Maaf.

Aku terpaku. Rasanya, tak mampu lagi untuk bersua denganmu, sekalipun hanya satu langkah kecil. Tubuhku seperti dihujani oleh batu es.

“Wooseok, dengarkan aku.” Oh Tuhan, jangan lagi. Jinhyuk berusaha, dia sangat berusaha untuk membuatku mendengarkan.

“Jinhyuk, hentikan.” Aku melangkah mundur. Sudah cukup muak dengan segala hal yang terjadi

Pertemuan yang Jinhyuk rancang hari ini, seharusnya menorehkan cerita bahagia untuk ku tulis. Seharusnya menorehkan senyuman dan gelak tawa, serta beberapa kecupan manis. Namun, nyatanya, Jinhyuk mendorongku ke sebuah lubang gelap tak berujung. Menohokku dengan pernyataan kejam akan cinta.

“Seok, aku tak tahu akan seperti ini. Ini bukan salahku, Seok.” Jinhyuk terus berusaha untuk meraihku, sementara aku terus berusaha untuk lepas.

Memang, ini bukan salahnya. Keadaan yang membuat semuanya menjadi salah. Kenyataan yang membuat semuanya menjadi kacau. Seharusnya, aku tak mencintainya. Seharusnya, bukan aku yang menjadi pemilik hatinya.

“Kasta kalian sudah berbeda. Jinhyuk tak pantas mendapatkanmu.”

Benar, cinta kami adalah sebuah kesalahan. Maaf, aku dahulu terlalu egois.

“Malam ini Jinhyuk akan bertunangan dengan seorang pewaris perusahaan. Jika kau datang untuk memberi selamat, silahkan masuk.”

Maaf, aku tak sanggup. Maaf, aku tak sepantasnya berada di sisimu.

“Wooseok, aku mencintaimu. Sungguh. Akan kuhentikan semua ini, ayo menikah denganku.”

Maaf, namun aku tak bisa. Aku mencintaimu, sungguh.. Namun, maaf. Maaf, jika kali ini aku harus mengalah. Keluargamu, aku tak pantas berada diantaranya.

Tangan kekarnya merengkuhku. Oh Tuhan, ini sangat sakit. Pelukan ini terasa sangat menyedihkan. Aku merenggangkan jarak, menatap Jinhyuk tepat di manik cokelat indahnya.

Ku kecup perlahan bibirnya. Cukup lama, hingga aku meneteskan air mata. Tuhan, mengapa harus seperti ini? Aku mencintainya. Sangat.

“Maaf.”

“Berbahagialah, Jinhyuk.”