Pulang, semestaku.

Aku, yang mengharap kabar darinya, tak pernah terfikir bahwa merindukannya sesakit ini. Aku, yang mengharap dia untuk kembali, dihancurkan oleh sebuah surat resmi bernada formal bertuliskan namanya. Untuk yang kedua kalinya, aku telah hancur.

Memoriku berputar bak film romansa kuno, mengulas kisah bahagia yang dulu pernah ada. Mengingat tanggal, 19 Juli 2019.. dia, menjadi semestaku. Aku bahagia, sangat. Hari, minggu, bulan, aku sangat mengaguminya. Aku jatuh hati. Hingga ada janji terucap, untuk membawanya ke jalan berbunga.

Tak selang lama, dunia melawan kita. Takdir melawan janji. Kenyataan menghantam harapan. Semua hancur, rata dengan mimpi yang terinjak dengan keji. Semestaku, Ia rapuh. Ia hancur. Runtuh sudah. Semestaku, kalah dengan dunia.

Perjalanan terhenti, bahkan ketika hendak berlari. Tak ada lagi pintu yang dapat dibuka, tak ada lagi jalan yang dapat diambil. Usai sudah, semuanya. Semestaku, ia redup. Menghambur diantara kata maaf yang terlontar, melebur dalam ribuan liter air mata. Hati yang hancur, dihantam oleh permintaan maafnya. Semestaku, Ia menanggung segala salah. Ia dihancurkan oleh para penguasa.

29 januari 2020, Semestaku, ia kembali pulang. Bukan kepadaku, namun ke pemilik yang sebenarnya.

Tak ingin memiliki ego, namun aku menangis. Jika ia bahagia, aku pun akan. Namun, kata hanyalah kata. Hati tak sampai untuk berucap, meski dapat, hanya ada sesak yang keluar. Dia, semestaku. Selamanya, akan terus begitu. Sebab hati ini, memilihnya sejak pertama bersua.

Pulanglah, kepadaku. Setidaknya, beri kesempatan.. Untukku berikan jalan berbunga untukmu. Untuk dapat kembali kupanggil dirimu, leader Han Seungwoo.