Laulyn

Only You

🌻

” Turun dong sayang, Papah harus beresin kerjaan dulu. Masih banyak barang-barang yang harus Papah beresin.” Ucap Chanyeol. Sejak tadi, sang anak tak mau beranjak dari pangkuannya. Anak manisnya terus meringkuk seperti bayi panda didalam pelukannya.

” Gak mau..” Jihoon merengek, dia masih nyaman bergelung didalam pelukan sang Ayah. Jihoon terlalu rindu dengan pelukan sang Ayah yang beberapa bulan ini tidak dia rasakan karena untuk sementara waktu dia harus tinggal jauh bersama kedua orangtuanya.

” Mending kamu bantuin Mamah masak yuk, katanya waktu itu mau belajar masak.” Seulgi datang kemudian duduk disamping sang suami yang kini tengah menepuk-nepuk pantat anak semata wayangnya itu.

” Kamu kalau manja terus gimana mau nikah coba ?” Tanya Chanyeol

” Kalau manja terus Mamah jadi susah buat lepasin kamu.” Ujar Seulgi, dia tersenyum dengan tangan yang mengelus sayang surai lembut sang anak.

” Tapi Jiji mau nikah..”

” Kalau mau nikah jangan manja terus dong.” Ucap Seulgi

” Jiji gak manja, Jiji cuman butuh kasih sayang.”

Seulgi dan Chanyeol sama-sama tertawa kecil mendengar perkataan sang anak. Rasanya baru kemarin mereka melihat Jihoon berlari-lari mengenakan popok, sekarang anaknya itu sudah dewasa dan sebentar lagi mereka harus mau melepas Jihoon bersama calon suaminya nanti.

” Hubungan kamu sama Yoonbin gimana ?” Tanya Seulgi

Jihoon merengut, moodnya tiba-tiba memburuk mendengar nama itu terlontar dari mulut sang Ibu. “ Jiji lagi kemusuhan sama dia.”

” Kemusuhan ?” Chanyeol mengerutkan keningnya.

” Jiji lagi marah sama Yoonbin, jadi jangan bahas dia lagi.” Jihoon beranjak dari pangkuan sang Ayah.

” Mah ayo katanya mau masak.” Jihoon menarik lengan Seulgi.

” Iya ayo, hari kita masak banyak soalnya akan ada tamu spesial malam ini.”

” Siapa ?” Tanya Jihoon.

” Rahasia.” Seulgi mencapit hidung sang anak.

” Mamah!” Pekik Jihoon lalu berlari kecil menyusul sang Ibu yang lebih dulu berjalan menuju dapur rumahnya meninggalkan Chanyeol yang kini tersenyum hangat melihat dua orang yang begitu berharga baginya.

•••

” Sayang ayo turun.” Seulgi masuk ke dalam kamar sang anak, kepalanya menggeleng melihat sang anak ternyata masih asik rebahan diatas tempat tidurnya.

” Kok belum ganti baju sih ?”

” Kenapa harus ganti baju ? Kan cuman makan malam.”

” Ganti baju cepet, pakai baju yang rapih ya sayang. Mamah tunggu dibawah..”

Jihoon mengangguk, dengan malas dia beranjak dari kasurnya untuk mencari baju yang akan dia pakai..

” Siapa sih tamunya emang ?”

” Jangan bilang Mamah sama Papah mau jodohin gue kaya di drama-drama!” Jihoon memekik, dan jangan sampai apa yang dia pikirkan terjadi.. . . .

” Yoonbin..” Jihoon bergumam, dengan mata sabitnya yang membulat. Jihoon tentu saja kaget melihat sosok Yoonbin yang tengah duduk bersama Ayahnya dikursi ruang tamu rumahnya.

” Sayang kok malah berdiri disitu, sini..” Seulgi meminta Jihoon untuk ikut duduk.

” Jihoon apa kabar kamu ?” Tanu bertanya..

” Baik Om, Om sendiri gimana kabarnya ?” Jihoon menjawab dengan senyuman hangat dibibirnya.

” Baik, Om selalu menjaga kesehatan.” Jawab Tanu

” Nak Yoonbin, rasanya baru kemarin tante lihat kamu masih main sama Jihoon. Sekarang kamu udah gede aja, makin tampan juga tante sampai pangling liat kamu.” Ucap Seulgi, dia mengagumi sosok Yoonbin saat ini. Irene, sang sahabat pasti bangga melihat anaknya tumbuh begitu hebat.

” Siapa dulu Ayahnya ?” Sahut Tanu

” Mas hebat, bisa ngebesarin Yoonbin sampai sehebat ini.” Ujar Chanyeol

” Iya, mendiang Irene pasti bangga juga melihat Yoonbin sekarang.” Ucap Tanu seraya menepuk bahu anaknya.

” Ji, kamu gak mau nyapa Yoonbin ?”

Jihoon yang semula menunduk kemudian mendongkak menatap sang Ibu.

” Sapa Yoonbinnya dong sayang.” Sahut Chanyeol

” Baru juga kemarin ketemu..” cicit Jihoon membuat tiga orang dewasa disana terkekeh kecil melihat tingkahnya, tak terkecuali Yoonbin yang diam-diam tersenyum..

” Kita mau kemana sih ?” Jihoon bertanya dengan nada kesal. Setelah selesai makan malam, Yoonbin meminta ijin kepada orangtua Jihoon untuk membawa si manis itu pergi dan tentu saja Yoonbin langsung mendapatkan ijin dengan mudah.

” Jalan-jalan aja..”

” Aku belum bilang mau ya Yoonbin!” Pekik Jihoon, Yoonbin tertawa kecil matanya melirik kearah Jihoon sejenak sebelum kembali fokus pada jalanan didepannya.

” Kalau kamu gak mau aku tetap akan maksa kamu Ji.”

” Dasar pemaksa!” Yoonbin lagi-lagi hanya bisa terkekeh mendengar Jihoon memekik kesal padanya.

. .

” Kamu maksa aku pergi cuman buat diem disini ? Kamu waras ?” Jihoon yang sedari tadi kesal tambah dibuat kesal oleh Yoonbin. Karena lelaki itu membawanya ke sebuah rooftop gedung terbelengkalai.

” Gak papa, daripada aku ajak kamu ke club malam.”

” Tapi disini serem Yoonbin! Aku takut hantu..” Jihoon merengek, hei dia adalah orang yang mudah panik dan takut. Dan Yoonbin malah membawanya ke tempat menyeramkan ? Sungguh keterlaluan

” Kan ada aku sayang..”

Jihoon mendecak sebal, dia menghentakan kakinya lalu berjalan mendekati pembatas tembok. Rasa kesalnya kemudian memudar kala mata cantiknya menatap pemandangan menakjubkan dibawah sana. Bagaimana bisa pemandangan kota Jakarta dimalam hari bisa terlihat sangat indah.

” Cantik..” Jihoon bergumam

” Cantikan kamu..”

Jihoon merasakan sepasangan tangan hangat memeluk tubuhnya.

” Bin..”

” Biarin sebentar aja..” bisik Yoonbin tepat ditelinga Jihoon.

Jihoon membiarkan Yoonbin memeluknya, karena jujur saja Jihoon pun nyaman dengan pelukannya.

” Maaf...” gumam Yoonbin

” Maaf kalau aku buat kamu kecewa lagi, tapi kamu harus percaya aku gak sebusuk itu buat manfaatin kamu Ji..” Ucap Yoonbin mengatakan apa yang dia ingin katakan pada Jihoon.

” Bahkan aku gak tau apapun tentang warisan itu, aku sayang sama kamu. Kita udah kenal dari kecil Ji, kamu harusnya tahu gimana aku.”

” Tapi kita udah lama pisah Bin.” Ucap Jihoon.

” Dan mungkin kamu udah berubah banyak.” Jihoon melanjutkan perkataannya.

” Aku gak pernah berubah, aku cuman takut..”

Jihoon menunggu Yoonbin melanjutkan perkataannya..

