litaaps

Day eighteen.

***

Sudah 3 hari Draco di rawat disini, dan waktu liburan mereka hanya tinggal beberapa hari lagi. Namun, Hermione meminta jika Draco sudah diperbolehkan pulang, Hermione ingin mereka segera pulang ke Jakarta. Dia tidak ingin berlama-lama disini dengan kondisi Draco yang tidak memungkinkan.

Hari ini, dokter sudah memperbolehkan Draco untuk pulang, walaupun Draco yang memaksa. Sebenarnya, Draco masih harus di rawat, namun karena Draco memaksa untuk pulang, jadi dokter mengizinkannya untuk pulang.

“Kamu yakin mau pulang? Kita masih ada 5 hari lagi loh Dray..”

“Gak mungkin kita habisin di rumah sakit kan sayang?”

“Tapi keadaan kamu—”

“Hermione, boleh aku minta sesuatu?”

Hermione mengangguk, menatap Draco dengan hangat, namun tak sanggup melihat tatapan Draco yang meredup.

“Aku mau ngabisin 5 hari terakhir di liburan ini, berdua, sama kamu.”

“Dray—”

“Aku mohon, Hermione.”

Hermione menghirup napas sejenak, lalu menghembuskannya, “Yaudah.”

“Makasih sayang. Kita pulang sesuai jadwal aja ya?”

“Iya, Dray.”

“Makasih Hermione.” Draco memeluk Hermione dengan erat, tanpa ia sadari, Hermione menangis karena tidak tahan dengan semua ini. Hermione benar-benar takut kehilangan Draco.


Sesampainya di villa, Hermione langsung pergi ke dapur untuk membuatkan mereka makanan.

Draco mengikutinya dari belakang, dengan badan yang masih sempoyongan.

“Ngapain kamu disitu? Kamu tidur aja Dray, nanti kalau aku udah selesai masak, aku bangunin.”

“Aku mau liat istri ku masak.”

Hermione tersenyum, “Kamu udah pernah liat istrimu masak, Dray.”

Draco terkekeh pelan, menyandarkan badan dan kepalanya di tembok, dengan tatapan yang tak lepas dari Hermione, istri tercintanya.

Karena tidak konsen dalam memasak, Hermione tidak sengaja saat hendak menuangkan air panas ke dalam gelas, air tersebut malah terjatuh ke kakinya dan membuatnya berteriak kesakitan.

“Aw!”

“Hermione!”

Draco segera berlari ke arahnya, dan menggendongnya.

“Hati-hati kalau masak. Ya ampun, merah gini kakinya. Sakit ya?”

Hermione mengangguk. “Maaf..”

“Gapapa, sebentar aku obatin dulu.”

“Gak usah, kamu lagi sakit Dray, biar aku—”

“Jangan ngelawan. Biar aku obatin, kamu diem disitu.”

“Oke..”

Bahkan dalam kondisinya yang sakit, Draco masih bisa merawat Hermione yang tidak hati-hati ini. Draco dengan telaten mencuci kaki Hermione, menetralkan suhu panas di kakinya, dan mengobati lukanya.

Setelah selesai, Draco meminta Hermione untuk berhenti memasak, dan melanjutkannya nanti.

“Tapi nanti takutnya aku keburu malas, Draco.”

“Nanti aja, kita bisa pesan kalau kamu malas oke?”

Hermione hanya tersenyum dan memeluk Draco. “Makasih ya.”

“Iya sama-sama. Lain kali hati-hati kalau masak ya?”

Hermione mengangguk, membuat Draco mencium keningnya.

“Mana sini istri aku.” Draco mencium pipi kiri Hermione.

“Cantik banget sih, istri siapa sih?” Draco mencium pipi kanan Hermione.

“Hahaha Draco!” Hermione tertawa lepas melihat wajah Draco yang menggemaskan.

“Kamu yang terbaik untuk aku, Hermione.” Kini Draco mencium kening Hermione.

“I love you so much.” Draco mencium bibir Hermione.

“I love you more!” Hermione mencium balik bibir Draco, dan memeluknya.

