Know Yourself, Know Your Worth~
Jaemren Narasi AU
Tags: Arranged Marriage
CW , TW // angst , toxic relationship , divorce
Note: Ambil hal baik yang bisa dipelajari. Jangan ditiru yang buruknya.
Renjun hanya inginkan hal sederhana; cinta yang apa adanya. Tanpa dibayangi siapapun.
Sinar matahari senja terekam dengan sempurna di galeri ponsel Renjun. Ia memang senang menyimpan potret sang surya. Menurutnya, matahari itu indah dan punya pesonanya sendiri. Ada sisi di mana teduhnya jadi favorit orang-orang, namun sinarnya bisa memancar terlalu silau dan buat sekeliling jadi pusing.
Jika Renjun menyukai matahari, berbeda halnya dengan Jaemin, suaminya, yang lebih menyukai hujan. Menurut Jaemin, suara hujan itu menenangkan jiwanya. Udara akan menjadi bersih setelah hujan turun. Polusi juga berkurang.
Berbeda namun memikat. Itulah hal pertama yang Renjun temukan di diri Jaemin saat mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Jangan tanyakan kenapa masih ada perjodohan di zaman yang canggih ini, karena Renjun akan berikan jawaban; jika sekitarnya bahagia, maka Renjun akan merasakannya juga.
“Ren, kamu ngga bisa contoh Ayah ya? Beliau kerjanya tuh cepat? Sedangkan kamu lama banget. Siput aja kalah” ujar Jaemin dengan nada dingin dan menusuk.
Renjun baru saja menapaki kakinya di ruang tamu rumahnya. Perjalanan dari kantornya lumayan macet dikarenakan ada primeover yang berhenti dadakan. “Ngga bisa gimana, Na?”
“Katanya lukisannya mau diselesaikan. Kok masih setengah jadi?”
Renjun akhirnya paham yang dimaksud suaminya. Mereka memang berencana mengubah tampilan rumah dengan memberikan corak seni lukis dari tangan Renjun. “Maaf, aku ketiduran waktu ngerjainnya. Nanti malam pasti udah jadi kok” secercah senyumnya mengembang pasti demi menenangkan suami yang sudah masam raut mukanya.
“Yakin? Ayah mau lihat lukisan kamu besok malam”
“Yakin kok. Kamu tenang ya, Na”
“Yaudah. Aku tunggu hasilnya.”
“Ren, kamu kenapa ngga bisa duplicate masakannya Bunda dengan baik sih? Bukannya udah diajarin berkali-kali? Ini masih kurang, Ren” Jaemin meletakkan sendoknya begitu saja setelah mencicipi rawon buatan Renjun. Lebih tepatnya resep rawon milik ibunda Jaemin yang memang dibuat Renjun sesuai permintaannya.
“Aku udah masukin semua bumbunya sesuai yang Bunda kamu bilang lho sayang”
“Tapi ini masih kurang. Kamu cobain sendiri deh. Aku lanjut kerja dulu” kursinya mundur ke belakang, bersamaan dengan Jaemin yang meninggalkan Renjun di meja makan sendirian.
Maaf ya masih belum sesuai dengan yang kamu mau, Na.
Renjun berusaha memahami Jaemin sebagai pasangan hidupnya. Ia selalu mengiyakan apa yang Jaemin minta. Sama halnya ketika suaminya mengajaknya ke acara gathering alumni SMA yang dilaksanakan hari ini. Renjun selalu berada di samping Jaemin, menemaninya penuh senyum sembari menghafal sosok yang diajak bicara oleh suaminya itu satu per satu.
“Suami gue jago bikin brownies. Nyokap gue sampai iri gara-gara anaknya lebih suka yang dibuat sama suaminya” Jeno terkekeh, di sampingnya ada Haechan yang menggamit lengan Jeno sambil malu-malu.
“Biasa aja padahal. Jeno nih suka alay kalau ngomong”
“Ya emang bener, aku suka semua makanan yang kamu bikin. Bahkan masakan mama aja bisa kamu tiru” ungkap Jeno bangga.
Renjun mengangguk bahagia mendengarnya. Sedangkan Jaemin hanya menanggapi dengan senyum tipis.
Selama di perjalanan pulang, Jaemin tak henti-hentinya membahas tentang kehidupan rumah tangga teman-temannya.
“Pantas Jeno sumringah terus, suaminya bisa diandalkan”
“Istrinya bang Mark juga hebat, bisa belajar jahit dari awal demi ngikutin keinginan bang Mark yang pengen punya pakaian hasil jahitan istri sendiri”
“Sedangkan Yangyang, punya suami yang kerjaannya bikin dia ketawa terus. What a nice story about them.”
Renjun mencerna semua hal yang dibahas suaminya, tapi ia baru sadar ada satu perbedaan yang signifikan. Jika teman-teman Jaemin membanggakan pasangannya masing-masing, lain halnya dengan Jaemin yang sibuk membahas saat Renjun gagal memasak nasi goreng kambing buatan asli kakaknya, atau ketika tangan Renjun selalu saja terkena goresan pisau saat memotong buah-buahan.
“Kamu coba deh kaya mereka, Ren. Apa yang dimau suami pada bisa ngelakuin semua. Terutama niru masakan dari keluarga suaminya. Pada jago.“
***