Pertengahan.
Asahi duduk termenung sambil memandang ponselnya gusar. Harusnya 10 menit yang lalu Jaehyuk sudah berada di halaman rumahnya dengan motor honda beat kesayangannya. Tetapi, sampai menit ke-15 lelaki dengan mata seperti anak anjing itu belum juga tiba.
Jari-jemari Asahi masih terus berselancar di atas papan ketik, mengetikkan berbagai kata dan ditujukan pada sang kekasih. Asahi resah. Pikiran-pikiran buruk mulai hinggap di kepalanya. Bagaimana jika Jaehyuk diam-diam berkencan dengan pria lain dan mengabaikan janjinya pada Asahi?
“Sialan. Pergi jauh-jauh kamu pikiran kotor!” Asahi mencoba mengusir mereka dengan menepuk-nepuk kepalanya sendiri.
Tepat pada menit ke-23 bunyi knalpot motor honda beat menyapu indra pendengarannya. Buru-buru Asahi menegakkan kepala dan berlari menuju seseorang yang membuatnya selama hampir setengah jam uring-uringan.
“Kamu kemana dulu sih??? Lama banget,” protes Asahi.
“Maaf. Tadi harus isi bensin dulu, terus di perempatan situ ada kecelakaan jadi macet. Maaf ya, bikin kamu nunggu..”
“Gak papa, ayo cepetan! Nanti keburu panas.”
“Iya.”
Jaehyuk kembali bergegas menaiki motornya. Eits, tentu saja sebelumnya ia memberikan helm khusus pada Asahi. Gini-gini mereka patuh peraturan dan mementingkan keselamatan. Walaupun pemasangan nya nggak romantis seperti yang ada di-film. Bagi mereka, saling mengerti satu sama lain sudah lebih dari cukup.
“Hyuk,”
“KAMU MANGGIL AKU?” Tanya Jaehyuk sambil berteriak. Maklum, lagi di jalan raya, bising.
“Iya, aku manggil kamu tad–”
“YANG KERAS SA, AKU GAK DENGER!”
Asahi menarik napas panjang. “KAMU TADI BENERAN ISI BENSIN?”
“YA IYA?? EMANGNYA KENAPA?”
“BENERAN BOHONG???”
“KOK KAMU MIKIRNYA GITU SIH?!” Jaehyuk sedikit menaikkan intonasinya. Kesal dengan pertanyaan dari sang jantung hati.
“YA KAN SIAPA TAU KAMU MAMPIR KE RUMAH 'COWOK' MU.”
“COWOK-KU KAN CUMA KAMU SA??!” Bantah Jaehyuk tak terima.
“SIAPA TAU ADA LAGI SELAIN AKU.” Asahi selalu begini dan Jaehyuk tidak suka itu. Setiap ia telat atau tidak menuruti keinginan Asahi, pasti akan disangka yang jelek-jelek.
“NANTI KITA BICARAIN LAGI. GAK ENAK RIBUT DI ATAS MOTOR!” Asahi menaikkan sebelah alisnya. Ini maksudnya Jaehyuk mengajaknya untuk bertengkar setelah sampai di tujuan nanti?
Alun-alun dengan berbagai pedagang kaki lima di sekitarnya menjadi tempat tujuan pasangan muda-mudi ini. Setiap hari Kamis alun-alun dekat rumah Asahi selalu ramai dengan pedagang jajanan keliling. Lebih ramai daripada hari-hari lainnya. Entah apa alasannya, mereka berdua pun tak tahu-menahu.
“Mau jajan apa dulu?” Tanya Jaehyuk setelah melepas helm dan merapikan rambut berantakannya.
“Jalan dulu aja yuk. Nanti kalo ada yang pas baru deh beli,” ajak Asahi.
“Yaudah, ayo!”
Jaehyuk menggandeng tangan Asahi dengan senyum manis terpatri di wajahnya. Sesekali ia beri usapan lembut dan mendapat balasan pipi bersemu dari si pemilik. Mereka bertingkah seakan tidak ada yang terjadi di jalanan tadi.
“Hyuk!!” Tiba-tiba Asahi berseru lantang dan menghentikan langkah. Membuat Jaehyuk–yang menggandengnya-nyaris jatuh tersungkur mencium aspal.
“Ada apa sih? Kok tiba-tiba gitu?”
“ROTI GORENG!”
Asahi melepas tautannya dengan Jaehyuk secepat. Lalu bergegas berlari menuju penjual jajanan favoritnya. Sedang Jaehyuk hanya menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan tingkah kasihnya.
“Udah beli?” Ucap Jaehyuk setelah sampai di sebelah si kesayangan.
“Udah. Beli 5 ribuu.”
“Yaudah, ayo cari tempat duduk,” ajak Jaehyuk.