jjaeyyaa

Cw // Mature Content , not safe to minor

Vanya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia beranikan diri untuk melangkah menemui sang suami dengan baju yang sudah di pilihkan warnanya oleh suami tercinta.

Raihan yang mendengar pintu terbuka pun dengan cepat mematikan handphone-nya dan menaruh di nakas samping kasur.

Jantung Raihan seketika berdebar kencang ketika melihat siluet tubuh Vanya dari lampu hotel yang temaram.

Raihan fokuskan pandanganya ke siluet tersebut sampai Vanya benar-benar berada di depannya.

Vanya berdiri malu disana, ia menundukkan pandangannya setelah sampai di depan Raihan.

“Bubb,” panggil Raihan.

Vanya melirik sekilas ke arah Raihan dan detik selanjutnya Raihan bangkit dari kasur melangkah gontai menghampiri Vanya.

Setibanya Raihan tiba tepat di hadapan Vanya, sang istri dengan spontan memundurkan badannya secara perlahan.

Vanya takut dengan situasi ini, sungguh.

Tak ada ucapan dari Raihan setelah ia memanggil Vanya tadi. Suaminya diam seribu bahasa sambil melirik dari atas sampai bawah tubuh Vanya.

“Mas kok diem aja? Gak suka sama bajunya ya?” tanya Vanya hati-hati.

Raihan menggeleng dengan cepat, lalu tangan kekarnya mengelus lengan Vanya dengan sensual.

“Cantik. Kamu cantik pakai baju ini. Aku suka.” balasnya.

Vanya tersipu malu mendengar ucapan Raihan.

Sang suami seperti tersihir oleh penampilan Vanya sekarang. Ia benar-benar tak menyangka jika sang istri memakai pakaian yang ia impikan untuk Vanya pakai.

“Sayang mau peluk, boleh?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Vanya, Raihan tarik dengan pelan pergelaran tangan Vanya untuk masuk ke dalam dekapannya.

Vanya cantik. Benar-benar cantik untuk malam ini dengan di balut baju tipis berwarna Hitam yang membuat aura Vanya lebih menggoda.

“Kamu kenapa tiba-tiba pakai baju ini sayang?” bisik Raihan tepat di telinga Vanya.

Sempat ingin menjawab pertanyaan sang suami, Vanya di kejutkan dengan Raihan yang tiba-tiba menggendong Vanya. Membawa sang istri ke kasur king size nya.

Vanya di rebahkan secara perlahan oleh Raihan, Raihan dengan hati-hati merebahkan sang istri ke kasur hotel.

Vanya dengan jelas udah berdegup kencang setelah mendapat perlakuan seperti ini.

Raihan mengukung Vanya, dengan begitu mata Vanya dengan spontan menutup.

“Open your eyes, Bubb” ucap Raihan.

Vanya menggeleng tanpa membuka matanya.

Raihan mengecup bibir Vanya dengan sekilas. “Masih gak mau buka?” tanya Raihan lagi.

Vanya tampak gelisah setelah ciuman singkat yang Raihan berikan tadi. Ia masih setia menutup matanya.

Kecupan itu kembali mendarat di bibir kenyal Vanya. “Vanya Widyazzuri” panggil Raihan dengan nama lengkap sang istri.

Vanya benar-benar ciut sekarang ditambah dengan sang suami memanggil nama lengkapnya membuat bulu kuduk nya berdiri.

Akhirnya Vanya membuka matanya secara perlahan dan menatap sang suami tepat berada di atasnya dengan kedua tangannya di samping Vanya menopang tubuhnya.

“Kenapa tutup mata, hmm?” tanya Raihan.

“T-takut..” jawabnya.

Raihan tertawa sekilas, “Aku cuma cium kamu, Nya” ucapnya lagi sambil menjatuhkan badanya tepat di samping Vanya.

Vanya mempout-kan bibirnya. “Kamu serem banget tadi pake gendong aku segala. Aku kira, aku bakal di unboxing sama kamu” cicitnya.

“Mau?”

Mata Vanya membelalak tak percaya mendengar ucapan Raihan tadi. “H-harusnya aku mau ... T-tap-”

“Kalo belum mau gak usah di paksa,” potong Raihan.

“Maaf..”

Raihan melirik ke samping kanannya melihat Vanya yang nampak sedih karena ia gagal untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.

Ia masih kalah dengan rasa takutnya.

Vanya begitu cemen.

Tidak tahu sampai kapan Vanya akan seperti ini. Raihan harap rasa takutnya akan hilang dengan cepat.

“Kamu mau aku ilangin ga rasa takutnya?” tanya Raihan dengan tiba-tiba.

“Gimana?”

“Mau gak?”

“Mau Mas, aku mau kalahin rasa takut aku.”

Setelah mendengar ucapan Vanya. Raihan kembali mengukung tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya.

“Bales ciuman aku, ikutin aku, oke?” ucapnya setelah mencium bibir Vanya.

Vanya mengangguk kaku.

Ini bukan hal pertama bagi Vanya, tetapi ini adalah situasi pertama bagi Vanya. Benar-benar mencengangkan dan rasa takutnya semakin besar.

“Mas aku tak—mphh” ucapan Vanya terpotong dengan sambaran Raihan.

Raihan mulai mencium bibir kenyal Vanya dengan lembut, ia mulai melumat secar perlahan dan Vanya pun mengimbangi permainan Raihan.

Tangan Vanya mencengkram erat piyama Raihan. Raihan yang sadar pun mengambil tangan itu dan menggenggam tangan Vanya menyalurkan rasa cintanya kepada sang istri.

Kalau ditanya apakah Vanya lugu? Jawabannya adalah tidak. Vanya mampu mengimbangi lumatan Raihan dan bahkan sekarang Vanya mendominasikan permainan tersebut.

Menjambak pelan rambut Raihan seraya menyalurkan rasa cintanya juga kepada sang suami.

Pukul di punggung kekar Raihan menjadi sinyal jika Vanya kehabisan nafas untuk ciuman kali ini.

Raihan melepas pungutan tersebut dan tersenyum manis sambil merapikan anak rambut di kening Vanya.

“Anya masih takut?” tanya Raihan dengan senyumannya.

Vanya menggeleng pelan.

“Setelah ini Mas bakal kasih sesuatu, kalo kanu gak suka kamu bisa bilang sama Mas kalo kamu mau stop ya sayang. Mas beneran gak maksa buat ngelakuin ini”

“I-iyaa Mas..”

Setelah beristirahat sebentar, Raihan kembali menyambar bibir Vanya kali ini permainan Raihan cukup agresif dan Raihan sangat sangat mendominasikannya.

Setelah bosan dengan bibir Vanya, Raihan turun ke leher jenjang sang istri menciumnya dan sesekali Raihan hisap meninggalkan jejak kemerahan di leher milik Vanya.

Lenguhan tak bisa Vanya hindari. Ia benar-benar dibuat terbang tinggi oleh Raihan walaupun sang suami masih bermain di atas.

“M-mashh..” panggil Vanya yang sedikit menjambak rambut Raihan.

Raihan masih asik dengan kegiatannya dan kini ia turun sedikit mencium dada milik Vanya.

