nyatanya eren gak bohong soal chat semalam. hari sabtu mereka habiskan berdua dari pagi sampai sekarang. levi sendiri gak keberatan soal itu dan dengan senang hati terima permintaan eren. walaupun gak menampik kantong dompetnya semakin menipis akibat sang pacar berulang kali pinta jajankan makanan. dan levi dibuat meringis soal itu.
sekarang sudah malam. taman kota dijadikan tujuan untuk kencan mereka. taman lumayan sepi yang mana buat levi hela nafas lega.
“kak,”
“hm?”
“gak apa-apa, manggil doang.“ levi putar mata malas sebagai respon.
levi reflek menoleh begitu ujung hoodie miliknya ditarik. tatap eren yang menyengir: tunjukkan gigi rapihnya. “apa?”
“itu,” levi menoleh ke arah yang eren tunjuk.
gerobak jagung bakar.
total buat levi makin datarkan raut wajahnya karena tau pemuda itu menginginkan apa.
“seriusan, dompetku lama-lama kosong. belum lagi beli bensin buat besok?”
eren menjatuhkan pundaknya mendengar itu. palingkan wajah masamnya ke depan. “yaudah, gak usah.”
::::
posisi sekarang sedang duduk di bangku taman yang menghadap jalanan malam dengan dua jagung bakar sebagai teman.
loh, jadi beli?
iya. levi sebal sekali lihat drama eren yang mendiami dirinya tadi. maka setengah gak ikhlas keluarkan satu lembar uang warna hijau dari dompet.
“jagungnya gak enak,” kata eren. “pasti gara-gara kamu gak ikhlas beliinnya.”
“gak tau diri.” levi lirik sinis eren yang masih menggigit jagung bakar. sinting.
“ini, punyamu dimakan.” eren sodorkan satu tusuk jagung bakar ke arah levi yang justru gelengkan kepalanya.
“buat kamu aja.” mendengarnya, eren sontak menyengir lebar. beri kecupan singkat di pipi yang lebih tua sebelum memakan jagung itu.
“katanya gak enak, tapi habis dua.”
“enak, kok. soalnya, jagungnya buat aku semua.”
setan.
:::::
mungkin sudah satu jam mereka duduk disana pandangi jalanan yang ramai dipadati oleh kendaraan dan lalu lalang orang.
eren menyembunyikan wajahnya di ceruk leher milik levi dengan tangan yang masih bertaut di dalam hoodie milik levi.
” jangan tidur,”
“ngantuk,”
“pulang?”
eren menggeleng. “nanti. masih mau lama-lama sama kamu.”
levi lirik arlojinya. “jam sebelas. pulang.“ levi berdiri yang mana hampir saja membuat kepala eren membentur senderan bangku kalau aja levi gak gerak cepat.
“buruan.”
“diem,” kedua pundak levi ditahan, eren berdiri dan langsung menghambur ke punggung levi dan kalungkan lengannga di leher pemuda itu. “ayo jalan.”
piggyback.
lantas berjalan dengan kedua tangan yang menahan kedua pantat eren biar gak jatuh. total abai sama pasang mata yang menatap ke arah mereka berdua.
“aku nginep aja di kos, ya?”
“gak usah. kudu puter balik, males. kamu nyusahin.”
eren mencebik. “jahat banget, anjing. coba kamu ngomongnya yang cantik.”
“cantik.”
“ya gak gitu, bego.”
lalu keduanya ketawa bodoh.
::::
pagar rumah jadi saksi gimana eren yang peluk levi kencang sekali. “sesak, ren.”
“diem.”
levi pasrah. beralih jemarinya mengelus halus surai eren. “seminggu tok, gak usah man— loh malah nangis.”
pelukannya tambah nengerat. dan eren dapat dengar segimana halus kekehan levi di indera rungunya yang mana sukses bikin eren tambah menangis.
“cengeng,” levi jauhkan wajah eren di ceruk lehernya,, dilihatnya wajah eren yang merah. kecupan di kedua mata, hidung, dan bibir levi berikan.
“gak lama, seriusan.”
“takut kamu nakal.” cicit eren.
levi tersenyum tipis. “gak. janji, deh. kamu boleh bogem kalo aku nakal.”
“bener, ya?”
levi mengangguk. “yaudah, aku pulang.”
dan kecupan lama nan hangat di dahi eren levi berikan sebelum hidupkan kuda besinya dan pergi dari kediaman yeager.