” Aku takut jatuh cinta lagi Ji, aku takut ditinggalin lagi.”

Jihoon membalikan tubuhnya setelah Yoonbin berkata dengan nada yang begitu terdengar lirih ditelinganya. Kedua mata sabitnya mematap dua obsidan hitam milik Yoonbin.

” Aku takut kehilangan lagi, aku takut kamu ninggalin aku.”

” Bin, bagaimana bisa aku ninggalin kamu disaat aku ingin kamu ?”

Yoonbin mendesah, rasa bersalahnya semakin menjadi ketika mendengar perkataan Jihoon. Dia sudah menyakiti lelaki manis itu, namun Jihoon tetap ingin dirinya. Sungguh, Yoonbin rela Jihoon menghukumnya sekarang demi menebus semua kesalahannya pada lelaki manis itu.

Jihoon tersenyum, dia menangkup wajah Yoonbin. Seharusnya, Jihoon menghindar dari Yoonbin..namun hatinya enggan bekerja sama dengan mulutnya. Hatinya tetap meraung menginginkan Yoonbin..

” Kamu mau maafin kamu kan Ji ?”

” Bukannya aku udah maafin kamu ?”

” Termasuk masalah kemarin ?”

Jihoon mengangguk, dia yakin Yoonbin tidak mungkin memiliki rencana busuk padanya. Jihoon tahu bagaimana sifat Yoonbin, meskipun mereka sempat berpisah Jihoon masih tetap bisa mengenali sifat Yoonbin.

Yoonbin tersenyum, dia merengkuh Jihoon ke dalam pelukannya. Dia mencium berulang kalu puncuk kepala Jihoon dengan sayang..

” Jangan pergi sama Guanlin ya ?”

” Kenapa kamu jadi bahas Guanlin ?”

” Guanlin mau ambil kamu dari aku..”

Jihoon tertawa..

” Selama kamu tinggal sama dia, dia gak macam-macam kan ?”

Jihoon menggeleng dalam pelukan Yoonbin. “ Kamu gak baperkan sama perlakuan Guanlin ?”

Jihoon lagi-lagi menggeleng “ Aku cuman anggap Guanlin kaya sodara aku Bin.” Ucap Jihoon

” Sekarang kamh milik aku kan ?”

Jihoon melepaskan pelukannya, dia mendongkak menatap Yoonbin.

” Kamu gak minta aku buat jadi pacar kamu Bin, jadi aku bukan punya kamu.”

Yoonbin mendesah pelan, kemudian mengecup bibir Jihoon. “ Mau jadi pacar aku ?”

” Gak romantis banget Bin..”

” Kita gak perlu pacaran, nikah aja langsung.”

” Emangnya aku mau nikah sama kamu ?”

” Harus mau, kalau enggak aku maksa.”

Jihoon tertawa, dia meloncat untuk memeluk leher Yoonbin dan melingkarkan kaki jenjangnya dipinggang lelaki itu..

” Kita nikah besok mau ?”

” Mau!!” Pekik Jihoon

Yoonbin tertawa, dia membawa tubuh Jihoon untuk berputar-putar disana kemudian keduanya bertukar ciuman manis satu sama lain..

Yoonbin ingin berteriak pada dunia, jika dia hanya menginginkan Jihoon saat ini. Dia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya bersama Jihoon..

” I want you Ji, only you..”

Rival

🌻

Jihoon mendesah kasar, dia kemudian meruntuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia lupa jika dua orang dia hindari saat ini juga memiliki hubungan pertemanan dengan Jeno dan Jaemin. Dan berakhirlah dirinya srkarang terjebak diantara dua tubuh tinggi dan lebih besar darinya, mereka mengukungnya seperti dua serigala yang memperebutkan seekor rusa untuk mereka santap.

” Kalian bisa pergi dari sini ?” Jihoon tentu saja merasa tak enak saat beberapa pasang mata dari tamu yang hadir diacara pernikahan Jaemin dan Jeno memperhatikan dia.

” Ji kita harus bicara.” Guanlin dan Yoonbin mengucapkan kalimat yang sama secara bersamaan, kemudian keduanya saling melemparkan tatapan sengit satu sama lain.

” Gak ada yang harus dibicarain lagi, semuanya udah jelas kalau lo berdua sama sekali gak tulus sama gue. Lo berdua cuman mau manfaatin gue aja.” Ujar Jihoon merasa kesal dengan sifat kedua sepupu itu.

” Ji, aku tulus sama kamu..aku sayang sama kamu. Aku sama sekali gak berniat manfaatin kamu buat kesenangan aku sendiri.” Ucap Yoonbin, nadanya begitu terdengar sangat frustasi.

” Kalau lo tulus, dari awal lo gak akan berperilaku kasar sama Jihoon. Lo gak akan buang Jihoon, Ha Yoonbin.” Sahut Guanlin membuat emosi Yoonbin terpancing. Yoonbin meringsut maju, dia mencengkram kerah Guanlin.

” Diem bangsat! Gue bukan lo! Dari awal gue bahkan gak tau tentang harta warisan oma, lo gak perlu sandiwara lagi anjing! Karena disini lo yang paling busuk!” Sentak Yoonbin cukup keras sampai kembali menarik perhatian orang-orang.

” Cukup!” Jihoon memekik, dia memisahkan kedua sepupu itu. Jihoon tidak mau semuanya semakin kacau, terlebih mereka kini berada disebuah pesta pernikahan. Akan sangat memalukan jika mereka mengacau disana, maka dengan rasa kesalnya Jihoon menarik dan menyeret kedua sepupu itu untuk keluar dari dalam gedung.

” Kalau mau berantem jangan didalam! Lo berdua bikin gue malu aja!” Sungut si manis setelah berhasil membawa kedua sepupu itu keluar.

” Gue udah bilang sama lo berdua kalau gue gak mau di ganggu, kenapa kalian gak ngerti juga ?” Jihoon frustasi, hidupnya ingin kembali tenang seperti semula sebelum dia terlibat dengan keda sepupu itu. Namun nyatanya kedua sepupu itu sama sekali tak mau enyah darinya.

” Ji..”

” Diem! Jangan motong pembicaraan gue!” Sentak Jihoon, Guanlin yang semua ingin berucap kembali mengatupkan mulutnya.

” Dengar, gue bukan mainan lo berdua. Lo berdua gak bisa berlaku seenaknya sama gue, sekarang lo berdua beresin masalah keluarga kalian. Dan jangan pernah libatin gue didalamnya, gue harap kalian mengerti.” Ucap Jihoon kemudian melenggang pergi meninggalkan kedua sepupu itu.

” Dari awal lo yang paling munafik disini Bin..”

Yoonbin beralih menatap Guanlin, tangannya mengepal erat saat dia melihat senyuman menyebalkan dibibir sepupunya itu.

” Lo bilang lo gak mau Jihoon tapi nyatanya lo ngejat dia sekarang, apa lo gak malu ?”

Yoonbin berusaha menahan emosinya, dia tidak mau membuat keributan bersama Guanlin.

Guanlin terkekeh, dia melangkah maju untuk mendekati Yoonbin.

” Dengar Bin, gue suka sama Jihoon. Bahkan sebelum gue tahu tentang harta warisan Oma, gue ngejar dia karena gue udah terobsesi sama Jihoon. Dari kecil gue selalu berusaha dekat sama Jihoon, tapi lo selalu jadi pengacau.” Guanlin terdiam sejenak, dia menatap wajah Yoonbin yang begitu memuakan baginya. Sejak dulu, Yoonbin terlalu menyombongkan apa yang dia punya. Yoonbin selalu memonopoli segala apapun darinya, Guanlin membenci itu.

” Gue gak akan pernah berhenti buat ngejar Jihoon, karena dari awal dia buat gue bukan buat lo! Jangan harap gue mau ngalah sekarang, karena gue bukan Guanlin yang bisa lo bodohin lagi Bin.” Guanlin kemudian tersenyum, dia menepuk bahu Yoonbin sebelum melenggang pergi.

