hyukies

TW

Kasih yang tertunda.

#TW // mentioning animals , mentioning accident , amnesia

Yogala Abisatya, mengalami cedera pada kepala lumayan parah karena kecelakaan lalu lintas. Mengakibatkan sistem limbik pada otaknya rusak. Sistem limbik yang rusak membuat Yogala kehilangan ingatan dan mengidap amnesia retrograde, yang berarti ia tak bisa mengingat kejadian di masa lalu. Namun, dokter berkata, Yogala tidak melupakan semuanya. Yogala hanya lupa yang terjadi pada sekitar 1-2 tahun sebelum ia kecelakaan, cukup banyak kenangan yang dilupakan oleh Yogala. Termasuk kenangannya bersama Bhagawanta Abiyyu.

Bhagawanta Abiyyu Daryata, lelaki berperawakan mungil dan berparas menawan, sosok pembangkit semangat Yogala “dulu” sebelum kehilangan ingatan. Abiyyu berusaha keras membuat Yogala ingat tentang dirinya, kenangan mereka, juga status keduanya. Abiyyu sempat ingin marah pada Yogala sebab melupakan kenangan yang bagi Abiyyu sangat berharga, tetapi perlahan-lahan ia memaklumi nya. Abiyyu berjanji akan membuat Yogala ingat tentang itu, nanti.

Dan hari ini Abiyyu menepati janji itu. Ia mengajak Yogala ke Maharani Zoo, tempat bersejarah bagi Abiyyu. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di halaman rumah Yogala sangking semangatnya untuk membuat ingatan sang kakak kembali.

“Kak Gala jalan-jalan yuk!”

“Iya Biy, sebentar, lagi ganti baju,” jawab Yogala dengan teriakan.

Mendengar jawaban itu membuat senyuman manis menghiasi wajah Abiyyu. Ia sudah membayangkan betapa indahnya hari ini, berjalan-jalan bersama Yogala, melihat-lihat banyak satwa, juga mengingat kembali kenangan indah dirinya bersama Yogala. Pasti menyenangkan.

“Ayo Biy, kok malah senyum-senyum gitu? Nanti kemasukan lho,” tegur Yogala.

“Hehe iya, lagi ngayal aja kak.” Kaki mungilnya melangkah ke arah motor Yogala berada, lalu mengantar tubuh Abiyyu untuk menaiki motor milik kakak kesayangannya.

“Ayo berangkat!!!!”

Yogala tersenyum lebar mendengar seruan semangat dari Abiyyu. Berada disekitar Abiyyu selalu membuat dirinya nyaman dan bahagia. Namun entahlah, seperti ada yang mengganjal di hatinya.

Tak sampai 20 menit, mereka sudah sampai di lokasi, Maharani Zoo & Goa. Kedua pemuda itu kini sedang menyunggingkan senyum bahagia, melihat banyak satwa adalah pembangkit semangat terbaik bagi mereka. Keduanya memang pecinta binatang. Selain itu, melihat banyak satwa membuat mereka semakin bersyukur kepada yang mahakuasa.

Tidak mau mengulur waktu lagi, Abiyyu segera menarik tangan Yogala ke lokasi pembelian tiket. Tenang saja, kali ini Abiyyu yang membayar.

“Kak Gala ayo masuk,” ajak Abiyyu sambil memamerkan 2 tiket ditangannya.

Yang diajak hanya mengikuti saja. “Biyyu, nanti uangnya aku ganti ya, nggak enak dibayarin begini.”

“Udah diterima aja, aku maksa.” Abiyyu yang mau membuka suara terpaksa diam dengan wajah cemberut ala dirinya.

“Gausah cemberut gitu, ayo masuk. Nanti keburu rame.” Yogala segera menarik tangan kecil Abiyyu. Sedangkan yang ditarik hanya diam saja, masih kesal rupanya.

