deal?
dua puluh dua hari lewat.
genap satu bulan dari levi pergi ke kota orang, dan seharusnya pemuda itu hari ini pulang. dan sialnya lagi, lima hari menghilang tanpa ada kabar itu sukses sekali buat eren kelimpungan setengah mampus.
chat terakhir masih dipantau— bahkan dari beberapa hari yang lalu. berharap notifikasi pesan dari kesayangan muncul di bilah layar ponsel.
berusaha untuk berpikir positif, namun lagi-lagi pikiran eren kembali nyeleneh. setahunya levi tipikal cowok yang bakal kasih kabar sesibuk apapun itu. walaupun gak menampik cuma beri pesan tanda '.' untuk mengabari. dan hilang layaknya ditelan bumi begini, siapa gak khawatir?
eren mendesah berat. ambrukkan tubuhnya di kasur dengan kaki yang menjuntai ke lantai. ponsel masih di tangan dan sesekali melirik, menanti notifikasi yang diinginkan muncul.
nihil. gak ada.
berakhir bantal diambil dan dipukul gemas sebagai pelampiasan rasa kesalnya.
“anjir, lo kemana dah.” monolog eren. kemudian tubuhnya ia gulingkan kesana-kemari malas sambil meracau berbagai umpatan.
eren berhenti sejenak dari kegiatannya kala pintu diketuk dua kali dan dibuka pelan. lalu suara halus dari sang bunda yang panggil namanya terdengar.
“gak mau keluar, bunda. lagi males.” sahut eren.
“ada pacarmu dibawah. yakin gak mau turun?”
dan suara gedebuk keras menyusul. eren jatuh dari kasur secara naas hingga kepalanya terjeduk ujung dipan. sialan itu sakit.
:
sumpah, bangsat.
eren tatap gak percaya pemuda yang tengah duduk anteng di ruang tamu sambil bermain handphone. menunduk, gak sadar akan eksistensinya yang masih mematung di undakan tangga terakhir.
t-shirt polos warna hitam juga boyfriend jeans. dan,—oh jangan lupakan rambut sialan levi yang dikucir man bun; perlihatkan undercute pemuda itu.
setan.
eren gak menyangka kalau lelaki favoritnya bakalan berubah sebegini drastis dari segi penampilan. mata eren masih betah pandangi levi sebelum pemuda itu mendongak dan membuat pandangan mereka bertemu. dari sana, eren bisa lihat senyum tipis levi kembali.
peduli setan dengan gengsi, eren reflek lari dengan tangan yang terbuka lebar.
“yang pel—”
“aduh!“
ujung jempol kaki menabrak meja. bro, itu sakitnya gak main-main.
disana levi terkekeh sambil gelengkan kepalanya. kemudian tubrukan kuat eren berikan untuk sambutan selamat datang.
;
posisi masih di ruang tamu dengan eren yang duduk di pangkuan levi sambil peluk pacarnya itu erat.
orang kasmaran sedang lepas rindu satu sama lain. siapa peduli?
“sesak, cil.”
niat ingin longgar kan pelukan gagal begitu eren justru makin eratkan pelukannya di leher.
rasanya kangen sekali. betulan.
banyak yang berubah dari seorang levi. salah satunya yaitu postur tubuh pemuda itu kini makin berotot, apalagi di bagian bisep.
“cil,”
“kamu diem. aku lagi kangen. pengin peluk lama-lama.”
ya, oke. levi pasrah. beralih tangannya melingkar di area pinggang eren, lalu beri kecupan lembut di pucuk kepala pacarnya itu.
“kangen.”
“hm.”
“om, kangen.”
“iya.”
pelukan sedikit melonggar, dijadikan kesempatan untuk levi meraih kepala eren supaya menghadap ke arahnya. saling pandang beberapa sekon sebelum bibir keduanya saling menempel.
ciuman pertama setelah satu bulan lamanya gak bertemu.
saling melumat dan menghisap bibir satu sama lain. bahkan keduanya tersenyum di antara ciuman mereka. tautan diputus oleh levi. dahi keduanya menempel, cium ujung hidung eren sekilas lalu gesekkan hidung mereka gemas.
“apa kabar?”
“baik sekali. sumringah. bahagia kelewatan, soalnya ada kamu.”
levi senyum gemas disana. aduh, pacar ditinggal kok makin gemas begini.
“lima hari ngilang kemana aja, bos?”
“sibuk. kejar waktu biar bisa pulang genap sebulan. jadi gak sempet pegang handphone.”
