treatment. – weishin
WARN
– Long naration
– Bahasa kotor dan frontal
– in consent; bj, foodkink
– mention of degrading (little)
Jinhyuk merasa tubuhnya penat sekali. Seharian ia bekerja keras menghadapi klien-kliennya yang bermacam-macam karakternya. Ada yang begitu cerewet hingga membuatnya pusing tujuh keliling, hingga klien yang begitu mudah approval proposalnya. Jinhyuk merasa ingin sekali di pijat. Dia ingat saran Seungwoo akan bagaimana melakukan semuanya dari rumah. Bahkan pijatpun dengan mudah bisa dilakukan di kediaman. Akhirnya ia memesan dari sebuah perusahaan pijat yang melayani pelanggan di mana saja. Tak lama kemudian, bel apartemennya berbunyi. Jinhyuk membuka pintu dan melihat seseorang dengan seragam ketat dan wajah manisnya tersenyum ke arahnya.
“Anda yang pesan layanan pijat dari kami, 'kan tuan?”
“Iya benar, silahkan masuk.” Jinhyuk hanya menggunakan bokser tanpa menggunakan baju atasan. Lelaki manis dengan name tag Wooseok itu masuk mengikuti Jinhyuk. Jinhyuk rebahan di sofa dan menunggu Wooseok mempersiapkan minyak zaitun dan sebagainya.
“Saya mulai ya, tuan.” Jinhyuk mengangguk dan memainkan hapenya. Tangan Wooseok mulai memijat kaki Jinhyuk pelan. Jinhyuk mengerang karena disitulah ia merasakan lelah. Wooseok memijat paha Jinhyuk dan kemudian naik ke atas, semakin ke atas. Wooseok mengurut paha dalam Jinhyuk pelan. Tangannya yang halus tersebut memberikan ketenangan sendiri bagi Jinhyuk.
“Maaf, permisi.” Wooseok melorotkan bokser Jinhyuk. Jinhyuk mulai terangsang ketika Wooseok memijat daerah selangkangannya. Penisnya berkedut dan mulai menegang, ia merasa awkward dengan situasi ini.
“Tak usah malu, tuan, ini memang biasa terjadi, saya mengerti.” Wooseok melumuri tangannya dengan minyak zaitun dan mengurut penis Jinhyuk pelan. Jinhyuk meneguk ludah berat, merasa bingung dengan treatment Wooseok. Jinhyuk meremas handphonenya menahan desahan. Wooseok masih dengan santainya memijat pangkal, lalu skortum Jinhyuk. Jinhyuk melihat wajah manis Wooseok mulai memerah.
“Ahh,” Jinhyuk meloloskan satu desahan dari mulutnya. Wooseok semakin gencar mengurut penis Jinhyuk hingga mengeluarkan pre-cum manisnya. Wooseok mengocok penis Jinhyuk handal.
“Milik anda begitu keras, tuan. Saya belum pernah melihat yang sebesar dan sekeras ini.” Wooseok berkata sensual dengan bibirnya yang ia gigiti seksi. Jinhyuk menatapnya sedikit malu. Seharusnya ia tak bangun secepat ini. Tapi melihat pegawai yang memijatnya memiliki wajah semanis dan seputih susu tersebut membuat Jinhyuk lupa diri. Ia hanya bisa meneguk ludahnya kasar.
Wooseok menjawil lubang penis Jinhyuk pelan menimbulkan Jinhyuk berjengit kaget. Wooseok tersenyum miring. Lelaki yang berbaring di hadapannya sungguh menawan. Jiwa pelacurnya bangkit dengan sendirinya.
Wooseok meninggalkan penis tegak tersebut sendiri dan memijat perut kotak-kotak Jinhyuk halus. Jinhyuk menghela napas lega. Setidaknya ia tak perlu menahan desahan akibat pijatan Wooseok. Wooseok meraba perut Jinhyuk pelan. Begitu indah dan padat. Wooseok menelan ludahnya, kulit tanned Jinhyuk membuatnya semakin hot.