Mata Abiyyu berbinar-binar kala langkah kakinya sudah sampai di depan kandang-kandang banyak satwa. Rasa kesalnya terhadap Yogala sudah menguap ditiup angin, sekarang digantikan rasa bahagia yang luar biasa.

“Woah, kak Gala liattt kudanil nya muncul!” Yogala hanya mampu memasang senyum lebar sembari mengusap rambut hitam Abiyyu.

“Kak Gala.”

“Iya?”

“Hewan kesukaan kak Gala apa?”

“Kuda. Dari kecil aku suka banget sama kuda. Bisa dibilang aku penggemar berat kuda haha.”

Masih sama ternyata. “Kak Gala inget nggak, dulu kita pernah naik delman keliling kampung gara-gara kakak kangen sama kuda. Lucu banget kalo aku diinget haha.”

“Oh ya? Wahh, asik banget dong pasti naik delman gitu. Jadi pengen lagi.” Yogala membayangkan bagaimana menyegarkan udara dan kenikmatan yang dapat ia nikmati saat menaiki delman di pagi hari.

“Kapan-kapan nanti kita naik delman lagi. Kak Gala ayo ke kandang badak!”

Abiyyu berlari meninggalkan Yogala menuju kandang badak dengan girang. Seperti menemukan harta karun saja, batin Yogala berkomentar.

“Biyyu pelan-pelan nanti jatuh.”

“Iyaaaa.”

Yogala sudah berada disisi kanan Abiyyu, memperhatikan hewan besar bercula sedang berjalan kesana kemari.

“Disini kak Gala pernah bilang ke aku,” sesi cerita Abiyyu kembali dimulai.

“Bilang apa?” tanyanya.

“Kak Gala bakal jadi sosok badak yang kuat buat aku. Kak Gala bakal nonjok muka-muka orang jahat pake senjata kakak, tangan. Sama kayak badak yang nyeruduk musuhnya pake cula.” Seakan mengerti kemana arah pembicaraan Abiyyu, Yogala segera mengusap punggung tangan Abiyyu dengan halus.

“Biyyu, liat deh badak itu. Gemuk. Tapi, aku suka sama badak.” Celoteh Yogala.

“Alasannya?”

“Badak kuat. Dia bisa ngelindungi diri pake cula nya. Aku bakal jadi badak buat kamu, aku bakal nonjokin orang-orang yang jahat sama kamu. Biar kapok mereka,” Yogala bercerita dengan menggebu-gebu.

“Kakak kenapa lucu banget deh, haha iya deh iya.”

“Nanti kalo ada yang jahat sama Biyyu bilang ke kakak ya, biar kakak tonjok beneran,” Yogala mencoba menghibur adik kecilnya yang kini sedang murung, teringat kenangan terdahulu.

“Iya, pasti aku bakal bilang ke kak Gala.”

“Yaudah, pindah yuk. Mau kemana sekarang?” tanya Yogala.

“Naik, ke kandang harimau sama singa, mau nggak?”

“Mau. Semangat dong Biy, masa lagi jalan-jalan lemes gituu.” Tangan Yogala bergerak mencolek pipi si manis.

“Jangan colek colek, aku bukan sabun colek,” kesal Abiyyu.

“Iya-iya, maaf.”

Keduanya segera melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana sang raja rimba berada. Mata mereka tak berhenti menatap kagum makhluk ciptaan Tuhan yang beragam bentuknya.

“Biyyu, ada kuda poni!” Seruan Yogala membuat mata Abiyyu beralih menatap yang lebih tua.

“Mana?”

“Ituuuu, liat deh, lucu kayak aku,” Yogala segera berlari mendekat seperti anak kecil bertemu mainan baru.

Sedangkan yang lebih muda hanya dapat menggelengkan kepala, sudah biasa dengan tingkah laku Yogala yang seperti itu.