Yoonbin mendecak, dia menarik ikatan dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya. Dia tidak tahu jika mengejar Jihoon begitu membuatnya dua kali lipat lebih frustasi dari pada dia mengurus masalah pekerjaan.

Yoonbin mendesah kasar, dia menyesal sungguh menyesal. Jika saja dari awal dia tidak berlaku seenaknya dan menurunkan egonya pada Jihoon, sudah dipastikan lelaki manis itu sudah berada didalam genggamannya.

Tidak, Yoonbin tidak akan membiarkan Jihoon jatuh ke tangan Guanlin. Sepupunya itu memang menyukai Jihoon, tetapi rasa sukanya sudah menjadi sebuah obsesi. Guanlin bisa saja melukai Jihoon karena obsesinya itu, dan Yoonbin tidak akan membiarkan itu semua terjadi..

Three

Perasaan itu, perasaan untuk seorang Park Jihoon sudah dia buang jauh-jauh. Namun kehadiran lelaki manis itu disampingnya akhir-akhir ini membuat perasaan itu tumbuh kembali.. Pesona seorang Park Jihoon membuat jantung Yoonbin berdebar kala melihat setiap lekukan paras indah itu.

Yoonbin kembali jatuh cinta..

Yoonbin tahu, jika lelaki manis itu menyukai juga. Yoonbin terlalu peka, Jihoon selalu mencuri pandang ke arahnya. Jihoon selalu diam-diam menyimpan banyak makanan ringan dan surat-surat didalam loker miliknya. Namun Yoonbin berpura-pura tidak tahu, selain karena sadar diri dia itu siapa dia juga tidak ingin membuat masalah dengan Haruto.

Jihoon, Yoonbin merasa bersalah ketika melihat wajah polos itu. Yoonbin tak ingin menyakitinya..Jihoon tidak seharusnya terlibat kedalam masalahnya bersama Haruto. Yoonbin berada diambang kebimbangan.. Yoonbin tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, sementara waktu yang Haruto berikan padanya tidak banyak.

Yoonbin benci situasi seperti ini..

” Nilai matematika gue udah mulai ada peningkatan.” Ucap Yoonbin, Jihoon yang semula asik dengan cemilannya menoleh.

” Oh ya ? Dapet berapa kemarin ?”

” 98..”

Jihoon begitu senang mendengarnya, Yoonbin itu pintar hanya saja lelaki itu terlalu lemah dalam hal hitung menghitung. “ 2 angka lagi lo bisa dapet 100.”

” Thanks, udah mau bantuin gue.”

Jihoon mengangguk “ Gue udah bilang kan kalo gue seneng bantuin orang.”

Yoonbin tersenyum, dia mengusaj puncuk kepala Jihoon.

” Bin cobain deh icecream nya enak.” Jihoon memberikan sesendok icecream pada Yoonbin.

” Gue gak terlalu suka makanan manis.” Tolak Yoonbin

” Ih ayo, icecream gak seburuk itu.” Jihoon merengek, dia ingin Yoonbin mencoba icecream miliknya. Yoonbin menghela nafasnya kemudian dia melahap sesendok icecream yang diberikan Jihoon.

” Enak kan ?”

Yoonbin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Yoonbin tak sedetikpun melepaskan perhatiannya pada mahluk manis dihadapannya saat ini. Gerak gerik yang Jihoon lakukan selalu menarik perhatiannya, semakin dia memperhatikan semakin mempesona seorang Park Jihoon dimatanya.

” Ji..”

” Hmm ?” Jihoon menoleh kemudian mata sabitnya membulat saat merasakan benda kenyal nan hangat menyentuh bibirnya. Jihoon yang semula diam dalam keterkejutannya kemudian memejamkan matanya dan ikut larut kedalam permainan lidah yang dilakukan Yoonbin. Jihoon melenguh, cup icecrean ditangannya jatuh begitu saja saat ciuman mereka semakin dalam dan penuh penekenan.

Nafas Jihoon terengah saat tautan bibir diantara mereka terlepas, wajahnya memerah karena malu..

” Bin..” Jihoon bergumam

” Gue suka sama lo Ji..” ucap Yoonbin

” Suka..?”

Yoonbin mengangguk, dia mengelus wajah cantik Jihoon yang masih memerah.

” Gue gak bisa bohong sama perasaan sendiri, semakin hari gue semakin gila karena terlalu suka sama lo. Sebenarnya dari dulu gue udah suka sama lo, tapi gue terlalu cupu buat jujur sama lo.” Ujar Yoonbin, mengatakan semua apa yang dia pendam selama ini.

Yoonbin menyukai Jihoon, tulus menyukainya. Dia mengatakan semuanya bukan karena janjinya pada Haruto.. Yoonbin ingin memiliki Jihoon, memiliki sepenuhnya..

Untuk urusan Haruto, Yoonbin akan mengurusnya nanti..

” Bego!”

Yoonbin mengerutkan keningnya, merasa bingung saat Jihoon berkata seperti itu.

” Seharusnya lo jujur dari awal Yoonbin. Gue juga suka lo udah lama, gue selalu merhatiin lo, gue diam-diam selalu ngasih makanan dan surat didalem loker lo.” Jujur Jihoon.

” Gue tau..”

” Maksudnya ?”

” Gue tau semuanya, maaf Ji bukannya gue gak peka. Gue cuman malu, selain itu gue sadar diri siapa gue dan siapa lo. Perbedaan status diantara kita terlalu mencolok.” Ucap Yoonbin.

” Gue gak minta lo buat jawab sekarang, lo bis-” Jihoon dengan cepat membungkam bibir Yoonbin dengan ciumannya.

” Gue udah suka lo dari lama, gue gak perlu waktu lagi buat jawab permintaan lo Yoonbin.”

” Jadi ?”

” Gue mau! Gue mau jadi pacar lo, gue gak pernah mandang status entah itu dalam lingkaran pertemanan gue atau dalam menjalin hubungan sama seseorang. Selama mereka baik sama gue, gue mau menerima mereka.”

Yoonbin tersenyum, dia menarik tubuh Jihoon ke dalam dekapan hangatnya. Mengecup berulang kali kening Jihoon dengan penuh rasa sayang..

” Makasih Ji karena lo mau nerima gue..” ucap Yoonbin

Jihoon mengeratkan pelukannya “ Gue bahagia, karena perasaan gue ternyata gak bertepuk sebelah tangan.”

” Makasih Bin, dan jangan tinggalin gue ya..gue sayang banget sama lo.” Jihoon melanjutkan perkataannya..

” Gue gak akan ninggalin lo Ji, gue gak akan ninggalin orang yang gue nanti selama ini...”

Yoonbin melupakan sejenak kemungkinan apa yang akan terjadi kedepannya..

Three

Perasaan itu, perasaan untuk seorang Park Jihoon sudah dia buang jauh-jauh. Namun kehadiran lelaki manis itu disampingnya akhir-akhir ini membuat perasaan itu tumbuh kembali.. Pesona seorang Park Jihoon membuat jantung Yoonbin berdebar kala melihat setiap lekukan paras indah itu.

Yoonbin kembali jatuh cinta..

Yoonbin tahu, jika lelaki manis itu menyukai juga. Yoonbin terlalu peka, Jihoon selalu mencuri pandang ke arahnya. Jihoon selalu diam-diam menyimpan banyak makanan ringan dan surat-surat didalam loker miliknya. Namun Yoonbin berpura-pura tidak tahu, selain karena sadar diri dia itu siapa dia juga tidak ingin membuat masalah dengan Haruto.

Jihoon, Yoonbin merasa bersalah ketika melihat wajah polos itu. Yoonbin tak ingin menyakitinya..Jihoon tidak seharusnya terlibat kedalam masalahnya bersama Haruto. Yoonbin berada diambang kebimbangan.. Yoonbin tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, sementara waktu yang Haruto berikan padanya tidak banyak.

Two

Yoonbin mengenal Jihoon, dia mengakui antensi lelaki manis itu disekitarnya. Siapa yang tidak mengenal Jihoon ? Seperti apa yang dikatakan seantero sekolah pasti mengenal lelaki berparas menawan itu.

