Kalah dengan tasa takut
Cw // Mature Content , not safe to minor
Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.
Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.
Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.
Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.
Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.
“Bubb,” panggil Raihan.
Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.
Setibanya Raihan tiba tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.
Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.
Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.
“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.
Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan sensual.
“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasnya.
Vanya tersipu malu mendengar ucapan Raihan.
Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.
“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.
Vanya mengangguk.
Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.
Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.
“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.
Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya di kejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya. Membawa sang istri ke kasur king size nya.
Vanya di rebahkan secara perlahan oleh Raihan, Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel.
Vanya dengan jelas udah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.
Raihan mengukung Vanya, dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.
“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.
Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.
Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.
Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi. Ia masih setia menutup matanya.
Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.
Vanya benar-benar ciut sekarang ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya berdiri.
Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya menopang tubuhnya.
“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.
“T-takut..” jawabnya.
Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.
Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.
“Mau?”
Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”
“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.
“Maaf..”
Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.
Ia masih kalah dengan rasa takutnya.
Vanya begitu cemen.
Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini. Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat.
“Kamu mau aku ilangin ga rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.
“Gimana?”
“Mau gak?”
“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”
Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.
“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.
Vanya mengangguk kaku.
Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengangkan dan rasa takutnya semakin besar.
“Mas aku tak—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.
Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secar perlahan dan Vanya pun mengimbangi permainan Raihan.
Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.
Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.
Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.
Pukul di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini.
Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.
“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.
Vanya menggeleng pelan.
“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kanu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”
“I-iyaa Mas..”
Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikannya.
Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.
Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.
“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.
Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.
Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.
Vanya yang paham pub mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.
Mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.
Vanya tidak menggunakan bra ia hanya Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.
Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbun kemerahan.
Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.
Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.
“Mas Rai ... Akhhh,”
Raihan tersenyum menang dibawah sana.
Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.
“Mas..” panggil Vanya dengan gelengannya.
Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya. Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk melakukan ini.
“Makasih sayang” ucap Raihan.
“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.
“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.
Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut tipis oleh baju haram nya itu. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau tuntasin punya aku”
Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”
Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menyelesaikan nafsu nya”