Pemuda tersebut mengusap dada bidang Jinhyuk pelan, memijatnya dengan benar membuat Jinhyuk rileks. Terkadang siku Wooseok menyenggol penis—setegak menara eiffel— milik Jinhyuk membuat Jinhyuk lagi-lagi berjengit. Wooseok menghentikan pergerakannya dan meminta izin untuk menduduki perut Jinhyuk — yang pastinya ditumpu kakinya—
“Apa saya berat?” tanya Wooseok ketika menduduki perut Jinhyuk. Jinhyuk menggeleng pasti. Wooseok ringan seperti bulu. Wooseok tersenyum tipis. Ia mulai memijat lagi dada Jinhyuk dengan menurunkan badannya sedikit membuat Jinhyuk gagal fokus dengan leher putih Wooseok. Pantat Wooseok menusuk-nusuk penis Jinhyuk membuat Jinhyuk mengerang frustasi. Wooseok masih kalem dan kini memelintir puting Jinhyuk halus. Jinhyuk menegang dan meremas pinggul Wooseok.
Wooseok meliriknya dan tersenyum kecil. Triknya mulai berhasil, sejauh ini Jinhyuk satu-satunya pelanggan yang mampu menahan untuk tidak menyerangnya langsung. Wooseok menambah kekuatan memelintir puting Jinhyuk jenaka. Ia merasakan tangan Jinhyuk memasuki bajunya pelan, mengelus pinggang Wooseok lembut dan memejamkan matanya. Jinhyuk mengerang halus dengan mata yang masih terpejam.
“Tuan bisa memasukkan tangan anda ke dalam tubuh saya.” Wooseok mengagetkan Jinhyuk dengan bisikan halus. Jinhyuk mengangguk canggung dengan Wooseok yang masih tersenyum manis. Wooseok melanjutkan treatment putingnya lagi. Jinhyuk kini memasukkan tangannya ke dalam celana Wooseok. Meraba bongkahan munyil yang sedari tadi menyebabkan ia penasaran. Matanya tertutup rapat menikmati kenyalnya pantat Wooseok. Wooseok tersenyum menang. Pinggulnya ia goyangkan seolah tak sengaja. Peluh Jinhyuk menetes deras menahan hasratnya untuk menyetubuhi kucing manis di atasnya.
“Oh.” Wooseok menatap Jinhyuk yang terlihat kepanasan dan mulai menggrayangi lubangnya pelan. Menjejali pikiran Jinhyuk dengan hal-hal kotor yang menyebabkan penisnya semakin menjulang tegap. Wooseok meraba wajah Jinhyuk perlahan membuat sang empunya membuka matanya. Kedua iris kelabu itu bertabrakan dengan iris coklat terang Wooseok. Membuatnya tenggelam dalam kekaguman dan hasrat yang melunjak.
Wooseok menggigit bibir merah mudanya sensual membuat Jinhyuk ingin melumatnya kasar. Lelaki tersebut menegakkan tubuh telanjangnya yang atletis dengan Wooseok di pangkuannya.
“Oh, tuan... Anda menusukku.” Wooseok mendesah ketika lubangnya yang masih dilapisi celananya tertusuk penis Jinhyuk. Wooseok mencium bau lelaki jantan menguar semerbak. Wooseok menjilati leher berkeringat Jinhyuk. Jinhyuk tak tinggal diam. Tangannya masuk ke dalam kaos Wooseok dan mencari puting kecil Jinhyuk. Setelah menemukannya, Jinhyuk memelintir puting Wooseok kencang membuat Wooseok terhentak dan ditahan lutut Jinhyuk. Wooseok menyusu di puting Jinhyuk setelahnya. Menggigit puting coklat itu dan menyesapnya liar. Jinhyuk terengah-engah dan mendorong kepala Wooseok semakin menempel.