Sifatnya yang ramah, baik hati, pintar dan humble membuat lelaki itu disukai banyak orang. Belum lagi parasnya yang manis dan cantik untuk seukuran seorang lelaki membuat Jihoon diincar banyak orang. Tak lupa, statusnya sebagai anak tunggal seorang pengusaha membuat Jihoon makin dikenal banyak orang.

Yoonbin menyukai, sempat menyukai lelaki manis itu. Namun Yoonbin cepat sadar diri, dia sadar siapa dirinya dan siapa itu Jihoon. Perbedaan status diantara mereka terlalu mencolok.

Hal itulah yang membuat Yoonbin mau tak mau mundur dan melupakan perasaannya untuk Jihoon. Apalagi saat dia tahu jika Haruto, orang paling dihindari oleh semua penghuni gedung sekolah atau bahkan banyak orang juga mengincar lelaki manis itu. Berita tentang Haruto yang mengejar Jihoon langsung menyebar luas begitu saja, terlebih Haruto selalu memperlihatkan aksinya saat mendekati si manis. Saat semua orang tahu tentang hal itu, semua orang yang mengagumi dan mengincar Jihoon perlahan mundur..mereka tidak mau berurusan dengan Haruto. Nyawa mereka adalah taruhannya jika mereka berani mengganggu kepemilikan seorang Haruto.

Yoonbin tahu sangat tahu bagaimana Haruto begitu menyukai Jihoon, Haruto akan melakukan apa saja demi menarik perhatian si manis. Namun berulang kali pula Haruto ditolak mentah-mentah oleh lelaki manis itu.

Maka.. Saat Haruto memintanya untuk mendekati lelaki manis itu, dia sudah tahu apa maksud dan tujuan yang diinginkan oleh Haruto. Yoonbin jelas menolaknya, dia tidak mau melukai lelaki polos seperti Jihoon. Namun ancaman lelaki itu padanya membuat Yoonbin mau tak mau menuruti keinginannya.

Dia hanya ingin melindungi adik satu-satunya dari Haruto..

Yoonbin tak pernah mau berurusan dengan lelaki itu, namun apa yang dilakukan sang Ayah membuatnya mau tak mau harus berurusan dengan lelaki keturunan Yakuza Jepang itu. Sang Ayah meninggalkan hutang banyak kepada keluarga Watanabe, hutang yang membuat dirinya kehilangan aset berharganya.. Rumah, tanah, dan kebahagiaan keluarganya.. Sang Ibu pergi meninggalkan dirinya setelah jatuh sakit karena tak mampu menanggung beban yang mereka alami karena kelakuan sang Ayah. Sementara itu sang Ayah ikut mati bunuh diri karena frustasi.

Hanya tinggal dirinya lah dan sang adik yang bertahan. Yoonbin berusaha melindungi adik satu-satunya itu dari tangan keluarga Watanabe. Yoonbin meminta sang adik untuk meninggalkan kota dan tinggal bersama sang Bibi didesa. Sementara dirinya berjuang sendirian, dia bekerja keras demi membayar hutang-hutang sang Ayah yang entah kapan akan terlunasi.

Haruto, anak bungsu dari seorang Tuan Watanabe tentu saja tidak akan membiarkan Yoonbin hidup tenang. Apapun yang dilakukan Yoonbin selalu dalam pengawasannnya. Hal itu membuat Yoonbin tak mempunyai ruang untuk bergerak sedikitpun. Yoonbin tidak bisa melawan Haruto, jika dia melawan Haruto pasti akan membunuhnya dan Yoonbin tidak ingin itu terjadi. Jika Haruto membunuhnya, Yoonbin akan meninggalkan sang adik sendirian di dunia yang kejam ini.

Yoonbin ingin segera terbebas dari Haruto, apapun akan Yoonbin lakukan agar dia bisa bernafas tenang tanpa gangguan dari Haruto...

Termasuk membawa Jihoon kedalan masalah mereka..

One..

Jihoon memekik senang saat bel pertanda kelas telah usai berbunyi. Jihoon sudah menunggu jam pulang sedari tadi, dia tak pernah seexcited ini sebelumnya. Tentu saja ada alasan yang membuat si manis itu senang bukan main. Alasannya karena dia akan pergi bersama Ha Yoonbin, orang yang sudah dia sukai sejak lama.

Astaga, Jihoon tak pernah sesenang ini bahkan saat dia menjuarai olimlipiade matematika pun rasanya tak sesenang ini. Efek cinta memang bukan main..

Dan setelah ini, dia tidak perlu memperhatikan Yoonbin secara diam-diam lagi. Dia tidak perlu mencuri pandang pada Yoonbin yang begitu terlihat sangat tampan ketika wajahnya bercucuran keringat saat bermain basket dilapangan. Dan Jihoon tak perlu lagi menyimpan snack dan surat-surat didalam loker Yoonbin.

” Seneng banget lo kayaknya.” Ucap Yujin, dia hanya bisa menggeleng melihat Jihoon yang tak berhenti tersenyum sedari tadi.

” Iya dong gue kan mau jalan sama sama crush.” Ucap Jihoon seraya merebut kaca ditangan Somi dan membuat si pemiliknya mendengus sebal.

” Pinjem bentar, gue mau ngaca takutnya ada belek yang nyangkut dimata gue.” Ucap Jihoon, memastikan jika wajahnya tidak lusuh.

” Bibir gue pucet banget gak sih ?” Tanya Jihoon

” Gak juga Ji..” sahut Daehwi

” Minta liptint dong.” Jihoon kali ini merebut liptint dari tangan Yeji.

” Jangan banyak-banyak lo, entar kalo lo jadi ondel-ondel si Yoonbin malah kabur duluan liat lo.” Uap Daehwi diikuti tawa kecil dari yang lainnya.

” Gimana ? Udah perfect belum gue ?” Jihoon bertanya tentang penampilannya saat ini, dia harus memberi kesan yang baik di depan Yoonbin.

” Udah perfecto! “ Somi mengacungkan dua jempolnya, sebenarnya tanpa memoles wajahpun Jihoon sudah begitu sempurna.

” Gue pergi dulu guys, doain semoga mas crush nembak gue bye!” Jihoon kemudian beranjak pergi dengan cepat dia tidak mau membuat Yoonbin lama menunggunya.

. . Jihoon sudah berada di halte, namun Yoonbin belum nampak ada disana. Jihoon jadi was-was sendiri, dia takut jika orang yang semalam mengirim chat padanya itu bukan Yoonbin. Tapi Jihoon tetap optimis dan yakin jika orang itu memang benar Yoonbin.

” Mungkin dia belum selesai kelas.” Gumam Jihoon

” Tapi kelas B tadi gue liat udah bubar.” Gumamnya kembali. Jihoon mendudukan diri dikursi halte, mungkin Yoonbin ada sedikit urusan.

” Lagi ngapain ?” Jihoon mendengus dengan kehadiran seseorang yang selama ini dia hindari beberapa terakhir ini. Ayolah, dia disana untuk menunggu Yoonbin bukan menunggu preman sekolah bernama Haruto.

” Bukan urusan lo!” Jawab Jihoon dengan nada juteknya. Haruto tertawa kecil..

” Lagi nunggu gebetan ?” Haruto bertanya seraya merangkulkan tangannya dibahu Jihoon.

” Lepasin!” Jihoon menyentak lengan Haruto yang bertengger dibahunya.

” Galak banget Ji, tapi gak papa gue suka yang galak-galak.” Haruto menyentuh dagu Jihoon dan lagi-lagi ditepis oleh siempunya.

” Jangan kurang ajar ya lo! Apa tamparan gue kemarin belum cukup buat lo ?” Sentak Jihoon.

” Calm down beb..” Haruto terkekeh, dia sangat suka melihat Jihoon marah karenanya.

” Dasar sinting!” Umpat Jihoon.

