hyukies

Mashiho duduk termenung di ujung halte bus. Hari ini nilai raport nya keluar, dan ia dimarahi dengan orang tuanya. Mashiho itu lemah dibidang pengetahuan, tetapi ia memiliki bakat menari dan akrobatik yang luar biasa. Namun orang tuanya selalu menuntut nya menjadi pintar dalam bidang pengetahuan dan tidak memperdulikan bakatnya itu.

Sedih, Mashiho sudah berusaha se maksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Bahkan dirinya rela tidak tidur berhari-hari hanya untuk mempelajari materi, demi orang tuanya. Tanpa sadar air matanya menetes, cukup deras sehingga ia tak dapat menahannya lagi.

Seseorang mendekati nya, tetapi ia hanya menghiraukannya. Tiba-tiba telinganya penuh, tersumpal benda kecil. Earphone.

Lelaki disampingnya hanya memberikan senyum manis saat sadar bahwa Mashiho kebingungan,

“Aku tau kau sedang sedih, mungkin jika kau mendengar lagu ini kau akan sedikit tenang” ujarnya.

Alunan musik memenuhi indra pendengaran Mashiho. Ia tak terlalu tahu tentang judul dan lagu yang didengarnya sekarang ini.

You gotta show 'em the real you You gotta give 'em what you've got

Haruskah Mashiho memberitahu orang tuanya siapa dirinya yang asli? Haruskah ia memaksa orang tuanya untuk melihat bakat yang ia miliki? Entahlah, Mashiho akan memikirkannya lagi nanti.

And you can't be perfect, baby _'Cause nobody's perfect, darling _

Seberapa kuat dirinya berusaha untuk menjadi sempurna sampai kapanpun itu tidak akn terjadi. Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Mashiho berjanji tidak akan memaksa dirinya sendiri untuk menjadi sempurna lagi.

“Terimakasih, berkat dirimu aku sadar bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Aku sangat berterimakasih kepadamu” ujar Mashiho.

“Bagus. Kau tidak perlu menjadi sempurna, cukup jadi dirimu sendiri dan asah kemampuan yang kau punya. Jangan memaksakan diri”

“Aku permisi, bus yang ku tunggu sudah datang” pamit lelaki itu.

“Sekali lagi terimakasih ya!” Mashiho memberikan senyum manis nya.

“Sama-sama. Omong omong namaku Junkyu”

Jeyfan menatap laki-laki didepannya dengan kening mengerut.

“Ada apa ya?” tanyanya

“Anu.. em mau tanya kak, kalo mau ngumpulin tugas harus kemana ya?”

“Ya ke walas ya lah, kamu bukannya udah bukan maba ya?”

“I-iya kak bukan maba kok, makasih ya kak..” ujar Athala dan segera mundur dari hadapan Jeyfan.

“Kok malah mundur sih? Bukannya masuk cari gurunya gitu ya?” batin Jeyfan bertanya tanya.

“Eh eh, namamu siapa?” cegat Jeyfan.

“Sukma athala, 11 IPS B. Saya permisi ya kak” Athala segera menaiki dan mengayuh sepedanya untuk ditaruh du parkiran.

“Hati-hati

Jeyfan menatap laki-laki didepannya dengan kening mengerut.

“Ada apa ya?” tanyanya

“Anu.. em mau tanya kak, kalo mau ngumpulin tugas harus kemana ya?”

“Ya ke walas ya lah, kamu bukannya udah bukan maba ya?”

“I-iya kak bukan maba kok, makasih ya kak..” ujar Athala dan segera mundur dari hadapan Jeyfan.

“Kok malah mundur sih? Bukannya masuk cari gurunya gitu ya?” batin Jeyfan bertanya tanya.

“Eh eh, namamu siapa?” cegat Jeyfan.

Mashiho segera saja beranjak dari duduknya setelah membalas pesan dari Junkyu. Kali ini ia benar-benar serius, jika Junkyu berbohong kepada nya lagi ia akan berhenti menjalankan hubungan ini saja.