Sekali lagi, Draco berterimakasih karena masih diberi kesempatan untuk mencium dan memeluk raga ini, raga perempuan yang akan selalu ia cintai hingga akhir hayatnya nanti.


© urhufflegurl_

s eighteen.

***

Sudah 3 hari Draco di rawat disini, dan waktu liburan mereka hanya tinggal beberapa hari lagi. Namun, Hermione meminta jika Draco sudah diperbolehkan pulang, Hermione ingin mereka segera pulang ke Jakarta. Dia tidak ingin berlama-lama disini dengan kondisi Draco yang tidak memungkinkan.

Hari ini, dokter sudah memperbolehkan Draco untuk pulang, walaupun Draco yang memaksa. Sebenarnya, Draco masih harus di rawat, namun karena Draco memaksa untuk pulang, jadi dokter mengizinkannya untuk pulang.

“Kamu yakin mau pulang? Kita masih ada 5 hari lagi loh Dray..”

“Gak mungkin kita habisin di rumah sakit kan sayang?”

“Tapi keadaan kamu—”

“Hermione, boleh aku minta sesuatu?”

Hermione mengangguk, menatap Draco dengan hangat, namun tak sanggup melihat tatapan Draco yang meredup.

“Aku mau ngabisin 5 hari terakhir di liburan ini, berdua, sama kamu.”

“Dray—”

“Aku mohon, Hermione.”

Hermione menghirup napas sejenak, lalu menghembuskannya, “Yaudah.”

“Makasih sayang. Kita pulang sesuai jadwal aja ya?”

“Iya, Dray.”

“Makasih Hermione.” Draco memeluk Hermione dengan erat, tanpa ia sadari, Hermione menangis karena tidak tahan dengan semua ini. Hermione benar-benar takut kehilangan Draco.


Sesampainya di villa, Hermione langsung pergi ke dapur untuk membuatkan mereka makanan.

Draco mengikutinya dari belakang, dengan badan yang masih sempoyongan.

“Ngapain kamu disitu? Kamu tidur aja Dray, nanti kalau aku udah selesai masak, aku bangunin.”

“Aku mau liat istri ku masak.”

Hermione tersenyum, “Kamu udah pernah liat istrimu masak, Dray.”

Draco terkekeh pelan, menyandarkan badan dan kepalanya di tembok, dengan tatapan yang tak lepas dari Hermione, istri tercintanya.

Karena tidak konsen dalam memasak, Hermione tidak sengaja saat hendak menuangkan air panas ke dalam gelas, air tersebut malah terjatuh ke kakinya dan membuatnya berteriak kesakitan.

“Aw!”

“Hermione!”

Draco segera berlari ke arahnya, dan menggendongnya.

“Hati-hati kalau masak. Ya ampun, merah gini kakinya. Sakit ya?”

Hermione mengangguk. “Maaf..”

“Gapapa, sebentar aku obatin dulu.”

“Gak usah, kamu lagi sakit Dray, biar aku—”

“Jangan ngelawan. Biar aku obatin, kamu diem disitu.”

“Oke..”

Bahkan dalam kondisinya yang sakit, Draco masih bisa merawat Hermione yang tidak hati-hati ini. Draco dengan telaten mencuci kaki Hermione, menetralkan suhu panas di kakinya, dan mengobati lukanya.

Setelah selesai, Draco meminta Hermione untuk berhenti memasak, dan melanjutkannya nanti.

“Tapi nanti takutnya aku keburu malas, Draco.”

“Nanti aja, kita bisa pesan kalau kamu malas oke?”

Hermione hanya tersenyum dan memeluk Draco. “Makasih ya.”

“Iya sama-sama. Lain kali hati-hati kalau masak ya?”

Hermione mengangguk, membuat Draco mencium keningnya.

“Mana sini istri aku.” Draco mencium pipi kiri Hermione.

“Cantik banget sih, istri siapa sih?” Draco mencium pipi kanan Hermione.

“Hahaha Draco!” Hermione tertawa lepas melihat wajah Draco yang menggemaskan.