Jihoon beranjak dari duduknya dan menjaga jarak agar dia tidak berdekatan dengan Haruto. Jihoon heran, dia sudah berulang kali menolak lelaki itu bahkan dengan cara kasarpun sudah dia lakukan agar Haruto menjauh darinya. Tetapi lelaki itu malah tetap gencar mengejarnya.

Jihoon menghela nafas lega saat sebuah motor berhenti didepannya, tanpa membuka helm pun Jihoon sudah tahu dia siapa. Jihoon terlalu menyukai Yoonbin, jadi dia bisa mengenali Yoonbin dekat cepat meskipun hanya melihat punggungnya saja.

Jihoon tersenyum manis saat Yoonbin membuka helmnya. “ Hai..” sapa Jihoon

Yoonbin tersenyum tipis, kemudian matanya menatap Haruto yang tengah duduk seraya menyesap batang nikotin miliknya.

” Pergi sekarang yuk Bin.” Ajak Jihoon dia tidak mau terlalu lama disana.

” Ini helmnya lo pake dulu.” Yoonbin memberikan sebuah helm pada Jihoon.

” Udah, ayo!” Jihoon menaiki jok belakang Yoonbin, setelahnya Yoonbin melajukan mobilnya meninggalkan halte dan Haruto yang kini nampak tersenyum miring ditempatnya.

..

” Haruto lagi ngapain disana ? Dia ganggu lo ?” Yoonbin bertanya tentang rasa penasarannya setelah mereka tiba dan duduk disebuah cafe.

” Gue gak tau dia lagi ngapain, dia gak ganggu gue kok.” Jawab Jihoon

” Kalo dia ganggu lo bilang sama gue Ji.”

” Eh ?”

” Haruto itu berbahaya, lo tau sendiri gimana dia.” Ucap Yoonbin

Jihoon mengangguk, dan hatinya bergembira karena secara tidak langsung Yoonbin ingin melindungi dirinya.

Astaga, Jihoon semakin menyukai sosok lelaki dihadapannya itu.

” Jadi kapan lo punya waktu luang buat ngajarin gue ?” Tanya Yoonbin

” Gimana kalo dua kali seminggu ? Setiap hari kamis dan sabtu ? “ usul Jihoon

Yoonbin mengangguk “ Okey, kita mau belajar dimana ?”

” Gue kalo belajar harus sepi, gue punya tempat yang pas. Perpus dipinggir kota, tempatnya nyaman.”

” Boleh terserah lo aja, gue ikut aja mau lo gimana.” Ucap Yoonbin lalu meminum minuman miliknya.

” Ternyata lo bawel juga.”

” Hah ?” Yoonbin mengerutkan keningnya.

” Lo keliatan pendiem selama ini, penyendiri pula tapi ternyata lo bawel juga Bin.”

” Lo sering merhatiin gue ?”

” ENGGAK!” Jihoon refleks memekik, kemudian wajahnya memerah karena malu. Malu karena sudah beteriak sembarangan dan membuat beberapa pengunjung cafe menoleh ke arah dirinya dan malu karena secara tidak langsung Yoonbin tau kebiasaan dirinya. Kebiasaan memperhatikan Yoonbin secara diam-diam.

” Jihoon bego!” Umpat Jihoon seraya menutup wajahnya yang memerah.

Yoonbin terkekeh, melihat Jihoon yang bertingkah menggemaskan dihadapannya.

” Lucu..”

Jihoon menyingkirkan tangan dari wajahnya..

” Ya ?”

” Lo lucu Ji..”

” Thanks Bin, udah nganterin gue.” Ucap Jihoon setelah turun dari motor milik Yoonbin.

” Sama-sama.”

” Gue masuk dulu ya..”

” Ji tunggu sebentar.” Yoonbin menahan tangan Jihoon.

” Kenapa Bin ?” Jihoon bertanya dengan jantung yang berdegub kencang.

Astaga, kenapa reaksi jantungnya harus lebay seperti itu..padahal Yoonbin hanya menyentuh tangannya.

” Helmnya belum lo buka.” Ucap Yoonbin membuat Jihoon malu bukan main..

Jihoon melepaskan helmnya dan memberikannya pada Yoonbin..

” Gue masuk dulu Bin..” Jihoon berlari kecil masuk kedalam rumahnya, dia malu pada Yoonbin saat ini..

” Lucu..” Yoonbin tertawa kecil..

Trouble maker

🌻

Jihoon hanya bisa mengikuti langkah kaki Yoonbin yang masuk kedalam gedung perusahaan milik lelaki itu. Sepanjang perjalanan pulang, Yoonbin nampak begitu tegang dan Jihoon tak berani membuka suara untuk menegurnya. Jihoon kini tau apa yang sudah terjadi di perusahaan Yoonbin setelah Junkyu memberi tahunya. Proyek besar Yoonbin gagal karena ada oknum yang menggelapkan dana di proyek itu. Dan beberapa perusahaan yang bekerja sama dengan Yoonbin tiba-tiba saja ingin memutuskan kontrak kerjasama. Tak heran jika hal itu membuat Yoonbin begitu frustasi dan tertekan

” Ji, kamu tunggu di ruangan aku dulu ya..” Yoonbin mengusap lembut surai milik Jihoon. Jihoon hanya mengangguk, dia masuk menuju ruangan milik Yoonbin sementara Yoonbin melangkah masuk kedalam ruangan meeting.

. . “ Bin..” Jihoon beranjak dari duduknya saat Yoonbin datang setelah menyelesaikan beberapa masalah bersama clientnya diruang meeting.

” Are you okay ?” Tanya Jihoon, Yoonbin hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

” Semuanya udah beres, Papah juga bakal turun tangan langsung.” Jawab Yoonbin

” Kamu belum makan Bin, wajah kamu juga pucat..” Jihoon mengusap wajah tampan Yoonbin yang nampak sangat pucat.

” Kita makan bareng yah ?” Yoonbin mengangguk, mereka hendak keluar dari ruang kerja milik Yoonbin untuk mengisi perut mereka namun langkah kaki mereka terhenti dengan kehadiran seseorang.

” Guan..” Jihoon bergumam

” Hai Ji..” Guanlin tersenyum hangat

” Hai Bin, apa kabar ?” Kemudian Guanlin menyapa Jihoon.

” Mau ngapain lo kesini ?” Tanya Yoonbin

” Gue ? Mau jemput Jihoon, lo udah puaskan bawa Jihoon pergi tanpa seijin gue ?”

Yoonbin mendecih, lihatlah betapa angkuhnya sepupunya itu. Dan untuk apa dia meminta ijin pada Guanlin saat ingin membawa Jihoon pergi ?

” Untuk apa gue ijin sama lo ?”

” Jihoon pacar gue, apa lo lupa ?” Guanlin menaikan satu alisnya.

” Pacar ? Jihoon gak pernah bilang sama gue kalo kalian pacaran.”

Guanlin mendecak, dia tidak ingin menanggapi Yoonbin lagi..lalu matanya beralih menatap Jihoon.

” Ji ayo pulang..” ucap Guanlin

” Jihoon bakal tinggal dirumah gue lagi.” Sahut Yoonbin membuat Guanlin mau tak mau kembali menatapnya.

” Lo minta Jihoon buat tinggal dirumah lo lagi setelah apa yang udah lo lakuin sama dia ? Bahkan lo udah ngusir Jihoon.” Guanlin tersenyum miring

” Sikap lo aneh Bin, sebelumnya lo nolak Jihoon mentah-mentah dan sekarang lo ngerayu Jihoon buat tinggal sama lo lagi ? Lo mau apa sebenernya Bin ?” Guanlin menaikan satu alisnya.

” Kalian jangan ribut disini, gak enak kalo kedengeran orang..dan Guan gue mau balik tinggal dirumah Yoonbin lagi.” Sahut Jihoon

” Sebelum lo tinggal dirumah Yoonbin lagi lo harus denger penjelasan dia dulu Ji, kenapa tiba-tiba dia minta lo buat balik lagi setelah apa yang dia lakuin sama lo.” Ucap Guanlin

” Gak ada penjelasan yang harus gue bilang, dan Jihoon lebih aman kalau tinggal sama gue lagi.” Ujar Yoonbin

” Lo gak merasa aneh sama sikap Yoonbin sama lo Ji ?”

