longlivecsy

if i tell you if i tell you now will you keep on will you keep on loving me? if i tell you if i tell you how I feel will you keep bringing out the best in me?

———

Seungwoo memulas pipinya dengan blush-on berwarna merah merona, membuat rona yang senada dengan bibirnya yang telah ia pakaikan lipstik marun yang menggoda. Ia mengerucutkan bibirnya, membuat suara kecupan yang manis.

Cantik, pikirnya.

Setelah bagian pipi dan bibirnya selesai, Seungwoo pun melanjutkan proses make up nya dengan memakai maskara, ponselnya berdering memperlihatkan nama pendek yang terpampang jelas di layar. Cho. hanya itu nama sang penelepon.

Meletakkan maskaranya, Seungwoo mengambil ponsel itu dan menekan layar untuk mengangkat panggilan tersebut.

“Halo?”

Halo juga, sayang.” suara di seberang menyapa lembut.

Seungwoo kembali tersenyum. “Ada apa, kok telepon?”

Ah, nothing big. Just wanna remind you that I’m picking you up in a bit.

Of course, Seungyoun-ssi,” balas Seungwoo, “Aku hampir selesai siap-siap. Nanti tunggu aja di depan mansion, ya?”

Hey. I told you to just call me Seungyoun. Drop the formalities, will you, baby? See you soon.” orang yang bernama Seungyoun itu merendahkan suaranya.

Seungwoo tertawa kecil. “Okay, Seungyoun. Can’t wait. See you.” dengan itu, ia menutup teleponnya dan bergegas menyelesaikan riasan matanya, menyemprotkan setting spray dan mematut-matut dirinya di cermin.

Setelah itu, Seungwoo membuka lemarinya dan memilih turtleneck short dress berwarna putih dan boots hitam yang mencapai lututnya. Lalu ia mengambil wig berwarna hitam yang jatuh sampai ke punggungnya dan memasangnya dengan rapi.

Okay, all set. batin Seungwoo. Tak lama kemudian, mobil Aston Martin Rapide berwarna hitam legam berhenti di luar mansion-nya. Ia pun keluar, mengunci pintunya dan berjalan ke arah mobil itu, lalu masuk ke kursi penumpang.

“Hai,” sapa Seungwoo, tersenyum pada seorang pria yang duduk di kursi pengemudi.

“Halo, cantik.” pria itu—Seungyoun—tersenyum lebar, matanya membentuk eye-smile yang menggemaskan. Ia melihat penampilan Seungwoo dari atas ke bawah, lalu kembali menatap mata lawan bicaranya itu sambil mengelus pahanya. “Cantiknya aku.”

“Apa sih,” Seungwoo tersipu. Tangannya ia letakkan di atas tangan Seungyoun. “Udah, ayo jalan,” titahnya.

“Siap, cantik,” Seungyoun nyengir, sambil melepas rem tangannya dan memasukkan gigi. Mereka pun en route ke tujuan.

———

you give me, you give me the sweetest taboo you give me, you're giving me the sweetest taboo too good for me

———

Mereka sampai di restoran mewah di pusat kota, lengkap dengan musik lembut dan lilin romantis yang menyala. Kedua insan itu memesan makanan, tak lupa dengan vintage wine terbaik.

Simple make-up kali ini? Kamu nggak ada show?” tanya Seungyoun sambil memotong steak-nya.

“Nggak,” ujar Seungwoo, “Aku free hari ini. Today is reserved just for you.

Oh iya, Seungwoo belum kasih tahu, ya? Pekerjaannya beberapa tahun belakangan ini adalah menjadi seorang drag queen dengan nama Han. Ia sangat populer di seluruh kota, dan orang-orang sangat menikmati penampilannya. Ia juga senang bereksperimen dengan pakaian, mengenakan stiletto, tennis skirt, long coats, you name it. Untuk hari-hari spesial seperti hari ini, ia suka mengenakan baju feminin yang manis.

Seungwoo adalah seorang drag queen. Namun, tak cuma itu.

Ia adalah seorang PSK, jauh sebelum ia menjadi drag queen. Namun ia bukan sembarang escort, melainkan seorang courtesan. Harganya mahal, standarnya harus sesuai keinginan Seungwoo sendiri, dan banyak syarat dalam kontrak tertulis yang harus dipenuhi. Banyak orang yang rela merogoh kocek untuk menghabiskan malam dengannya—baik itu bapak-bapak berumur menjelang kepala 4 yang masih berperawakan gagah dengan stamina yang melebihi Seungwoo sendiri (Lee Dongwook, seorang CEO perusahaan yang masyhur), lelaki seumurannya yang sangat beringas di ranjang (rapper terkenal, Kim Namjoon), hingga wanita anggun yang bergelimang harta (Lee Chaerin, seorang model).

Tentunya, kehidupannya tidak mudah sebelum era suksesnya ini. Ia melalui banyak rintangan dalam menjalankan pekerjaannya. Perlakuan yang tak pantas, pelanggan yang tidak tahu diri, kekerasan seksual, semuanya ia pernah alami. Namun ia bangkit, meniti kembali dari awal, dan mendapat beberapa pelanggan setia.