“Kak Gala liatnya jangan lama-lama, keburu panas!” Bukan tanpa alasan Abiyyu berseru seperti itu, pasalnya Yogala selalu lupa waktu jika sudah bertemu dengan hewan berkaki empat itu.

“Iya, 5 menit lagi.”

Setelah menunggu hampir 7 menit lamanya mereka akhirnya dapat melanjutkan perjalanan. Abiyyu bersemangat, begitu juga Yogala.

“Biyyu, harimau nya mirip kamu,” tunjuk Yogala pada harimau putih kala mereka sampai di depan kaca yang mengarah pada kandang hewan buas tersebut.

“Enak aja.”

“Kak Gala mau denger cerita lagi nggak?” Abiyyu menatap dalam manik coklat sang kesayangan.

“Boleh.”

“Kak Gala jaman dulu anaknya aneh. Masa dia pernah nyuruh harimau yang tiduran itu buat senyum,” tangannya menunjuk kearah harimau benggala diujung.

“Ha? Aku pernah bilang gitu? Coba cerita lebih banyak.”

“Jadi gini..”

“Biyyu, si oren kenapa gak senyum ya? Padahal daritadi aku senyum ke dia. Sombong banget deh,” komentar Yogala kembali keluar ketika melihat harimau benggala yang terus-terusan memasang wajah garang.

“Harimau mana bisa senyum sih kak, nanti kalo senyum gempar satu dunia yang ada.”

“Bener juga. Kalo gitu kamu nggak usah temenan sama si oren itu, nanti kena virus nggak mau senyum. Jelek.”

“Mana bisa jelek, aku cakep gini,” protes Abiyyu tak terima dibilang jelek.

“Kamu kalo nggak senyum jadi jelek. Mangkanya senyum terus, jangan cemberut apalagi nangis, nanti makin jelek. Aku nggak suka.”

“Aneh banget tapi bikin terharu,” tutup Abiyyu.

Tidak ada yang bisa Yogala lakukan selain memandang paras indah Abiyyu, yang dulu selalu menjadi kesukaannya. Tidak tahu bagaimana dengan sekarang.

Merasa tak mendapat respon dari sang lawan bicara, Abiyyu dapat menyimpulkan bahwa si kesayangan mulai lelah dengan wisata kali ini. Hingga satu kalimat keluar dari bibir Abiyyu yang langsung mendapat perhatian dari Yogala.

“Kak Gala capek, ya? Satu tempat lagi yuk, habis itu kak Gala boleh pulang,” pintanya.

“Kamu nggak pulang emang?”

“Pulang, tapi nanti. Aku mau keliling dulu, hehe.” Cengiran manis membuat Yogala sedikit merasa bersalah, tapi tak tahu apa sebab penyebab rasa itu muncul.

“Yaudah, kemana?”

“Tempat gajah. Tenang aja, disana ada tempat duduknya. Kak Gala bisa sekalian istirahat bentar disana.”

“Yuk kak,” ajaknya.

Anggukkan Gala keluarkan sebagai jawaban. Dengan segera Abiyyu menggunakan langkah lebarnya supaya sang kesayangan cepat-cepat bisa duduk.

“Yeay, sampai!” Serunya senang ketika keduanya sampai ditempat bersejarah, bagi Abiyyu tentunya.

“Mau minum Biy?” tawar Gala.

“Nggak. Aku mau cerita aja. Kakak dengerin aja kalo mau, kalo nggak mau ya.. tutup aja telinganya hehe.”

“Didengerin kok. Cerita aja,” suruh Yogala.

“Disini kak Gala bilang mau jadiin aku pacar, bilang doang sih kenyataannya belum. Kejadiannya sekitar 3 bulan sebelum kak Gala kecelakaan.”

“Anak kecil, duduk situ dulu yuk, capek nih,” ajak Yogala.

“Hah, iya deh. Capek juga ya keliling setengah tempat ini, tapi asik!”

“Suka?”

