Pertemuan.
***
Hermione Jean Granger, perempuan bar bar, galak, dan tomboy ini harus memakai dress selutut, berwarna merah, dan dengan ukuran yang sangat pas dengan badannya. Huft. Tidak, bukan Hermione tidak menyukainya, tapi dia jarang sekali memakai dress seperti ini. Kapan terakhir kali memakai dress ya? Mungkin di acara perpisahan saat kuliah? Atau di acara formal kantornya? Entahlah.
Malam ini, Helena, sang Mama menyuruhnya memakai dress yang sudah ia beli. Dan, Helena menyuruh Hermione untuk menghias wajahnya.
“Mau kemana sih emangnya Ma?”
“Ada. Pokoknya, Mama yakin kamu bakalan seneng banget!”
Hermione jadi sangat penasaran, apa yang akan membuatnya sangat senang? Ia sendiri tidak tau jawabannya apa, kecuali—
“Mau ketemu siapa emangnya?” Tanya Hermione.
“Ada deh.” Helena berkata sembari pergi meninggalkan Hermione dengan pikirannya yang kemana-mana.
Akhirnya, Hermione, Helena dan Richard pun sampai di restoran yang sangat mewah ini. Restoran mahal pasti, dan seperti ini adalah acara resmi dan formal. Tapi, acara apa?
Hermione hanya mengikuti saja hingga akhirnya—
“Hai, Helena, Richard.”
“Tante Cissy? Tante ngapain disin— loh, om Lucius?” Hermione membuka kan matanya lebar-lebar ketika melihat dua orang yang sangat ia kenal ini berdiri di hadapannya, dengan baju yang formal juga.
Ada apa ini?
“Jangan kaget, Hermione. Kita udah janjian kok. Ayok duduk. Gimana perjalanan? Macet gak?”
Hermione duduk, dan tidak fokus mendengarkan obrolan antara Helena dan Narcissa. Semua obrolan itu hanya sebatas bayang-bayang yang ia tidak dengarkan dengan serius karena ia mencari seseorang.
Maksudnya, mereka tidak mungkin datang hanya berdua kan? Mereka pasti akan datang bersama—
“Draco bentar lagi sampai. Anak itu harus ke kantor soalnya ada meeting ngedadak katanya. Maaf ya nunggu sebentar.”
Draco. Draco Malfoy. Lelaki tampan, kaya raya, jangkung dan berkarisma. Ya, Hermione mencari dia.
Tak lama, Draco pun datang. Bahkan dari jauh pun, Hermione masih sangat mengenal wanginya.
“Selamat malam Om, Tante—” Draco menyapa dengan ramah, lalu merubah ekspresi nya saat ia menatap Hermione, “Hermione.”
Hermione tersenyum, namun dengan tatapan bingung. “Hai Drake, sibuk banget ya?”
Draco hanya mengangguk singkat, tanpa senyuman, dan duduk di bangku yang sudah disediakan di sana.
Acara pun dimulai. Mereka memulai acara malam ini dengan makan makanan yang sudah dihidangkan, bersama obrolan santai yang diciptakan oleh Narcissa dan Helena.
Lucius dan Richard, sang bapak-bapak hanya mendengar saja. Sama sepeti Hermione dan Draco, yang hanya tersenyum senyum saja.
Setelah selesai makan, akhirnya waktu yang dinanti pun tiba.
Yaitu, mereka akan mengetahui mengapa kedua keluarga ini bertemu di malam hari yang cerah ini.
“Jadi begini, seperti yang kita tau Draco, kalau keluarga Malfoy itu sudah harus menikah. Nenek kamu, sudah meminta kita untuk kamu menikah. Kamu itu sudah 26 tahun Drake, sudah usianya—”
“Baru 26 tahun, Ma.” Draco menyelak.
“Tapi menurut Nenek kamu, itu sudah 26 tahun. Sudah umurnya, sudah usianya, sudah waktunya kamu membangun rumah tangga.”
“Ma, Draco pikir obrolan ini bisa kita bicarain dirumah, private?” Bisik Draco tidak enak kepada keluarga Granger.
Narcissa tersenyum. “Justru karena itu, kita disini mempertemukan kalian berdua ada tujuannya.”
“Apa itu?” Tanya Draco.
“Jadi, karena ada tuntutan yang mengharuskan kamu segera menikah, Mama mau menjodohkan kamu dengan Hermione.”
“HAH??!”
“What?! Ma?!”
Hermione menutup mulutnya, dan menoleh kepada Draco dengan gerakan cepat. “Jodoh gak ada yang tau, Drake.”
Sementara Draco, menggelengkan kepalanya dengn cepat. “Ma, Draco belum mau menikah. Draco mau fokus—”
“Kamu sudah S2. Kamu sudah memegang perusahaan milik Papa. Apa yang kurang? Apa yang belum? Mau S3? Kamu bisa mengambil S3 sambil menikah. Lagipula, kamu dan Hermione sudah mengenal sangat baik kan? Jadi, apa salahnya kamu menikah dengan Hermione? Ya kan Helena, Richard?”
Helena dan Richard mengangguk dengan senyuman manis milik mereka.
“Eh ini serius tante?” Tanya Hermione masih tidak percaya.
Narcissa menggenggam tangan Hermione. “Tante percaya sama kamu, Hermione.”
“Ma, tapi—”
“Udah terima aja. Lagipula kan, kita udah saling kenal. Iya kan?”
Draco memutarkan kedua bola matanya malas. “Lo gila ya? Ini nikah, bukan pacaran.”
“Ya kemarin pacaran lo mutusin gue tanpa sebab. Siapa tau kalau nikah mah enggak. Ya kan?”
“Her—” Draco menghela napasnya kasar tak sanggup melanjutkan kalimatnya, ketika melihat wajah Hermione dengan senyumnya.
Ya, Draco dan Hermione pernah berpacaran. 6 tahun dari SMA hingga kuliah. Namun, mereka putus karena Draco yang mengakhiri hubungan dan hingga sekarang, Hermione tidak tau mengapa.
Selama 3 tahun Hermione putus dengan Draco, dia belum bisa move on sama sekali. Jadi dia sangat senang akan adanya perjodohan ini.
Sementara Draco? Entahlah.
Hermione sudah sangat mengenal baik keluarga Malfoy, dan Draco pun sama, dia sudah mengenal baik keluarga Granger. Hubungan 6 tahun itu bukan hubungan yang sebentar. Bahkan banyak sekali yang mengira bahwa hubungan mereka akan berakhir di pelaminan.
Namun, Draco yang secara mendadak mengakhiri semuanya, membuat Hermione sangat patah hati, dan mencari jawabannya hingga sekarang.
Dan, ini lah jalan mereka. Hermione menamai semua ini dengan yang namanya Takdir yang sangat indah. Hermione memang ditakdirkan untuk Draco, dan lelaki itu ditakdirkan untuk Hermione.
Mereka akan mengakhiri hubungan melalui pelaminan, akhirnya. Walaupun dengan perjodohan.
© urhufflegurl_