jjaeyyaa

Hai! Gimana hari-hari setelah kita asing? Apakah kamu baik baik saja? Atau tidak baik baik saja?

4 bulan ini kita lalui dengan kegiatan masing-masing yaa? Aku yang PKL dan kamu yang sibuk Ujian kelulusan.

Oh ya, gimana ujian kemarin? Semua baik baik aja kan? Aku harap akan begitu.

Eummm sebenarnya awkward banget nulis kaya gini disaat kita udah asing, hehehe. Tapi aku mau mengutarakan apa yang selama ini kamu gak tau, yang selama ini kamu fikir kalau aku baik-baik aja tanpa kamu.

Setelah kamu kasih buket beng – beng adalah hari dimana aku terakhir bertemu dan menatap mata sayu kamu.

Disaat kamu pulang dari rumah ku, tetesan air mata tak bisa aku tahan. Aku terharu. Aku bahagia. Aku ngerasa disayang. Aku ngerasa kamu tau semua kesukaan aku.

Semua tumpah dimalam itu, tapi kamu tidak tahu, kan?

Hari pertama aku PKL aku nangis, mata ku bengkak besar, sampai di tanya sama Bu Fia, mata kamu kenapa? Tapi aku bisa alasan.

Aku keren lagi kan?

Aku nangisin kita.

Aku nangisin kamu.

Aku nangisin kita, kenapa yaa kita bisa selesai? Kenapa ya aku gak bisa berjuang lebih lagi buat kita? Kenapa ya aku cape nya sekarang? Kenapa ya aku gak bisa mempertahankan kita? Dan banyak kenapa, kenapa di kepala ku saat malam itu.

Semua bercampur sampai kepala ku berisik. Aku benci situasi itu.

Hidup aku terus berjalan, hari demi hari aku jalanin walaupun aku ngerasa ada yang hilang dari diri aku, aku kehilangan notif WhatsApp favorit ku.

Semua terasa hampa.

Yang biasanya setiap minggu kita keluar main, yang biasanya kita vidcall, sekarang sudah tidak ada kegiatan tersebut.

Ibu ku pun menanyakan kamu. Yang biasa kesini kok udah jarang? Aku pun bingung menjawabnya seperti apa.

Mau jujur tapi aku sudah terlanjur membawa kamu ke rumah, berbohong pun lama kelamaan ibu akan tahu.

Perjalanan PKL selesai, tanpa kamu aku fikir, disaat aku PKL kamu bisa jemput aku dan jalan-jalan sekitaran sana sambil mencari jalan tikus untuk menghindari macetnya Bintaro. Semua kegiatan sudah tersusun rapih di otak ku, semua rekayasa kita sudah berputar di otak ku, tetapi takdir berkehendak lain.

Di puasa pertama sampai akhir aku jalani kesendirian, pasti kamu bingung ya? Kok sendiri? Bukannya aku sudah balikan sama mantan aku kemarin? Hahaha status ku sama dia sama kaya kita, HTS.

Tapi tak lama. Dia yang masih terbayang masa lalunya dan aku masih terbayang rasa bersalah ku sama kamu.

Bener apa yang kamu bilang, kita sangat kurang berkomunikasi dan ego kita masih tinggi. Maklum, anak bontot sama anak tengah, kalo omongan ga sesuai kemauan pasti berontak, betul kan?

Tapi itu yang membuat aku senang menjalani hubungan tanpa status sama kamu. Punya adrenalin yang tinggi jika berdebat dengan kamu.

Sampailah di hari lebaran, aku kira ibu sudah lupa dengan kamu, tetapi aku salah. Ibu menanyakan kamu lagi. Dan berakhir aku berbohong dengan ibu, maaf ya..

Aku belum bisa jujur dengan Ibu. Tapi kayaknya ibu notice kita kalau udah gak bareng deh? Tidak tahu juga, aku hanya asal nebak saja.

Perjalanan dari Februari sampai April sangat amat membuat fikiran ku terbuka. Andai, aku dan kamu kemarin mau lebih sabar lagi, andai aku dan kamu kemarin mau kurangi ego masing-masing, andai aku dan kamu kemarin mau selesain masalah dengan kepala dingin.