Sebelum ia benar-benar memegang payudara sang istri, ia melihat ke Vanya seraya meminta izin kepada sang pemilik.

Vanya yang paham pub mengangguk pasrah. Ia benar tidak bisa berfikiran dengan jernih sekarang ini.

Mendapatkan anggukan dari sang istri, Raihan langsung meremas payudara Vanya dengan remasan yang begitu lembut.

Vanya tidak menggunakan bra ia hanya Body Tape Bra untuk menutupi puting nya. Dengan begitu membuat Raihan mudah untuk meremas sedikit lebih kencang.

Mulut Raihan masih setia menciumi bahkan menghisap dada Vanya sampai menimbun kemerahan.

Raihan turun ke dua gundukan milik Vanya. Ia mulai menjilat dan menghisap puting sang istri dengan sensual.

Vanya yang menahan desahannya mati-matian pun bersuara setelah mendapatkan gigitan gemas dari sang suami di putingnya.

“Mas Rai ... Akhhh,”

Raihan tersenyum menang dibawah sana.

Sudah puas dengan bagian atas Raihan mulai menurunkan ciumannya ke bawah membuat Vanya menggelinjang kegelian. Ia tahan tangan Raihan untuk tidak menyentuh mahkota yang selama ini ia jaga bertahun-tahun.

“Mas..” panggil Vanya dengan gelengannya.

Raihan yang tahu jika Vanya belum seratus persen memberikan izin untuk menjelajah tubuhnya pun menyudahinya. Raihan kecup kening Vanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memberikan izin untuk melakukan ini.

“Makasih sayang” ucap Raihan.

“Mas maaf belum bisa..” lirih Vanya.

“Its okay sayang. Mas gak apa-apa, yang tadi udah lebih dari cukur buat Mas” ucapnya meyakinkan Vanya.

Raihan menarik selimut dan menutupi tubuh mungil yang terbalut tipis oleh baju haram nya itu. “Sekarang kamu tidur ya sayang, aku mau tuntasin punya aku”

Mendengar itu Vanya semakin merasa bersalah kepada sang suami. “Mas Rai..”

Raihan kembali tersenyum menggunakan ciri khasnya yang mampu membuat Vanya luluh untuk tidur duluan dan tidak menunggu Raihan menyelesaikan nafsu nya”

slmt km kena prenk

Selesai dengan segala urusan di kamar mandinya. Ia buka pintu kamar mandi tersebut dan berjalan menuju meja rias.

Di lain tempat Raihan sudah berada di kasur king size nya dan sedang bermain handphone sambil menunggu sang istri selesai dengan kegiatan di kamar mandinya itu.

Ketika Vanya keluar dari bilik pintu kamar mandi, Raihan melirik ke arah Vanya dan dengan cepat ia mematikan handphone untuk melihat pemandangan yang sangat indah untuk ia lewatkan.

“Wanginya ke cium sampe sini bubb” ucap Raihan.

Vanya melirik sekilas dan langsung duduk di bangku meja riasnya yang sudah tersusun rapih beberapa botol skincare miliknya dan juga milik Raihan.

“Kamu udah skincare-an belum, Mas?” tanya Vanya yang sibuk mencepol rambutnya.

“Belum. Aku nunggu kamu” balasnya.

Vanya berdecak sebal. “Yaudah, sini aku pakein kamu dulu” ucap Vanya.

Mendengar itu Raihan langsung menghampiri Vanya dan berdiri di samping Vanya. “Ngapain berdiri disitu? Duduk Mas” suruh Vanya.

“Maunya disitu,” balas Raihan yang memberikan isyarat untuk duduk di bangku yang Vanya duduki.

“Kalo kamu duduk disini, aku duduk dimanaa?”

“Di pangkuan aku lah. Buat apa punya suami kalo suaminya gak mau mangku istri?”

Vanya benar-benar di buat pusing kepala dengan sikap Raihan yang semakin hari semakin ada saja tingkahnya.

Vanya mau tidak mau pun hanya bisa mengikuti ucapan Raihan. Toh, tidak ada salahnya juga jika ia duduk di pangkuan sang suami bukan?

Setelah Vanya bangkit dari duduknya Raihan langsung duduk di bangku tersebut dan menuntun Vanya untuk duduk di pangkuannya.

“Nah, Sekarang kamu boleh skincare-in aku”

Jantung Vanya berdegup kencang dengan situasi seperti ini. Memang ini bukanlah hal pertama bagi Vanya, tetapi situasi sekarang, Vanya benar-benar gugup.

“Bubb,” panggil Raihan.

Melihat Vanya yang sedang melamun pun membuat Raihan memanggil sang istri. Yang di panggil pun langsung menoleh ke arah Raihan itu membuat jarak antara Vanya dan Raihan menipis.

“Kenapa?” tanya Raihan dengan suara pelannya.

Vanya menggeleng cepat. Ia berusaha memfokuskan dirinya kembali. Ia ambil botol toner dan membukanya untuk di pakaikan ke wajah sang suami.

Singkat cerita Vanya sudah selesai membantu Raihan untuk skincare malamnya dan sekarang giliran dirinya.

“Udah sana mas, gantian aku” ucap Vanya.

Raihan menggeleng. “Aku temenin. Kamu skincare-an aja” balasnya.

Vanya membuang nafasnya kasar. Haruskah selama ia di Swiss menghadapi sikap Raihan yang seperti ini? Apakah Vanya kuat?

Selama Vanya memakai skincare malamnya, Raihan benar-benar tidak bisa diam. Ia terus menerus menelusup kan wajahnya kesana kemari.

“Mas diem dulu ihh” ucap Vanya yang sedikit terganggu dengan kegiatan Raihan.

“Kamu pake body wash yang mana deh bubb? Ini wangi banget”

“Sama yang kamu pake lah”

“Kok di aku gak wangi?”

“Hoki hokian itu namanya”

Tak menjawab ucapan Vanya, Raihan memilih untuk mencium leher jenjang milik Vanya.

Bagian terfavorit Raihan.

Vanya yang sudah kelimpungan dengan sikap Raihan pun bergegas untuk menyudahi rutinitas malamnya itu.

Kurang dari 3 menit Vanya sudah selesai. Dan itu membuat Raihan juga memberhentikan aktifitas menelusup kan wajahnya ke bagian bagian favoritnya.

“Ayo tidur,” ajak Vanya yang bangkit dari pangkuan sang suami.

“Yuk tidur yuk. Besok kita harus ke kota tujuan kitaa” balas Raihan yang ikut bangkit dari bangku tersebut.

Di Zurich ini memang mereka tidak berlama-lama. Raihan dan Vanya hanya menginap semalam disini karena sudah sangat lelah jika mereka harus melanjutkan perjalannya ke kota mereka tuju.

Hari ini bertepatan dengan Valentine. Yang dimana semua orang sibuk membelikan coklat untuk pasangannya.

Tetapi tidak dengan pasutri satu ini.

Vanya suka coklat, tetapi ia tidak gila coklat di hari kasih sayang. Ia lebih memilih bertukar kado dengan Raihan daripada Raihan harus membelikan ia coklat sebanyak-banyaknya.