Sampai di pintu utama rumahnya, Mashiho berhenti sebentar untuk mengintip sedikit dari jendela. Memastikan bahwa Junkyu benar-benar ada di depan rumahnya atau tidak.

Ternyata benar, ada seorang laki-laki bertubuh tinggi menunggu di depan gerbang rumahnya. Ditangannya ada beberapa barang yang Mashiho tidak tahu apa isinya. Tak mau berlama-lama lagi, akhir nya Mashiho memutuskan untuk keluar dan menemui sang kekasih.

“Aku nggak bohong kan” ledek Junkyu saat melihat Mashiho keluar dari rumah.

“Hm, yaudah masuk”

“Gamau masuk. Aku mau pergi habis ini” ucapan Junkyu memberhentikan Mashiho yang tadinya ingin berjalan masuk mendahului Junkyu.

“Hah? Lagi?”

“Iya sayangkuu, maaf ya. Janji deh nanti malem aku ke rumah kamu lagi, terserah nanti kamu mau apa aja atau kemana aja aku turutin. Ini ada hadiah buat kamu juga hehe” Junkyu menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang juga sebuah bingkisan kecil.

“Ini apa?” Tanya Mashiho bingung

“Coba buka, kamu suka apa nggak nanti”

Tanpa membantah perintah Junkyu segera saja Mashiho membuka bingkisannya terlebih dahulu. Isinya foto-foto mereka yang dicetak, lucu sekali.

“Lucu banget deh jun, aku suka”

“Syukur kalo kamu suka. Sekarang coba buka kotak nya”

Mashiho mengembalikan foto-foto itu kedalam bingkisan dan segera membuka kotak. Jujur saja ia sangat penasaran, karena tidak biasanya Junkyu memberikan nya sesuatu seperti ini.

“Woah, ini kamu beneran kasih ke aku?” Ujar Mashiho sedikit tidak percaya.

“Ya iyalah, masa bohong. Gimana suka nggak sama maju?”

“Maju? Siapa maju?”

“Ituuu, boneka beruang di tangan mu. Aku kasih nama maju, kece sekali”

“Suka-suka kamu deh jun, oh ya katanya mau pergi”

“Oh, aku diusir nih” kata Junkyu sedikit sedih.

“Emang”

“Jahat banget mashi mah”

Tiba-tiba Junkyu maju dan mendekap tubuh mungil Mashiho,

“Happy Valentine's Day Sweety, makasih udah mau bertahan jadi pacar orang pelupa dan suka bohong ini. Maaf kalo aku belum bisa jadi yang sempurna buat kamu, maaf juga kalo aku suka lupa sama janji aku. Sekali lagi maaf yaaa. Aku sayang banget sama kamu shi, jangan tinggalin aku”

Mashiho terkejut bukan main, Junkyu adalah tipe orang yang jarang sekali mengungkapkan rasa sayangnya.

“Oalah valentine, pantesan manis. Iyaaa, makasih juga udah mau bertahan sama aku yang kadang kekanak-kanakan. Maaf juga kalo aku sering marahin kamu hehe. Aku juga sayang sama kamu junnn” Mashiho membalas pelukan Junkyu tak kalah erat, sangat menggemaskan.

“Udah ah, nanti malem lagi. Aku mau pergi, bye-bye” pamit Junkyu

Choco bear.

Pukul 23.08 Asahi masih terjaga di depan Laptop dan buku-buku yang berserakan. Dipastikan manusia manis ini sedang mengerjakan tugas. Kenyataannya bukan seperti itu, Asahi justru berbaring nyaman memeluk Choco di sofa dekat tempat ia mengerjakan tugas.

Choco adalah boneka beruang coklat berukuran sedang yang diberikan Jaehyuk saat ia menyatakan perasaannya kepada Asahi. Terhitung hampir 2 tahun lamanya Choco menjadi teman tidur dan berkeluh kesah Asahi ketika Jaehyuk tidak berada disampingnya. Yang berarti hubungan mereka hampir menyentuh umur 2 tahun.

