senggama 🔞
“ungh— vai.”
kejadiannya gak bakal begini kalau aja eren gak biarin levi berbaring; dengan posisi kepala yang dibenamkan di ceruk lehernya.
pikirnya cuddle romantis yang hangatkan tubuh mereka dari dinginnya hawa desa bakalan berujung ke adegan picisan yang sering ia lihat. bukan begini, dengan levi yang kungkung dirinya penuh dominasi serta jilatan sensual yang disusul sama hisapan rakus pada leher jenjangnya, munculkan ruam merah keunguan yang pekat.
sialan. bahkan eren cuma bisa dibuat mendongak, persilahkan lebih untuk levi lecehi lehernya dengan sesuka hati.
kondisi ranjang total berantakan. sprei kusut akibat remasan tangan eren yang gak sanggup tahan hormon sialannya kala putingnya dilahap oleh mulut hangat levi. selimut terasampir, bahkan hampir terjatuh, turut serta dengan celana eren dan baju levi yang teronggok mengenaskan di lantai.
“mmh, nata.”
“iya. begitu. panggil gue.”
kecupan kecil yang levi bubuhkan pada setiap inci tubuh eren sukses jadikan empunya menggeliat resah. tangan kirinya ia arahkan menuju selangkangan eren. mengelus halus paha dalam lelaki itu sebelum menuju pada benda yang sudah menegang keras.
“angh— a–ah.” punggung eren meliuk indah kala telapak dingin levi memegang penisnya, mengocok dengan ritme acak— yang sialnya disengaja agar dirinya kewalahan. “n-nata.”
“apa?”
“y-yang cepet, bangsat— ah!” kepalanya kembali mendongak. ritme kocokan yang semakin cepat buat eren tutupi matanya, bibirnya terbuka kecil, mengatur deru nafasnya yang naik turun. terlebih kala telinga; titik sensitifnya kembali dijilat dan dikulum oleh lidah sialan levi.
“nata,” ia merintih. “l-lagi. lebih cepet.”
kemauannya gak dituruti. eren terpaksa buka matanya kala penisnya terasa kosong. menatap sayu ke arah levi yang kini melepaskan celana training serta dalamannya. levi telanjang total di sini.
dengan reflek eren palingkan mukanya ke samping. malu sendiri karena dengan lancang matanya menatap kebanggaan levi yang menegak total.
“apa? kok kaget gitu?” levi kekeh ganteng lihat mata eren yang membolak kaget. giginya robek bungkus kondom yang ia beli tadi siang, tanpa memutus kontak keduanya.
“lo— sinting.”
“iya, sinting,” ucapnya. kepalanya menunduk dengan tangan yang sibuk kenakan protection tadi ke dalam penisnya. “efek liat tubuh telanjang lo waktu lagi mandi. “
“lo ngintip gue mandi?!” eren sedikit teriak. “sumpah, lo cabul banget.”
“gak sengaja.” levi merangkak ke arah ranjang, lantas kembali mengungkung tubuh eren yang sontak buka pahanya lebar, menjepit tubuh levi.
“tukang sang— mmp.” bibir levi candu. apalagi ciuman lembut yang selalu lelaki itu beri, buat eren terlena. tangan reflek mangalung apik di leher, bahkan sedikit dorong tengkuk levi untuk perdalam pagutan mereka yang menjadi panas.
bibir atas dan bawah nya dihisap secara bergantian. jilatan kecil yang menggelitik jadikan eren merengek di sela-sela ciuman mereka. mengusap punggung lebar levi sebelum ia dekap erat begitu sepoi angin masuk ke dalam celah jendela. maka dengan sigap levi menarik selimut lalu ia sampirkan ke bagian pinggulnya, tutupi tubuh bawah mereka.
“uhh.” lenguhan samar keluar dari bilah bibir eren manakala ujung penis levi memasuki permukaan lubangnya yang berkedut lapar, namun kembali dikeluarkan oleh empunya. “nata, masukin.”
kembali terkekeh renyah. levi kecup singkat bibir eren. “sabar, sayang.” sahutnya. sedikit menggoda lubang eren dengan penisnya yang ia putar, buat empunya merengek kesal.
“ahh.” levi mendongak dengan bibir yang terbuka. menggeram tertahan, merasakan bagaimana penisnya dijepit oleh dinding rektum milik eren sebelum pinggulnya bergerak kecil, membiarkan eren terbiasa dengan kejantanan nya yang telah tertancap sempurna.
lantas suara decitan ranjang juga desahan lirih terdengar penuhi tiap-tiap sudut kamar. tubuh eren terhentak seiring gerakan pinggul levi yang semakin cepat. tangan eren meremas kasar rambut hitam levi, bahkan sedikit dijambak kala ujung penis levi menyentuh prostatnya.
“nat— ahh yang pelanhh.” rintih eren. kukunya sontak menancap pada punggung levi manakala lelaki itu justru menambah ritme gerakannya, tanpa perduli dengan racauannya. “nata ada ad—ah. ada adek.”
ucapan eren sukses jadikan levi berhenti. sejenak diam karena dirinya baru sadar akan eksistensi jabang bayi di dalam perut eren. levi meringis, setelahnya menunduk untuk beri kecupan kupu-kupu di seluruh wajah eren.