“Kamu yang terbaik untuk aku, Hermione.” Kini Draco mencium kening Hermione.

“I love you so much.” Draco mencium bibir Hermione.

“I love you more!” Hermione mencium balik bibir Draco, dan memeluknya.

Sekali lagi, Draco berterimakasih karena masih diberi kesempatan untuk mencium dan memeluk raga ini, raga perempuan yang akan selalu ia cintai hingga akhir hayatnya nanti.


© urhufflegurl_

Day sixteen.

***

Pagi ini, Hermione bangun lebih dulu. Dia panik ketika melihat wajah Draco semakin pucat.

“Drake? Bangun sayang, udah pagi..”

Hermione membangunkan Draco, namun lelaki itu tak kunjung bangun.

“Draco? Sayang? Hei?”

Panik, Hermione terus menggoyangkan tubuh Draco. Namun lelaki itu masih belum bangun, bahkan tidak bergerak sama sekali.

“Draco plis.. Draco bangun! Draco!” Hermione mulai menangis, dia segera menelfon ambulance karena tidak mungkin ia membawa Draco ke rumah sakit sendirian. Draco harus mendapatkan penanganan.

“Draco, aku mohon. Draco bangun!” Hermione berteriak, namun lelaki itu masih belum terbangun.

Tangis Hermione semakin pecah, dia terus menggenggam tangan Draco yang dingin.

“Draco aku mohon, jangan sekarang.. Aku mohon Drake..” Hermione memejamkan matanya, merapalkan beribu doa supaya Tuhan tidak menjemput Draco hari ini.

Dia belum siap. Hermione belum siap kehilangan Draco.

Tak lama, ambulance pun datang. Draco segera di bawa ke rumah sakit terdekat.

Hermione duduk sendirian disana, memeluk dirinya sendiri. Dia tidak mengabari siapapun, dia bingung harus mengabari siapa, tidak ada yang tau tentang kondisi Draco.

Namun Hermione ingat, Draco pernah memberitahunya kalau hanya Pansy yang tau soal penyakitnya.

Akhirnya, tanpa pikir panjang, Hermione pun menelfon Pansy.

“Pans..”

“Mione? Kenapa? Kok nangis?”

“Draco.. Draco Pans..”

“Draco kenapa? Kenapa Mi?”

“Draco.. Dia gak sadar.. Gue harus apa Pans..”

Disana, Pansy panik. “Lo dimana sekarang?”

“Rumah sakit. Gue takut Pans, gue takut..”

“Lo tenang oke? Lo tenang, kalau gue kesana gimana? Aduh takut ganggu tapi..”

“Gue butuh lo Pans..”

“Yaudah gue kesana ya, lo tunggu. 4 jam kan kesana?”

“Iya.”

“Gue kesana, lo tunggu aja ya.”

“Makasih Pans.”

Hermione menutup telfonnya.

Tak lama kemudian, dokter pun keluar. Dokter bilang bahwa kondisi badan Draco sangat drop, dia harus di rawat selama beberapa hari di rumah sakit.

Setelah itu, Hermione diperbolehkan masuk ke dalam ruangan karena Draco pun sudah sadar.

“Draco..” Hermione berlari memeluk Draco.

Draco tersenyum kecil. “Maaf..”

“Enggak, kamu gak salah. Kamu gak salah.”

“Maaf..”

“Maaf kenapa? Kamu gak salah!” Pekik Hermione dengan tangisannya.

Draco mengusap lembut rambut Hermione, dia tersenyum dan mencium rambutnya. “Udah makan?”

Hermione menggelengkan kepalanya.

“Makan dulu yuk.. Laper.”

“Kita pulang aja ya Dray? Aku mohon..”

“Iya, nanti kita pulang ya?”

Hermione mengangguk, dan memeluk Draco lagi. Dia tidak sanggup melihat Draco lemah seperti ini. Dia tidak sanggup.

Setelah makanan datang, mereka pun makan bersama. Hermione menyuapi Draco, dan Draco memakannya dengan lahap.

