja yang melihat akan membuka lebar mulut nya. Untuk saat ini tidak bagi Maja, langit senja adalah hal buruk baginya setelah seseorang datang ke kehidupannya.
Dimana seseorang itu selalu berjanji padanya dibawah langit senja, berjanji tidak akan meninggalkan nya dan tidak akan pernah mengecewakan nya. Dia, Laxa Abimanyu. Lelaki dengan umur satu tahun dibawahnya yang mampu membuat sosok Maja jatuh sejatuh-jatuhnya kepada dirinya.
Mengingat nya membuat dada Maja sesak, begitu banyak kenangan indah yang Maja dan Laxa lakukan. 2 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk keduanya, 2 tahun itu juga Maja merasakan bagaimana rasanya disayangi dan dihargai dengan baik.
Namun sayang, hubungan yang berjalan 2 tahun tidak akan berarti apa-apa jika orang tua sudah bertindak. Laxa dijodohkan dengan wanita pilihan ibunya. Jelas Laxa menolak, ia bahkan sempat kabur dari rumah hanya karena tidak mau dipaksa menikah dengan wanita yang tidak ia kenal. Laxa tidak ingin menyakiti Maja, Laxa sudah berjanji tidak mengecewakan Maja. Tapi pada akhirnya Laxa hanya bisa pasrah dengan kenyataan yang dihadapinya.
Maja juga tidak bisa bertindak apa-apa, kecuali mengikhlaskan Laxa dengan yang lain. Memang dari awal orang tua Laxa tidak menyukai Maja, Maja sadar akan hal itu. Ia juga tidak bisa memaksa mereka untuk menyukai nya bukan? Jadi, jalan terbaik nya adalah mengikhlaskan.
30 menit kemudian
Maja telah turun dan membayar ongkos andong yang ia naiki tadi. Senang rasanya bisa berputar putar menikmati indahnya kota Yogyakarta saat sore hari. Netra hitamnya menyapu sekeliling, melihat apakah ada yang bisa ia bawa untuk pulang atau tidak.
Laxa, matanya melihat sosok Laxa di seberang jalan. Sial sekali. Niatnya kesini hanya ingin menenangkan diri dan melupakan Laxa sejenak, tapi mengapa tuhan justru mempertemukan mereka?
Segera saja Maja menjauh dari tempat ia berdiri, ia tidak ingin bertemu Laxa. Namun terlambat, Laxa sudah lebih dulu mendekat kearahnya. Bahkan sekarang sudah memegang tangannya.
“Lepas”
“Tidak akan”
“Aku bilang lepas Laxa! Aku ingin pergi. Tolong biarkan aku tenang”
“Aku merindukanmu.”
Diam. Tubuh Maja kaku tak bisa digerakkan hanya karena ucapan Laxa. Tidak, Maja tidak akan jatuh lagi. Ia sudah cukup sakit sekarang, ia tidak mau sakit lagi. Ia harus bahagia.
“Ya, aku tau. Sekarang lepaskan tanganku, aku ingin pulang Laxa Abimanyu.”
Maja menggunakan intonasi yang lumayan tinggi, cukup menyeramkan. Laxa tidak pernah mendengar Maja berbicara seperti itu kepadanya, ia cukup terkejut. Apakah Maja benar-benar tidak ingin bertemu dirinya?
“Bisakah kita berbicara sebentar?”
“Tidak bisa. Lihatlah dibelakang mu, ada calon istri mu menunggu.”
“Tapi aku perlu bicara denganmu kak”
Acuh tak acuh, Maja lebih memilih menulikan indra pendengaran nya daripada mendengarkan ocehan manusia didepannya ini.
“Laxa dengar. Aku sudah mengikhlaskan mu dengannya, jadi sekarang biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri. Kau cukup urus kehidupan mu dan jangan pernah pedulikan diriku. Anggap saja kita adalah orang asing.”
Berhasil, Maja berhasil melepaskan genggaman kuat Laxa ditangannya. Segera saja ia beranjak pergi dari tempat menyedihkan ini.
“Ah satu lagi, tolong jangan banyak berjanji kepadanya. Karena aku tidak ingin dia mengalami hal yang sama seperti ku. Aku permisi.” pamit Maja.
Dalam perjalanan pulang Maja kembali memutar memori lama di otaknya. Dulu Laxa seringkali berjanji padanya, ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan nya. Akan tetapi takdir berkata lain, mereka tidak bisa bersama hingga akhir kehidupan nanti. Tuhan sengaja memisahkan mereka, sekarang mereka hanya bisa menjalani dan menikmati apa yang sudah direncanakan oleh Tuhan.
Jujur saja Maja sempat merasa sangat kehilangan, Laxa adalah tempatnya berkeluh kesah, Laxa selalu bisa membuatnya tertawa, Laxa juga memberikan nya banyak solusi. Laxa adalah rumah keduanya. Tak apa, mungkin memang begini cara yang tepat. Maja percaya tuhan pasti memiliki rencana yang lebih baik, yang bisa membuat Maja bahagia.
“Sekarang aku tahu, mengapa dirinya selalu berjanji dibawah langit senja. Janji bersifat sementara yang bisa menenangkan juga menyenangkan hati. Sama seperti senja, sinar orange nya mampu membuat orang-orang tenang dan terpukau oleh keindahannya. Tetapi itu tidak bertahan lama, ketika matahari terbenam hilanglah sinar indah itu. Janji juga begitu, hanya saja aku sedih mengapa kau selalu berjanji padaku? Itu hanya membuat ku selalu berharap dan merasa sakit saat kau tinggalkan. Jika memang belum pasti terjadi atau tidak bisa menepati tolong jangan berjanji, karena itu hanya akan menyakiti orang lain” gumam Maja sambil menatap langit senja.
Apapun yang terjadi Maja harus ikhlas, biarkan semua yang terjadi menjadi kenangan dan pengalaman baginya. Laxa mengajarinya banyak hal, termasuk bagaimana rasanya mencintai dan ditinggalkan seseorang. Kenangannya bersama Laxa baik maupun buruk akan terus Maja ingat dan simpan di otak nya.
“Terimakasih, maaf dan selamat tinggal Laxa Abimanyu.”
-end