Maaf ya kalau kamu mau ngajak aku selesain masalah secara langsung aku selalu nolak. Aku belum bisa seperti itu, bibir ku kelu saat ingin berargumen.

Disaat emosi ku dan emosi my masih tinggi, aku berdiri kita percuma berbicara, yang ada semakin kusut permasalahan kita dan melebar kemana-mana, dan ya? Benar kan? Masalah kita melebar kemana-mana.

Semua ruwet karena salah satu masalah.

Tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, sudah tidak bisa di ubah dan di perbaiki bukan?

Tugas kita hanya pasrah dengan takdir. Jika takdir ingin mempertemukan kita lagi, pasti akan di pertemukan.

Ayo sama sama kita perbaiki diri kita, perbaiki apa yang kemarin membuat kita asing, perbaiki ego dan hal lainnya yang bisa memicu hubungan akan hancur.

Aku tidak berharap lebih kita bakal kembali lagi, tidak sama sekali. Tapi kalau takdirnya seperti itu, akan aku jalani.

Kembali dengan fikiran yang dewasa sepertinya lebih baik daripada kita memaksakan sekarang. Tetapi jika takdirnya kita masing-masing menjalani hubungan dengan orang lain, akupun tak apa. Sungguh, aku akan terima semua ini dan kamu juga harus terima ini semua.

Ngomong-ngomong aku kangen kamu beliin aku beng-beng sambil ngasih di motor, hahaha. Lucu.

Walaupun kamu selalu gak enak kalau belikan cuma satu ataupun dua, tapi percaya deh aku senang banget loh.

Dari sini kamu paham kan? Kalau bahagia bisa sesederhana ini buat aku?

Sekarang aku beli beng-beng sendiri di sekolah.

Sekarang koperasi jelek, makanan kosong semua, gak ada es yang sering kamu beli pagi-pagi itu, gak ada ice cream, gak ada beng-beng, cuma dagangan bu muisah.

Eumm apalagi ya yang mau aku sampaikan ke kamu? Sebenarnya banyak, tetapi aku tidak bisa mengutarakan semuanya, bingung mau mulai darimana.

Oh iyaa, gimana interviewnya? Kata Ayu kamu di panggil buat interview ya? Semangat yaa .... Yakinin diri kamu kalau kamu mampu dan bisa lolos di interview ini.

Ayo buktikan omongan omongan yang kemarin buat kamu sakit, sekarang waktunya kamu membuktikan itu semua.

Kalau cape jangan lupa istirahat ya? Jangan terlalu memforsir diri sendiri untuk bekerja, karena Diri kamu lebih berharga daripada pekerjaan ini.

Mungkin sampai disini saja pesan singkat yang ingin aku sampaikan ke kamu. Maaf kalo bahasa ku disini terlalu baku dan maaf kembali jika aku lancang mengetik aku-kamu disini padahal status kita hanya Teman yang asing.

Masih ada surat kedua, selamat membaca ya.

Aku tutup pesan singkat untukmu.

aulianissa Gadis Egois.

Hai! Gimana hari-hari setelah kita asing? Apakah kamu baik baik saja? Atau tidak baik baik saja?

4 bulan ini kita lalui dengan kegiatan masing-masing yaa? Aku yang PKL dan kamu yang sibuk Ujian kelulusan.

Oh ya, gimana ujian kemarin? Semua baik baik aja kan? Aku harap akan begitu.

Eummm sebenarnya awkward banget nulis kaya gini disaat kita udah asing, hehehe. Tapi aku mau mengutarakan apa yang selama ini kamu gak tau, yang selama ini kamu fikir kalau aku baik-baik aja tanpa kamu.

Setelah kamu kasih buket beng – beng adalah hari dimana aku terakhir bertemu dan menatap mata sayu kamu.

Disaat kamu pulang dari rumah ku, tetesan air mata tak bisa aku tahan. Aku terharu. Aku bahagia. Aku ngerasa disayang. Aku ngerasa kamu tau semua kesukaan aku.

Semua tumpah dimalam itu, tapi kamu tidak tahu, kan?

Hari pertama aku PKL aku nangis, mata ku bengkak besar, sampai di tanya sama Bu Fia, mata kamu kenapa? Tapi aku bisa alasan.

