Day eighteen.
***
Sudah 3 hari Draco di rawat disini, dan waktu liburan mereka hanya tinggal beberapa hari lagi. Namun, Hermione meminta jika Draco sudah diperbolehkan pulang, Hermione ingin mereka segera pulang ke Jakarta. Dia tidak ingin berlama-lama disini dengan kondisi Draco yang tidak memungkinkan.
Hari ini, dokter sudah memperbolehkan Draco untuk pulang, walaupun Draco yang memaksa. Sebenarnya, Draco masih harus di rawat, namun karena Draco memaksa untuk pulang, jadi dokter mengizinkannya untuk pulang.
“Kamu yakin mau pulang? Kita masih ada 5 hari lagi loh Dray..”
“Gak mungkin kita habisin di rumah sakit kan sayang?”
“Tapi keadaan kamu—”
“Hermione, boleh aku minta sesuatu?”
Hermione mengangguk, menatap Draco dengan hangat, namun tak sanggup melihat tatapan Draco yang meredup.
“Aku mau ngabisin 5 hari terakhir di liburan ini, berdua, sama kamu.”
“Dray—”
“Aku mohon, Hermione.”
Hermione menghirup napas sejenak, lalu menghembuskannya, “Yaudah.”
“Makasih sayang. Kita pulang sesuai jadwal aja ya?”
“Iya, Dray.”
“Makasih Hermione.” Draco memeluk Hermione dengan erat, tanpa ia sadari, Hermione menangis karena tidak tahan dengan semua ini. Hermione benar-benar takut kehilangan Draco.
Sesampainya di villa, Hermione langsung pergi ke dapur untuk membuatkan mereka makanan.
Draco mengikutinya dari belakang, dengan badan yang masih sempoyongan.
“Ngapain kamu disitu? Kamu tidur aja Dray, nanti kalau aku udah selesai masak, aku bangunin.”
“Aku mau liat istri ku masak.”
Hermione tersenyum, “Kamu udah pernah liat istrimu masak, Dray.”
Draco terkekeh pelan, menyandarkan badan dan kepalanya di tembok, dengan tatapan yang tak lepas dari Hermione, istri tercintanya.
Karena tidak konsen dalam memasak, Hermione tidak sengaja saat hendak menuangkan air panas ke dalam gelas, air tersebut malah terjatuh ke kakinya dan membuatnya berteriak kesakitan.
“Aw!”
“Hermione!”
Draco segera berlari ke arahnya, dan menggendongnya.
“Hati-hati kalau masak. Ya ampun, merah gini kakinya. Sakit ya?”
Hermione mengangguk. “Maaf..”
“Gapapa, sebentar aku obatin dulu.”
“Gak usah, kamu lagi sakit Dray, biar aku—”
“Jangan ngelawan. Biar aku obatin, kamu diem disitu.”
“Oke..”
Bahkan dalam kondisinya yang sakit, Draco masih bisa merawat Hermione yang tidak hati-hati ini. Draco dengan telaten mencuci kaki Hermione, menetralkan suhu panas di kakinya, dan mengobati lukanya.
Setelah selesai, Draco meminta Hermione untuk berhenti memasak, dan melanjutkannya nanti.
“Tapi nanti takutnya aku keburu malas, Draco.”
“Nanti aja, kita bisa pesan kalau kamu malas oke?”
Hermione hanya tersenyum dan memeluk Draco. “Makasih ya.”
“Iya sama-sama. Lain kali hati-hati kalau masak ya?”
Hermione mengangguk, membuat Draco mencium keningnya.
“Mana sini istri aku.” Draco mencium pipi kiri Hermione.
“Cantik banget sih, istri siapa sih?” Draco mencium pipi kanan Hermione.
“Hahaha Draco!” Hermione tertawa lepas melihat wajah Draco yang menggemaskan.
“Kamu yang terbaik untuk aku, Hermione.” Kini Draco mencium kening Hermione.
“I love you so much.” Draco mencium bibir Hermione.
“I love you more!” Hermione mencium balik bibir Draco, dan memeluknya.
Sekali lagi, Draco berterimakasih karena masih diberi kesempatan untuk mencium dan memeluk raga ini, raga perempuan yang akan selalu ia cintai hingga akhir hayatnya nanti.
© urhufflegurl_