Arrivederci.

Bagai sebuah prolog, aku seolah dapat melihat inti dari cerita kita. Pelangi dan kupu-kupu adalah harapanku ketika membangun isi kisah kita. Dan menyelesaikan epilog dengan melebarkan sayap putih bersamaan dengan terbangnya mimpi dan harapan.

Menghitung hari, memulai bab pertama dalam kisah kita. Bahagia, adalah kata pertama yang muncul dalam benak. Membalik halaman, masih dengan kata bahagia kita rengkuh hati satu sama lain. Kita genggam tangan satu sama lain.

Kisah kita tak melulu berisi pelangi dan kupu-kupu. Hujan guntur dan ombak badai perlahan muncul, menggoyahkan hati dan genggaman erat. Masih di bab yang sama, air mata mulai menjadi sebuah hujan. Aku ingat, saat kita harus berpisah. Seutas harapan tak lagi mampu untuk diselami. Masih di bab yang sama, pelangi dan kupu-kupu kini hanyalah pemanis di ujung kata.

Tak sempat untuk membuka bab kedua, buku ini telah tertutup. Tanpa ada kata lain yang terucap, kisah kita telah berakhir. Sebuah janji tak ditepati, menggores hati dengan dalam. Air mata terus menjadi hujan, pelangi dan kupu-kupu kini hanya menjadi angan.

Tak mampu menyelesaikan epilog, sayap putih terpaksa patah. Tanpa tahu kapan lagi harus mengepak.

Hanya dengan prolog, dan bab pertama, kisah kita sampai disini. Arrivederci, X1.