“Yah, begitu kucing manis.” Wooseok mengedipkan matanya sembari menatap Jinhyuk yang terkekeh gemas melihat Wooseok yang mengundang nafsu tersebut. Wooseok menidurkan dirinya diatas badan Jinhyuk. Badan kekar Jinhyuk merengkuhnya lembut. Tangan Wooseok mulai menanggalkan baju atasannya. Sedangkan celananya, ia dibantu Jinhyuk meloloskannya dengan tergesa. Kali ini mereka bertindihan dengan tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh mereka.
“Lihat kulit bersihmu itu Wooseok. Aku akan menghiasinya agar semakin terlihat cantik.” Jinhyuk mengangkat tubuh Wooseok dan membaliknya ganas.
“Ah jangan. Ah ah. OHh. Tuan. Hentihhkan.”
“Apa?”
“Jangan hentikan. Ohh suck me, feel me, fuck me hard Tuan. I beg you. OhHH.” Wooseok merasakan lehernya digigiti dengan tak sabaran, di sedot kencang dengan mulut basah Jinhyuk.
“Feel so good.” Wooseok meraba tubuhnya yang dikagumi banyak orang karena kulitnya yang putih bersih dan juga rampingnya pinggang lelaki cantik tersebut. Jinhyuk mengelus penis Wooseok kencang, meremasnya hingga membuat Wooseok mendesah pelan. Jinhyuk mengangkat Wooseok dan menidurkannya di sofa.
Matanya menelisik ke arah Wooseok yang terlihat sangat cantik dengan mulut terbuka pasrah dan lehernya yang penuh bercak kemerahan.
“Kau sangat cantik.” Jinhyuk melebarkan kaki Wooseok dan menenggelamkan wajahnya di bagian bawah tubuh Wooseok. Menciuminya penuh nafsu, mengulum, serta menggigitnya gemas.
“TUAN! AHHH! AH. AH. Wooseok menyukai ini.” Wooseok menghimpit kepala Jinhyuk dan mendorongnya maju hingga wajah Jinhyuk tersumpal oleh bagian bawahnya. Jinhyuk menghiasi lubang Wooseok dengan piawai, menyedot kulit halus Wooseok dengan rakus. Jarinya meraba lubang Wooseok perlahan.
“Oh uhh t-tuan aaah. Begitu! Ohh,” Wooseok menjambak rambut Jinhyuk, merematnya kencang membuat Jinhyuk semakin terpompa untuk membasahi selangkangan Wooseok. Dia meludah dan meratakannya di penis Wooseok.
“TUAN! AHH.”
“Moan until your voice ran out, baby.” Wooseok meneguk ludahnya ketika Jinhyuk merangkak dan menciumi wajahnya garang. Penisnya ditekan di perut Jisoo membuatnya mengerang kehabisan akal. “I’ll enter.”
“T-tuanhh tuanhh tuaaanhhh. Penis anda oh! Oh God, oh God.” Wooseok meracau tak jelas dengan pinggulnya ditahan Jinhyuk erat. Wooseok mendongak dan merem melek keenakan ketika Jinhyuk memperdalam hentakan penisnya dengan kencang. Tangannya mengusap dada bidang Jinhyuk kasar. Jinhyuk benar-benar panas. Dan Wooseok-lah yang memanaskannya. Lidah Jinhyuk menjilati wajah Wooseok.
“Wooseok— .” Jinhyuk menggendong Wooseok dan membawanya ke dapur miliknya. Di dudukkannya ia diatas meja pantry dan beralih ke kulkas untuk mengambil beberapa bahan.
“I'll decorate you, kitten.” Ujar Jinhyuk melompat mencium Wooseok lembut. Wooseok menggoyang-goyangkan badannya tak sabar. Ia tidur telentang di atas meja sambil menari seksual sembari menunggu Jinhyuk. Jinhyuk meneguk ludahnya melihat gaya Wooseok yang menaik turunkan badannya seperti ulat merayap. Desahan halus Wooseok mengimbangi gerakannya yang lemah gemulai tersebut. Pantatnya naik dengan sendirinya.