Jihoon menatap Guanlin “ Bin, kenapa lo gak jujur aja kalo lo mau Jihoon karena syarat itukan ?”

” Syarat apa yang lo maksud ?” Tanya Yoonbin

Guanlin tertawa kecil “ Gak usah pura-pura bodoh Bin, lo tau tentang warisan oma dan syarat apa buat ngedapetin warisan itu. Salah satunya dengan menikah, Lo tau Jihoon suka sama lo dan coba buat ngerayu Jihoon kan ?”

” Maksud lo apa ?” Gumam Jihoon

” Ji, lo udah dibodohin Yoonbin. Kalau dia emang suka sama lo, dari awal dia gak denial tapi setelah dia tau tentang warisan oma..dia nyoba buat ngerayu lo agar lo mau menikah sama dia nanti dan otomatis dia bakal dapat 60 persen warisan itu.” Jelas Guanlin

Yoonbin meringsut maju kemudian mencengkram kerah kemeja yang dikenakan oleh Guanlin.

” Jangan asal bicara lo bangsat!”

” Kenapa ? Gue benerkan ? Semuanya terlalu jelas Yoonbin, lo yang selama ini kasar sama Jihoon tiba-tiba datang dan bersikap baik sama dia..apa itu kurang jelas kalau lo ini emang berusaha buat dapetin Jihoon karena warisan itu ?” Guanlin menatap Yoonbim dengan pandangan sengitnya, dia menyeringai melihat betapa emosinya Yoonbin saat ini.

” Jangan sok tau lo bangsat!” Teriak Yoonbin tangannya semakin erat mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Guanlin.

” Justru lo yang berniat busuk sama Jihoon!” Yoonbin kembali berteriak

” Dari awal gue gak denial Bin gak kaya lo, dari awal gue suka sama Jihoon tanpa iming-iming harta warisan oma dah enggak bahkan dari dulu gue suka sama dia.” Ujar Guanlin

” CUKUP!!!” Jihoon memekik keras, kepalanya tiba-tiba pusing melihat Guanlin dan Yoonbin berdebat dihadapannya.

Yoonbin melepaskan tangannya dari kemeja Guanlin, dia mendekati Jihoon.

” Ji..” Yoonbin hendak menyentuh bahu Jihoon namun lelaki manis itu malah menghindar darinya.

” Ji, apa yang Guanlin bilang itu semuanya omong kosong.” Ujar Yoonbin

Jihoon mendongkak untuk menatap Yoonbin, dia mencari tahu kebenaran dikedua mata elang milik lelaki itu. Namun Jihoon terlalu pusing sehingga dia tidak bisa melihat apapun disana. Dan apa yang dikatakan oleh Guanlin membuat pertahanannya runtuh seketika.

Kini Jihoon mengaku, jika dirinya memang bodoh. Mengapa dia tidak merasakan kejanggalan saat Yoonbin tiba-tiba datang kepadanya dan meminta maaf padanya dengan mudah setelah apa yang dilakukan lelaki itu padanya.

Dan kini Jihoon tahu alasannya..

” Bin, kamu tahu aku bodoh..tapi kenapa kamu sengaja ngebodohin aku ?”

” Ji, dengerin dulu..” Jihoon lagi-lagi menolak sentuhan Yoonbin.

” Kamu datang secara tiba-tiba karena kamu ingin sesuatu ?”

Yoonbin menggelengkan kepalanya, dia mengumpat dalam hati karena lidahnya tiba-tiba kelu terlebih saat melihat tatapan kecewa yang Jihoon layangkan padanya saat ini..

” Aku kecewa sama kamu Bin..kali ini kamu udah keterlaluan..” ucap Jihoon kemudian pergi dari sana..

Guanlin tersenyum, dia ikut pergi menyusul Jihoon meninggalkan Yoonbin yang kini semakin terlihat kacau..

Yoonbin berteriak, dia membanting barang-barang yang berada diatas meja untuk meluapkan semua emosinya..

A Day with you

🌻

Jihoon terbangun dari tidurnya. Tidurnya yang nyenyak terganggu oleh cahaya matahari menerpa wajahnya. Jihoon menguap kecil, dia menoleh kearah ruang disampingnya dan Jihoon tak mendapati Yoonbin disana. Wajah cantiknya kemudian memerah ketika mengingat semalam dia tertidur didalam pelukan Yoonbin.

Setelah sesi ciuman romantis mereka, Yoonbin memeluknya sepanjang malam dan enggan melepaskan Jihoon sedetikpun dari dekapannya. Dan Yoonbin berulang kali mengatakan maaf pada Jihoon dan meminta Jihoon untuk tetap berada disampingnya. Hati Jihoon yang semula hendak menutup untuk Yoonbin kembali terbuka. Katakan saja Jihoon bodoh karena dia sudah memaafkan Yoonbin dengan mudahnya. Namun melihat sorot mata Yoonbin yang begitu tulus saat meminta maaf membuat hati Jihoon terenyuh.

Tuhan itu maha memaafkan bukan ? Makan sebagai umatNya Jihoon harus memaafkan Yoonbin..

Jihoon beranjak dari duduknya, dia mencari keberadaan Yoonbin disetiap sudut rumah.

” Bin..” Jihoon berjalan menuju kolam renang yang letaknya berada dibelakang villa. Ternyata Yoonbin ada disana, lelaki itu nampak tengah asik berenang padahal jam baru menunjukan pukul tujuh pagi..bahkan udara masih terasa sangat dingin.

Jihoon duduk dipinggir kolam, memperhatikan Yoonbin yang masih asik berenang dan tak menyadari kehadirannya.

” Ngapain kamu berenang sepagi ini ?” Tanya Jihoon saat Yoonbin muncul kepermukaan.

Yoonbin mengusap wajahnya, kemudian dia tersenyum pada Jihoon.

” Demi Tuhan Yoonbin, udara masih dingin banget dan kamu malah renang ?”

Yoonbin menghampiri Jihoon, dia beranjak dari kolam dan duduk disamping Jihoon. “ Kamu mau renang ?”

Jihoon menggeleng “ Aku gak mau badanku beku.” Jawab Jihoon

Yoonbin tersenyum, dia mengangkat tangannya dan mengusap wajah Jihoon.

” Yoonbin dingin..” Jihoon menyingkirkan tangan Yoonbin dari wajahnya.

” Kamu cantik..”

Jihoon mendecih, Jihoon bisa menghitung dari malam sampai sekarang berapa kali Yoonbin mengatakan dia cantik.

” Aku belum cuci muka.”

” Gak papa masih keliatan manis..”

” Ya terserah, ayo masuk disini dingin..” Jihoon beranjak dari duduknya dan melangkah masuk kedalam villa..

• •

” Bin ada apa ?”

Yoonbin menutup panggilannya, dia tersenyum tipis ke arah Jihoon.

” Cuman masalah kantor..” Jawab Yoonbin

” Ada masalah apa ?”

” Bukan masalah besar..” Jihoon jelas tau jika Yoonbin tengaj berbohong padanya.. Sedari tadi, Jihoon tak sengaja menguping pembicaraan Yoonbin dengan seseorang melalui telpon. Ada masalah besar yang sekarang tengah terjadi diperusahaan Yoonbin, namun Jihoon tidak tahu jelas apa masalah itu. Namun melihat wajah Yoonbin yang frustasi, Jihoon yakin masalahnya sangatlah besar.

” Kita pulang aja sekarang ke Jakarta Bin..”

” Enggak, ini bukan masalah penting. Aku udah janji mau bawa kamu ke suatu tempat..”

Jihoon menghela nafasnya, dia melangkah mendekati Yoonbin. “ Bin..gak papa kita pulang aja.”