Aku keren lagi kan?

Aku nangisin kita.

Aku nangisin kamu.

Aku nangisin kita, kenapa yaa kita bisa selesai? Kenapa ya aku gak bisa berjuang lebih lagi buat kita? Kenapa ya aku cape nya sekarang? Kenapa ya aku gak bisa mempertahankan kita? Dan banyak kenapa, kenapa di kepala ku saat malam itu.

Semua bercampur sampai kepala ku berisik. Aku benci situasi itu.

Hidup aku terus berjalan, hari demi hari aku jalanin walaupun aku ngerasa ada yang hilang dari diri aku, aku kehilangan notif WhatsApp favorit ku.

Semua terasa hampa.

Yang biasanya setiap minggu kita keluar main, yang biasanya kita vidcall, sekarang sudah tidak ada kegiatan tersebut.

Ibu ku pun menanyakan kamu. Yang biasa kesini kok udah jarang? Aku pun bingung menjawabnya seperti apa.

Mau jujur tapi aku sudah terlanjur membawa kamu ke rumah, berbohong pun lama kelamaan ibu akan tahu.

Perjalanan PKL selesai, tanpa kamu aku fikir, disaat aku PKL kamu bisa jemput aku dan jalan-jalan sekitaran sana sambil mencari jalan tikus untuk menghindari macetnya Bintaro. Semua kegiatan sudah tersusun rapih di otak ku, semua rekayasa kita sudah berputar di otak ku, tetapi takdir berkehendak lain.

Di puasa pertama sampai akhir aku jalani kesendirian, pasti kamu bingung ya? Kok sendiri? Bukannya aku sudah balikan sama mantan aku kemarin? Hahaha status ku sama dia sama kaya kita, HTS.

Tapi tak lama. Dia yang masih terbayang masa lalunya dan aku masih terbayang rasa bersalah ku sama kamu.

Bener apa yang kamu bilang, kita sangat kurang berkomunikasi dan ego kita masih tinggi. Maklum, anak bontot sama anak tengah, kalo omongan ga sesuai kemauan pasti berontak, betul kan?

Tapi itu yang membuat aku senang menjalani hubungan tanpa status sama kamu. Punya adrenalin yang tinggi jika berdebat dengan kamu.

Sampailah di hari lebaran, aku kira ibu sudah lupa dengan kamu, tetapi aku salah. Ibu menanyakan kamu lagi. Dan berakhir aku berbohong dengan ibu, maaf ya..

Aku belum bisa jujur dengan Ibu. Tapi kayaknya ibu notice kita kalau udah gak bareng deh? Tidak tahu juga, aku hanya asal nebak saja.

Perjalanan dari Februari sampai April sangat amat membuat fikiran ku terbuka. Andai, aku dan kamu kemarin mau lebih sabar lagi, andai aku dan kamu kemarin mau kurangi ego masing-masing, andai aku dan kamu kemarin mau selesain masalah dengan kepala dingin.

Maaf ya kalau kamu mau ngajak aku selesain masalah secara langsung aku selalu nolak. Aku belum bisa seperti itu, bibir ku kelu saat ingin berargumen.

Disaat emosi ku dan emosi my masih tinggi, aku berdiri kita percuma berbicara, yang ada semakin kusut permasalahan kita dan melebar kemana-mana, dan ya? Benar kan? Masalah kita melebar kemana-mana.

Semua ruwet karena salah satu masalah.

Tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, sudah tidak bisa di ubah dan di perbaiki bukan?

Tugas kita hanya pasrah dengan takdir. Jika takdir ingin mempertemukan kita lagi, pasti akan di pertemukan.

Ayo sama sama kita perbaiki diri kita, perbaiki apa yang kemarin membuat kita asing, perbaiki ego dan hal lainnya yang bisa memicu hubungan akan hancur.

Aku tidak berharap lebih kita bakal kembali lagi, tidak sama sekali. Tapi kalau takdirnya seperti itu, akan aku jalani.

