Lies

Gemerlap lampu jalanan dan sorak sorai para penguasa malam memenuhi indera Yunho. Lelaki itu duduk manis di area vip, dengan jamuan bak tamu kehormatan. Beberapa botol minuman beralkohol dengan merek ternama tersaji di hadapan Yunho, yang sama sekali tak menyentuhnya.

Babe, tunggu disini ya? Jangan diminum kalo ngga mau. I'll be back in mins, wish me luck, ya.” Tutur Mingi— lelakinya. Sebuah kecupan singkat mendarat di dahi Yunho, sebelum berjalan menuju mobil Ferrari nya.

Fighting.” Balas Yunho, pelan. Bahkan hembusan angin pun tak dapat mendengar. Netra nya mengikuti gerakan Mingi yang mulai memasuki mobil kesayangannya.

Lelakinya begitu gagah, ketika sudah beradu rasa dengan jalanan. Yunho tak keberatan, selama hal ini membuat Mingi merasa lebih hidup, ia tak masalah. Dan ia pun tak masalah, harus menghabiskan malam bersama para berandal haus akan alkohol dan uang.

Sorak sorai mulai terdengar, ketika beberapa lampu mobil mulai terlihat dari kejauhan. Suara derap mesin beradu, menimbulkan bising yang menggelora. Semua orang mulai meneriakkan nama sang juara, melemparkan uang ke hadapan sang penyelenggara, memasang taruhan.

Decit rem mobil terdengar, kepulan asap memenuhi garis akhir. Yunho berdiri, menerobos kerumunan untuk melihat siapa yang menjadi sang penguasa. Senyumnya merekah, mengetahui lelakinya adalah sang penakluk malam ini.

Congrats, baby.” Mingi membalas rengkuhan Yunho tak kalah hangat. Kemenangan itu, sekaligus menjadi pembuktian, sang penguasa telah memiliki malaikat penjaganya. Kecupan singkat diberikan Mingi pada bibir Yunho, lalu merangkulnya menjauh dari kerumunan. Membawanya pada gerombolan elite dengan mobil-mobil mahal terparkir di belakang mereka.

Bro, titip pacar gue bentar ya, Yunho.” Tutur Mingi pada para lelaki yang tengah sibuk bersulang.

“Yunho, mereka temen-temen aku. Ada San, Wooyoung, sama Seonghwa. Kamu tunggu sini, ya? Aku ambil mobil dulu.” Yunho hanya mengangguk. Memperhatikan punggung Mingi yang perlahan menjauh, sebelum akhirnya netra nya terfokus pada tiga teman Mingi.

“Duduk sini, santai aja.” Seonghwa— yang berada didekatnya, menepuk kursi kosong di samping San. Yunho mengangguk, lagi.

Malam itu, Yunho lewatkan dengan baik. Gelak tawa dan candaan ringan mengisi relung hatinya, memberikan sedikit rasa bahagia. Terlebih, Mingi memenangkan balapan malam itu. Menjadikannya sang penguasa malam, sekali lagi. Yunho bahagia, setidaknya untuk malam itu.


Semesta menyadari adanya luka yang terbuka pada hati lelaki yang kini berjalan tak tentu arah. Meruntuhkan pertahanan dengan rintik hujan yang membasahi pijakan kaki, turut bersedih atas rasa sakit yang dirasa Yunho.

Tubuhnya ambruk, tak kuasa menahan perih yang perlahan menggerogoti diri. Meraung, menyalahkan keadaan. Bersimpuh pada semesta, berharap terkubur dalam gelap.

“Udah 3 tahun nih, gue berhasil kan? Mana Porsche sama Bugatti lo, San? Siniin kuncinya.”

“Haha, ya ngga lah. Gue kan macarin dia gara-gara taruhan sama lo pada. Yakali gue suka beneran sama Yunho.”

“Tenang aja. Dalam waktu dekat ini gue bakal putusin dia.”

Rentetan tutur kata Mingi yang tak sengaja Yunho dengar, menghantam hati begitu keras. Rasa yang diberi Mingi untuknya, tidak lebih dari sekadar omong kosong. Ungkapan manis, serta sentuhan lembut Mingi, tidak lebih dari sekadar peran yang harus dijalankan. Yunho hancur.

Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, untuk dua insan memadu kasih. Selama itu, Yunho memberikan segalanya untuk Mingi. Waktu, cinta, dan percaya. Menjadikan Yunho paling bahagia, ketika dapat merengkuh dunianya.

Padahal, tepat hari ini, adalah hari jadi mereka yang ke tiga. Yang seharusnya menjadi hari bahagia, hancur terbuai bualan semata. Hati Yunho sudah terlanjur hancur. Sebab, Yunho terjebak pada permainan kotor para bajingan elite. Dan baru menemukan jalan keluar setelah bermain peran selama tiga tahun.

Selama tiga tahun, Yunho memberikan segalanya hanya untuk sebuah kebohongan.


vlessingtae, 2020.