Yoonbin mendesah, kemudian dia memeluk Jihoon..menyembunyikan wajahnya diceruk leher lelaki manis itu. “ Nanti aja, aku mau lebih lama disini sama kamu..” gumam Yoonbin

Jihoon mengelus punggung Yoonbin.. “ Semuanya akan baik-baik aja Bin..” Jihoon enggan bertanya lebih pada Yoonbin, oleh karena itu dia hanya bisa mengatakan pada lelaki itu jika semuanya akan baik-baik saja..

• •

Hal yang bisa membuat Yoonbin tenang adalah cuaca yang cerah dan angin yang berhembus tenang, pemandangan yang indah didepan mata dan Jihoon yang tersenyum lebar ditengah ladang bunga.

Bunga yang seharusnya terlihat sangat cantik kini terlihat biasa saja, karena ada mahluk yang lebih cantik disana.. Jihoon lebih cantik dari bunga-bunga itu..

” Bin sini..”

Yoonbin melangkah menghampiri Jihoon. “ Kenapa ?”

Jihoon tersenyum sebelum dia meloncat memeluk leher Yoonbin erat. Keduanya kemudian terjatuh keatas rerumputan karena Yoonbin tak bisa menjaga keseimbangan dan terlalu terkejut dengan tindakan Jihoon. Jihoon tertawa kecil begitupula dengan Yoonbin..

” Kenapa kamu kaya seneng banget hmmm ?” Yoonbin menatap wajah cantik yang berada dibawah kukungannya itu.

Yoonbin sangat menyesal karena pernah menyakiti Jihoon..

” Gak tau seneng aja, makasih udah bawa aku kesini..”

” Aku tau kamu pasti suka..”

” Bunganya cantik-cantik..” Jihoon memetik bunga yang berada dekat dengannya.

” Gak cantik, soalnya kamu lebih cantik..”

” Please deh Bin, kenapa kamu jadi cheesy gini ?”

Yoonbin tersenyum, dia merapihkan anak rambut Jihoon yang berantakan. “ Makasih..”

” Buat ?” Mata sabit Jihoon menatap kedua mata elang milik Yoonbin.

” Karena udah maafin aku..”

” Apa salahnya aku maafin kamu ? Tapi Bin, kamu mau janji sama aku ?”

” Janji apa ?”

” Jangan buat aku kecewa lagi ya ?”

” Aku janji, kali ini aku bakal pertahanin kamu..” Yoonbin mengecup puncuk hidung Jihoon.

” Tetap disamping aku ya ? Aku gak punya siapa-siapa lagi disini yang bisa aku percaya sepenuhnya selain kamu...”

Yoonbin mengangguk.. “ Setelah ini kita tinggal bareng lagi ya ? Papah juga mau kamu balik ke rumah lagi.” .

Jihoon mengangguk semangat, seraya tersenyum manis pada Yoonbin.. Keduanya diam sejenak sebelum saling mencium satu sama lain, kecupan-kecupan kecil yang kemudian berubah menjadi ciuman intens diantara keduanya..

Night romance...

🌻

” Yoonbin..” Jihoon bergumam saat melihat sosok Yoonbin yang berjalan melangkah menghampirinya.

” Ayo pulang..” ucap Yoonbin, Jihoon nampak diam tak merespon. Dia tidak menyangka jika Yoonbin datang menemuinya di rumah sakit.

” Gue nunggu Guanlin..”

” Gak usah nunggu dia Jihoon, ayo kita pulang. Ini perintah lo gak bisa ngebantah.” Yoonbin menggandeng tangan Jihoon lalu membawanya cepat pergi dari rumah sakit sebelum mereka bertemu dengan Guanlin.

” Kita mau kemana ?” Jihoon bertanya saat mobil Yoonbin melaju keluar dari Ibu kota.

” Ke suatu tempat..”

” Iya kemana ?”

Yoonbin menoleh sekilas kearah Jihoon sebelum kembali fokus pada jalanan didepannya, bibirnya nampak tersenyum tipis.

” Ke tempat yang hanya ada lo dan gue disana..”

. . . “ Ayo turun.” Ajak Yoonbin setelah mobilnya sampai ditempat tujuan. Sementata disampingnya Jihoon nampak meringkuk seperti anak panda yang kehilangan Ibunya.

” Kita dimana ?” Jihoon menatap kearah luar melalui kaca mobil, disekelilingnya banyak sekali pohon cemara yang tumbuh menjulang. Lalu matanya menatap sebuah bangunan villa yang begitu nampak mewah dan nyaman.

” Turun aja dulu jangam bawel.”

Jihoon mendengus, dia kemudian keluar dari dalam mobil begitupula dengan Yoonbin.

” Ayo masuk..” Yoonbin melangkah mendahului Jihoon untuk masuk kedalam villa.

” Villa siapa ini ?”

” Villa keluarga gue, dulu gue sering kesini bareng bokap sama nyokap gue.”

” Ngapain kamu ajak aku kesini ?” Cicit Jihoon, untuk apa Yoonbin jauh-jauh membawanya kesini ? Jihoon lalu jadi panik sendiri, dia takut Yoonbin melakukan sesuatu padanya ya seperti merantainya disini dan meninggalkan dirinya begitu saja.

” Tuan, selamat datang..” Sambut seorang lelaki setengah baya pada Yoonbin. Lelaki paruh baya itu adalah Pak Tono, penjaga Villa keluarga Yoonbin sejak dulu.

” Apa kabar pak ?”

” Baik Tuan..”

Yoonbin tersenyum hangat, dia menepuk bahu Pak Tono. “ Semuanya udah beres ?”

” Udah Tuan, saya udah beresin semuanya.”

” Terima kasih Pak, dan kenalin ini Jihoon.” Yoonbin merangkul pinggang Jihoon, dia memperkenalkan Jihoon pada Pak Tono.

” Selamat datang Tuan Jihoon..”

” Makasih Pak..” Jihoon tersenyum ramah.

” Saya masuk dulu Pak.” Yoonbin kini beralih menggandeng tangan Jihoon.

” Iya silahkan Tuan.”

Yoonbin membawa Jihoon untuk semakin masuk kedalam Villa. “ Yoonbin kita mau ngapain sih sebenernya ?” Jihoon agak sedikit kesal pada Yoonbin, karena lelaki itu sudah seenaknya membawanya pergi tanpa persetujuan darinya.

” Menurut lo kita mau ngapain ?”

Jihoon menggelengkan kepalanya.

” Kita honeymoon..”

° •

” Ngapain lo disini ?” Jihoon tersentak dengan kehadiran Yoonbin, lelaki manis itu kemudian mendengus sebal. Tangannya terlipat didada lalu matanya menatap Yoonbin dengan pandangan kesal.

” Aku gak tau mau kamu apa, tapi kamu udah sopan bawa aku kesini ya Yoonbin!” Sentak Jihoon

Yoonbin tertawa, dia melangkah untuk semakin mendekati Jihoon. “ Kan gue udah bilang kalau gue mau lo.”

” Segampang itu kamu bilang setelah apa yang kamu lakuin sama aku ?” Jihoon mendecih.

Yoonbin mendesah pelan, dia tahu jika Jihoon pasti akan mengatakan hal itu padanya.

” Maafin gue..”

” Maaf karena perlakuan gue selama ini sama lo Ji, gue gak maksud nyakitin lo..” Yoonbin diam sejenak.

” Sekarang gue nyesel, nyesel karena udah nyakitin lo. Gue nyesel udah buang lo dan lo malah jatuh ke tangan orang yang gak tepat.”

” Maksud kamu ?”

” Lo bakal tau sendiri nanti Ji, siapa itu Guanlin dan apa yang dia mau dari lo.”

Jihoon hendak mengatakan sesuatu namun semuanya tertahan saat Yoonbin menghambur memeluknya.

” Bin..”

” Biarin gini aja sebentar..” bisik Yoonbin, dia hanya ingin memeluk Jihoon sebentar saja. Tidak, tidak sebentar dia ingin memeluk Jihoon sepanjang waktu.

” Bin lepas..sesak..”