“Banget! Kapan-kapan kesini lagi ya kak, kalo kakak mau hehe.”

“Nanti kalo kamu jadi jantung hati kakak pasti bakal kesini lagi,” ucap Yogala asal.

“Jantung hati apaan, aneh-aneh aja kakak mah.”

“Dih?? Jantung hati itu sinonim kekasih atau lebih gampangnya pacar. Nanti kakak bakal jadiin kamu pacar, nanti tapi.”

“Hm.”

“Beneran ini mah, bukan bercandaan. Tunggu 3 bukan lagi ya manis,” janjinya.

“Tapi sayang banget 3 bulan kemudian kakak kecelakaan. Kayaknya tuhan nggak ngasih kita restu ya.” Maniknya menatap sendu sepatu yang ia kenakan.

“Biyyu, maaf.”

“Kakak nggak salah, emang takdir aja yang nggak setuju.”

“Kak, aku mau tanya. Kakak beneran nggak inget sesuatu apapun tentang aku?” raut sedihnya perlahan menghilang digantikan dengan raut penuh ingin tahu.

Yogala menghela napas kasar, “nggak Biy. Cuma kadang ada sekelebat lewat habis itu hilang lagi. Aneh. Aku aja bingung sama ingatan sendiri.”

“Kira-kira ingatan kakak bisa balik kayak dulu lagi nggak?”

Senyuman terukir diwajah tampan Yogala. “Biyyu, dokter nggak bilang bisa balik atau nggak. Dokter cuma bilang berusaha aja. Tapi, kakak bener bener nggak bisa inget kejadian sekitar 1-2 tahun yang lalu. Maaf ya.”

“Gapapa. Kakak mau mulai semuanya dari awal nggak?” tanyanya sekali lagi.

“Biyyu, maaf. Kakak nggak tau bakal gimana kalo kamu tanya begini. Rasanya nyaman deket sama kamu, tapi ada juga perasaan buncah. Dan kakak nggak tau apa yang kakak khawatirin. Sekali lagi maaf.”

Ah, sudah berbeda rupanya. Berbekal senyum tipis dan mata menahan tangis, si manis mengeluarkan beberapa kata sebelum benar-benar berpisah dengan kesayangannya.

“Kak Gala nggak usah minta maaf terus. Aku paham kok, mungkin rasanya beda ya. Gapapa, kita masih bisa temen ataupun sekedar mengenal nama mungkin? Haha gatau deh ya, tinggal nanti aja gimana. Kak Gala ganteng sehat-sehat dan jaga diri ya. Mungkin aku bakal menghindar dari kakak selama beberapa hari atau mungkin minggu, aku izin nyembuhin luka, ya kak. Semoga kakak selalu bahagia. Abiyyu pamit, dadah kak Gala!”

Kalimat panjang selesai terucap, kini saatnya pergi mencari toilet dan menumpahkan tangis. Lalu menghibur diri melihat para satwa, semoga kuat Bhagawanta.

“Abiyyu, maaf.” Ucap Yogala dengan nada lirih.

It's funny how a memory, turns into a bad dream

Ah, sial. Mengapa tempat ini memutar lagu dengan waktu yang sangat tidak tepat, membuat Yogala semakin bersalah saja.

Semoga si manis dapat menyembuhkan luka dan si kesayangan dapat segera menemukan apa yang membuatnya merasa gelisah. Hanya satu harapan yang mereka inginkan, kembali dekat seperti sediakala, tanpa mengingat perihnya luka, dan tak sebatas mengenal nama.

Ucapan terimakasih dan ribuan maaf mereka lantunkan dalam batin. Rasa sesal dan bersalah mulai menghantui pikiran keduanya, seperti ingin kembali memutar waktu tetapi itu mustahil. Nasi sudah menjadi bubur, keduanya kini hanya dapat menerima dan mencoba.

Semoga bahagia diakhir nanti Bhagawanta dan Abisatya.