“tubuhmu diforsir begitu?”
levi menggeleng. “gak. santai, istirahat ku cukup, kok.”
“ho, gitu?”
“iya, gitu.”
eren terkikik, tangkup pipi levi lalu diunyel gemas. “hobi bikin khawatir kenapa, hm?”
“biar ada kejutan.”
eren mendecih dan levi terkekeh singkat. mata levi melirik ke arah kaki eren, setelahnya usap halus di bagian jempol yang tadi menabrak meja. dan eren memerah karena hal itu.
“sana ganti baju. kita jalan-jalan hari ini.”
:
berakhir di indotamkot sebagai tujuan akhir setelah capek keliling kota pakai motor gak tau arah. kalau kata levi, sih, habisin bensin.
haduh, kok jadi inget masa pedekate?
suara kursi yang ditarik terdengar. levi letakkan dua kaleng minuman juga beberapa ciki yang penuhi meja. disambut dengan cengiran lebar milik eren efek senang ada banyak cemilan disana.
“bahagia betul, bos.”
“bahagia, dong. lama gak makan banyak, sih.”
“pantes kurus.” ketus levi yang direspon dengan hendikan bahu cuek.
lama hening diantara mereka. fokus masing-masing. levi disana sebenarnya gerogi setengah mampus. dan ucap banyak terima kasih untuk rokok yang selalu jadi penenang dikala gundah.
“curang,” celetuk eren buyarkan lamunan levi yang reflek menoleh ke arahnya.
“apa curang?”
“kamu. curang.”
“iya, curang apa? ngomong yang jelas.”
“makin ganteng. curang, lah pokoknya.” eren berdecak sebal. lalu lempar satu chiki ke arah levi. “dikucir man bun begitu, motif mu apa? sok ganteng, dasar.”
levi ketawa. “gak sok, cil. fakta kok, ini. pacarmu dari dulu memang ganteng.”
“pede sekali.” dibalas dengan levi yang lagi-lagi ketawa.
“flashback sedikit, om. jadi inget waktu awal ketemu,” disana eren matanya mengedar ke seluruh area indotamkot. matanya mengawang. “dipikir lucu juga. first impression total buruk. dan aku yang jadi pihak mengejar.”
“ngebetnya gak ada lawan.”
“sialan.”
“tempat awal ketemu juga tempat yang bakalan jadi saksi awal fase baru.”
disana eren loading. otaknya berusaha cerna ucapan levi barusan, namun buntu.
“gimana?” yang ditanya diam. alih-alih menjawab justru levi keluarkan sesuatu yang sukses bikin eren bolakan matanya. bahkan kunyahan nya sontak berhenti.
levi ketawa lebar dapati eren yang menatapnya horror.
“om, sumpah?”
anggukan kepala levi berikan. tatap lembut eren telak di mata seraya kasih senyum gantengnya.
“satu buah cincin dan satu kunci rumah. buat hak ngepaten. ya, oke, gak semuanya dari aku tapi—”
ucapannya berhenti begitu eren yang tiba-tiba peluk dirinya kencang sekali.
“— gaji pertama, ditambah duit tabungan dan sisanya dibantu sama kenny. gimana, cil? deal?“
eren manggut beberapa kali. gak bisa jawab efek terlalu bahagia.
levi mengernyit begitu dirasa pundaknya basah. eren nangis. disusul dengan tawa serak levi yang sukses buat eren eratkan pelukannya.
satu bulan penantiannya gak sia sia. eren gak pernah berekspektasi banyak tentang ini kalau boleh jujur. dan fakta bahwa levi seserius ini dengannya total buat eren lagi-lagi jatuh ke pelukan seorang levi.
eren mendongak, perlihatkan wajah sembah khas orang baru menangis. levi gak tahan untuk gak cium pacarnya itu.
“sengaja, ya? buat surprise di hari kita anniv?”
loh?
“emang sekarang hari jadi?”
idiot. bahkan suasana haru juga tempat yang hening sontak berubah ramai akibat gelak tawa seorang levi yang kena pukulan anarkis dari eren.
jadi pusat perhatian? total.
pasang mata tatap mereka heran juga banyak iri nya. hoi, dikasih pemandangan orang bucin yang lagi bahagia siapa gak iri? terlebih untuk penonton yang masih berstatus single.
dan indotamkot jadi saksi bisu gimana awal mereka bertemu dan ukir kisah cinta disana. juga, saksi bisu awal fase baru perjalanan mereka menuju kehidupan yang sebenarnya.