“Maaf ya udah bikin kamu khawatir.” Draco mengusap lembut kepala Hermione, dan turun menuju pipinya.

“Jangan lagi.”

Draco tersenyum kecil, “Iya.”

“Pansy lagi dijalan, dia kesini.”

“Loh, kenapa?”

“Aku panik tadi, butuh temen untuk ngobrol, jadi aku telfon Pansy. Dan Pansy kesini, gapapa kan?”

Draco tersenyum dan mengangguk, “Iya gapapa.”

“Makan lagi ayoo!”

Pagi itu, dengan hati yang sakit berasa diperas, Hermione menyuapi Draco dan menemaninya, berada di sampingnya.

Liburan hanya berjalan lancar hingga hari ke-lima. Setelahnya, Hermione tidak menikmatinya lagi karena kondisi Draco yang memburuk.


© urhufflegurl_

Day fifteen.

***

Sudah 5 hari mereka berlibur di pantai, dan rasanya sangat menyenangkan. Rasa cinta yang Draco miliki rasanya semakin besar, begitupun dengan Hermione.

Malam ini, mereka sedang melakukan dinner di salah satu restoran disana. Semuanya sudah Draco siapkan dengan romantis, bunga, makanan, musik, semuanya benar-benar sempurna.

Draco sangat menyukai kesempurnaan, karena menurutnya, ketika bersama Hermione, dan apapun untuknya, semua harus sempurna.

Seperti malam ini. Walaupun rasanya kepala Draco sangat sakit, dan dia belum meminum obat karena terus ia muntahkan, Draco menahannya dan berusaha menyembunyikan semuanya dari Hermione. Ia tidak ingin waktu liburan mereka menjadi terganggu karenanya.

“Draco, terima kasih ya.” Hermione mengganggam tangan Draco.

“Sama-sama sayang. Aku yang harusnya berterima kasih, karena kamu mau menerima aku dengan keadaan—”

“Dray..”

“I love you, Hermione.”

“I love you more.”

Malam itu, mereka menikmati waktu yang ada, waktu yang tersisa, waktu yang mungkin tak akan lama.

Saling mencintai dan menyayangi, melakukan semua hal yang memang sudah seharusnya mereka lakukan.


Hermione merasa ada yang berbeda dari Draco. Lelaki itu lebih diam dari biasanya, seperti kehilangan seluruh tenaganya.

“Dray? Are you okay?”

Hermione duduk di sebelah Draco yang sedang memejamkan kedua matanya di atas sofa.

“Kalau ngantuk, tidur di kamar yuk?”

Draco mencoba untuk membuka matanya, walaupun kepalanya sangat sakit.

“Kamu pucet banget, besok kita pulang ya?”

Draco menggelengkan kepalanya, “Kita kan baru 5 hari disini. Jangan.”

“Tapi kamu sakit, aku gak mau kamu makin parah Drake. Kita pulang aja ya?”

“Enggak, Hermione, aku bisa kok.” Draco tersenyum dan mencium tangan Hermione.

“Bisa gimana? Kamu pucet banget sumpah Dray, tidur di kamar yuk? Kamu capek.”

Draco menurut, dia mencoba untuk berdiri. Namun sayang, badannya tidak kuat dan terjatuh. Untung Hermione segera menahannya.

“Draco, kita ke rumah sakit aja ya?” Hermione mulai khawatir, karena Draco benar-benar lemas sekarang.

“Gak usah, disini aja.” Bisik Draco.

“Tapi Drake—”

“Disini aja, aku mohon.”

“Yaudah, ayo ke kamar.”

Draco merangkul Hermione, dia berusaha untuk jalan tanpa membebani Hermione walaupun badannya sangat lemas. Dia tidak ingin membuat Hermione sakit karena menahan badannya.

Sesampainya di kamar, Draco langsung tidur di atas kasur, begitupun Hermione.

“Kamu yakin? Kita pulang besok ya?”

Draco tersenyum, dia menatap mata Hermione. “Yakin.”

“Kalau gak kuat jangan maksain Dray..”

“Aku kuat, sayang.” Draco menggenggam tangan Hermione, dia perlahan menutup matanya.

