jinyeokissm

WeishinKaram2020

won't you stay, as you promised? – weishin oneshoot

A/N: hai! Akhelois is here bring to you a –not really– angst oneshoot. I don't know, but these past days, my heart feels burdened and crying my self to sleep everyday. Maybe, can you drop me sum support messages to my cc? Thank you, beautiful lads. I'm sorry for delaying my au(s), gotta finished it REAAAL soon.

enjoy!

Juni, 2018.

“Gue Jinhyuk. Lo Wooseok, kan?” Dalam sekejap, binar mata Wooseok menandakan ia terkejut akan sapaan mendadak dari seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Anehnya lagi, pemuda di sebelahnya itu mengetahui namanya.

“Ya?” Jari telunjuknya membetulkan kacamata yang bertengger manis di rupa seorang Kim Wooseok. Kepalanya menunduk, menghindari tatapan ceria pemuda yang menyebut dirinya sebagai Jinhyuk tadi.

“Boleh kenalan?”

Mengerjap. Jemarinya semakin menggenggam buku psikologi yang mau ia pelajari. Batinnya bingung. Tapi entah, mungkin karena magnet Jinhyuk yang menariknya, atau, perasaan hangat yang entah kenapa muncul secara tiba-tiba. Menatap balik Jinhyuk, senyumnya keluar. Simpul, tapi indah.

Simpul, tapi membuat Jinhyuk berdebar tak karuan.

“Tapi, lo tau darimana nama gue, Jinhyuk?”

Tersedak. Jinhyuk menyadari kebodohannya.

“H-hah.”

Pungkas tawa Wooseok keluar. Merasa terhibur, merasa... Baru.


Agustus, 2018

“Jinhyuk! Jangan lupa balikin buku yang kemarin lo pinjem.” Merasa panggilannya terabaikan, Wooseok menghampiri Jinhyuk yang malah asyik mengganggu kucing kepunyaan Wooseok.

“Iyaaa, Wooseok. Inget kok.” Berdiri dari posisinya, Jinhyuk menghampiri Wooseok dengan senyum lebarnya.

“Jadi pergi ga kita?” Tangannya mengusak rambut Wooseok. Ditampik dengan gerutuan kecil.

“Ih, berantakan nih jadinya. Jadi lah? Gue siap-siap dulu ya. Sebentar. Lo main dulu aja sama kucing gue.”

“Maunya main sama yang punya. Ayo cepetan.” Cengiran khas Jinhyuk terpampang begitu jelas. Wooseok mengalihkan pandangannya. Takut akan radiasi cerahnya senyum Jinhyuk yang membuatnya hatinya berdetak abnormal.

“A-apa sih. Iya iya bentar.” Derap langkah terburu kemudian. Tawa geli dari si jangkung menyusul setelahnya.

“Gemes.”


Oktober, 2018.

“Wooseok, kalo misal gue bilang gue suka lo sekarang terus nembak lo nanya boleh jadi pacar lo sekarang, lo terima ga?”

Wooseok tersedak minuman yang sedang ia teguk, tangannya menepuk-nepuk dadanya aktif. Jinhyuk ikut panik. Tangannya ia bawa menepuk pelan punggung Wooseok.

“Wooseok!! Lo gapapa????” Bingung. Jinhyuk bingung, kenapa Wooseok malah menangis sekarang? Dia berkata suatu kesalahan?

“Jinhyuk! Kesel banget, hiks, lo... Hiks...” Minumannya ia taruh, gerakannya cepat memeluk tubuh jangkung manusia yang beberapa bulan ini telah menarik hatinya untuk mencoba sesuatu yang lebih dari pertemanan.

“Seok... Gue salah ngomong ya?”

“Iya! Lo harusnya langsung bilang aja! Gausah pake misalnya. Gue takut banget kalo ternyata selama ini gue cuman bertepuk sebelah tangan.” Tangannya menonjok pelan pundak Jinhyuk.