Sebutir kenangan.

#TW // mentioning animals , mentioning accident , amnesia

Yogala Abisatya, mengalami cedera pada kepala lumayan parah karena kecelakaan lalu lintas. Mengakibatkan sistem limbik pada otaknya rusak. Sistem limbik yang rusak membuat Yogala kehilangan ingatan dan mengidap amnesia retrograde, yang berarti ia tak bisa mengingat kejadian di masa lalu. Namun, dokter berkata, Yogala tidak melupakan semuanya. Yogala hanya lupa yang terjadi pada sekitar 1-2 tahun sebelum ia kecelakaan, cukup banyak kenangan yang dilupakan oleh Yogala. Termasuk kenangannya bersama Bhagawanta Abiyyu.

Bhagawanta Abiyyu Daryata, lelaki berperawakan mungil dan berparas menawan, sosok pembangkit semangat Yogala “dulu” sebelum kehilangan ingatan. Abiyyu berusaha keras membuat Yogala ingat tentang dirinya, kenangan mereka, juga status keduanya. Abiyyu sempat ingin marah pada Yogala sebab melupakan kenangan yang bagi Abiyyu sangat berharga, tetapi perlahan-lahan ia memaklumi nya. Abiyyu berjanji akan membuat Yogala ingat tentang itu, nanti.

Dan hari ini Abiyyu menepati janji itu. Ia mengajak Yogala ke Maharani Zoo, tempat bersejarah bagi Abiyyu. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di halaman rumah Yogala sangking semangatnya untuk membuat ingatan sang kakak kembali.

“Kak Gala jalan-jalan yuk!”

“Iya Biy, sebentar, lagi ganti baju,” jawab Yogala dengan teriakan.

Mendengar jawaban itu membuat senyuman manis menghiasi wajah Abiyyu. Ia sudah membayangkan betapa indahnya hari ini, berjalan-jalan bersama Yogala, melihat-lihat banyak satwa, juga mengingat kembali kenangan indah dirinya bersama Yogala. Pasti menyenangkan.

“Ayo Biy, kok malah senyum-senyum gitu? Nanti kemasukan lho,” tegur Yogala.

“Hehe iya, lagi ngayal aja kak.” Kaki mungilnya melangkah ke arah motor Yogala berada, lalu mengantar tubuh Abiyyu untuk menaiki motor milik kakak kesayangannya.

“Ayo berangkat!!!!”

Yogala tersenyum lebar mendengar seruan semangat dari Abiyyu. Berada disekitar Abiyyu selalu membuat dirinya nyaman dan bahagia. Namun entahlah, seperti ada yang mengganjal di hatinya.

Tak sampai 20 menit, mereka sudah sampai di lokasi, Maharani Zoo & Goa. Kedua pemuda itu kini sedang menyunggingkan senyum bahagia, melihat banyak satwa adalah pembangkit semangat terbaik bagi mereka. Keduanya memang pecinta binatang. Selain itu, melihat banyak satwa membuat mereka semakin bersyukur kepada yang mahakuasa.

Tidak mau mengulur waktu lagi, Abiyyu segera menarik tangan Yogala ke lokasi pembelian tiket. Tenang saja, kali ini Abiyyu yang membayar.

“Kak Gala ayo masuk,” ajak Abiyyu sambil memamerkan 2 tiket ditangannya.

Yang diajak hanya mengikuti saja. “Biyyu, nanti uangnya aku ganti ya, nggak enak dibayarin begini.”

“Udah diterima aja, aku maksa.” Abiyyu yang mau membuka suara terpaksa diam dengan wajah cemberut ala dirinya.

“Gausah cemberut gitu, ayo masuk. Nanti keburu rame.” Yogala segera menarik tangan kecil Abiyyu. Sedangkan yang ditarik hanya diam saja, masih kesal rupanya.