“TUAN!” PLAK. Pantat Wooseok ditepuk kencang ketika Jinhyuk melewatinya. Gigi Wooseok bergemeletuk tak bisa menahan nafsunya lebih lama. Ia ingin di hajar Jinhyuk. Jinhyuk terkekeh. Dia melempar kedipan mata menggoda disertai desahan kasarnya ketika Wooseok membelai penisnya sendiri. Dia mempercepat urusannya sambil mengurut batang penisnya keras.
“Ah ah cepatlah Tuan, aku kedinginan. Aku butuh tangan besarmu untuk merengkuhku.” Wooseok menghetakkan kakinya tak sabaran. Jinhyuk kembali dan mencium bibir Wooseok kalut, kepala Jinhyuk ditahan Wooseok ditekan kencang agar menguasai bibir bengkaknya.
“Ahemmh, ohhh tuanhh. Tu— anhh ohh oh lagih— .” Wooseok menggelinjang tatkala Jinhyuk mengoral penisnya sembari memasukkan jarinya ke dalam mulut Wooseok. Jinhyuk melepas kulumannya disambut desahan tak setuju dari Wooseok sendiri.
Jinhyuk membuka lebar paha Wooseok dan bekerja dengan cekatan.
Pertama-tama ia memijit Wooseok sensual yang membuat Wooseok mendesah tak hentinya. Lalu Jinhyuk melumuri penis Wooseok dengan cream yang ia buat menggunung. Tak lupa ia memberi selai strawberry di paha Wooseok. Mencicipinya sedikit dengan lidah basahnya.
“Tuanhh ohh.” Wooseok melenguh panjang ketika jari Jinhyuk meratakan selainya. Beralih ke perut Wooseok dan melumurinya dengan nutela yang diambilnya dan dioleskan dengan sendok sehingga dinginnya logam membuat Wooseok bergetar dan mendesah lagi.
“Kau begitu seksi sayang dan sangat manis.” Jinhyuk mencupang perut Wooseok kasar. Menikmati nutella kesayangannya membalut tubuh Wooseok menyenangkan. Wooseok menggigit bibirnya ketika Jinhyuk menjilati tubuhnya liar bak kelaparan.
“Ah ah ah. T-tuanhh.” Wooseok menggelinjang lebih hebat lagi ketika Jinhyuk menggigiti penisnya. Jinhyuk mengambil sendok makan logam dan mencelupnya ke tempat Jinhyuk, setelah itu mencobloskannya ke dalam anus Wooseok cepat. Wooseok merintih kesakitan.
“STOP TUAN. SAKIT HH. NGHH. AKHHH JANGAN TUAN.” Wooseok menangis ketika sendok itu mengorek lubangnya. Seakan tuli, Jinhyuk terus menjejali lubang Wooseok ganas. Air mata kesakitan Wooseok berganti dengan air mata kebahagiaan karena Jinhyuk menubrukkan sendok ke protatnya telak. Melenguh dan membusung sambil mendesah tak karuan.
“Wooseok. Kau membangunkan monsterku, aku tak akan berhenti bahkan jika kamu yang memintaku.” Jinhyuk menggeram rendah dan memelintir nipple Wooseok kuat menimbulkan sang empunya berteriak kencang.
“AAAAAAH. TUAN-hhh.” Jinhyuk menjilati perlahan tubuh yang terlumuri makanan tanpa menghentikan sodokan sendok ke dalam lubang Wooseok sesekali menyesap sendoknya sensual mencicipi rasa Wooseok yang begitu khas. Surai coklat Wooseok berantakan. Matanya mengagumi Jinhyuk dalam diam. Mendesah gemulai meneteskan liurnya seperti jalang.