Ia akan gendut, fikirnya.

Vanya dan Raihan detik ini sedang bersiap-siap untuk keluar merayakan hari Valentine, tidak tau mau kemana.

“Bubb sini deh” panggil Raihan.

Vanya pun menghampirinya sang suami yang sudah berdiri tepat di depan lemari sambil memegang dua buah kertas.

“Kamu pilih, mau yang atas apa yang bawah”

“Itu apaa?”

“Pilih aja,” ucap Raihan lagi.

Vanya tentunya bingung dengan ini, ia tak paham, tetapi ia juga sangat familiar yang dilakukan oleh Raihan saat ini.

“Ini trend tiktok yang milih milih itu bukan sih Mas?” tanya Vanya.

Raihan mengangguk.

Detik itu Vanya tertawa, siapa yang memberitahu trend ini kepada sang suami?

Selanjutnya Vanya memilih kertas yang berada di bawah.

Dan kertas itu bertuliskan, Dinner di tukang nasreng

Ucapan Vanya kemarin di Twitter kini terwujud bukan?

“Oke, dah sana siap siap lagi” ucap Raihan ketika Vanya sudah memilih Kertas tersebut.


Pasutri sudah sampai di kedai Nasi Goreng langganan Vanya waktu ia masih lajang.

“Mang, mau nasgor 2 yaa, aku kaya biasa aja, yang satu pedes biasa aja ya” ucap Vanya di tukang nasi goreng.

Setelah memesan, Vanya langsung kembali duduk di tempat yang sudah di duduki oleh Raihan tadi.

“Mau tukeran kado disini bubb?” tanya Raihan tak lupa tangannya sambil mengelus pinggang ramping sang istri.

“Di mobil aja, aku malu kalo disini”

“Sok malu”

“Beneran!”

“Yaudah di mobil” finalnya.

Nasi goreng pun sudah datang ke meja Raihan dan Vanya. Mereka langsung melahap Nasi Goreng tersebut dengan lahap.

Vanya menoleh tatkala ia melihat sang Suami yang lahap memakan nasi goreng langganannya itu.

“Enak?” tanya Vanya.

Raihan mengangguk, tak mampu membalas ucapan Vanya karena mulutnya masih penuh dengan Nasi Goreng.

“Ini enak banget, gilaa” ucapnya ketika mulutnya sudah sedikit kosong.

“Baru makan di pinggir jalan gini ya Mas?”

“Gak kok, beberapa kali udah pernah makan di pinggir jalan. Cuma ini nasi goreng terenak yang pernah aku coba”

“Iyalah, langganan aku,” sombong Vanya.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit di kedai Nasi Goreng, kini Vanya dan juga Raihan sudah memasuki mobilnya dengan perut terisi kenyang.

“Mau kemana lagi kita?” tanya Vanya.

Raihan keluarkan lagi kertas pilihannya untuk Vanya pilih.

“Ada lagi?”

Raihan mengangguk.

Selanjutnya, Vanya mengambil kertas yang berada di atas dan langsung ia baca.

Starling

“Pasti yang bawah Starbucks” ucapnya.

“Bener, hahaha. Ayo kita cari abang abang starling” balas Raihan sambil mengacak-acak rambut Vanya.

Setelah membeli minuman di Starbucks keliling, akhirnya Rai memutuskan untuk berhenti sejenak di pinggir jalan, menikmati langit malam bersama Vanya di dalam mobil dan juga bertukar kado.

“Disini gak apa apa kan sayang tukar kadonya?” tanya Raihan takut Vanya tak nyaman.

Vanya mengangguk, lalu ia buka dashboard mobil itu dan mengambil kado berukuran sedang.

Raihan pun akhirnya ikut mengambil kado di belakangnya kursi pengemudinya, cukup besar ukurannya.

“Wow besar, apaan tuh” ucap Vanya.

“Kecap bango” Raihan asbun.

“Suit yaa kado siapa dulu yang di buka” ucap Vanya.

Lalu mereka pun suit, dan dimenangkan oleh Vanya, maka ia yang akan lebih dulu membuka kado dari Raihan.

Setelah kadonya sudah di tangan Vanya, ia mengocoknya terlebih dahulu, menerka nerka apa yang ada di dalam bungkus kado ini.

“Ini apa sih Mas? Kok enteng banget dah, angin apa ya?”

“Buka aja dulu,”

Vanya membuka bungkus kado tersebut, di dalam bungkus pertama ada bungkus lagi, sampai mobil Raihan penuh dengan bungkus kado dari kado Raihan sendiri.

“Kamu kerjain aku ya?!”

“Enggak, sabar makanya, dikit lagi itu”

“Capeee, ini banyak banget bungkusan kadonya”

“Ayo dikit lagiii”

Vanya pun akhirnya membuka kado dari Raihan kembali dengan kesabaran yang sudah di ambang emosi.

“Kalo ini gak ada apa apanya aku beneran marah sama kamu yaa!” ancam Vanya yang tinggal sekali lagi membuka kotak kecil tersebut.

“Iyaaa. Aku yakin abis itu pasti kamu peluk aku”

“Apasih? Bikin kepo aja” balasnya sambil membuka kotak tersebut.

“Hah? Beneran?” ucapnya lagi.

“YEAY KE LONDON!” ucap Raihan.

Kado dari Raihan adalah tiket mereka ke London di bulan depan.

“Ini serius gak sih?”

“Iyaaaa serius, liat namanya. NY. Vanya Widyazzuri dan TN. Raihan Syauqi Dyson”

Detik selanjutnya Vanya memeluk Raihan dengan erat, penantian Vanya ke London akhirnya terbayar di bulan depan.

Pantas saja suaminya lembur terus menerus, karena ia mengerjakan kerjaan bulan besok dan tak mau jika Ia dan sang istri di London sana akan di kejar kejar kerjaan.

“Makasih Mas Rai,” ucap Vanya.

“Sama sama cantik. Senang gak?”

“Senengggg bangettt”

“Makasih yaa”

Cup

Vanya mengecup bibir Raihan sebagai tanda terimakasih.

“Sekarang kado dari kamu, aku buka, mana kadonya?”

Vanya memberikan kado tersebut.

“Tebak dulu ini apa” cegah Vanya ketika Raihan ingin membukanya.

“Kunci mobil,”

Vanya tertawa, “Mobil kamu udah banyak, mau di taroh dimana lagi coba?”

“Iya juga, terus apa dong?”

“Gih buka,”

Raihan pun membuka tersebut, dan menampilkan sebuah tulisan Hai Daddy

“Sayang..”

“Hai Daddy” ucap Vanya sambil mengelus perutnya.

Vanya hamil.

“Ini beneran, kok bisa?”

“Bisa lah, kan lo yang bikin anjir!”

“Sejak kapan?”

“Aku sudah dua bulan di perut Mami, Dad” balas Vanya dengan nada anak bayi.

“Hah, Dua bulan?!” mata Raihan menjolak kaget.

“Iya, Mami umpetin aku udah dua bulan”

Raihan langsung memeluk Vanya, ia benar benar kaget dengan kado yang diberikan Vanya.