“Selamat tidur, Drake..”

“Selamat tidur, Hermione.”

Dada Draco adalah spot terbaik bagi Hermione tertidur. Dia selalu tidur diatas dada Draco, rasanya sangat membuatnya nyaman.

Seperti sekarang, dia tidur di atas dada Draco, dengan kedua tangan memeluk badannya.


© urhufflegurl_

Day twelve.

***

Sudah 3 hari Hermione dan Draco pergi liburan bersama, berdua. Selain dibilang liburan, bisa juga ini sebagai bulan madu mereka karena mereka belum melakukannya.

Tapi, Draco sangat ingin berbulan madu di Swiss. Mudah-mudahan sampai.

Selama 3 hari ini, mereka menikmati waktu bersama, tanpa memikirkan apapun. Hanya mereka berdua, saling melengkapi.

Pagi ini, Hermione sudah siap dengan setelan berenangnya. Mereka akan berenang di pantai. Draco pun sama, lelaki itu hanya memakai celana pendek, tanpa memakai atasan.

Mereka bersama menuju pantai, saling berpegangan tangan. Hermione jalan di depan, dan Draco di belakangnya.

Sesampainya di pantai, Hermione bermain ombak, begitupun Draco.

Draco berniat jahil. Lelaki itu sengaja melemparkan percikan ombak kepada Hermione.

“Draco! Basah!”

“Tujuan kita kan berenang, sayang.”

“Ya tapi kamu gak ada aba-aba!”

Karena tidak terima, Hermione pun balas dendam. Mereka saling melemparkan ombak hingga mereka basah kuyup.

“Awas ya kamu!” Draco lari mengejar Hermione yang menjauh darinya.

Langkah Draco yang besar itu membuatnya berhasil menyusul Hermione. Lelaki itu menangkap tubuh Hermione, dan memutarkannya.

“Hahahaha Draco lepas!” Hermione tak kuasa menahan rasa geli yang di ciptakan oleh Draco.

Mereka tertawa bersama di tepi pantai, hanya berdua, seperti pantai pribadi hanya milik mereka berdua.

Setelah itu, mereka berenang bersama.

Draco berenang mendekati Hermione, menggenggam tangannya, dan perlahan, dia mengecup mesra bibir Hermione.

Hermione membalasnya, mereka berpelukan disana, hanya berdua, dengan pantai dan lautan menjadi saksinya.


© urhufflegurl_

Day nine.

***

Draco memeluk Hermione dari belakang, membuatnya terkejut dan menghentikan proses make upnya.

“Aku belum selesai make up Dray..”

Draco mencium pipi Hermione, dan jongkok di hadapannya, menggenggam tangannya.

“Udah cantik kok. Gak perlu make up.”

Hermione terkekeh pelan, “Ya masa aku gak make up mau dinner?”

Draco mencium tangan Hermione, “Pakai baju panjang ya? Malam ini dingin.”

Hermione mengangguk, “Iya, kamu siap-siap juga gih.”

“Yaudah aku ganti baju dulu, love.”

Love. Panggilan sayang Draco kepada Hermione, dan Hermione sangat merindukannya.

Setelah selesai, mereka pun siap untuk berangkat menuju rumah Narcissa, untuk makan malam disana.

Malam ini, mereka kompak menggunakan pakaian berwarna navy. Hermione dengan dress navy nya, dan Draco dengan jas berwarna navy yang membuatnya sangat gagah.

Diperjalanan, Draco terus menggenggam tangan Hermione, tanpa melepaskannya.

Beginilah Draco, dia itu sangat bucin kepada Hermione. Bahkan selama 6 tahun berpacaran, tak pernah Draco menyakiti hatinya, ya walaupun pernah, dia segera meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi.

Sesampainya dirumah Narcissa, mereka segera masuk, dan di sambut hangat oleh Narcissa dan Lucius.

“Ya ampun, Mama kangen banget sama kalian berdua. Gimana pernikahannya? Menyenangkan kan?”

Draco dan Hermione terkekeh pelan.

“Banget Ma.”