Kakinya ia lebarkan lagi sehingga Jinhyuk dapat merasakannya dengan leluasa. Jinhyuk mengerang tatkala kaki Wooseok menemukan penisnya, menjepit dan menarik ulur dengan pelan, menimbulkan getaran bergairah dari keduanya. Wooseok keluar ketika Jinhyuk mencumbu penisnya garang. Menimbulkan kecapan nista dari mulutnya. Jinhyuk berdecap ketika Wooseok squirting dengan indahnya, matanya menerawang jauh. Wooseok masih terengah kencang. Jinhyuk menjilati bibir Wooseok sensual membuat Wooseok mendesah tertahan, manis mulut Jinhyuk membuatnya mabuk kepayang.
“Ride me, Tuan-hhh hhh. Fuck me till i die.” Wooseok menggenggam penis Jinhyuk dan mengarahkannya ke dalam lubangnya yang terlihat begitu sempit.
“Ahh, kau yakin lubangmu cukup dengan penisku yang begitu besar huh?” Jinhyuk tersenyum miring dan Wooseok membalasnya dengan yakin.
“Walau tidak muat, kau harus cari cara agar bendamu ini bisa masuk, tuan.” Wooseok mengerang keras ketika pangkal Jinhyuk sudah masuk sedikit, sensasinya begitu panas. Jinhyuk membiarkan Wooseok berusaha memasukkan kebanggaannya.
“Ahh hhh, masuk tuan.” Wooseok menggeram halus. Lubang penis Jinhyuk masuk setengahnya. Jinhyuk mencium bibir Wooseok kembali. Memaju mundurkan pinggulnya setelah itu.
“Mmhh, Seok— lubangmu sangat sempit. Aku ingin mengoyaknya sayang.” Tangan Jinhyuk menjamah puting Wooseok dengannya yang menusuk Wooseok lembut. Wooseok melingkarkan kakinya di pinggang Jinhyuk. Dengar, lenguhan Wooseok membangkitkan libido Jinhyuk.
“Astaga! Lebih cepat.” Wooseok meringsut maju membantu pergerakan Jinhyuk. Jinhyuk mendorong pinggulnya masuk dalam sekali sentakan. membuat Wooseok berteriak sungguh kencang.
Jinhyuk mengobrak-abrik lubang Wooseok begitu kasar. yang diobrak-abrik mendesah keras menikmati tusukan Jinhyuk.
“Apa pernah orang lain menusukmu hebat seperti ini? Apa pernah mereka... melesakkan penis sebesar dan sekeras ini? Apa pernah mereka memanjakan penismu tatkala sedang mengendaraimu seperti ini?” Jinhyuk bertanya sambil menusukkan penisnya telak, tubuh Wooseok terhentak begitu kencang. Kupingnya memanas ketika lontaran pertanyaan dari Jinhyuk keluar dari bibir seksi nan panasnya. Wooseok mencakar punggung sang dominan menyalurkan ketidakmampuannya untuk berbicara barang sedikitpun.
“Unghhh. Ahh tuan— .”
“Panggil aku Jinhyuk.”
“Sshh... Jinhyuk.” Wooseok menjambak pelan surai Jinhyuk. Terengah-engah dengan tubuh yang bergetar hebat dibawah kungkungan kencang Jinhyuk. Pria di atasnya kini menyesap puting Wooseok.
“Ayo main di kamar saja.” Jinhyuk mengangkat tubuh ringan Jisoo tanpa melepaskan kontak fisik keduanya. Bahkan semakin membrutal. Wooseok menciumi bibir Jinhyuk. French kiss liar mereka menjadi pemanis hentakan pinggul lebar Jinhyuk dan naik turunnya Wooseok di gendongan Jinhyuk.
Membanting Wooseok ke atas kasur besar miliknya dan menatap Wooseok yang terengah pasrah. Malam masih panjang, dan persetan dengan kalimat lelahnya tadi. Jinhyuk siap menggempur Wooseok hingga besok.
FIN- or to be continue?