“Beneran gak sih, bubb?” ucapnya memastikan.

“Benerr, kamu liat itu testpack nya, tulisan pregnant”

Raihan terisak.

“Kok nangiss???” kaget Vanya.

“Aku bakal jadi Ayah” lirihnya.

Vanya tertawa, Bayi Gede ini sedang menangis rupanya.

“Cup cup cup, gak boleh nangiss, nanti dede nya juga ikutan nangis”

“Gituu yaa?” buru buru Raihan hapus air matanya.

Vanya kembali tertawa melihat tingkah konyol Raihan.

Vanya tarik dengan perlahan tangan Raihan ke perutnya, “Adek, ini Ayah, mau dipanggil Ayah atau papi?” tanya Vanya.

“Gak tauuu bingung”

“Adekk, ini Papi kamuuu. Papi kenalin, ini Adek” ucap Vanya.

“Gak boleh nangis!” ucap Vanya lagi ketika mendengar suara isakan di sampingnya.

“Mauu pulanggg” rengek Raihan.

“Iya ayo pulang”

“Abis itu ceritain selama dua bulan terakhir ini ya?”

“Iyaa,”

“Nanti aku elus elus lagi perutnya yaa?”

“Iyaa,”

“Nanti aku,”

“Iyaaaaa semua boleh, ayo pulang, jadi pulang gakk?”

“Jadi..”

“Ayo pulang,”

Raihan benar benar menjadi Bayi besarnya Vanya.

Selamat untuk kalian berdua.

Dan teruntuk Vanya, selamat mempunyai dua bayi, bayi kecil dan bayi besar.

Hari ini bertepatan dengan Valentine. Yang dimana semua orang sibuk membelikan coklat untuk pasangannya.

Tetapi tidak dengan pasutri satu ini.

Vanya suka coklat, tetapi ia tidak gila coklat di hari kasih sayang. Ia lebih memilih bertikai kado dengan Raihan daripada Raihan harus membelikan ia coklat sebanyak-banyaknya.

Ia akan gendut, fikirnya.

Vanya dan Raihan detik ini sedang bersiap-siap untuk keluar merayakan hari Valentine, tidak tau mau kemana.

“Bubb sini deh” panggil Raihan.

Vanya pun menghampirinya sang suami yang sudah berdiri tepat di depan lemari sambil memegang dua buah kertas.

“Kamu pilih, mau yang atas apa yang bawah”

“Itu apaa?”

“Pilih aja,” ucap Raihan lagi.

Vanya tentunya bingung dengan ini, ia tak paham, tetapi ia juga sangat familiar yang dilakukan oleh Raihan saat ini.

“Ini trend tiktok yang milih milih itu bukan sih Mas?” tanya Vanya.

Raihan mengangguk.

Detik itu Vanya tertawa, siapa yang memberitahu trend ini kepada sang suami?

Selanjutnya Vanya memilih kertas yang berada di bawah.

Dan kertas itu bertuliskan, Dinner di tukang nasreng

Ucapan Vanya kemarin di Twitter kini terwujud bukan?

“Oke, dah sana siap siap lagi” ucap Raihan ketika Vanya sudah memilih Kertas tersebut.


Pasutri sudah sampai di kedai Nasi Goreng langganan Vanya waktu ia masih lajang.

“Mang, mau nasgor 2 yaa, aku kaya biasa aja, yang satu kecapnya jangan banyak-banyak” ucap Vanya di tukang nasi goreng.

Setelah memesan, Vanya langsung kembali duduk di tempat yang sudah di duduki oleh Raihan tadi.

“Mau tukeran kado disini bubb?” tanya Raihan tak lupa tangannya sambil mengelus pinggang ramping sang istri.

“Di mobil aja, aku malu kalo disini”

“Sok malu”

“Beneran!”

“Yaudah di mobil” finalnya.

Nasi goreng pun sudah datang ke meja Raihan dan Vanya. Mereka langsung melahap Nasi Goreng tersebut dengan lahap.

Vanya menoleh tatkala ia melihat sang Suami yang lahap memakan nasi goreng langganannya itu.

“Enak?” tanya Vanya.

Raihan mengangguk, tak mampu membalas ucapan Vanya karena mulutnya masih penuh dengan Nasi Goreng.

“Ini enak banget, gilaa” ucapnya ketika mulutnya sudah sedikit kosong.

“Baru makan di pinggir jalan gini ya Mas?”

“Gak kok, beberapa kali udah pernah makan di pinggir jalan. Cuma ini nasi goreng terenak yang pernah aku coba”

“Iyalah, langganan aku,” sombong Vanya.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit di kedai Nasi Goreng, kini Vanya dan juga Raihan sudah memasuki mobilnya dengan perut terisi kenyang.

“Mau kemana lagi kita?” tanya Vanya.

Raihan keluarkan lagi kertas pilihannya untuk Vanya pilih.

“Ada lagi?”

Raihan mengangguk.

Selanjutnya, Vanya mengambil kertas yang berada di atas dan langsung ia baca.

Starling

“Pasti yang bawah Starbucks” ucapnya.

“Bener, hahaha. Ayo kita cari abang abang starling” balas Raihan sambil mengacak-acak rambut Vanya.

Setelah membeli minuman di Starbucks keliling, akhirnya Rai memutuskan untuk berhenti sejenak di pinggir jalan, menikmati langit malam bersama Vanya di dalam mobil dan juga bertukar kado.

“Disini gak apa apa kan sayang tukar kadonya?” tanya Raihan takut Vanya tak nyaman.

Vanya mengangguk, lalu ia buka dashboard mobil itu dan mengamankan kado berukuran kecil.

Raihan pun akhirnya ikut mengambil kado di belakangnya kursi pengemudinya, cukup besar ukurannya.

“Wow besar, apaan tuh” ucap Vanya.

“Kecap bango” Raihan asbun.

“Suit yaa kado siapa dulu yang di buka” ucap Vanya.

Lalu mereka pun suit, dan dimenangkan oleh Vanya, maka ia yang akan lebih dulu membuka kado dari Raihan.

Setelah kadonya sudah di tangan Vanya, ia mengocoknya terlebih dahulu, menerka nerka apa yang ada di dalam bungkus kado ini.

“Ini apa sih Mas? Kok enteng banget dah, angin apa ya?”

“Buka aja dulu,”

Vanya membuka bungkus kado tersebut, di dalam bungkus pertama ada bungkus lagi, sampai mobil Raihan penuh dengan bungkus kado dari kado Raihan sendiri.

“Kamu kerjain aku ya?!”

“Enggak, sabar makanya, dikit lagi itu”

“Capeee, ini banyak banget bungkusan kadonya”

“Ayo dikit lagiii”

Vanya pun akhirnya membuka kado dari Raihan kembali dengan kesabaran yang sudah di ambang emosi.

“Kalo ini gak ada apa apanya aku beneran marah sama kamu yaa!” ancam Vanya yang tinggal sekali lagi membuka kotak kecil tersebut.

“Iyaaa. Aku yakin abis itu pasti kamu peluk aku”

“Apasih? Bikin kepo aja” balasnya sambil membuka kotak tersebut.