“Cho, besok tanggal 14 Februari. Kira-kira besok Jaehyuk bakal kasih aku apa ya?” Asahi bertanya seolah-olah boneka didepannya dapat berbicara.

“Tahun lalu dia kasih aku hari Asahi, mungkin tahun ini lebih spesial? Aduh kenapa aku jadi gini bukannya ngerjakan tugas” Asahi segera bangkit dari tidurnya setelah mengatakan kata-kata tersebut, kembali duduk didepan Laptop untuk mengetik beratus-ratus kata.

Tentang hari Asahi itu memang benar. Jaehyuk tahun lalu membuat hari valentine sebagai hari Asahi. Seharian itu Asahi bebas memerintah atau meminta sesuatu kepada Jaehyuk. Asahi tentu sangat bahagia, tahun-tahun sebelumnya ia tidak pernah merasakan yang seperti ini. Hanya dengan Jaehyuk ia dapat merasakannya.

Valentine's Day juga merupakan hari spesial bagi Asahi dan Jaehyuk. Karena tepat dihari itu mereka akan memperingati bertambahnya usia hubungan mereka. Jaehyuk sengaja menyatakan perasaan kepada Asahi saat valentine, menurut nya jadi sedikit lebih spesial dari hari biasanya.

Pukul 00.45 akhirnya Asahi selesai dengan tugasnya, segera ia merangkak menuju atas sofa untuk tidur, juga mendekap Choco untuk menemaninya.

Pagi hari

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Asahi, ia sangat penasaran apakah Jaehyuk akan memberinya sesuatu atau tidak. Tetapi manusianya masih terlelap dengan kedua tangan mendekap erat Choco.

Berbeda dengan Asahi, pagi ini Jaehyuk sudah berdiri dengan tampan di depan rumah Asahi. Tangannya membawa sebuah kotak berukuran sedang, mungkinkah ini hadiah yang diharapkan Asahi?

Tok tok

“Asahi!” seru Jaehyuk

Jaehyuk melihat jam tangannya, ah ini masih sangat pagi. Pasti kesayangannya masih tidur. Dengan cepat Jaehyuk meletakkan kotak yang dibawanya dan mulai menyusuri halaman depan rumah Asahi untuk mencari kunci. Asahi selalu meninggalkan kunci cadangan disekitar halaman nya, takut jika tiba-tiba kuncinya hilang.

Ketemu, Jaehyuk menemukan kunci di semak-semak sekitar pot bunga. Dengan sedikit berlari Jaehyuk kembali ketempat dimana ia berada tadi dan segera membuka pintu.

Seperti yang ia duga, Asahi masih berbaring di sofa empuk miliknya. Pasti kekasihya semalam terjaga, Jaehyuk akan mengomelinya nanti. Jaehyuk berjalan dengan hati-hati menuju meja ruang tamu, tempat dimana Asahi mengerjakan tugas juga tidur. Sebelumnya ia telah meletakkan barang bawaannya di samping pintu utama.

Jaehyuk membersihkan dan menata seluruh buku Asahi dengan telaten, juga memasakkan hidangan yang cukup enak untuknya dan Asahi sarapan nanti. Sangat romantis bukan? Teman-teman Asahi kadang iri dengannya, tak mudah untuk memiliki kekasih yang perhatian, lembut, juga penyayang, kalian juga pasti iri. Maka dari itu Asahi sangat bersyukur menerima Jaehyuk menjadi kekasihnya.

“Asahi, bangun sudah siang. Asahi” Jaehyuk mengusap-usap rambut Asahi lembut, si pemilik rambutpun langsung terbangun.

“Cuci mukamu, mari makan dan aku akan memberimu sesuatu” Asahi mengangguk sebagai balasan.

Sekarang mereka telah duduk berhadapan dengan sebuah kotak sebagai penghalang nya. Jaehyuk menyuruh Asahi untuk membukanya, Asahi menganggukkan kepala dan segera melakukan apa yang disuruh kekasihnya.

“Happy Valentine's Day and second anniversary, Asahi!”