Yoonbin tertawa kecil, dia melepaskan pelukannya. “ Kamu itu besar Yoonbin! Seenaknya kamu peluk aku kaya gitu kamu mau aku mati ?”

Yoonbin lagi-lagi tertawa dengan tingkah Jihoon. Jihoon begitu lucu, menggemaskan seperti seekor bayi panda.

” Maukan maafin aku ?” Yoonbin menangkup wajah cantik itu, mengelusnya dengan penuh sayang.

” Kamu lagi ngerayu aku kan ?”

” Bisa jadi, aku lagi bujuk kamu buat mau balik sama aku.”

” Aku gak mau!”

” Kenapa ?”

” Kamu kaya gak ada perjuanga banget buat minta aku balik sama kamu! Jangan pikir karena aku suka sama kamu aku mau aja maafin kamu ya Yoonbin!”

Yoonbin lagi-lagi tertawa, astaga kenapa bisa ada mahluk menggemaskan seperti Jihoon didunia ini ?

” Kalau aku cium dulu kamu mau maafin aku ?”

Jihoon menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “ Yoonbin!” Lalu kemudian Jihoon memekik saat Yoonbin mengangkat tubuhnya dan membawanya masuk kedalam kamar.

” Mau ngapain kamu ?” Jihoon melotot saat Yoonbin mengukungnya diatas tempat tidur.

” Kitakan mau honeymoon, kamu tau kan kita mau ngapain ?” Tanya Yoonbin sebelum dia mendaratkan ciuman diatas bibir Jihoon..

Guanlin

🌻

” Guan..”

Jihoon tersenyum manis saat Guanlin pulang, matanya semakin berbinar saat melihat Guanlin menenteng kantong kresek berisi cake favoritnya. Sama halnya dengan Guanlin, dia tersenyum manis saat melihat Jihoon menyambutnya dengan semangat. Dia mendudukan diri disamping Jihoon kemudian mengusak surai lembut milik lelaki manis itu.

” Hari ini lo diem dirumah aja kan ?”

Jihoon menganggukan kepalanya “ Lagian gue mau kemana juga coba ?”

” Kalo mau pergi lo harus ijin dulu sama gue ya Ji ?”

Jihoon lagi-lagi menganggukan kepalanya “ Anak baik, gue mandi dulu ya nanti kita makan cakenya bareng-bareng.”

” Okey, gue siapin dulu cakenya.” Jihoon membawa cheesecake yang dibawa Guanlin menuju meja makan.

• •

” Enak ?” Guanlin sedari tadi sama sekali tidak menyentuh potongan cheesecake bagiannya, lelaki itu hanya diam memperhatikan Jihoon.

Jihoon mengangguk “ Enak..lo gak makan ?”

Guanlin menggelengkan kepalanya “ Gue kurang suka makanan manis sebenernya.”

Jihoon menggigit sendoknya “ Kalo gitu boleh gue makan ?” Jihoon bertanya dengan matanya yang mengerjap polos.

” Tentu, gue seneng liat lo makan banyak.”

Jihoon tersenyum senang, nafsu makannya kini sudah semakin membaik. Dia sudah mulai bisa memakan apapun yang dia mau..

” Ji...” Guanlin memanggil

” Iya ?”

Guanlin tak menjawab..lelaki itu mengangkat tangannya, jaringa mengusap whipe cream yang tertinggal diujung bibir Jihoon. Guanlin tersenyum melihat mata Jihoon yang membulat terkejut sebagai respon dengan apa yang dilakukannya. “ Makan lo kaya anak kecil..” ujar Guanlin kemudian menjilat whipe cream dijarinya.

” Manis..” gumamnya..

” Ah hehe..” Jihoon menunduk, wajahnya nampak memerah karena malu. Apa yang baru saja dilakukan Guanlin cukup membuat jantungnya berdebar.

” Mmm Guan..” Jihoon memanggil dengan nada pelan.

” Iya..”

Jihoon mengigit bibirnya, keraguan kini begitu nampak terlihat di wajah cantiknya. Jihoon begitu ragu, ragu untuk mengatakan semuanya pada Guanlin. Tentang sandiwara mereka yang sedang mereka lakukan. Jihoon ingin Guanlin mengatakan sejujurnya tentang hubungan diantara mereka kepada kedua orangtua Guanlin. Jihoon tidak bisa melanjutkannya, dia tidak mau semuanya akan semakin rumit.

” Kenapa Ji ?”

” Mmm, Guan apa kita bisa berhenti buat pura-pura pacaran didepan orangtua lo ?”

” Maksudnya ?”

” Gue gak bisa sandiwara terus, gue gak mau semuanya semakin rumit.”

” Yaudah..”

Jihoon menunggu Guanlin melanjutkan perkataannya. “ Kalo itu mau lo, kita berhenti sandiwara tapi ada syaratnya.”

” Syarat ?”

Guanlin mengangguk, dia meraih tangan Jihoon yang menganggur diatas meja. “ Lo harus jadi pacar beneran gue..”

” Hah ?”

” Gue suka sama lo Ji, dari awal gue udah suka sama lo. Cuman gue terlalu cupu buat bilang semuanya..” Ujar Guanlin

” Guan..”

” Sandiwara kemarin gue lakuin semata-mata karena gue pengen lebih deket sama lo Ji. Gue ajak lo tinggal disini karena gue mau mengenal pribadi lo lebih jauh Ji..” Jelas Guanlin, Jihoon nampak terdiam. Lidah lelaki manis itu mendadak kelu.. Jihoon tidak menyangka jika Guanlin malah memintanya untuk menjadi kekasihnya

” So will you be mine ?” Guanlin mengecup punggung tangan Jihoon.

” Guan..” Jihoon menjauhkan tangannya..

” Kenapa Ji ?”

Jihoon mengigit bibirnya, dia tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Jujur, perlakuan Guanlin selama dia bersama lelaki itu tidak membuat hati Jihoon luluh dan memberikan perasaan lebih. Jihoon menganggap semuanya hanya sebatas Guanlin ingin melindungi dirinya sebagai seorang teman..

” Lo gak mau jadi pacar gue Ji ?”

Jihoon menggelengkan kepalanya “ Bukan gitu..gue cuman gak tau harus jawab apa.”

” Lo tinggal bilang ya atau enggak..”

Jihoon mendesah, kemudian dia menghela nafasnya. “ Guan, apa lo bisa kasih gue waktu ?”

” Waktu ?”

” Buat ngeyakinin perasaan gue sama lo, kalau gue jawab sekarang gue sama aja maksain perasaan gue sendiri dan kesannya gue gak tulus sama lo.” Jelas Jihoon, jujur dia tidak enak mengatakan itu pada Guanlin apalagi saat melihat wajah Guanlin yang kini terlihat begitu kecewa padanya.

” Cinta itu bisa tumbuh karena waktu Ji, gue cuman mau ngejelasin status kita dan kita gak perlu sandiwara lagi.” Ucap Guanlin

” Guan..”

” Apa ini karena Yoonbin ?” Guanlin menyela ucapan yang hendak Jihoon katakan.

” Yoonbin gak ada hubungannya disini.”

” Kenapa lo gak jujur aja kalo lo emang suka sama Yoonbin, ah engga bahkan lo cinta sama dia ?”

Jihoon diam, lidahnya mungkin bisa mengelak namun hatinya berkata sebaliknya.

” Dari dulu gue emang gak punya tempat yang spesial dihidup lo, dunia lo cuman Yoonbin aja...”

” Guan..” Jihoon meraih tangan Guanlin

” Gue gak gitu..”

” Its okay gue ngerti keadaan lo sekarang, gue kasih waktu buat lo. Gue harap lo mikirin semuanya, karena gue gak akan meminta untuk yang kedua kalinya.” Guanlin beranjak dari duduknya.

” Abis ini lo istirahat, jangan tidur kemaleman..gue mau istirahat dulu.” Guanlin melenggang pergi menuju kamar miliknya meninggalkan Jihoon sendirian disana bersama pikirannya yang berkecamuk...