Love me harder.

Erangan-erangan kecil dan hembusan nafas berat mengoyak atmosfer apartemen unit 1117. Sesekali jeritan tertahan terdengar, menandakan salah satu sudah mencapai klimaks. Netra cokelat Wooyoung— si manis, menatap lekat lelaki di atasnya. Jemarinya menelusuri tiap inci paras rupawannya, menggelitik rasa sang terkasih.

“S-san..ah!” sentuhan lembut Wooyoung ternyata memprovokasi San— sang terkasih, untuk bergerak lebih erotis dan mendominasi. Menggerakan jemari Wooyoung untuk merengkuh erat tubuh San, sesekali jemarinya secara tak sadar menarik surai hitam San.

“Pelanh h-mphh pelanhh d-dad..”

“Hm? I can't hear you, baby.” Tak menghiraukan, San malah semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Surai hitamnya menutupi sebagian netra San yang tengah menatap intens si manis yang tak berdaya dibawah kuasanya.

Desahan yang keluar dari bibir Wooyoung, membuat San tersenyum puas. Menutup akses, San melumat bibir Wooyoung lembut. Erangan tertahan menjadikan atmosfer kian memanas, menjadi saksi akan kenikmatan yang dua insan itu tengah rasakan.

Hentakan demi hentakan menambah beban pada ranjang. Selimut serta bantal, sudah tak pada tempatnya, menandakan intimnya dua insan itu memadu cinta.

“S-san!!” Jeritan terdengar dari bibir Wooyoung, ketika milik San terdorong masuk memenuhi dirinya. Tubuh San ambruk memeluk lelakinya, tak peduli dengan keringat yang membasahi keduanya. Masih dengan posisi yang sama, San menghujani paras Wooyoung dengan kecupan tanpa henti.

“My baby..” tuturnya perlahan, menggelitik indera pendengaran Wooyoung, yang berada dibawahnya. Netra mereka bertemu, saling menatap untuk sejenak. Seulas senyum terpancar, sebelum lumatan lembut mengakhiri kegiatan diatas ranjang.

“Baby, aku pergi dulu, ya? Kalau lapar, masak aja atau delivery, okay?” San mengecup bibir Wooyoung pelan, sebelum meninggalkannya sendiri di kamar.

Belum sampai 5 menit, sebuah notifikasi memenuhi layar ponsel Wooyoung. Ada dua pesan yang masuk.

Transfer masuk sebanyak ₩500.000 berhasil dilakukan dari rekening 1007-11171211

Baby, udah aku transfer ya.

Wooyoung segera bangkit, mengenakan kaos nya kemudian melangkah pergi. Selalu begitu, Choi San. Padahal, kini status San sudah bukan lagi pelanggan Wooyoung. Langkah kakinya beranjak cepat, menyusul langkah San yang perlahan menghilang. Umpatan kecil terdengar, menandakan Wooyoung tengah marah.

Wooyoung telah meninggalkan apa yang menjadi masa lalunya. Membuka bab baru, memoles kanvas baru. Hatinya remuk, sebab kekasihnya masih memperlakukannya sama. Sama, seperti saat mereka pertama bersua.


Desahan kasar dan derit ranjang kayu terdengar dari kamar hotel nomor 26. San menarik surai cokelat Wooyoung, membuatnya mendongak sembari menyamakan hentakan yang diprovokasi San. Jemarinya menapak tembok, menahan dirinya agar tidak ambruk menerima dorongan yang semakin lama semakin cepat.

Nafas yang terengah memenuhi atmosfer kamar, menandakan permainan telah berakhir. San bangkit berdiri, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara Wooyoung, masih merebahkan diri sembari menutupi tubuhnya yang mandi keringat dengan selimut.

“Permainanmu, boleh juga.” Ujar San sesaat setelah urusan mereka selesai. Wooyoung tersenyum tipis, sembari mengenakan kemeja yang sudah kusut.

“Ohya, ini.” Sejumlah uang diberikannya pada Wooyoung, melebihi harga kesepakatan.

“Aku adalah pelanggan tetapmu, manis. Kamu hanya boleh melayani aku, mulai saat ini. Dan aku akan memberikan uang lebih dari apa yang telah kita sepakati.”

Wooyoung terdiam, hingga sepersekian detik kemudian, ia menangis. Hatinya terasa sesak, bahagia bercampur sedih. Mendengar tutur kata San, ia merasa tak akan pernah keluar dari lingkaran setan ini.

Jika saja keadaan tidak memaksanya, ia tak akan sudi menjadi pelacur seperti ini. Namun ia harus, sebab ada hidup yang harus ia selamatkan.

“Terimakasih, Sir.”

“San, panggil saja San. Atau daddy, kalau mau.” San tergelak, lalu bergerak mendekati Wooyoung. Memberikan kecupan singkat, dan lembut pada bibir si manis. Menyisakan getaran yang tak pernah Wooyoung rasakan selama ini. Menyisakan ketulusan, dan rasa aman.

Yang Wooyoung tak sadari, ia akhirnya terjebak pada rasa itu.


Sudah terhitung 3 tahun, sejak mereka pertama bersua. Hubungan profesional, berubah menjadi personal. Dimabuk cinta, mereka bukan lagi pelanggan dan pelayan. Dan Wooyoung, memutuskan untuk keluar dari lingkaran setan itu.