Kembali dengan fikiran yang dewasa sepertinya lebih baik daripada kita memaksakan sekarang. Tetapi jika takdirnya kita masing-masing menjalani hubungan dengan orang lain, akupun tak apa. Sungguh, aku akan terima semua ini dan kamu juga harus terima ini semua.

Ngomong-ngomong aku kangen kamu beliin aku beng-beng sambil ngasih di motor, hahaha. Lucu.

Walaupun kamu selalu gak enak kalau belikan cuma satu ataupun dua, tapi percaya deh aku senang banget loh.

Dari sini kamu paham kan? Kalau bahagia bisa sesederhana ini buat aku?

Sekarang aku beli beng-beng sendiri di sekolah.

Sekarang koperasi jelek, makanan kosong semua, gak ada es yang sering kamu beli pagi-pagi itu, gak ada ice cream, gak ada beng-beng, cuma dagangan bu muisah.

Eumm apalagi ya yang mau aku sampaikan ke kamu? Sebenarnya banyak, tetapi aku tidak bisa mengutarakan semuanya, bingung mau mulai darimana.

Oh iyaa, gimana interviewnya? Kata Ayu kamu di panggil buat interview ya? Semangat yaa .... Yakinin diri kamu kalau kamu mampu dan bisa lolos di interview ini.

Ayo buktikan omongan omongan yang kemarin buat kamu sakit, sekarang waktunya kamu membuktikan itu semua.

Kalau cape jangan lupa istirahat ya? Jangan terlalu memforsir diri sendiri untuk bekerja, karena Diri kamu lebih berharga daripada pekerjaan ini.

Mungkin sampai disini saja pesan singkat yang ingin aku sampaikan ke kamu. Maaf kalo bahasa ku disini terlalu baku dan maaf kembali jika aku lancang mengetik aku-kamu disini padahal status kita hanya Teman yang asing.

Masih ada surat kedua, selamat membaca ya.

Aku tutup pesan singkat untukmu.

aulianissa Gadis Egois.

Setelah selesai dengan kegiatan di kamar mandinya, Raihan dikejutkan dengan suara lirihan tangis di dekatnya. Bulu kuduk nya seketika berdiri, mendengar suara tangisan yang terpendam itu.

Perlahan Raihan jalan menghampiri suara tangisan itu tetapi ia heran kenapa langkahnya menuju tempat tidurnya? Apakah Vanya menangis? Bukankah tadi Vanya sudah ia suruh tidur duluan?

“Bubb,” panggil Raihan memastikan.

Vanya mengangkat kepalanya kaget mendengar panggilan itu, seketika Raihan terkejut dengan muka sembab yang hinggap di wajah cantik milik sang istri.

Raihan yang panik pun langsung memeluk tubuh Vanya dengan erat sambil mengelus kepala sang puan. “Kamu kenapa nangis sayang?” tanyanya begitu khawatir.

“Aku gagal,” jawabnya.

Raihan tentu bingung dengan balasan yang Vanya berikan. Gagal? Apa maksud dari kata gagal yang Vanya ucapkan tadi?

“Maksudnya gimana bubb? Aku gak ngerti”

“Pokoknya aku gagal” ucapnya lagi sambil menangis dengan histeris.

Raihan kembali panik maka dengan cepat ia kembali menenangkan Vanya dan tidak membahas apa yang dimaksud Gagal oleh Vanya.

- Tadi setelah Vanya berbincang dengan Nazwa di WhatsApp ia kembali menangis dibawah bantal untuk meredamkan suara tangisannya. Tetapi ia tak menyangka jika Raihan begitu cepat menuntaskan yang tadi sempat terhenti di tengah jalan.

Beruntungnya Vanya mempunyai sosok suami seperti Raihan yang sekarang ini masih setia memeluk tubuh mungil Vanya sambil sesekali mengecup kepala sang puan seraya memberikan ketenangan dari apa yang terjadi tadi.

Vanya benar-benar bersyukur. Tetapi Raihan lebih bersyukur karena mempunyai istri yang super duper keren dan berbakti kepadanya.

Vanya kamu tidak gagal jadi seorang istri, sungguh.

Setelah selesai dengan kegiatan di kamar mandinya, Raihan dikejutkan dengan suara lirihan tangis di dekatnya. Bulu kuduk nya seketika berdiri, mendengar suara tangisan yang terpendam itu.

