Setelah membaca kalimat terakhir Mingi di chat, Kyla tiba-tiba dapet telfon buat pekerjaannya, mau gak mau cewek itu harus mengalihkan perhatiannya dulu.
Mingi juga belom bales lagi karena emang lagi ada kelas.
Walaupun sama-sama sibuk untuk sementara, keduanya udah pasti kepikiran soal yang mereka bahas sendiri tadi di chat.
Namanya juga Mingi, pasti kalo udah soal ceweknya, dia bakal nekat mau ada halangan apapun. Not even two hours, si cowok udah sampe apart. “Babe?” Panggil Mingi setelah ia membuka pintu.
Kedengeran Kyla lagi ngomong soal pekerjaannya di dalem kamar, cowok itu mengeraskan rahangnya karena sedikit frustasi. “Fucking hell.” Decak Mingi.
Awalnya pengen nunggu di sofa, tapi Mingi yang mengeras karena keinget terus foto sang pacar, beneran gak keabisan cara biar bisa melakukan hal itu sama Kyla.
Secara pelan, Mingi membuka pintu dan menutupnya selagi menatap Kyla. Cowok itu mendengus saat melihat Kyla masih belom pake celana juga, hanya kaosnya.
Jelas aja Kyla kaget, dia langsung ngemute speaker handphone-nya, “Kamu ngapain disini?”
“Lah kan udah selesai?” Mingi mengangkat kedua bahunya sambil menahan senyumnya.
Kyla masih lanjut ngomong tapi kali ini dia harus jauh lebih fokus karena Mingi yang ganti baju, cuman pake atasan sleeveless dan kolor.
Giliran si manager ngomong, Kyla kembali ngemute, baru mau ngomong tapi Mingi tiba-tiba mendecak lagi. “Duh elah kok panas sih.”
Cowok yang udah duduk di ujung kasurnya itu melepas atasannya, lalu menengok ke Kyla yang sedang senderan di headboard. “Kamu kepanasan gak, babe?” Tanya Mingi, lebih ke ngegodain sih.
“Babe bentar- Eh- Ehem! Iya jadi nanti foto produk yang baru-baru, kirim aja kak, gue bisa hd-in langsung kok, gampang.” Kyla lanjut ngomong.
Gak dapet perhatian, Mingi memutar bolanya malas lalu mulai naik ke kasur, mendekat ke area paha Kyla.
Jemari Mingi mengelus paha Kyla, “Babe, udah dulu.”
“Mingi, bentar ya, sayang.” Jawab Kyla, dia mencoba untuk tetep fokus.
Perlahan, badan Mingi pindah ke sela-sela paha Kyla, her panties juga udah dilepas sama sang cowok. “Baby, jangan cum dulu ya.”
Belom juga dibales sama Kyla, Mingi maju dan menghisap apa yang ada di depannya itu, kedua paha Kyla diremas oleh jemarinya.
Rambut Mingi dijambak lumayan kenceng sama Kyla. “Mingi, stop.. Ahhh.. Aku bentar lagi kelar, please..”
“Mingi fuck… Ahh..”
“Babe- Ah shit..”
Desahan Kyla yang agak tertahan membuat Mingi tersenyum, matanya menatap Kyla dari bawah. “Feels good, right?”
Mingi lanjut lagi dengan pekerjaannya, kali ini ia memasukkan jemarinya juga. “AH! Mingi!” Kyla mendongak, untung dia inget untuk tetep mute.
Beberapa menit, Kyla harus fokus ngedengerin sang manager, menahan suara, dan menahan klimaks. “Kak- Uhh.. Sorry banget, gue kebelet, gue bakal kerjain langsung kok nanti gue kirim- Ehem.. Pokoknya aman, gue ngerti maksud konsepnya. Sorry ya, kak. Gue bakal langsung info nanti.. T-thank you..”
Telfon ditutup, Mingi langsung mengambil handphone Kyla dan ia taruh di spot kasur yang kosong. “Now all your attention is on me, only.”
Kyla menarik Mingi sedikit naik untuk berpagut, “Fuck..”
Mereka beneran ciuman dengan sangat agresif namun intimate. Rambut belakang Mingi disisir oleh jemari Kyla.
Cowok itu sempet menurunkan kaos yang dipake Kyla di bagian bahu-nya. Ia mengecup pundak Kyla, salah satu spot kesukaannya.
“Sir, mau lanjut kiss, please.” Pinta Kyla, dengan senang hati diturutin Mingi. “My good girl.”
Dua orang itu berpagut lumayan lama, sampe nafas mereka gak ada yang teratur. Jemari Mingi juga gak tahan buat masuk ke dalam Kyla, lagi.
Otomatis, Kyla meremas lengan cowoknya. “Sir aahh! Ah fuck.. Aku daritadi- Ahhh- Nahan biar gak cum, just for you, sir.. Ahh..”
“Iya, pinter.” Kening Kyla dikecup.
“Mau langsung masuk ahh!” Desah Kyla kencang.
Pipinya kena tampar sama Mingi sebelum diremas. “Yang bener mintanya, sayang.”
“Sir, aku gak kuat please.. Pengen langsung masuk aja… I want you to ruin me, fuck me, rail me, pretty please..” Kyla menahan air matanya, tanpa sadar ia ngepout.
Lagi-lagi Mingi terkekeh, ia meremas lagi pipi Kyla. “Aww, you’re so cute.”
Bibir si cewek dikecup cepat sebelum cowok itu mengubah posisi jadi lebih enak.