Kotak itu berisikan 2 tiket penerbangan keluar negeri, Asahi tidak pernah membayangkan ini sebelumnya.

“Jaehyuk, aku sangat menyayangimu!”

-end

Choco Bear.

Pukul 23.08 Asahi masih terjaga di depan Laptop dan buku-buku yang berserakan. Dipastikan manusia manis ini sedang mengerjakan tugas. Namun kenyataannya bukan seperti itu, Asahi justru berbaring nyaman memeluk Choco di sofa dekat tempat ia mengerjakan tugas.

Choco adalah boneka beruang coklat berukuran sedang yang diberikan Jaehyuk saat ia menyatakan perasaannya kepada Asahi. Terhitung hampir 2 tahun lamanya Choco menjadi teman tidur dan berkeluh kesah Asahi ketika Jaehyuk tidak berada disampingnya. Yang berarti hubungan mereka hampir menyentuh umur 2 tahun.

“Cho, besok tanggal 14 Februari. Kira-kira besok Jaehyuk bakal kasih aku apa ya?” Asahi bertanya seolah-olah boneka didepannya dapat berbicara.

“Tahun lalu dia kasih aku hari Asahi, mungkin tahun ini lebih spesial? Aduh kenapa aku jadi gini bukannya ngerjakan tugas” Asahi segera bangkit dari tidurnya setelah mengatakan kata-kata tersebut, kembali duduk didepan Laptop untuk mengetik beratus-ratus kata.

Tentang hari Asahi itu memang benar. Jaehyuk tahun lalu membuat hari valentine sebagai hari Asahi. Seharian itu Asahi bebas memerintah atau meminta sesuatu kepada Jaehyuk. Asahi tentu sangat bahagia, tahun-tahun sebelumnya ia tidak pernah merasakan yang seperti ini. Hanya dengan Jaehyuk ia dapat merasakannya.

Valentine's Day juga merupakan hari spesial bagi Asahi dan Jaehyuk. Karena tepat dihari itu mereka akan memperingati bertambahnya usia hubungan mereka. Jaehyuk sengaja menyatakan perasaan kepada Asahi saat valentine, menurut nya jadi sedikit lebih spesial dari hari biasanya.

Pukul 00.45 akhirnya Asahi selesai dengan tugasnya, ia tak segera membersihkannya namun dirinya justru merangkak menuju atas sofa untuk tidur. Sungguh hari ini merupakan hari yang lumayan berat untuknya. Segera saja ia raih dan mendekap Choco untuk pergi ke alam mimpi.

Pagi hari

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Asahi, ia sangat penasaran apakah Jaehyuk akan memberinya sesuatu atau tidak. Tetapi manusia manis itu justru masih terlelap dengan kedua tangan mendekap erat Choco.

Berbeda dengan Asahi yang masih sibuk dengan dunia mimpi nya, pagi ini Jaehyuk sudah berdiri dengan tampan di depan rumah Asahi. Tangannya membawa sebuah kotak berukuran sedang, mungkinkah ini hadiah yang diharapkan Asahi?

Tok tok tok

“Asahi!” seru Jaehyuk

Jaehyuk melihat jam yang melingkar ditangannya, ah ini masih sangat pagi. Pasti kesayangannya masih tidur. Dengan cepat Jaehyuk meletakkan kotak yang dibawanya dan mulai menyusuri halaman depan rumah Asahi untuk mencari kunci. Memang Asahi selalu meninggalkan kunci cadangan disekitar halaman nya, takut saja jika tiba-tiba kuncinya hilang.

Ketemu, Jaehyuk menemukan kunci berwarna silver di semak-semak sekitar pot bunga. Dengan sedikit berlari Jaehyuk kembali ketempat dimana ia berada tadi dan memasukkan kunci kepada lubang nya.

Seperti yang ia duga, Asahi masih berbaring di sofa empuk miliknya. Uh.. pasti kekasihya ini semalam terjaga, Jaehyuk akan mengomelinya nanti. Jaehyuk berjalan dengan hati-hati menuju meja ruang tamu, tempat dimana Asahi mengerjakan tugas juga tidur. Sebelumnya ia telah meletakkan barang bawaannya di samping pintu utama.

