Kacau

Setelah membaca pesan singkat yang dikirimkan Nathan tanpa sengaja, tak berfikir panjang Hazel pergi meninggalkan kelas bimbingannya. Ia berlari keluar sekolah menuju belakang sekolah.

Tak sampai waktu 5 menit Hazel telah sampai ditempat kejadian itu berasal. Sekumpulan siswa sekolah tetangga telah berhasil membuat Jevian kewalahan hingga berlanjut babak belur, untung saja disana ada Nathan dan Rafael yang telah menggantikan Jevian berduel.

Marah, itulah yang kini hazel rasakan, ia tak tahu bagaimana cara memberitahu Jevian agar berhenti mencampuri urusan sekolah lain.

Perlahan Hazel melangkahkan kakinya menuju kerumunan itu dengan tangan yang sudah tak sabar lagi ingin menghantam seluruh badan orang-orang di hadapanya yang telah membuat saudaranya babak belur.

Hingga ..

𝒃𝒖𝒌𝒌𝒉

Satu tendangan dari arah belakang tepat sasaran pada bagian punggung lelaki berambut pirang itu.

Kehadiran Hazel sontak membuat semua bola mata tertuju padanya, terutama Jevian yang nampak terkejut akan hadirnya sosok ini, tanpa ia sadari saudara yang begitu ia benci ternyata datang menolongnya, meskipun dari 3 menit yang lalu teman hazel (nathan dan rafael) telah datang membantunya terlebih dahulu.

“Kalau lo semua gentle lawan satu satu jangan main keroyokan” ucap hazel dengan santai namun hatinya tak bisa berbohong, sakit rasanya melihat saudaranya sendiri yang sedang berada di bawah pohon terduduk lemah dan dipenuhi luka lebam pada bagian wajah.

𝒃𝒖𝒌𝒌𝒉 𝒃𝒖𝒌𝒌𝒉

Satu persatu pukulan dilayangkan oleh hazel membuat sedikit demi sedikit dari mereka kalah dan berlari pergi meninggalkan 4 orang lelaki ini.

“Zell bibir lo luka kita balik ke uks sekolah sekarang urusan jevian biar nathan yang urus” ucap rafael yang tampak khawatir dengan kondisi hazel padahal hanya luka kecil saja namun itu terlihat menyakitkan baginya.

“Gapapa cuma luka kecil ntar sembuh”

“ckkh ” decakan kekesalan keluar dari mulut jevian yang terlihat terluka lebih dari hazel, nathan dan rafa

“Gue anter lo pulang”, tawar hazel pada jevian

“Gak, gue bisa pulang sendiri lagian gue gak butuh bantuan lo” tolaknya mentah mentah

“Songong banget, uda dibantuin juga gak ada rasa terimakasihnya lo emang, sukanya cari gara-gara mulu gak capek apa” sindir nathan, tanpa nathan sadari Jevian kini mengepalkan tangannya yang telah siap melayang ke arah nathan namun sayangnya tubuhnya kini sangat lemah untuk di gerakkan

“Uda nath gausa memperkeruh keadaan” saut rafael menenangkan suasana yang kini kian memanas

“Kalau lo gamau gue anter pulang gue telponin pak santo biar jemput lo” tawar hazel

“Sebelum lo suruh gue juga uda telepon sendiri” lagi dan lagi tawaran hazel ditolak mentah-mentah oleh jevian.

Lagi pula sudah biasa bagi hazel mendengarkan kata-kata tolakan yang terdengar begitu menyakitkan ditelinganya, belum lagi nanti saat ia sampai di rumah, papa dan maminya pasti akan marah besar padanya dengan alasan tidak bisa melindungi Jevian dengan baik hingga berakhir pada sebuah gudang yang gelap dan kedap udara.

Dadanya sesak setiap kali mengingat betapa sayangnya sang ayah dahulu padanya sebelum kejadian pada rumah tangga orang tuanya retak akibat datangnya orang ketiga yang telah menghancurkan keluarganya yang harmonis dan kini hanya tersisa luka didalam kehidupan yang menyedihkan ini