Untuk kamu, dan kita.

Semburat senyum, dihadirkan untukku melalui mereka yang ku sebut keluarga. Tak terhitung sudah berapa banyak, aku menarik garis bibir hingga ke telinga untuk mereka. Mereka, yang berharga.

Hari, dan waktu berlalu dengan cepat. Aku hancur. Rasanya, sangat ingin menyalahkan semesta. Sebab memberikan skenario buruk, disaat sedang menjalankan cerita indah. Namun, aku kembali menutup lisan. Agar kita, sama-sama tidak merasakan sakit dan luka.

Sayap telah patah, bahkan saat belum sempat untuk mengepak. Malaikat tak lagi dapat terbang, sang master tak lagi memegang peran. Usai sudah, semuanya. Meski sudah terlanjur hancur, skenario ini merengkuh hati menjadi satu. Melebur lara menjadi rasa. Skenario ini, menguatkan kita sebagai keluarga.

Terimakasih, untuk kamu. Terimakasih, telah ada. Menghadirkan segala tawa, dan sentuhan hangat untuk masing-masing hati. Kamu, adalah yang ku sebut keluarga. Membagi cinta untuk satu sama lain, merengkuh rasa satu sama lain. Menguatkan jiwa, yang terbentur oleh luka. Terimakasih, telah menjadi tangan dan telinga untuk satu sama lain.

Terimakasih, telah bertahan. Untuk kita, yang dihantam badai setelah pelangi. Terimakasih, atas segala cinta. Untuk kita, yang menjadi keluarga. Sang master, dan para malaikatnya, terimakasih untuk segala kata. Hujan badai akan tergantikan oleh pelangi dan kupu-kupu, sebab kita adalah keluarga.

Universe ini, sudah berakhir. Aku, kamu, bukan lagi seorang malaikat. Sang master, bukan lagi seorang pemegang kendali. Hanya melalui prolog dan isi, universe ini telah tertutup. Hati sudah terlanjur hancur, namun tak ingin pergi. Biarlah terus seperti ini, aku, dan kamu, tak terhalang gelar dan peran, menjadi satu karena rasa.

Untuk kamu, dan kita, tetaplah menjadi keluarga. Sebab aku, tak sampai hati untuk meninggalkan apa yang membuatku bahagia.

Sincerely, Angel Jeje.