Ia melepas kolornya, “Nih, keras banget mikirin kamu.” Ujar Mingi selagi mengocok miliknya dengan pelan.
“May i touch?” Izin Kyla.
“All yours, baby.”
Selagi Kyla mengocok milik Mingi, cowok itu menyiapkan kondom yang ada di atas headboard.
Baru mau dibuka, Kyla ngomong, “Sir, kayaknya gak usah pake..”
“Are you sure?” Tanya Mingi, mukanya khawatir walaupun aslinya dia seneng.
“Yes, sir. Gak bakal muat juga, itu beda size.” Jawab Kyla, doe eyesnya terlihat jelas dari point of view Mingi.
Sang cowok berusaha untuk gak salting. “I’m going in.” Ujar Mingi yang kini berada di ceruk leher Kyla.
Lengan Kyla melingkari leher Mingi. “Fuck.. Fuckkk! Sir.. ah… Anjing…” Desah Kyla, dariawal udah kenceng.
Geraman Mingi terdengar jelas. “Ah bangsat..”
Yang tadinya mengelus paha dan pinggang Kyla, pindah untuk mencekik pelan lehernya. “Enak, sayang?”
Kyla gak denger, dia malah memejamkan matanya.
Plak! Paha si cewek ditampar pelan.
“Aku nanya, sayang.” Jelas Mingi.
“Enak aahh…”
“Enak apa?” Mingi sempet memelankan temponya, ia menatap Kyla.
Cewek itu mengeluarkan air matanya, “Enak, sir. So fucking good, kamu gede banget..”
Dengan cepat, Mingi mengusap air mata gadisnya. “Ah kamu cantik banget.. Afterglow kamu masih ada loh, sayang, fuuuckk..”
Rambut Mingi kembali dijambak sama Kyla. “Thank you, sir.. You’re the hottest, ahh..”
Suara decitan kasur gak kalah kenceng.
Mingi sempet naik untuk menatap Kyla dari atas, ia memegang headboard sambil tetep bergerak dengan stabil.
He’s enjoying how Kyla berusaha keras untuk menatapnya balik dari bawah.
Gak lama cowok itu kembali turun agar Kyla bisa memeluknya, “Sir..”
“Hm?” Leher Kyla dikecup Mingi, collarbones cewek itu juga sesekali dijilat oleh lidah Mingi yang panjang itu.
Tanpa sengaja, Kyla mencakar punggung Mingi. “Sir ah! Kamu dalem banget fuck..”
“Ah fuck, kitten.” Geram Mingi.
Kyla mengelus pelan punggung Mingi, “I’m sorry, sir. Gak sengaj-“
“Gapapa, sayang.. Cakar aja, gapapa. I know you’re hurting too.” Pipi dan rahang Kyla dikecup bibir Mingi.
As always, milik Mingi selalu nembus di perut Kyla. “Sayang, ah.. Anjing!” Cowok itu semakin brutal, Kyla udah lemes.
“Sir, i’m so fucking close..” Tangan Kyla udah gak kuat bertahan di punggung Mingi.
Cowok itu dengan sigap menggenggam tangan Kyla yang berada di kanan-kiri badannya. “Cum, kitten. Aku juga udah deket.”
Gak sampe 5 detik, Kyla mencapai klimaksnya tanpa mendesah kencang, ia hanya mengeluarkan lenguhan pelan dan menggigit bibirnya.
Kyla menatap cowoknya, “Fill me up, sir.”
“Ah fuck fuck fuck!” Mingi gemes sendiri, ia menghentakan pinggulnya sesuai kata kasar yang dia ucapin dengan cepat.
“Mingi ahh..”
Makin lemah karena panggilan itu, Mingi pun keluar juga. “Ah anjing..”
Kyla mengatur nafasnya cukup lama karena ia sedikit terisak, sedangkan Mingi buru-buru membersihkan tubuh ceweknya.
Kaos yang dipake Kyla diganti sama kaos Mingi yang lain, sampe cewek itu udah less keringetan. “Sayangku?” Panggil Mingi dengan halus.
Kyla mengusap matanya, “Hm?”
Suara seraknya membuat Mingi merasa bersalah tapi melting juga. “Mau apa?”
“Ck, kamu kebiasaan ganggu aku deh.”
Mingi tertawa sambil masuk ke pelukan Kyla. “I can’t handle it, sakit banget tadi, babyyyy..” Ia mendusel ke dada Kyla.
“Ya aku harus lanjut lagiii..” Kyla mengelus wajah Mingi.
Cowok itu memanyunkan bibirnya, “Design?”
“Iyaaa, tapi gak telfonan lagi kok.” Pipi Mingi diremas.
Kyla pun buru-buru membuka laptopnya yang ada di meja sebelah kasur. “Bentar yaa, kamu kalo mau sambil ngobrol juga aku bisa ladenin.”
“Iya cantikku, gapapa. Thank you yaa, maaf kamu jadi kesakitan sama serek begini.”
“Udah biasa, wleee.” Ledek Kyla membuat Mingi terkekeh, gemes sama tingkah laku adek tingkatnya itu.
Baru buka aplikasi, Mingi mengangkat kaos Kyla dan mengemut buah dada cewek itu. Beneran kayak bayi tapi somehow beda konteks. Entahlah.
“Mingiii!”
“Aku tadi belom..”
“Mingi stop gak?”
“Ahh masih mauuu..”
“Yaudah nanti, abis aku kelarin ini kita lanjut ronde dua.”