“Hah? Beneran?” ucapnya lagi.

“YEAY KE LONDON!” ucap Raihan.

Kado dari Raihan adalah tiket mereka ke London di bulan depan.

“Ini serius gak sih?”

“Iyaaaa serius, liat namanya. NY. Vanya Widyazzuri dan TN. Raihan Syauqi Dyson”

Detik selanjutnya Vanya memeluk Raihan dengan erat, penantian Vanya ke London akhirnya terbayar di bulan depan.

Pantas saja suaminya lembur terus menerus, karena ia mengerjakan kerjaan bulan besok dan tak mau jika Ia dan sang istri di London sana akan di kejar kejar kerjaan.

“Makasih Mas Rai,” ucap Vanya.

“Sama sama cantik. Senang gak?”

“Senengggg bangettt”

“Makasih yaa”

Cup

Vanya mengecup bibir Raihan sebagai tanda terimakasih.

“Sekarang kado dari kamu, aku buka, mana kadonya?”

Vanya memberikan kado tersebut.

“Tebak dulu ini apa” cegah Vanya ketika Raihan ingin membukanya.

“Kunci mobil,”

Vanya tertawa, “Mobil kamu udah banyak, mau di taroh dimana lagi coba?”

“Iya juga, terus apa dong?”

“Gih buka,”

Raihan pun membuka tersebut, dan menampilkan sebuah tulisan Hai Daddy

“Sayang..”

“Hai Daddy” ucap Vanya sambil mengelus perutnya.

Vanya hamil.

“Ini beneran, kok bisa?”

“Bisa lah, kan lo yang bikin anjir!”

“Sejak kapan?”

“Aku sudah dua bulan di perut Mami, Dad” balas Vanya dengan nada anak bayi.

“Hah, Dua bulan?!” mata Raihan menjolak kaget.

“Iya, Mami umpetin aku udah dua bulan”

Raihan langsung memeluk Vanya, ia benar benar kaget dengan kado yang diberikan Vanya.

“Beneran gak sih, bubb?” ucapnya memastikan.

“Benerr, kamu liat itu testpack nya, tulisan pregnant”

Raihan terisak.

“Kok nangiss???” kaget Vanya.

“Aku bakal jadi Ayah” lirihnya.

Vanya tertawa, Bayi Gede ini sedang menangis rupanya.

“Cup cup cup, gak boleh nangiss, nanti dede nya juga ikutan nangis”

“Gituu yaa?” buru buru Raihan hapus air matanya.

Vanya kembali tertawa melihat tingkah konyol Raihan.

Vanya tarik dengan perlahan tangan Raihan ke perutnya, “Adek, ini Ayah, mau dipanggil Ayah atau papi?” tanya Vanya.

“Gak tauuu bingung”

“Adekk, ini Papi kamuuu. Papi kenalin ini Adek” ucap Vanya.

“Gak boleh nangis!” ucap Vanya lagi ketika mendengar suara isakan di sampingnya.

“Mauu pulanggg” rengek Raihan.

“Iya ayo pulang”

“Abis itu ceritain selama dua bulan terakhir ini ya?”

“Iyaa,”

“Nanti aku elus elus lagi perutnya yaa?”

“Iyaa,”

“Nanti aku,”

“Iyaaaaa semua boleh, ayo pulang, jadi pulang gakk?”

“Jadi..”

“Ayo pulang,”

Raihan benar benar menjadi Bayi besarnya Vanya.

Selamat Vanya, Selamat Rai atas kehamilan Vanya.

Dan teruntuk Vanya, selamat mempunyai dua bayi, bayi kecil dan bayi besar.

CW // Kiss , Discussion 🔞

Sudah dua menit berlalu, tetapi Vanya enggan untuk keluar dari kamar mandi tersebut.

“Sayanggg” panggil Raihan tatkala Vanya masih setia di dalam kamar mandi kamarnya itu.

Padahal dibalik itu semua, Vanya sedang mati matian menetralkan dirinya untuk tidak gugup di depan Raihan.

Rasa malu pun tak hilang sedari tadi dan tentunya muka merah jambu itu masih hinggap di pipi Vanya.

Ceklek

Suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Vanya yang sudah menunduk malu.

Gemas.

Raihan dibuat gemas oleh tingkah Vanya saat ini, rasanya ingin sekali ia gigit, menggemaskan.

Raihan tersenyum salah tingkah, lalu mendekatkan dirinya ke Vanya, sontak membuat Vanya sedikit mundur.

“Kaya pengantin baru aja deh” ucap Raihan.

Vanya tak berniat untuk menjawab, ia masih tetap menundukkan kepalanya karena malu atas hal bodoh yang barusan ia perbuat.

“Sini peluk aku bubb, kamu ngapain di kamar mandi, kalo ada kecoa gimana?”

“Emang ada?” tanya Vanya yang langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah Raihan.

“Ada, makanya sini ayo keluar. Kamu takut kecoa kan?”

Vanya mengangguk,

“Iyaa sini bubby, aku mau pelukkk” dan Vanya pun menurut.

Waduh Vanya sudah bisa di jinakkan oleh Raihan.

“Kamu isengin aku yaaa?!” curiga Vanya.

“Gak isengin sayang, kita harus berhati-hati dengan kecoa. Kalo kamu di datengin kecoa siapa yang mau nolong? Aku aja takut kecoa, mana mau aku tolongin kamu”

“Kok jahat?”

“Gak jahat, aku emang beneran gak berani sama kecoa. Udah ayoo ke kasur, kita cuddle”

Tangan Vanya pun langsung di tarik pelan oleh Raihan dan Raihan bawa Vanya ke kasur king size nya.

Merebahkan dirinya bersama dengan Vanya, Raihan langsung mencari titik ternyaman-nya untuk memeluk sang istri.

“Kamu di ajarin sama siapa tadi panggil aku Mas Rai?” tanya Raihan.

Vanya kembali blushing.

“Sama Ayah. Kata Ayah mulai sekarang harus panggil kamu pake Mas, katanya biar sopan sama suami”

Raihan tersenyum kemenangan.

Terimakasih Ayah, sudah mengajari Vanya untuk memanggil dirinya dengan embel-embel Mas, itu impian Raihan yang belum semua orang ketahui.

“Terus apalagi kata Ayah?”

“Disuruh itu,” balas Vanya ragu-ragu.

“Itu? Itu apa?”

“Yaaa itu Rai, ehh Mas, ehh gatauu ihhh, udah ah sanaaaa”

Vanya salah tingkah lagi.

Raihan tertawa lepas melihat Vanya yang benar benar gemas kali ini, Raihan bisa pusing jika setiap hari Vanya gemas seperti ini.

“Kamu lucu banget, sumpah, cium boleh gak?”

“Gak boleh!”

Cup, cup, cup

Raihan mencium pipi Vanya dengan gemas.

“Ihhhh Raiiii gamauu geliiii,” ucap Vanya sambil berusaha menjauhi wajahnya dari wajah Raihan.

Bukan Raihan namanya jika kalah tenaga oleh Vanya. Ia terus menciumi pipi, kening, hidung lalu berakhir di bibir manis Vanya.