Jaehyuk membersihkan dan menata seluruh buku Asahi dengan telaten, juga memasakkan hidangan yang cukup enak untuknya dan Asahi sarapan nanti. Sangat romantis bukan? Teman-teman Asahi kadang iri dengannya, tak mudah untuk memiliki kekasih yang perhatian, lembut, juga penyayang, kalian juga pasti iri. Maka dari itu Asahi sangat bersyukur menerima Jaehyuk menjadi kekasihnya.

“Asahi, bangun sudah siang. Asahi” Jaehyuk mengusap-usap rambut Asahi lembut, si pemilik rambutpun langsung terbangun.

“Cuci mukamu, mari makan dan aku akan memberimu sesuatu” Asahi hanya mengangguk sebagai balasan.

Sekarang mereka telah duduk berhadapan dengan sebuah kotak sebagai penghalang nya. Jaehyuk menyuruh Asahi untuk membukanya, Asahi menganggukkan kepala lagi dan segera melakukan apa yang disuruh kekasihnya.

“Happy Valentine's Day and second anniversary, Asahi!”

Ternyata kotak itu berisikan 2 tiket penerbangan keluar negeri, Asahi tidak pernah membayangkan ini sebelumnya.

“Jaehyuk, aku menyayangimu!”

-end

Langit senja.

Hembusan angin sepoi-sepoi dan sekotak susu menemani Sabtu sore Maja. Pemuda kelahiran Yogyakarta itu sedang berada di wilayah Malioboro hanya untuk sekedar menaiki andong. Menurutnya, menaiki andong di sore hari adalah hal terbaik untuk menenangkan diri. Kebetulan akhir-akhir ini pikirannya sedang kacau.

Maja sangat menyukai ketenangan. Maja juga menyukai langit senja, tetapi tidak untuk sekarang. Pemandangan langit senja tidak akan pernah mengecewakan, kecuali jika turun hujan. Serta keindahannya mampu membuat siapa saja yang melihat akan membuka lebar mulut nya. Untuk saat ini tidak bagi Maja, langit senja adalah hal buruk baginya setelah seseorang datang ke kehidupannya.

Dimana seseorang itu selalu berjanji padanya dibawah langit senja, berjanji tidak akan meninggalkan nya dan tidak akan pernah mengecewakan nya. Dia, Laxa Abimanyu. Lelaki dengan umur satu tahun dibawahnya yang mampu membuat sosok Maja jatuh sejatuh-jatuhnya kepada dirinya.

Mengingat nya membuat dada Maja sesak, begitu banyak kenangan indah yang Maja dan Laxa lakukan. 2 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk keduanya, 2 tahun itu juga Maja merasakan bagaimana rasanya disayangi dan dihargai dengan baik.

Namun sayang, hubungan yang berjalan 2 tahun tidak akan berarti apa-apa jika orang tua sudah bertindak. Laxa dijodohkan dengan wanita pilihan ibunya. Jelas Laxa menolak, ia bahkan sempat kabur dari rumah hanya karena tidak mau dipaksa menikah dengan wanita yang tidak ia kenal. Laxa tidak ingin menyakiti Maja, Laxa sudah berjanji tidak mengecewakan Maja. Tapi pada akhirnya Laxa hanya bisa pasrah dengan kenyataan yang dihadapinya.

Maja juga tidak bisa bertindak apa-apa, kecuali mengikhlaskan Laxa dengan yang lain. Memang dari awal orang tua Laxa tidak menyukai Maja, Maja sadar akan hal itu. Ia juga tidak bisa memaksa mereka untuk menyukai nya bukan? Jadi, jalan terbaik nya adalah mengikhlaskan.

30 menit kemudian

Maja telah turun dan membayar ongkos andong yang ia naiki tadi. Senang rasanya bisa berputar putar menikmati indahnya kota Yogyakarta saat sore hari. Netra hitamnya menyapu sekeliling, melihat apakah ada yang bisa ia bawa untuk pulang atau tidak.