Perlahan Raihan jalan menghampiri suara tangisan itu tetapi ia heran kenapa langkahnya menuju tempat tidurnya? Apakah Vanya menangis? Bukankah tadi Vanya sudah ia suruh tidur duluan?

“Bubb,” panggil Raihan memastikan.

Vanya mengangkat kepalanya kaget mendengar panggilan itu, seketika Raihan terkejut dengan muka sembab yang hinggap di wajah cantik milik sang istri.

Raihan yang panik pun langsung memeluk tubuh Vanya dengan erat sambil mengelus kepala sang puan. “Kamu kenapa nangis sayang?” tanyanya begitu khawatir.

“Aku gagal,” jawabnya.

Raihan tentu bingung dengan balasan yang Vanya berikan. Gagal? Apa maksud dari kata gagal yang Vanya ucapkan tadi?

“Maksudnya gimana bubb? Aku gak ngerti”

“Pokoknya aku gagal” ucapnya lagi sambil menangis dengan histeris.

Raihan kembali panik maka dengan cepat ia kembali menenangkan Vanya dan tidak membahas apa yang dimaksud Gagal oleh Vanya.

- Tadi setelah Vanya berbincang dengan Nazwa di WhatsApp ia kembali menangis dibawah bantal untuk meredamkan suara tangisannya. Tetapi ia tak menyangka jika Raihan begitu cepat menuntaskan yang tadi sempat terhenti di tengah jalan.

Beruntungnya Vanya mempunyai sosok suami seperti Raihan yang sekarang ini masih setia memeluk tubuh mungil Vanya sambil sesekali mengecup kepala sang puan seraya memberikan ketenangan dari apa yang terjadi tadi.

Vanya benar-benar bersyukur. Tetapi Raihan lebih bersyukur karena mempunyai istri yang super duper keren dan berbakti kepadanya.

Vanya kamu tidak gagal jadi seorang istri, sungguh.

Cw // Mature Content , nsfw

not safe for minors , bijak dalam membaca!

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Sayang,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan lembut.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasan Raihan mampu membuat Vanya tersipu malu.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya dikejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya, membawa sang istri ke kasur king size nya.

Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel. Jantung Vanya dengan jelas sudah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi, ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang, ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya seketika bangun.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya untuk menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini, Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat seiring berjalannya waktu.

“Kamu mau aku ilangin gak rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi, ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengkam dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku taku—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secara perlahan dan Vanya pun mulai mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukulan di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini. Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kamu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya, kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikan-nya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap, meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pun mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Setelah mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan Bra ia hanya menggunakan Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbulkan kemerahan.

Raihan merobek setengah baju Vanya untuk memudahkan dirinya menjajah tubuh sang istri tercintanya, Vanya sempat terkejut melihat kegiatan Raihan merobek baju yang ia pakai.

Sangat menyeramkan, batin Vanya berbicara

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengan nya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya kegiatan ini.

Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk menjajah tubuhnya.

“Makasih ya sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut baju setengah robek yang Vanya pakai. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau ke kamar mandi sebentar”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menuntaskan nafsu-nya.

Cw // Mature Content , nsfw

not safe for minors , bijak dalam membaca!

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Sayang,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan lembut.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasan Raihan mampu membuat Vanya tersipu malu.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya dikejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya, membawa sang istri ke kasur king size nya.

Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel. Jantung Vanya dengan jelas sudah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi, ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang, ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya seketika bangun.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya untuk menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini, Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat seiring berjalannya waktu.

“Kamu mau aku ilangin gak rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi, ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengkam dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku taku—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secara perlahan dan Vanya pun mulai mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukulan di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini. Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kamu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya, kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikan-nya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap, meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pun mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Setelah mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan Bra ia hanya menggunakan Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbulkan kemerahan.

Raihan merobek setengah baju Vanya untuk memudahkan dirinya menjajah tubuh sang istri tercintanya, Vanya sempat terkejut melihat kegiatan Raihan merobek baju yang ia pakai.

Sangat menyeramkan, batin Vanya berbicara

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengan nya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya kegiatan ini.

Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk menjajah tubuhnya.

“Makasih ya sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut baju setengah robek yang Vanya pakai. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau ke kamar mandi sebentar”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menuntaskan nafsu-nya.

Cw // Mature Content , nsfw

not safe for minors , bijak dalam membaca!

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Sayang,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan lembut.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasan Raihan mampu membuat Vanya tersipu malu.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya dikejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya, membawa sang istri ke kasur king size nya.

Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel. Jantung Vanya dengan jelas sudah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi, ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang, ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya seketika bangun.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya untuk menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini, Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat seiring berjalannya waktu.

“Kamu mau aku ilangin gak rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi, ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengkam dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku taku—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secara perlahan dan Vanya pun mulai mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukulan di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini. Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kamu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya, kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikan-nya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap, meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pun mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Setelah mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan Bra ia hanya menggunakan Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbulkan kemerahan.

Raihan merobek setengah baju Vanya untuk memudahkan dirinya menjajah tubuh sang istri tercintanya, Vanya sempat terkejut melihat kegiatan Raihan merobek baju yang ia pakai.

Sangat menyeramkan, batin Vanya berbicara

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengan nya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya kegiatan ini.

Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk menjajah tubuhnya.

“Makasih ya sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut baju setengah robek yang Vanya pakai. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau ke kamar mandi sebentar”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menuntaskan nafsu-nya.

Cw // Mature Content , nsfw

not safe for minors , bijak dalam membaca!

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Sayang,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan lembut.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasan Raihan mampu membuat Vanya tersipu malu.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya dikejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya, membawa sang istri ke kasur king size nya.

Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel. Jantung Vanya dengan jelas sudah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi, ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang, ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya seketika bangun.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya untuk menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini, Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat seiring berjalannya waktu.

“Kamu mau aku ilangin gak rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi, ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengkam dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku taku—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secara perlahan dan Vanya pun mulai mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukulan di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini. Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kamu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya, kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikan-nya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap, meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pun mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Setelah mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan Bra ia hanya Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbulkan kemerahan.

Raihan merobek setengah baju Vanya untuk memudahkan dirinya menjajah tubuh sang istri tercintanya, Vanya sempat terkejut melihat kegiatan Raihan merobek baju yang ia pakai.

Sangat menyeramkan, batin Vanya berbicara

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengan nya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya kegiatan ini.

Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk menjajah tubuhnya.

“Makasih ya sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut baju setengah robek yang Vanya pakai. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau ke kamar mandi sebentar”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menuntaskan nafsu-nya.

Cw // Mature Content , nsfw

not safe for minors , bijak dalam membaca!

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Bubb,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tiba tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan sensual.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasnya.

Vanya tersipu malu mendengar ucapan Raihan.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya di kejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya. Membawa sang istri ke kasur king size nya.

Vanya di rebahkan secara perlahan oleh Raihan, Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel.

Vanya dengan jelas udah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya, dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi. Ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya berdiri.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini. Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat.

“Kamu mau aku ilangin ga rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengangkan dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku tak—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secar perlahan dan Vanya pun mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukul di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini.

Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kanu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikannya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pub mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan bra ia hanya Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbun kemerahan.

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengannya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya. Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk melakukan ini.

“Makasih sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut tipis oleh baju haram nya itu. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau tuntasin punya aku”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menyelesaikan nafsu nya”

Cw // Mature Content , not safe for minors

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Bubb,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tiba tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan sensual.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasnya.

Vanya tersipu malu mendengar ucapan Raihan.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya di kejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya. Membawa sang istri ke kasur king size nya.

Vanya di rebahkan secara perlahan oleh Raihan, Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel.

Vanya dengan jelas udah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya, dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi. Ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya berdiri.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini. Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat.

“Kamu mau aku ilangin ga rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengangkan dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku tak—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secar perlahan dan Vanya pun mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukul di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini.

Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kanu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikannya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pub mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan bra ia hanya Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbun kemerahan.

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengannya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya. Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk melakukan ini.

“Makasih sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut tipis oleh baju haram nya itu. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau tuntasin punya aku”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menyelesaikan nafsu nya”