Cup!

Kecupan terakhir di bibir sang istri.

“Makanya jangan gemes gemes, nanti aku ciumin teruss” balas Raihan.

“Basahhh semuaaa muka akuuuu, aku udah skincareannn”

“Itu skincare juga bubb, skincare limited edition.”

“Anehhh”

Lalu Raihan kembali mengajak Vanya untuk merebahkan kembali badannya dan kembali memeluk sang istri.

Kali ini ia sudahi ke gemasannya kepada Vanya. Walaupun masih ingin terus menciumi sang istri tapi Raihan masih bisa mengontrol dirinya.

“Lanjuttt, Ayah ngomong apa tadii?” tanya Raihan yang ingin tahu.

“Tadi Ayah nanya udah pecah telor belum, kamu tau lah ya maksud Ayah apa. Terus aku jawab belum, ya karena kan aku masih Haid. Eh Bunda marah sama aku, katanya udah mau seminggu nikah belum pecah pecah telurnya, Bunda juga bilang “emang mau kalo suami mu jajan di luar?”, trus terakhir Bunda bilang kalo udah selesai haidnya langsung ituu” ucap Vanya menceritakan kejadian di gruop family gathering itu.

Raihan yang paham akan alur pembicaraan ini pun, mengelus kepala Vanya dengan lembut, dan berucap, “Jangan di ambil punsing ya sayangg, aku gak bakal jajan di luar, aku bakal tunggu kamu sampe siap. Gak mungkin aku maksa kamu buat berhubungan, berhubungan itu buat yang sama sama mau, bukan karena satu pihaknya terpaksa.”

“Tapi aku juga kasian sama kamu,”

“Kasihan kenapa?”

“Yaa secara kamu kan udah tunggu sampe sah, eh pas udah sah aku malah belum siap ituu, maaf..”

Raihan tertawa renyah, “Udah pokoknya aku bakal tunggu kamu sampe siap. Sekarang istirahat yuk?” ajak Raihan.

“Bentar,”

“Apa lagi?”

“Aku mau minta maaf buat tadi siang, maaf ya sayangg udah balikin omongan kamu tadi, aku percaya kok sama kamu, aku percaya kalo kamu gak bakal gimana gimana di belakang aku. Aku cuma takut tadi, takut isi kepala aku bener apa adanya..” ucap Vanya sambil mendongakkan kepalanya menatap Raihan.

“Gak apa-apa sayang. Cuma besok besok kurangi yaa? Masa sama suami kaya gitu, nanti kamu dosa tau!”

“Iyaa, makanya aku minta maaf..” balas Vanya sambil mempout kan bibirnya.

“Aku aku maafin. Maaf juga kalo aku ada bentak kamu tadi siang, kamu gak usah khawatir, aku bakal pegang kepercayaan kamu.”

Cup!

Raihan mencium kening Vanya.

“Sekarang tidur yuk, udah malem” ajak Raihan sambil membenarkan selimutnya.

Vanya telah sampai di kediaman keluarga Dyson. Suasana sejuk terpancar ketika ia membuka pintu rumah itu, harum ruangan pun tercium oleh indra penciuman Vanya.

Harum dan menyejukkan.

Vanya berjalan menuju dapur karena Risa sudah mengizinkannya untuk langsung masuk dan menemui dirinya di Dapur.

Ketika ia berjalan menuju dapur, Vanya melihat Papa Raihan yaitu Dylan yang sedang menonton TV.

Vanya pun menyapanya dan tak lupa untuk bersaliman kepada mertuanya itu.

“Gak bareng Raihan?” tanya Dylan.

Vanya menggeleng dan menjawab, “Rai masih ada kerjaan Pa”

Setelah berbasa-basi dengan mertuanya itu, akhirnya Dylan menyuruh Vanya menuju dapur menemui Risa.

“Ma,” panggil Vanya.

Risa pun menoleh dan cepat cepat ia sudahi mencuci berasnya itu.

“Anak mama udah dateng, gimana sayang macet gak dijalan?” tanya Risa.

“Lumayan sih Ma, makanya kesini agak lama sedikit”

“Its oke sayang, Mama juga baru mau masak nasi. Yuk masak sama Mama, biar Mama ada temennya” ajak Risa.

Lalu Vanya pun menaruh tas-nya itu di kursi meja makan dan langsung mengambil apron yang sudah di sediakan oleh sang Bibi.

“Ma ini di potong dadu?” tanya Vanya.

“Iya sayang, di potong dadu aja, kalo udah selesai langsung taruh di panci rebusan ini yaa” ucap Risa yang membimbing Vanya.

Vanya melakukan apa yang di perintahkan oleh sang mertua.

Di sela-sela ia memotong kentang tersebut, Risa menghampirinya dan menemani Vanya untuk memotong kentang bersamaan dengan Risa yang memotong cabai.

“Dulu Raihan punya pacar, Van” ucap Risa.

“Adel ya Ma?”

“Kok kamu tau?” heran Risa.

Vanya tertawa kecil, “Rai pernah kasih tau Vanya” elaknya.

Padahal dia sendiri yang mengetahui berita itu.

“Iya Adel namanya. Raihan dulu itu kalo bahasa sekarang bucin banget,”

“Sampai-sampai dia gak sadar kalo Adel itu jahat sama Rai. Mama sama Papa tau karena kita berdua pernah denger mereka berdebat kecil di rumah ini. Debatin perihal kecil, Adel mau Rai nemenin dia ke salon, tapi Rai ada meeting, sampai Rai batalin meetingnya demi nemenin Adel kesalon.”

Vanya mendengar cerita Risa tanpa mau memotong ucapannya.

“Mulai dari situ Mama sedikit tidak suka sama Adel, dan dari situ pun saham perusahaan sedikit anjlok, karena Rai gak dateng ke meeting tersebut.”

“Adel cuma mau uangnya Rai, Van”

Vanya terkejut mendengar ucapan Risa. “Maksud Mama?”

“Iyaa, Adel cuma mau uangnya Rai, Adel tau kalau Rai itu anaknya pengusaha terkenal disini. Adel manfaatin Rai, kalo Rai gak mau nurutin kemanuan-nya Adel ngancem bakal putusin Rai.”

“Pas Mama dan Papa tau kalau Adel cuma mau uangnya Rai, kita berdua gak restuin Rai untuk lanjutin hubungannya. Sampe dimana Rai marah sama kita, dan mutusin buat tinggal di apart,”

“Awalnya kita gak kasih tau kalo Adel manfaatin Rai, Mama dan Papa mau Rai yang tau sendiri akal busuknya Adel. Tapi sampai beberapa bulan Rai masih sama Adel, alhasil kita spill sedikit demi sedikit, seakan-akan kaya Rai yang tau kebenaran itu.”

“Itu juga berkat bantuan dari Dito sama Erland. Sampai dimana Rai tau sendiri, dan langsung putusin Adel. Dari situ Rai gak pernah mau punya pacar lagi, katanya semua cewek sama aja, cuma mau duit Rai”

“Itu cerita dari sudut pandang kita ber-enam, gak tau kalo dari Rai gimana” akhir cerita Risa.