“maaf, maaf.”
eren mengangguk. menarik tengkuk levi kemudian dia beri gigitan kecil di leher sebagai imbalan atas aktivitas panas yang levi beri kepadanya. “gak apa-apa. lanjutin.”
levi mengangguk sebelum kembali mencium ranum eren kasar. menghisap kuat lalu ditarik. begitu terus untuk waktu yang lumayan lama. tangan kiri levi bergerak, membelai sensual tubuh eren yang dimulai dari dada berisi lelaki itu. sedikit diremas, bahkan jarinya dengan jahil mencubit gemas puting eren yang mencuat tegang. puting coklat itu dipelintir kuat, tanpa peduli dengan eren yang merintih kesakitan akibat tindakannya.
lidah panjang levi menelusup masuk ke dalam goa hangat eren tanpa permisi. bergulat lidah antar keduanya, sesekali eren akan menghisap lidah levi yang menjulur layaknya permen. mengabsen deretan gigi serta setiap ornamen yang ada di dalam mulut eren. pagutan dilepas oleh yang lebih muda kala dirasa oksigennya mulai habis.
“ngh ahh.” terhentak kecil. levi kembali cepatkan ritme tumbukannya, karena— sial. lubang eren begitu sempit dan nikmat. sampai-sampai buat dirinya menggeram kala lagi-lagi penisnya dihimpit oleh dinding eren. membuat hujamannya semakin amburadul juga kasar.
“ahh nata, p–pelan brengsek.”
“fuck, ren. lubang lo enak banget demi tuhan.”
eren menjerit kan nama levi keras tatkala prostatnya ditumbuk beberapa kali.
“terus, ren. desain nama gue terus.” suara serak levi itu sialan. sukses sekali memprovokasi hormon miliknya yang menguar lebih banyak. tangannya menangkup dada berisi miliknya, sedikit diremas sebelum turun menuju kejantanan miliknya yang sudah mengeluarkan cairan putih di ujung penisnya. mengocok nya dengan ritme senada gempuran levi.
“akh! lebih, lebih.” kembali meracau lantang. eren seperti lupa akan entitas lain di rumah sang nenek. maka dari itu levi menurunkan badannya. mengarahkan kepalanya pada telinga eren. “jangan berisik.” ucap levi lirih. tangannya naik dan menyisakan dua jari panjang nan kurus itu ke arah bibir eren yang reflek dikulum oleh empunya. mengoral dan menekan lidah eren hingga liur keluar basahi dagu. menggelitiki dinding-dinding mulut eren, membuat lelaki itu meracau tidak jelas.
bersamaan dengan itu, levi mulai bermain dengan telinga eren, meniup hangat hingga bulu kuduk eren merinding, lantas menyapu daun telinga itu hingga basah oleh air liurnya.
menit demi menit berlalu. penyatuan mereka masih berlangsung di bawah sana. suara tamparan antara kulit dan kulit penuhi indera pendengaran masing-masing. eren menggerakkan pinggulnya berlawanan arah begitu dirasa penis levi semakin keras dan besar, membuat lubangnya terasa penuh. gempuran semakin cepat, geraman rendah dari levi jadi penghujung sebelum lelaki itu mencapai klimaksnya.
tubuh levi bergetar. mendesahkan nama eren kala cairan beningnya keluar secara keseluruhan. disusul oleh eren beberapa detik kemudian. dada mereka naik turun, mengambil oksigen rakus seakan-akan oksigen akan habis saat itu juga. levi melepas penyatuan mereka, melepas kondom dan diikat, kemudian ia buang ke tong sampah yang terletak di sebelah nakas.
keduanya saling bersitatap. memandang satu sama lain lama sebelum terkekeh bersamaan. levi mengambrukkan tubuhnya di samping eren, menarik kepala lelaki itu agar tidur di atas lengannya. satu kecupan singkat di pelipis levi beri. “capek?”
“lumayan.”
senyum tipis terpatri. jempol levi mengelus halus lengan eren yang mana buat empunya semakin mendusel ke dada bidangnya. “gue mau ngasih tau lo.”
“ngasih tau apa?”
levi diam. sedikit melirik ke arah eren yang tengah mendongak; tatap dirinya sambil menunggu jawaban. “mantan gue balik, loh. kaya omongan lo waktu itu.”
“nah, terus?”
“gak ada. ngasih tau doang.” pelukan tambah erat. “gue tau sifat dia kaya apa. makanya gue bilang sebelum terlambat. jadi kalo kedepannya ada apa-apa, gue minta lo percaya sama gue.”
“oh. jadi waktu itu lo nyuruh gue buat percaya sama lo, gara-gara mantan, tho? paham, paham. “ nadanya lumayan menyindir. disini levi mengerjap sebelum menggeleng kencang.
“gak, ian. gue tau lo mikir apa. tapi serius, gue udah gak ada perasaan sama sekali sama dia ataupun mantan gue yang lain.” posisi diubah menjadi menyamping. levi pandang eren telak di mata. “sumpah. gue cuma sayang sama lo doang.”
eren mendengus. “pembu— ungh.”
setan. jari levi luar biasa sukses porak porandakan kesadarannya. dengan lancang menelusup masuk ke dalam lubang analnya yang bahkan masih basah. bergerak maju mundur dengan cepat, seraya menggerus dinding rektumnya menggoda.
maka kali ini eren tahu, kegiatan panas mereka akan berlanjut dan gak berhenti disini. setelahnya bunyi tamparan antara kulit dengan kulit terdengar penuhi indera masing-masing. suara erangan juga desahan nikmat kembali bersahutan. suara kecipak basah dari pagutan kasar, serta bibir eren yang tak henti-hentinya menyebut nama 'levi, nata' dibalik desahannya mengalun indah.
keduanya tak berhenti bernyanyi hingga fajar menyambut.