Mata Abiyyu berbinar-binar kala langkah kakinya sudah sampai di depan kandang-kandang banyak satwa. Rasa kesalnya terhadap Yogala sudah menguap ditiup angin, sekarang digantikan rasa bahagia yang luar biasa.

“Woah, kak Gala liattt kudanil nya muncul!” Yogala hanya mampu memasang senyum lebar sembari mengusap rambut hitam Abiyyu.

“Kak Gala.”

“Iya?”

“Hewan kesukaan kak Gala apa?”

“Kuda. Dari kecil aku suka banget sama kuda. Bisa dibilang aku penggemar berat kuda haha.”

Masih sama ternyata. “Kak Gala inget nggak, dulu kita pernah naik delman keliling kampung gara-gara kakak kangen sama kuda. Lucu banget kalo aku diinget haha.”

“Oh ya? Wahh, asik banget dong pasti naik delman gitu. Jadi pengen lagi.” Yogala membayangkan bagaimana menyegarkan udara dan kenikmatan yang dapat ia nikmati saat menaiki delman di pagi hari.

“Kapan-kapan nanti kita naik delman lagi. Kak Gala ayo ke kandang badak!”

Abiyyu berlari meninggalkan Yogala menuju kandang badak dengan girang. Seperti menemukan harta karun saja, batin Yogala berkomentar.

“Biyyu pelan-pelan nanti jatuh.”

“Iyaaaa.”

Yogala sudah berada disisi kanan Abiyyu, memperhatikan hewan besar bercula sedang berjalan kesana kemari.

“Disini kak Gala pernah bilang ke aku,” sesi cerita Abiyyu kembali dimulai.

“Bilang apa?” tanyanya.

“Kak Gala bakal jadi sosok badak yang kuat buat aku. Kak Gala bakal nonjok muka-muka orang jahat pake senjata kakak, tangan. Sama kayak badak yang nyeruduk musuhnya pake cula.” Seakan mengerti kemana arah pembicaraan Abiyyu, Yogala segera mengusap punggung tangan Abiyyu dengan halus.

“Biyyu, liat deh badak itu. Gemuk. Tapi, aku suka sama badak.” Celoteh Yogala.

“Alasannya?”

“Badak kuat. Dia bisa ngelindungi diri pake cula nya. Aku bakal jadi badak buat kamu, aku bakal nonjokin orang-orang yang jahat sama kamu. Biar kapok mereka,” Yogala bercerita dengan menggebu-gebu.

“Kakak kenapa lucu banget deh, haha iya deh iya.”

“Nanti kalo ada yang jahat sama Biyyu bilang ke kakak ya, biar kakak tonjok beneran,” Yogala mencoba menghibur adik kecilnya yang kini sedang murung, teringat kenangan terdahulu.

“Iya, pasti aku bakal bilang ke kak Gala.”

“Yaudah, pindah yuk. Mau kemana sekarang?” tanya Yogala.

“Naik, ke kandang harimau sama singa, mau nggak?”

“Mau. Semangat dong Biy, masa lagi jalan-jalan lemes gituu.” Tangan Yogala bergerak mencolek pipi si manis.

“Jangan colek colek, aku bukan sabun colek,” kesal Abiyyu.

“Iya-iya, maaf.”

Keduanya segera melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana sang raja rimba berada. Mata mereka tak berhenti menatap kagum makhluk ciptaan Tuhan yang beragam bentuknya.

“Biyyu, ada kuda poni!” Seruan Yogala membuat mata Abiyyu beralih menatap yang lebih tua.

“Mana?”

“Ituuuu, liat deh, lucu kayak aku,” Yogala segera berlari mendekat seperti anak kecil bertemu mainan baru.

Sedangkan yang lebih muda hanya dapat menggelengkan kepala, sudah biasa dengan tingkah laku Yogala yang seperti itu.