“G-gue takut lo tolak...”

“JINHYUK BEGOOOO. HIKS.”

“Jangan nangiiiis. Nih gue ulang yaaa. Wooseok, pacaran yuk?”

“Jinhyuk.... Hiks– ayo...” Dan malam itu, di bawah langit gelap, dengan belasan kunang-kunang, segelas milo kaleng, senyuman keduanya terpahat. Seolah tak akan padam.


November, 2018.

“Kita jodoh kali ya?” Wooseok mengernyit, menatapnya aneh. Mempertanyakan apalagi kalimat random dari sang pacar.

“Iya, soalnya kita sama-sama suka esteh. Buktinya kamu ini pesen es teh kayak aku.” Senyum jenakanya keluar. Wooseok mengerjap. Menepuk pelan pipi Jinhyuk. Mendengus tapi tak bisa menahan tawanya.

“Gimana ga pesen es teh, orang warung bakso ini cuman nyediain itu.”

“Hehehehehehee... Bener juga, ya. Tapi tetep! Kayanya kita jodoh deeeeh.”

“Apa, kenapa?”

“Soalnya kamu pesen es teh.”

“JINHYUK DIEM GAK LO AH.”


Oktober, seminggu setelahnya.

“A-ah... Jinhyuk—ngh.” Punggungnya melengkung merasakan sensasi jari sang pacar membelai tubuhnya.

“Hm? Apa sayang?” Tak menghiraukan erangan meminta dari sang bidadara, Jinhyuk malah semakin menyesap kulit putih Wooseok ganas.

“Ahngg... T-there...” Wooseok mendesis halus, tak sampai sedetik, racauannya semakin menggila. Pelumas yang ada di tangan Jinhyuk mulai diaplikasikan. Hanya ada suara geraman rendah di telinga Wooseok.

“Aku mau masuk ya...” Wooseok mengangguk aktif. Tangannya meremas pundak Jinhyuk menahan desahan lantangnya. Matanya menutup dengan peluh yang membanjiri dahinya.

“AH. JINHYUK!!!”

“Aku di sini. Dan ga akan ninggalin kamu. Ah... Seok—”


Januari, 2019

“Wooseok, jadi 'kan? Keluar Sabtu ini?” Menatap lelaki jangkung yang memakai jaket kulitnya dengan pandangan meminta maaf.

“Hngg, Jinhyuk. Maaf. Aku harus ketemu temenku, dia abis putus, he needs me...”

“Loh, Seok? Kita udah janjian kan dari minggu lalu. Kemarinnya kamu batalin gitu aja juga? Aku tuh butuh ngobrol sama kamu.”

Meringis, menyadari bahwa sudah lebih dari lima kali Wooseok membatalkan acara kencan mereka.

“Beneran. Maaf—”

“Yaudah. Terserah kamu.”


Februari, 2019.

“Salah ga sih. Gue gatau sejak kapan perasaan ini muncul,”

“Terus pacar lo yang sekarang gimana?”

“Gue... Gatau.”

“Lo pilih salah satu. Byungchan sahabat lo, sedangkan dia pacar lo. Mana perasaan yang asli, as a lover.”

“Gue sayang dia. Tapi gue ngerasa ga bisa jadi diri sendiri kalo sama dia. There are alot of things I haven't told him.”

“Lo harus tegas, sama perasaan lo. Gue cuman bisa kasih saran, jangan ketipu sama perasaan lo itu. Mungkin karena lo ngerasa kesepian dan Byungchan was there to held you up.”

“You won't know how complicated my feelings are...”

***

Maret, 2019.

“Ayo kita putus.”

“Hah?”

“Aku pikir selama ini rasa yang aku rasain, hubungan yang kita jalanin, itu bukan seperti apa yang aku maksud. Maaf... But, let's broke up.”

“You said, you won't leave me...”

“Maaf...”

“Then, okay if you want it... Let's... B-broke up.”

#WeishinKaram2020 😌🙏