“Udah gitu belum?” Tanya Lucius jahil, membuat Narcissa memukulnya.

“Udah dong Pa.” Balas Draco, disusul tawa Hermione dan Narcissa.

“Udah ah ayo masuk. Hermione, ayo.” Narcissa menarik tangan Hermione hingga genggaman tangan Draco terlepas darinya.

Sementara Draco, jalan di belakang mereka bersama Lucius.

Malam itu, mereka bahagia tanpa adanya pura-pura. Draco sangat menikmati malam bersama keluarga tersayangnya.

Akhirnya. Akhirnya Draco dapat merasakannya.


© urhufflegurl_

Day eight.

***

Hermione terbangun lebih dulu, dia menatap wajah Draco sangat lama. Wajahnya masih sangat tampan, walaupun Hermione sadar, Draco semakin kurus.

Kini, dia tau jawaban dari pertanyaan yang selama 3 tahun ini ia cari. Ternyata, Draco sakit. Dan lelaki itu menyembunyikannya dari semua orang.

Hermione memeluk Draco, dan mencium keningnya.

Lalu dia beranjak dari tempat tidurnya, dan membuatkan sarapan untuknya dan untuk Draco.

Di tengah ia membuat sarapan, semua pergerakannya terhenti. Dia menangis. Menangis membayangkan bagaimana sakitnya Draco menghadapi semuanya sendirian selama tiga tahun.

Dia menangis membayangkan bagaimana perihnya Draco saat itu. Dia menangis, dan semakin menangis ketika dia sadar bahwa dia tidak ada disisinya disaat terendah Draco.

“Hermione?”

Hermione segera menghapus air matanya, dan menoleh ke arah Draco.

Draco menghampirinya, lelaki itu memeluknya dan mencium tengkuk lehernya.

Hermione terkekeh pelan. Dia sangat merindukan Draco yang manja seperti ini. Sangat merindukannya.

“Kenapa? Kok udah bangun?”

“Kangen.”

“Astaga..” Hermione memeluk Draco dengan erat.

Draco mengangkat tubuh Hermione, dan memutarkannya membuat Hermione tertawa.

“Draco! Nanti jatuh gimana?”

Draco menatap wajah Hermione dengan senyumnya. Hermione pun sama, menatap wajahnya penuh senyuman.

Perlahan, Draco mencium bibir Hermione, Hermione membelasnya.

Seharusnya, mereka melakukan ini dari 7 hari sebelumnya.

Draco membawa Hermione kembali ke atas kasur, dan menidurkannya disana.

“Aku mau masak Drake.. Laper kan?”

“Aku kangen Mione..” Draco menciumi leher Hermione.

“Ya ampun geli Drake! Hei! Hahahaha.. Draco..”

“I love you, i love you, i love you, i love you so much!”

“I love you too..”

Setelah itu, Draco membuka bajunya, dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai pasangan suami istri.


© urhufflegurl_

Day seven.

***

Draco membuka pintu apartemennya dengan napasnya yang terengah-engah. Sepertinya lelaki itu sedikit berlari untuk segera sampai.

Disana, Hermione sudah duduk di sofa, dengan surat di tangannya.

“Hermione—”

“Maksudnya apa? Kanker darah stadium akhir. Maksudnya apa?!” Hermione sedikit berteriak, melotot kepada Draco yang menatapnya dengan penuh cemas.

Hermione berdiri, berhadapan dengan Draco.

“Her— itu—”

“Apa? Jelasin ke gue maksudnya apa, Draco.”

“Gue—”

“Apa?!” Hermione melemparkan surat itu tepat di wajah Draco, dan dia memukul dada Draco.

“Lo ilang selama 3 tahun, lo ninggalin gue gitu aja, lo berubah jadi Draco yang sekarang. Dan sekarang, gue nemu surat ini di laci lo, lengkap dengan obat-obatan yang banyak. Maksudnya apa?” Hermione tak kuasa menahan air matanya yang lolos membasahi kedua pipinya. Dia menatap Draco dengan penuh marah. Benar-benar marah.