“Kak Gala liatnya jangan lama-lama, keburu panas!” Bukan tanpa alasan Abiyyu berseru seperti itu, pasalnya Yogala selalu lupa waktu jika sudah bertemu dengan hewan berkaki empat itu.

“Iya, 5 menit lagi.”

Setelah menunggu hampir 7 menit lamanya mereka akhirnya dapat melanjutkan perjalanan. Abiyyu bersemangat, begitu juga Yogala.

“Biyyu, harimau nya mirip kamu,” tunjuk Yogala pada harimau putih kala mereka sampai di depan kaca yang mengarah pada kandang hewan buas tersebut.

“Enak aja.”

“Kak Gala mau denger cerita lagi nggak?” Abiyyu menatap dalam manik coklat sang kesayangan.

“Boleh.”

“Kak Gala jaman dulu anaknya aneh. Masa dia pernah nyuruh harimau yang tiduran itu buat senyum,” tangannya menunjuk kearah harimau benggala diujung.

“Ha? Aku pernah bilang gitu? Coba cerita lebih banyak.”

“Jadi gini..”

“Biyyu, si oren kenapa gak senyum ya? Padahal daritadi aku senyum ke dia. Sombong banget deh,” komentar Yogala kembali keluar ketika melihat harimau benggala yang terus-terusan memasang wajah garang.

“Harimau mana bisa senyum sih kak, nanti kalo senyum gempar satu dunia yang ada.”

“Bener juga. Kalo gitu kamu nggak usah temenan sama si oren itu, nanti kena virus nggak mau senyum. Jelek.”

“Mana bisa jelek, aku cakep gini,” protes Abiyyu tak terima dibilang jelek.

“Kamu kalo nggak senyum jadi jelek. Mangkanya senyum terus, jangan cemberut apalagi nangis, nanti makin jelek. Aku nggak suka.”

“Aneh banget tapi bikin terharu,” tutup Abiyyu.

Tidak ada yang bisa Yogala lakukan selain memandang paras indah Abiyyu, yang dulu selalu menjadi kesukaannya. Tidak tahu bagaimana dengan sekarang.

Merasa tak mendapat respon dari sang lawan bicara, Abiyyu dapat menyimpulkan bahwa si kesayangan mulai lelah dengan wisata kali ini. Hingga satu kalimat keluar dari bibir Abiyyu yang langsung mendapat perhatian dari Yogala.

“Kak Gala capek, ya? Satu tempat lagi yuk, habis itu kak Gala boleh pulang,” pintanya.

“Kamu nggak pulang emang?”

“Pulang, tapi nanti. Aku mau keliling dulu, hehe.” Cengiran manis membuat Yogala sedikit merasa bersalah, tapi tak tahu apa sebab penyebab rasa itu muncul.

“Yaudah, kemana?”

“Tempat gajah. Tenang aja, disana ada tempat duduknya. Kak Gala bisa sekalian istirahat bentar disana.”

“Yuk kak,” ajaknya.

Anggukkan Gala keluarkan sebagai jawaban. Dengan segera Abiyyu menggunakan langkah lebarnya supaya sang kesayangan cepat-cepat bisa duduk.

“Yeay, sampai!” Serunya senang ketika keduanya sampai ditempat bersejarah, bagi Abiyyu tentunya.

“Mau minum Biy?” tawar Gala.

“Nggak. Aku mau cerita aja. Kakak dengerin aja kalo mau, kalo nggak mau ya.. tutup aja telinganya hehe.”

“Didengerin kok. Cerita aja,” suruh Yogala.

“Disini kak Gala bilang mau jadiin aku pacar, bilang doang sih kenyataannya belum. Kejadiannya sekitar 3 bulan sebelum kak Gala kecelakaan.”

“Anak kecil, duduk situ dulu yuk, capek nih,” ajak Yogala.

“Hah, iya deh. Capek juga ya keliling setengah tempat ini, tapi asik!”

“Suka?”

