Flashback 2
Heeseung Pov:
Setelah kegiatan di rumah sakit selesai dan Laura sudah di masuki ambulans untuk di bawa ke rumah duka.
Heeseung yang masih merapikan baju dan membenarkan rambut yang berantakan itu di kejutkan oleh seorang suster yang mencolek punggungnya.
“Maaf Mas, ini tas korban ketinggalan di TKP baru sampai disini, untung Mas belum pulang”
“Punya Laura?”
“Betul”
“Makasih sus”
Heeseung mengecek tas Laura, sebelum mengecek ia sudah meminta izin kepada Laura walau dia tau tidak ada sautan dari Laura “Lau, izin buka yaa”
Heeseung masih sibuk mengecek satu persatu, dan ia menemui buku diary. Laura selalu membawa buku itu kemanapun Ia pergi, tidak ada alasan yang spesifik dari Laura untuk membawa diary ini.
Heeseung membuka diary tersebut dan membacanya.
Hai, gue gak tau kenapa akhir akhir ini gue selalu berfikir kalo umur gue udah gak lama lagi, ntah itu karena pikiran jelek gue aja atau kebetulan gue gatau..
Gue tau Heeseung suka sama gue, sejak gue ospek... tapi disitu posisi gue juga udah pacaran sama Jake, jadi ya gue bersikap seolah-olah gak tau.
Hari demi hari gue lewatin, dan tepat dimana Mami Jake atau bisa di sebut dengan Tante Julia, mengirimkan pesan bahwa Jake akan di jodohkan 2bulan lagi.
Rasa nya dunia gue tiba tiba berhenti detik itu juga. Yaa, gue tau selama apapun gue jadi pacar Jake gue bakal pisah karena agama, tapi kenapa secepat ini?
Dan juga Heeseung mulai menunjukkan rasa suka nya setelah gue putus dari Jake, gue bingung, gak tau harus bagaimana.
Heeseung baik banget sama gue, sama Riki dan juga Bunda. Dia bahkan bukan mendekati gue seorang, tapi mendekati semua keluarga gue.
Bunda dan Riki udah saling kenal, tetapi kenapa gue gak bisa seterbuka itu sama Heeseung? kenapa setiap Heeseung meluk gue, gue selalu terbayang bayang Jake?
Gue cape, tapi kalo gue berhenti sekarang gue gaktau kedepannya gue bakal sebahagia apa.
Heeseung. Pria yang sangat baik, selalu sabar, selalu mengusap air mata gue dengan jari-jari lentiknya, selalu memberikan kehangatan ketika gue mengingat masa lalu.
Gue bersyukur bisa ketemu sama Heeseung, tapi kenapa gue gak bisa mencintai dia? sebanyak perlakuan manis yang Heeseung berikan untuk gue, kenapa gue tetep gak bisa untuk buka hati buat dia?
Jika nanti ada sesuatu terjadi di gue, gue mau meminta maaf sebesar-besarnya untuk Heeseung. Maaf gue gak bisa mencintai lo, dan mungkin lo bakal nemuin wanita yang selama ini lo cari di gue(?)
“Gak, gak ada cewek selain lo, gak ada yang se istimewa dari lo” ucap Heeseung
Gue juga gak tau kenapa tiba-tiba gue nulis kaya gini, tapi jujur gue juga takut kalo gue gak ada. Takut gue gak bisa lihat hari bahagia Jake
Hee, gue boleh minta tolong sama lo?
“Apa, Lo mau apa Laura? Gue bakal turuti”
Kalo sewaktu waktu gue gak ada, dan belum bisa dateng ke acara Jake, tolong lanjutin cerita ini ya? seterah lo mau lanjutin cerita ini sampai mana, mau kita sampai nikah pun gue gak masalah. Tapi tolong yaa? Ajak karakter gue untuk bisa dateng di acara pernikahan Jake, gue mohon..
“Laura..”
Semoga lo bisa ketemuin diary ini, tapi kalo gak ketemu berarti gue masih hidup, udah ya segitu dulu pegel tangan gue. Mau lanjut bobo
Diary Laura, Oktober 2019
Tangisan Heeseung pecah, Heeseung boleh kan menangis? Ia juga manusia yang ditinggali oleh wanita yang Ia cintai.
Heeseung tak habis fikir dengan Laura yang bisa berfikir tentang kematiannya, dia ini siapa? apakah bisa berbicara oleh para malaikat?
“Laura, g-gue gak bisa..”
Laura wanita yang Ia cintai kenapa harus meninggal dengan keadaan mengenaskan? mengapa? mengapa tidak Heeseung saja yang merasakan sakit ini? Laura rapuh,
“Hee,” panggil Jake
Heeseung yang merasa dirinya terpanggil, melihat ke sumber suara dan mendapati Jake dengan lesuh. Heeseung benci orang sedih, tetapi Ia juga tidak sadar bahwa Ia lebih sedih.
“Jake, lo mau baca ini?” tanya Heeseung sambil menunjukkan diary berwarna biru muda itu
“Punya Laura?”
Heeseung mengangguk “Baca nih, dia sesayang itu sama lo. Kalo sudah, kita bicarain tentang bab terakhir pesan terakhir Laura” ucap nya dan setelah itu Heeseung pergi meninggalkan Jake seorang diri di lorong rumah sakit
Dari banyaknya cara meninggilkan kenapa harus dengan kematian ra?