“Orang tua lo tau?”

Draco menggelengkan kepalanya.

Hermione mengusap air matanya, “Lo sembunyiin semua ini dari orang tua lo?”

“Hermione, gue—”

“Dan lo berusaha semuanya sendirian?! Selama tiga tahun lo sembunyiin semuanya?! Selama itu?!” Hermione berteriak.

“Padahal lo bisa jujur keadaan lo ke gue, lo bisa jujur tentang semuanya. Kenapa? Kenapa lo lebih milih diem? Kenapa lo lebih milih nyembunyiin semuanya? Kenapa?!” Hermione memukul dada Draco, dan menangis disana.

“Oh gue tau— lo sengaja kan? Lo sengaja berpura-pura menjadi Draco yang sekarang, supaya gue benci sama lo, dan gue—”

“Harapan hidup gue udah gak ada. Dokter bilang waktu gue udah gak lama—”

“Tau apa dokter soal kehidupan seseorang? Tau apa?! Dan lo nyerah gitu aja?! Lo nyerah gitu aja hah?! Gue kecewa banget sama lo Draco, selama ini gue selalu khawatir sama lo! Apakah lo punya pacar diluar sana, apa lo berhasil menemukan yang terbaik, apa lo berhasil bahagia meskipun tanpa gue. Tapi ternyata— kenapa Drake? Kenapa? Kenapa lo nyembunyiin semuanya kenapa?!”

Hermione memukul-mukul dada Draco, dan Draco menahannya, dia berusaha memeluk Hermione meskipun Hermione memberontak.

“Her—”

“Kenapa Draco?! Jelasin kenapa! Dan gue yakin, kalau gue gak sengaja nemu surat itu, lo gak akan kasih tau gue kan?! Iya kan?!”

“Maaf—” Draco memeluk Hermione dengan erat.

“Kenapa Draco—”

“Maaf, maaf Mi.. Maaf..”

“Gue gak mau lo pergi, gue gak mau kehilangan lo. 3 tahun tanpa lo rasanya sesak banget, rasanya hidup gue gak pernah kembali normal. Kenapa Draco kenapa?”

Draco memeluk erat Hermione, dia mencium kepala Hermione tanpa henti, dan terus mengucapkan kata maaf.


Setelah sama-sama tenang, Hermione dan Draco duduk bersebelahan di atas sofa.

“Gue di vonis kanker darah 3 tahun lalu, sebelum gue mutusin lo.”

Hermione menoleh, dia menatap mata Draco.

“Gue mutusin lo, karena gue gak mau lo sama cowok penyakitan kayak gue Mi.”

Hermione menggelengkan kepalanya, dia menggenggam tangan Draco dan memeluknya.

Draco merangkulnya, tangannya mengusap rambut Hermione.

“Selama ini gue juga tersiksa, Mi.. Gue kangen sama lo, gue selalu nangis tiap inget lo. Ya, gue berusaha sendiri. Gue berobat sendiri, kemoterapi sendiri, pergi kesana-kesini cari pengobatan sendiri, gue lakuin sendiri karena gue takut gue ngerepotin banyak orang, Mi.. Gue takut..”

Hermione mempererat pelukannya.

“Maaf Mi, maaf.. I love you.. And I always do.”

Hermione mendongkak, menatap kedua mata Draco. Disana, dia kembali melihat Draco sama seperti 3 tahun kebelakang, hangat dan penuh rasa cinta.

“Aku juga cinta sama kamu, Draco. Plis, jangan pernah berpikir ngerepotin lagi, jangan pernah pendam semuanya sendiri, jangan pernah. Aku selalu ada disini, Drake.. Bahkan kalau 3 tahun kamu kasih tau aku, jujur akan semuanya, aku selalu disini. Aku mau jadi saksi perjalanan hidup kamu, aku mau jadi teman yang selalu menemani di setiap langkah kamu. Aku selalu disini Drake.”

Draco kembali mencium kepala Hermione, dan turun menuju keningnya, hingga bibirnya.

Hermione sangat merindukannya, Draco pun sama. Mereka sama-sama saling merindu satu sama lain.