“Banget! Kapan-kapan kesini lagi ya kak, kalo kakak mau hehe.”

“Nanti kalo kamu jadi jantung hati kakak pasti bakal kesini lagi,” ucap Yogala asal.

“Jantung hati apaan, aneh-aneh aja kakak mah.”

“Dih?? Jantung hati itu sinonim kekasih atau lebih gampangnya pacar. Nanti kakak bakal jadiin kamu pacar, nanti tapi.”

“Hm.”

“Beneran ini mah, bukan bercandaan. Tunggu 3 bukan lagi ya manis,” janjinya.

“Tapi sayang banget 3 bulan kemudian kakak kecelakaan. Kayaknya tuhan nggak ngasih kita restu ya.” Maniknya menatap sendu sepatu yang ia kenakan.

“Biyyu, maaf.”

“Kakak nggak salah, emang takdir aja yang nggak setuju.”

“Kak, aku mau tanya. Kakak beneran nggak inget sesuatu apapun tentang aku?” raut sedihnya perlahan menghilang digantikan dengan raut penuh ingin tahu.

Yogala menghela napas kasar, “nggak Biy. Cuma kadang ada sekelebat lewat habis itu hilang lagi. Aneh. Aku aja bingung sama ingatan sendiri.”

“Kira-kira ingatan kakak bisa balik kayak dulu lagi nggak?”

Senyuman terukir diwajah tampan Yogala. “Biyyu, dokter nggak bilang bisa balik atau nggak. Dokter cuma bilang berusaha aja. Tapi, kakak bener bener nggak bisa inget kejadian sekitar 1-2 tahun yang lalu. Maaf ya.”

“Gapapa. Kakak mau mulai semuanya dari awal nggak?” tanyanya sekali lagi.

“Biyyu, maaf. Kakak nggak tau bakal gimana kalo kamu tanya begini. Rasanya nyaman deket sama kamu, tapi ada juga perasaan buncah. Dan kakak nggak tau apa yang kakak khawatirin. Sekali lagi maaf.”

Ah, sudah berbeda rupanya. Berbekal senyum tipis dan mata menahan tangis, si manis mengeluarkan beberapa kata sebelum benar-benar berpisah dengan kesayangannya.

“Kak Gala nggak usah minta maaf terus. Aku paham kok, mungkin rasanya beda ya. Gapapa, kita masih bisa temen ataupun sekedar mengenal nama mungkin? Haha gatau deh ya, tinggal nanti aja gimana. Kak Gala ganteng sehat-sehat dan jaga diri ya. Mungkin aku bakal menghindar dari kakak selama beberapa hari atau mungkin minggu, aku izin nyembuhin luka, ya kak. Semoga kakak selalu bahagia. Abiyyu pamit, dadah kak Gala!”

Kalimat panjang selesai terucap, kini saatnya pergi mencari toilet dan menumpahkan tangis. Lalu menghibur diri melihat para satwa, semoga kuat Bhagawanta.

“Abiyyu, maaf.” Ucap Yogala dengan nada lirih.

It's funny how a memory, turns into a bad dream

Ah, sial. Mengapa tempat ini memutar lagu dengan waktu yang sangat tidak tepat, membuat Yogala semakin bersalah saja.

Semoga si manis dapat menyembuhkan luka dan si kesayangan dapat segera menemukan apa yang membuatnya merasa gelisah. Hanya satu harapan yang mereka inginkan, kembali dekat seperti sediakala, tanpa mengingat perihnya luka, dan tak sebatas mengenal nama.

Ucapan terimakasih dan ribuan maaf mereka lantunkan dalam batin. Rasa sesal dan bersalah mulai menghantui pikiran keduanya, seperti ingin kembali memutar waktu tetapi itu mustahil. Nasi sudah menjadi bubur, keduanya kini hanya dapat menerima dan mencoba.

Semoga bahagia diakhir nanti Bhagawanta dan Abisatya.