Vanya yang sedari tadi mendengarkan cerita dari Risa pun sedikit terkejut dengan kebenarannya.

Adel itu memang licik.

Vanya harus berhati-hati dengan Adel mulai saat ini, ia harus melindungi rumah tangganya dengan Raihan yang masih seumur jagung itu.

Apapun masalahnya nanti, Vanya akan selalu melindungi rumah tangganya. Ia yakin, jika Raihan pun turut melindungi rumah tangganya dengan Vanya.

Vanya percaya dengan Raihan.

“Adel muncul lagi Ma” ucap Vanya sambil menaruh kentang tersebut kedalam panci yang sedang merebus rebusan.

“Iya, Mama tau dari Papa tadi. Kamu gak usah khawatir ya? Mama sama Papa selalu lindungi kalian berdua dari Adel. Kamu cukup percaya sama Rai, kalo Rai gak bakal kepincut lagi sama Adel”

“Tapi kalo seandainya Rai gak bisa jaga kepercayaan Vanya, gimana Ma?”

“Mama serahin semua keputusannya di kamu sayang, mau kamu bertahan atau gak bisa sama Rai pun Mama terima, karena anak Mama sudah melukai wanita yang Rai sayang.”

“Sama aja Raii melukai hati Mama”

Vanya telah sampai di kediaman keluarga Dyson. Suasana sejuk terpancar ketika ia membuka pintu rumah itu, harum ruangan pun tercium oleh indra penciuman Vanya.

Harum dan menyejukkan.

Vanya berjalan menuju dapur karena Risa sudah mengizinkannya untuk langsung masuk dan menemui dirinya di Dapur.

Ketika ia berjalan menuju dapur, Vanya melihat Papa Raihan yaitu Dylan yang sedang menonton TV.

Vanya pun menyapanya dan tak lupa untuk bersaliman kepada mertuanya itu.

“Gak bareng Raihan?” tanya Dylan.

Vanya menggeleng dan menjawab, “Rai masih ada kerjaan Pa” elaknya.

Setelah berbasa-basi dengan mertuanya itu, akhirnya Dylan menyuruh Vanya menuju dapur menemui Risa.

“Ma,” panggil Vanya.

Risa pun menoleh dan cepat cepat ia sudahi mencuci berasnya itu.

“Anak mama udah dateng, gimana sayang macet gak dijalan?” tanya Risa.

“Lumayan sih Ma, makanya kesini agak lama sedikit”

“Its oke sayang, Mama juga baru mau masak nasi. Yuk masak sama Mama, biar Mama ada temennya” ajak Risa.

Lalu Vanya pun menaruh tas-nya itu di kursi meja makan dan langsung mengambil apron yang sudah di sediakan oleh sang Bibi.

“Ma ini di potong dadu?” tanya Vanya.

“Iya sayang, di potong dadu aja, kalo udah selesai langsung taruh di panci rebusan ini yaa” ucap Risa yang membimbing Vanya.

Vanya melakukan apa yang di perintahkan oleh sang mertua.

Di sela-sela ia memotong kentang tersebut, Risa menghampirinya dan menemani Vanya untuk memotong kentang bersamaan dengan Risa yang memotong cabai.

“Dulu Raihan punya pacar, Van” ucap Risa.

“Adel ya Ma?”

“Kok kamu tau?” heran Risa.

Vanya tertawa kecil, “Rai pernah kasih tau Vanya” elaknya.

Padahal dia sendiri yang mengetahui berita itu.

“Iya Adel namanya. Raihan dulu itu kalo bahasa sekarang bucin banget,”

“Sampai-sampai dia gak sadar kalo Adel itu jahat sama Rai. Mama sama Papa tau karena kita berdua pernah denger mereka berdebat kecil di rumah ini. Debatin perihal kecil, Adel mau Rai nemenin dia ke salon, tapi Rai ada meeting, sampai Rai batalin meetingnya demi nemenin Adel kesalon.”

Vanya mendengar cerita Risa tanpa mau memotong ucapannya.

“Mulai dari situ Mama sedikit tidak suka sama Adel, dan dari situ pun saham perusahaan sedikit anjlok, karena Rai gak dateng ke meeting tersebut.”

“Adel cuma mau uangnya Rai, Van”

Vanya terkejut mendengar ucapan Risa. “Maksud Mama?”

“Iyaa, Adel cuma mau uangnya Rai, Adel tau kalau Rai itu anaknya pengusaha terkenal disini. Adel manfaatin Rai, kalo Rai gak mau nurutin kemanuan-nya Adel ngancem bakal putusin Rai.”

“Pas Mama dan Papa tau kalau Adel cuma mau uangnya Rai, kita berdua gak restuin Rai untuk lanjutin hubungannya. Sampe dimana Rai marah sama kita, dan mutusin buat tinggal di apart,”

“Awalnya kita gak kasih tau kalo Adel manfaatin Rai, Mama dan Papa mau Rai yang tau sendiri akal busuknya Adel. Tapi sampai beberapa bulan Rai masih sama Adel, alhasil kita spill sedikit demi sedikit, seakan-akan kaya Rai yang tau kebenaran itu.”

“Itu juga berkat bantuan dari Dito sama Erland. Sampai dimana Rai tau sendiri, dan langsung putusin Adel. Dari situ Rai gak pernah mau punya pacar lagi, katanya semua cewek sama aja, cuma mau duit Rai”

“Mulai dari itu juga, Rai selalu sembunyiin identitas dia kalo dia anak dari keluarga Dyson”

“Itu cerita dari sudut pandang kita ber-enam, gak tau kalo dari Rai gimana” akhir cerita Risa.

Vanya yang sedari tadi mendengarkan cerita dari Risa pun sedikit terkejut dengan kebenarannya.

Adel itu memang licik.

Vanya harus berhati-hati dengan Adel mulai saat ini, ia harus melindungi rumah tangganya dengan Raihan yang masih seumur jagung itu.

Apapun masalahnya nanti, Vanya akan selalu melindungi rumah tangganya. Ia yakin, jika Raihan pun turut melindungi rumah tangganya dengan Vanya.

Vanya percaya dengan Raihan.

“Adel muncul lagi Ma” ucap Vanya sambil menaruh kentang tersebut kedalam panci yang sedang merebus rebusan.

“Iya, Mama tau dari Papa tadi. Kamu gak usah khawatir ya? Mama sama Papa selalu lindungi kalian berdua dari Adel. Kamu cukup percaya sama Rai, kalo Rai gak bakal kepincut lagi sama Adel”

“Tapi kalo seandainya Rai gak bisa jaga kepercayaan Vanya, gimana Ma?”

“Mama serahin semua keputusannya di kamu sayang, mau kamu bertahan atau gak bisa sama Rai pun Mama terima, karena anak Mama sudah melukai wanita yang Rai sayang.”

“Sama aja Raii melukai hati Mama”

Raihan berlari ketika pintu lift sudah terbuka, ia melihat dengan jelas Vanya dan Adel sedang berargumen.

Ia langsung menarik tangan Vanya dan menyembunyikan tubuh Vanya di belakang dirinya.

“Lo apain istri gue?!” tanya Raihan kepada Adel.