“Aku kamu nih?” Tanya Draco jahil.

“Ih!” Hermione kembali memeluk Draco.

“Maaf ya sayang, maaf..”

“Jangan lagi-lagi aku mohon. Kamu harus sembuh. Gak peduli apa kata dokter, kamu harus sembuh oke? Aku ada disini, Drake.”

Draco tersenyum, kembali memeluk Hermione dengan erat.

Ya, penyakit ini tak ada apa-apanya dibanding cintanya.


© urhufflegurl_

Day six.

***

“Liatkan? Cuek gini Gin!”

Ginny tersenyum miris, merasa kasihan kepada sahabatnya ini. “Sabar ya Mi..”

Hermione mulai menangis di pelukan Ginny, dia mengeluarkan semua tangisannya yang terasa sakit akhir-akhir ini.

“Gue gak tau harus gimana Gin, gue cinta sama dia. Gue sayang sama dia, tapi kenapa dia gini? Sekarang perhatian, besoknya cuek, perhatian lagi, cuek lagi. Gue gak tau Gin..”

Malam itu, sama seperti malam sebelumnya, Hermione merasa kacau. Dia merasa kalau semua rasa sakit ini sudah tidak bisa ia tahan.

Untung ada Ginny, dia bisa menumpahkan semua perasaannya kepada sahabatnya itu.


Hermione pulang terlalu malam. Dia pulang sendirian, dengan mobil miliknya.

Di tengah perjalanan, dia berhenti menyetir. Dadanya semakin sesak mengingat sikap Draco, dia kembali menangis disana.

Ponsel Hermione berbunyi, disana nama Draco muncul.

“Hallo?”

“Dimana? Udah jam 11”

“Drake—”

“Hermione? Kenapa?” terdengar suara Draco begitu cemas saat mendengar Hermione menangis.

“Hallo Hermione? Dimana? Kenapa?”

Hermione tidak menjawab, dia tak sengaja menjatuhkan ponselnya, dan kembali menangis semakin kencang.

Sementara di sisi lain, Draco dipenuhi rasa khawatir dan bersalahnya itu segera mengambil kunci mobilnya dan menyetir, memghampiri Hermione.

Dia tidak tau Hermione dimana, dan dia tidak bisa melacak melalui ponselnya. Jadi dia kekantor Hermione, namun dia tidak ada disana.

Setelah itu, Draco kembali mencari Hermione sepanjang jalanan dekat kantor menuju apartemennya.

Dan disanalah mobil Hermione berhenti. Draco segera menghampirinya.

Draco mengetuk kaca pintu Hermione, dan Hermione membukanya.

“Hei..” Dengan penuh hangat, Draco memeluknya.

“Kenapa? Kenapa Mi?”

Hermione tidak menjawab, dia semakin menangis mendapatkan perhatian ini lagi dari Draco.

Draco yang membuatnya sakit, dia juga yang memeluknya seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Hermione tidak bicara sama sekali malam itu, dia hanya menangis, dan Draco menggenggam tangannya, tanpa melepaskannya.


© urhufflegurl_

Day five.

***

Draco masuk ke dalam apartemennya, dan Hermione sudah tertidur.

Tidak ada yang spesial malam ini, hanya pikiran Draco yang sangat penuh saat dia pulang.

“Hasilnya semakin memburuk Mr. Malfoy, saya hanya takut tubuh anda menolak obat-obatan yang masuk.”

“Reaksinya akan seperti apa dok?”

“Tubuh anda akan ambruk, mungkin anda akan mengeluarkan banyak isi perut anda, dan yang lebih parah, anda akan kehilangan kesadaran.”

“Mohon maaf sekali lagi Mr. Malfoy..”

Draco menghapus air matanya. Sudah tidak ada harapan dia untuk sembuh.

Dia akan meninggal, dia akan pergi. Dia akan meninggalkan semuanya.

Draco berjalan menuju Hermione yang sudah tertidur, dan mencium keningnya dengan hangat dan lembut.

“I love you.” Bisiknya.


© urhufflegurl_