Namun, perlakuan San sepertinya masih sama. Membayar Wooyoung setelah mereka memadu cinta, adalah kebiasaan lama seorang Choi San. Menjadikannya bak sugar daddy untuk Wooyoung, yang bahkan tidak meminta. San tahu, apa yang tengah Wooyoung hadapi. Kesembuhan Aira, kakaknya, menjadi alasan Wooyoung masuk ke dalam lembah dosa. Menjadi alasan untuk Wooyoung menjatuhkan apa yang menjadi harga dirinya.

Choi San, aku di lobby kantormu.

Sebuah pesan singkat terkirim. Wooyoung dengan sabar menunggu di lobby, walau sebenarnya ingin sekali melayangkan pukulan pada kekasihnya. Selang beberapa menit, San muncul dengan senyum.

“Ada apa?” Wooyoung meraih jemari San, menariknya masuk ke dalam kantor.

“Wooyoungie, kenapa?” San sedikit terkejut melihat sikap Wooyoung. Dua insan ini tengah berada di ruangan San, atmosfernya sangat tidak baik meski untuk sekedar merengkuh rindu.

“Aku bakal balikin uangmu. Udah berapa kali aku bilang? Jangan kaya gini, San. Aku bukan lagi pelacurmu yang bisa kamu bayar setelah kita seks. Aku ngelakuin itu karena aku cinta, San. Bukan karena uang.” Tutur Wooyoung setengah bergetar, menahan tangis dan amarah. Hatinya sudah terlanjur remuk.

“Aku cuma mau kita jadi pasangan biasa, San. Nggak ada uang di dalamnya, aku cuma mau kamu sayang sama aku. I love you, don't you love me?”

San terdiam. Tuturan Wooyoung menusuk hatinya, mengoyak rasa yang selama ini ada. Tentu saja ia mencintai Wooyoung. Namun, sepertinya ia salah langkah.

“Baby, aku cuma mau bantu kamu..”

“Kamu bisa bantu aku dengan mencintai aku sepenuhnya. Itu udah cukup buat aku, San. Urusan kak Aira, biar jadi tanggunganku sendiri. Lagipula, aku udah keterima kerja di KQ ent..” suara Wooyoung mengecil. Ia berencana memberi tahu San malam ini, namun ternyata bibirnya berkata lain.

“Apa? Kamu keterima di KQ ent?” Ulang San, tidak percaya. Wooyoung hanya mengangguk kecil.

San menghambur merengkuh Wooyoung dengan hangat. Belaian pada surai hitam Wooyoung, memberikan efek hebat pada hati si manis. Segala amarah dan kecewa mendadak sirna, tergantikan dengan kupu-kupu dan pelangi.

“Baby, congratulations! Kenapa kamu ngga bilang aku tadi pagi?” San melepas rengkuhan, menatap Wooyoung dengan bahagia.

“Em.. sebenernya mau buat surprise..” netra cokelat Wooyoung menatap netra San yang berbinar. Sebuah kecupan lembut mendarat dengan manis pada bibir Wooyoung.

“This is really a surprise, baby.” Tutur San disela kecupannya, lalu mengecupnya lebih dalam lagi.

Sebuah kecupan lembut, berubah menjadi lumatan yang intens. Membuat Wooyoung tersudut diantara rak berkas milik San. Permainan bibir San membuat Wooyoung mabuk kepayang. Keduanya melepas diri, menyisakan sedikit ruang untuk mengambil nafas. Seringai kecil terpancar pada paras rupawan San.

Jemari San dengan cekatan meraih area sensitif Wooyoung yang masih terbungkus celana trainingnya, memainkan jarinya dibawah sana. Membuat Wooyoung melayang ke langit ketujuh.

“Shhh dad-ddy, ini di k-antor f-fuck.” Wooyoung berusaha melepaskan jemari San, namun San malah semakin lihai memainkan jarinya.

“Why, you scared? Everyone is busy, baby. No one will notice us.” San kembali memberikan kecup singkat pada bibir Wooyoung. Sesekali menggigit bibir bawah Wooyoung.

“Then, love me harder, daddy.” Wooyoung berbisik. Memainkan tatapan dengan manis, sebelum akhirnya terjatuh dalam dominasi seorang Choi San.

Beruntunglah Wooyoung, mempunyai kekasih seperti San yang sangat lihai untuk membuatnya terbang menuju nirwana. Dengan dasi melilit pada tangan Wooyoung, ia telah sepenuhnya tunduk. Membiarkan San bermain dibawah sana, membuai rasa dengan sentuhan erotis. Wooyoung semakin tak berdaya, ketika bibir San melakukan tugasnya dengan baik.

“Sshh f-ast-er d-dad..” mengikuti keinginan si manis, San mempercepat gerakan bibirnya. Masih dengan posisi terhimpit pada lemari berkas, tangan Wooyoung berpijak pada salah satu rak, menahan tubuh agar tidak jatuh karena terbuai oleh nikmat.

Desahan tertahan, menyeruak mengoyak atmosfer dingin yang sempat terasa. Derit lemari yang beradu dengan tubuh memenuhi ruangan berukuran 4x3, bersamaan dengan erangan kenikmatan yang keluar dari bibir sang dominan. Jemari San menyibak surai Wooyoung, memperlihatkan paras manis yang terengah. Kecupan lembut diberikan, seirama dengan permainan pinggulnya yang melambat.

“Aku menyayangimu, Jung Wooyoung.” Tuturnya di sela kecup yang diberikan. Membuat Wooyoung tersenyum manis, sebelum akhirnya membalas kecupan dengan rasa percaya dan cinta yang penuh.

“Aku juga.”


vlessingtae, 2020.