Adel tentu terkejut mendengar ucapan Raihan yang meninggi.

“Aku gak ngapa ngapain istri kamu, Han”

Dilain tempat Dito pun berlari ke arah mereka dan menarik tangan Adel untuk menjauh dari Raihan dan juga Vanya.

“Bawa Istri lo naik” ucap Dito sebelum ia benar benar membawa Adel pergi menjauh.

Raihan membalik badannya, panik di wajahnya pun tak bisa ia tutupi. “Kamu gak apa apa?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk, “Aku gak apa apa” balasnya.

Syukurlah Adel tak menyakiti istrinya ini.

“Ayo kita naik ke atas,” ajak Raihan dan langsung menggenggam erat tangan Vanya menuju lantainya.


Sampailah mereka di lantai ruangan Raihan, Raihan langsung mempersilahkan Vanya masuk ke dalam ruangannya dan mengunci ruangan tersebut, saat ini ia benar-benar tak ingin di ganggu oleh siapapun.

“Kenapa di kunci?”

“Gak apa apa” balasnya.

Vanya duduk di sofa tersebut lalu menata makanan yang ia bawa tadi, sedikit berantakan karena tadi sempat tergoncang oleh dirinya saat berdebat dengan Adel.

“Mau makan dulu atau mau ngobrol dulu?” tanya Vanya.

“Makan dulu. Aku tau kamu dari pagi udah masak buat aku, jadi aku mau menghargai masakan kamu ini” balas Raihan.

Vanya sedikit salah tingkah mendengar ucapan Raihan tadi.

Mereka pun langsung memakan makanan yang Vanya bawa tadi, Vanya melihat Raihan memakan makanannya begitu lahap pun bernafas lega.

Makan siang pun di tutup oleh cemilan yang Vanya bawa tadi.

“Aku boleh nanya sama kamu gak?” tanya Raihan.

“Boleh, tanya apa?”

“Kamu kenapa bisa berantem gitu sama Adel?”

Vanya menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

“Gitu Rai,”

“Tapi dia gak ngapa ngapain kamu kan?”

“Enggak, santai sayang. Aku boleh balik nanya sama kamu?”

“Boleh,”

“Adel pernah chatt kamu?”

Raihan memberhentikan aktifitasnya ketika ucapan Vanya itu.

Apakah ia harus jujur?

Atau ia harus membohongi istrinya ini?

“Iya. Tapi aku gak save”

“Why?”

“Alesan aku harus save dia apa?”

“Gak ada salahnya juga kan?”

“Aku gak mau”

“Kenapa?”

“Van.”

“Apa?”

Raihan menghela nafasnya. Ia tak mau berakhir berdebat dengan Vanya karena Adel seperti ini.

“Aku gak bakal save no adel, aku bakal jamin. Aku udah selesai sama dia, udah gak ada urusannya sama dia. Kamu percaya kan?”

“Apa yang bisa aku percaya sama kamu?”

“Aku sayang kamu, Vanya” ucap Raihan yang ingin menggenggam tangan Vanya.

“Sayang doang gak cukup Raihan.” balas Vanya yang menghindari tangan Raihan itu.

“Kamu gak percaya sama aku?”

“Kamu tau masa lalu aku kaya gimana, Raihan”

“I know. Aku tau, sayang.”

“Oke kalo emang kamu belum percaya sama aku, aku bakal buktiin kalo aku bener bener udah selesai sama adel.”

Raihan berlari ketika pintu lift sudah terbuka, ia melihat dengan jelas Vanya dan Adel sedang berargumen.

Ia langsung menarik tangan Vanya dan menyembunyikan tubuh Vanya di belakang dirinya.

“Lo apain istri gue?!” tanya Raihan kepada Adel.

Adel tentu terkejut mendengar ucapan Raihan yang meninggi.

“Aku gak ngapa ngapain istri kamu, Han”

Dilain tempat Dito pun berlari ke arah mereka dan menarik tangan Adel untuk menjauh dari Raihan dan juga Vanya.

“Bawa Istri lo naik” ucap Dito sebelum ia benar benar membawa Adel pergi menjauh.

Raihan membalik badannya, panik di wajahnya pun tak bisa ia tutupi. “Kamu gak apa apa?” tanya Raihan.

Vanya mengangguk, “Aku gak apa apa” balasnya.

Syukurlah Adel tak menyakiti istrinya ini.

“Ayo kita naik ke atas,” ajak Raihan dan langsung menggenggam erat tangan Vanya menuju lantainya.


Sampailah mereka di lantai ruangan Raihan, Raihan langsung mempersilahkan Vanya masuk ke dalam ruangannya dan mengunci ruangan tersebut, saat ini ia benar-benar tak ingin di ganggu oleh siapapun.

“Kenapa di kunci?”

“Gak apa apa” balasnya.

Vanya duduk di sofa tersebut lalu menata makanan yang ia bawa tadi, sedikit berantakan karena tadi sempat tergoncang oleh dirinya saat berdebat dengan Adel.

“Mau makan dulu atau mau ngobrol dulu?” tanya Vanya.

“Makan dulu. Aku tau kamu dari pagi udah masak buat aku, jadi aku mau menghargai masakan kamu ini” balas Raihan.

Vanya sedikit salah tingkah mendengar ucapan Raihan tadi.

Mereka pun langsung memakan makanan yang Vanya bawa tadi, Vanya melihat Raihan memakan makanannya begitu lahap pun bernafas lega.

Makan siang pun di tutup oleh cemilan yang Vanya bawa tadi.

“Aku boleh nanya sama kamu gak?” tanya Raihan.

“Boleh, tanya apa?”

“Kamu kenapa bisa berantem gitu sama Adel?”

Vanya menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

“Gitu Rai,”

“Tapi dia gak ngapa ngapain kamu kan?”

“Enggak, santai sayang. Aku boleh balik nanya sama kamu?”

“Boleh,”

“Adel pernah chatt kamu?”

Raihan memberhentikan aktifitasnya ketika ucapan Vanya itu.

Apakah ia harus jujur?

Atau ia harus membohongi istrinya ini?

“Iya. Tapi aku gak save”

“Why?”

“Alesan aku harus save dia apa?”

“Gak ada salahnya juga kan?”

“Aku gak mau”

“Kenapa?”

“Van.”

“Apa?”

Raihan menghela nafasnya. Ia tak mau berakhir berdebat dengan Vanya karena Adel seperti ini.

“Aku gak bakal save no adel, aku bakal jamin. Aku udah selesai sama dia, udah gak ada urusannya sama dia. Kamu percaya kan?”

“Apa yang bisa aku percaya sama kamu?”

“Aku sayang kamu, Vanya” ucap Raihan yang ingin menggenggam tangan Vanya.

“Sayang doang gak cukup Raihan.” balas Vanya yang menghindari tangan Raihan itu.

“Kamu gak percaya sama aku?”

“Kamu tau masa lalu aku kaya gimana, Raihan”

“I know. Aku tau, sayang.”

“Oke fine kalo emang kamu belum percaya sama aku, aku bakal buktiin kalo aku bener bener udah selesai sama adel.”