Laxa, matanya melihat sosok Laxa di seberang jalan. Sial sekali. Niatnya kesini hanya ingin menenangkan diri dan melupakan Laxa sejenak, tapi mengapa tuhan justru mempertemukan mereka?

Segera saja Maja menjauh dari tempat ia berdiri, ia tidak ingin bertemu Laxa. Namun terlambat, Laxa sudah lebih dulu mendekat kearahnya. Bahkan sekarang sudah memegang tangannya.

“Lepas”

“Tidak akan”

“Aku bilang lepas Laxa! Aku ingin pergi. Tolong biarkan aku tenang”

“Aku merindukanmu.”

Diam. Tubuh Maja kaku tak bisa digerakkan hanya karena ucapan Laxa. Tidak, Maja tidak akan jatuh lagi. Ia sudah cukup sakit sekarang, ia tidak mau sakit lagi. Ia harus bahagia.

“Ya, aku tau. Sekarang lepaskan tanganku, aku ingin pulang Laxa Abimanyu.”

Maja menggunakan intonasi yang lumayan tinggi, cukup menyeramkan. Laxa tidak pernah mendengar Maja berbicara seperti itu kepadanya, ia cukup terkejut. Apakah Maja benar-benar tidak ingin bertemu dirinya?

“Bisakah kita berbicara sebentar?”

“Tidak bisa. Lihatlah dibelakang mu, ada calon istri mu menunggu.”

“Tapi aku perlu bicara denganmu kak”

Acuh tak acuh, Maja lebih memilih menulikan indra pendengaran nya daripada mendengarkan ocehan manusia didepannya ini.

“Laxa dengar. Aku sudah mengikhlaskan mu dengannya, jadi sekarang biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri. Kau cukup urus kehidupan mu dan jangan pernah pedulikan diriku. Anggap saja kita adalah orang asing.”

Berhasil, Maja berhasil melepaskan genggaman kuat Laxa ditangannya. Segera saja ia beranjak pergi dari tempat menyedihkan ini.

“Ah satu lagi, tolong jangan banyak berjanji kepadanya. Karena aku tidak ingin dia mengalami hal yang sama seperti ku. Aku permisi.” pamit Maja.

Dalam perjalanan pulang Maja kembali memutar memori lama di otaknya. Dulu Laxa seringkali berjanji padanya, ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan nya. Akan tetapi takdir berkata lain, mereka tidak bisa bersama hingga akhir kehidupan nanti. Tuhan sengaja memisahkan mereka, sekarang mereka hanya bisa menjalani dan menikmati apa yang sudah direncanakan oleh Tuhan.

Jujur saja Maja sempat merasa sangat kehilangan, Laxa adalah tempatnya berkeluh kesah, Laxa selalu bisa membuatnya tertawa, Laxa juga memberikan nya banyak solusi. Laxa adalah rumah keduanya. Tak apa, mungkin memang begini cara yang tepat. Maja percaya tuhan pasti memiliki rencana yang lebih baik, yang bisa membuat Maja bahagia.

“Sekarang aku tahu, mengapa dirinya selalu berjanji dibawah langit senja. Janji bersifat sementara yang bisa menenangkan juga menyenangkan hati. Sama seperti senja, sinar orange nya mampu membuat orang-orang tenang dan terpukau oleh keindahannya. Tetapi itu tidak bertahan lama, ketika matahari terbenam hilanglah sinar indah itu. Janji juga begitu, hanya saja aku sedih mengapa kau selalu berjanji padaku? Itu hanya membuat ku selalu berharap dan merasa sakit saat kau tinggalkan. Jika memang belum pasti terjadi atau tidak bisa menepati tolong jangan berjanji, karena itu hanya akan menyakiti orang lain” gumam Maja sambil menatap langit senja.

