Kepada yang bersinar paling terang, Sirius.

Gelak tawa dan semburat senyum, diberikan padaku setiap pukul 7 malam. Tak hanya tawa, perkataan manis pun memenuhi hati yang sepi. Meski jauh, rengkuhan hangat terasa memeluk tubuh sebelum bertemu mimpi. Mereka yang berharga, mereka yang aku sebut keluarga.

Semakin lama, aku terayun dengan rasa nyaman. Enggan melepaskan, dan bergantung sangat erat. Sebab, kalian, adalah rumahku yang berharga. Tempatku pulang, ketika duniaku sedang runtuh. Aku sempat berkata, kalian adalah alasan penatku menghilang. Aku tidak mengada, benar adanya.

Terimakasih, atas segalanya. Tak terhitung sudah berapa kali, aku mengatakan terimakasih dalam hati. Sebab, kalian melunturkan segala penat dan resah dalam diriku. Menjadi alasan bagiku untuk tersenyum setiap hari. Terimakasih.

Teruntuk leaders, Terimakasih atas segala usaha yang kalian beri. Segala cerita indah yang tersusun, dan rengkuhan hangat di setiap tutur. Terimakasih, telah menjadi sosok hangat dengan segala panggilan sayang yang terucap.

Teruntuk Boatswain, halo papi. Maaf, karena sering tidak hadir. Maaf, karena sering membuat papi kesusahan sendiri. Maaf, karena tidak selalu menjadi yang utama. Tetapi, terimakasih. Karena begitu sabar, dan sangat baik untuk anak boatswain. Terimakasih atas segala semangat dan rasa bangga nya untuk kami. Aku, sangat merasa senang menjadi bagian dari boatswain.

Tidak ada yang tahu kapan kapal akan berlabuh, untuk itu aku berikan surat ini. Kenangan indah akan selalu terukir, bersama dengan semburat senyum tiada akhir. Perjalanan panjang, mengurai kisah penuh rasa. Meski tak selalu berisi pelangi dan kupu-kupu, cerita Sirius tetap menjadi indah.

Aku tak ingin berkata pisah. Sebab, aku tak ingin kehilangan sebuah keluarga, yang menjadi tempatku pulang.

Sincerely, Jeje.