Apapun yang terjadi Maja harus ikhlas, biarkan semua yang terjadi menjadi kenangan dan pengalaman baginya. Laxa mengajarinya banyak hal, termasuk bagaimana rasanya mencintai dan ditinggalkan seseorang. Kenangannya bersama Laxa baik maupun buruk akan terus Maja ingat dan simpan di otak nya.

“Terimakasih, maaf dan selamat tinggal Laxa Abimanyu.”

-end

hjw 3

Haruto sama Jeongwoo udah sampai di rumah Mashiho, yang katanya ada Jihoon sama yang lain juga.

Tanpa mengetuk pintu merka berdua nyelonong masuk tanpa permisi. Udah kayak rumah sendiri aja, padahal rumah orang.

“Mana kak Mashi sama kak ji?” tanya Jeongwoo

“EH AYAM DUDUK BERDIRI KAGET” latah Jaehyuk

“Bisa nggak sih permisi dulu gitu? Ngangetin tau” kesal Yedam yang juga kaget.

“Ya maaf, kan buru-buru”

“Jihoon sama Mashi udah bangun tadi, tunggu bentar” celetuk Junkyu

“Loh? Udah nggak sesek lagi bang?” tanya Haruto

“Kagak. Habis Mashihoon kesini lo berdua harus jelasin semuanya” Junkyu melempar tatapan tajam kepada haruwoo.

“Iya iya” jawab keduanya pasrah

Selang beberapa menit, akhirnya Mashiho dan Jihoon kembali.

“Nah udah, ayo cerita” suruh Junghwan

“Jadi gini..”

Flashback

Angin sore kini sedang menemani dua orang pria muda, Haruto dan Jeongwoo. Dua pria yang dulunya adalah seorang pasangan kekasih, yang putus hanya karena ancaman seorang gadis.

Niat Haruto mengajak Jeongwoo jalan-jalan ialah untuk memperbaiki hubungan keduanya, ya bisa dikatakan juga balikan. Sebenarnya keduanya masih saling menyayangi, juga ingin kembali seperti dahulu kala. Saat dimana hubungan mereka tenang, damai, dan tiada kendala.

Jeongwoo sendiri masih sangat menyayangi Haruto, namun ia terlampau takut dengan ancaman gadis gila tersebut.

Kini keduanya sedang berdiri didepan biang lala besar. Haruto sedang menyusun kata-kata dan mengontrol detang jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

“Umm.. haru? Kenapa berhenti disini?”

Ah, sial. Jeongwoo bertanya dengan wajah menggemaskan berhasil memecah fokus Haruto. Seketika kata-kata yang telah ia susun terbang menghilang begitu saja.

“Woo”

“Ya?”

“Jujur aja gue masih sayang sama lo. balikan yuk?” ajak Haruto.

Manik serigala milik Jeongwoo berkedip cepat. Tiba-tiba tangan Jeongwoo naik dan mencubit pipinya sendiri.

“Sakit..” rintihnya pelan setelah mencubit pipinya sendiri.

Haruto hanya diam, diam-diam gemas maksudnya.

“Bukan mimpi Jeongwoo. Jadi gimana?”

“Uhm.. i-iya” Jeongwoo menjawab dengan wajah memerah karena malu.

Flashback off

Ternyata teman-teman mereka semua pada pingsan saat mendengar cerita Haruto dan Jeongwoo, lebay emang.

hjw 2

Sekarang hanya tersisa dua remaja yang katanya ingin membicarakan hal penting. Netra keduanya beradu tatap, mencoba memahami satu sama lain terlebih dahulu. Serta saling mengagumi manik gelap indah kepunyaan sang lawan bicara.

“Jadi, lo mau ngomong apa?” Haruto membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Diam. Manusia didepannya ini ternyata masih betah memandangi indra penglihatannya.

“Woo udah kali lihatin nya” Jeongwoo langsung saja menyembunyikan wajahnya saat sadar dengan kelakuan nya.

“Maaf” tutur Jeongwoo pelan.

“Mmm, sebenernya gue mau jelasin alasan kenapa gue mutusin lo waktu itu. Tapi lo janji ya jangan marah, lo serem soalnya kalo marah” Jeongwoo menjelaskan tujuan awal mengapa ia mengundang sang mantan kekasih untuk datang ke rumahnya.

“Akhirnya lo mau cerita juga Woo..” batin Haruto berucap

“Hm, iya”

“Dulu waktu gue masih pacaran sama lo, nggak jarang gue dapet makian, hinaan, bahkan ancaman” Jeongwoo mulai menjelaskan dan Haruto dengan seksama akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

“Awalnya itu semua gue anggap angin lalu, ya emang resiko lah ya pacaran sama lo yang jelas-jelas punya gelar pangeran sekolah. Tapi lama kelamaan gue juga sakit hati, to. Gue masih diem waktu orang pada maki-maki gue, bahkan nge hina gue langsung di depan muka gue” lanjut Jeongwoo

Haruto sedikit terkejut mengenai penjelasan Jeongwoo, ia tidak habis pikir dengan orang-orang yang menghina orang lain seperti itu.

“Puncaknya waktu hubungan kita hampir genap satu tahun, ada cewek yang gue sendiri nggak tau namanya dateng nyamperin gue. Dia bilang kalo gue nggak mutusin lo, dia bakal bikin mamah sam papah celaka. Ya coba lo pikir, anak mana yang mau dan tega orang tuanya di celakai, rasanya pengen gue tonjok muka tu anak. Tapi gue tahan, karena dia bilang..”

“Kalo gue nyentuh dia, dia bakal ngerebut paksa lo bahkan dia bisa ngelukain lo”

Haruto merinding mendengar cerita Jeongwoo. Bagaimana bisa ia tidak mengetahui semuanya? Bagaimana bisa ada manusia se nekat itu di dunia ini? Sangat menakutkan.

“Akhirnya gue ngalah, sebenernya gue nggak mau nurutin permintaan cewek gila ini. Tapi gue takut dia bakal nekat ngelakuin yang nggak-nggak. Jadi ya terpaksa gue mutusin lo” Jeongwoo segera meraih segelas air yang berada di dekatnya, haus.

“Kok lo baru cerita sih?” tanya Haruto sedikir kesal.

“Ya maaf, gue kan takut lo ngerti sendiri lah”

“Yaudah lo tenang aja, biar itu cewek jadi urusan gue ntar” tenang Haruto.

hjw

Jeongwoo segera bergegas bangun dari tempat tidurnya setelah mendapat pesan dari Haruto, yang mengatakan bahaa ia sudah sampai di depan rumah Jeongwoo.

Ceklek

Bunyi pintu depan Jeongwoo saat sang tuan rumah membukanya.

“Eh maaf udah lama ya?” Tanya Jeongwoo sedikit tidak enak

“Baru dateng kok kak, santai aja” Sahut Junghwan

“Ah gitu, yaudah ayo masuk” suruh Jeongwoo kepada Haruto dan Junghwan.

“Sebelumnya, nih titipan lo” Haruto menyerahkan dua bungkus kresek sedang, yang satu berwarna putih bening dan yang satu berwarna putih pekat.

“Ini apaan kok banyak banget?” bingung Jeongwoo saat merasa kresek berwarna putih pekat itu agak berat.

“Katanya nitip jajan, gimana sih”

“Ya tapi gue cuman nitip oreo, kenapa lo beliin se minimarket hah?” Kesal Jeongwoo, bagaimana tidak kesal jika jajanan yang dibawa Haruto beberapa hari yang lalu masih sangat banyak dan sekarang dirinya diberi jajan lagi? Oh ayolah, siapa yang akan menghabiskan semuanya?

“Tenang aja kak, nanti gue bantu makan hehe. Sekarang gue mau numpang ke kamar lo dulu boleh nggak? Biar kalian enak ngobrol nya” sela Junghwan sebelum mereka semakin ribut.

“Huft, oke. Ayo gue anter ke kamar, dan lo duduk sana”

“Galak banget sih..” gumam Haruto pelan