Salah satu pelanggan setianya, ya, Seungyoun ini. Mereka sudah menjalin kontrak selama kurang lebih dua tahun. Seungyoun adalah seorang businessman yang mahir dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan merupakan praktisi hukum terkemuka yang menjadi pendiri Cho Seungyoun and Partners, sebuah law firm terkenal. Tak hanya itu, ia adalah philantropist yang dicintai warga, dan menjadi role model orang-orang yang ingin sukses dalam meniti karir. Ia jugalah yang membantu Seungwoo untuk memulai karir sebagai model dan drag queen.

Namun di belakang semua itu, ia merupakan bos dari sindikat di pasar gelap yang berbisnis dengan berbagai mob boss lainnya, melingkupi penjualan senjata dan kartel narkoba.

Seungwoo tahu, ia bermain dengan api. Semua tentang dirinya—laki-laki yang tidak malu untuk menunjukkan sisi feminin, dirinya yang seorang homoseksual, terlebih seorang PSK—adalah hal yang masih dianggap tabu. Tetapi Seungyoun adalah satu-satunya klien yang berbeda—walaupun jati dirinya sebagai orang yang jahat dan bisnisnya adalah tabu pula—ada sesuatu yang membuatnya merasa spesial oleh perlakuan yang ia terima. Seungyoun sangat lembut, pengertian dan sering memanjakannya di luar penjanjian kontrak atau waktu date mereka. Selain itu, Seungyoun juga sangat perhatian dalam berhubungan dengannya, selalu menanyakan consent-nya, dan tentu diikuti after care yang membuai Seungwoo.

Seungyoun juga sangat tampan—mukanya tegas dengan hidung lucu yang bulat, matanya indah seakan ada semesta di dalamnya, dan bibir ranumnya acapkali menyunggingkan senyum yang membuat Seungwoo terpana.

Intinya, ia sangat menyukai Seungyoun.

Namun ia tahu, semua ini sangat beresiko. Ia tahu banyak yang mengincar Seungyoun, dan akan semakin berbahaya apabila mereka mempunyai hubungan khusus.

Maka Seungwoo tahan keinginan hatinya tersebut.

Paling tidak, ia bisa sering bertemu Seungyoun, walaupun hanya sebagai seorang courtesan.

“Habis ini kita langsung ke airport, ya. I have a gala, and I want to take you with me.” kata Seungyoun.

Seungwoo menelan wine-nya, alisnya terangkat penuh tanya. “Ke mana?”

“Italia. Tapi habis itu kita bisa ke Greece, have a night or two in Mykonos. Sounds good?

“Hah?” Seungwoo mengernyit, “Tiba-tiba banget?”

Seungyoun tersenyum tipis, jarinya menyeka bibir Seungwoo yang sekarang semakin merah karena wine yang diminumnya. “Kenapa nggak? Aku cuma pengen sama kamu.”

Seungwoo terdiam, berpikir sejenak. Ingat, Seungyoun itu berbahaya. Tidak hanya dirinya, tapi lingkungannya—ikut berarti masuk ke kandang singa. Ikut, berarti tak hanya membahayakan dirinya, namun juga Seungyoun sendiri.

Tapi, ia ingin ikut. Ingin kabur dari realita sejenak, dan menghabiskan waktu bersama Seungyoun layaknya dunia hanya milik berdua.

“Kamu terlalu baik ke aku,” Seungwoo menghela napas, lalu tersenyum tipis, “Tapi oke, aku ikut.”

Alright.” jawab Seungyoun, “Abisin makanan kamu. I’ll let you drive the Aston Martin to the airport.

———

there’s a quiet storm and it never felt like this before there’s a quiet storm, that is you there’s a quiet storm and it never felt this hot before giving me something that's taboo (sometimes i think you're just too good for me)

———

Singkat waktu, mereka pun sampai di Italia dengan jet pribadi Seungyoun (and of course entered the Mile High Club with numerous steamy sex on air) dan langsung dijemput oleh anak buahnya, yang mengantarkan mereka ke hotel bintang lima.

“Sudah siap, sayang?” Seungyoun memasuki kamar mereka berdua, yang terletak di penthouse di lantai atas hotel. Segera setelah sampai, Seungyoun meminta Seungwoo untuk segera berganti baju menjadi gaun atau tuksedo yang telah berjejer di lemari. Katanya, Seungwoo adalah plus one-nya untuk malam ini.

Seungwoo berjalan menuju pria itu, menggaet lengannya. Ia telah menanggalkan wignya, memilih untuk menata rambutnya dengan gel dan memakai suit berwarna hitam serta mengikatkan scarf di lehernya. Matanya ia hias dengan kohl dan sedikit eyeshadow. Seungyoun sendiri terlihat tampan dengan suit hitam-putih, rambut yang tertata rapi dan sepatu loafers mengkilat.

Fuck,” Seungyoun mengumpat, matanya tak lepas dari figur Seungwoo. “You look so good.

“Mhm?” Seungwoo beralih untuk mendekatkan mereka berdua, lengannya melingkari leher bos sindikat itu. “Want a taste?” dengan itu, ia mendaratkan kecupan lembut di bibir Seungyoun.

Seungyoun menyeringai, “You sure know what I want,

Mereka pun bercumbu, tangan menggerayangi pakaian masing-masing. Seungyoun menarik scarf yang dipakai Seungwoo, membuat lawannya mendengus keras di tengah ciuman mereka saat dada mereka bertemu. Mulut Seungyoun bergerak ke leher Seungwoo, membuat tanda kemerahan yang cukup terlihat di leher putih sang drag queen. Setelah itu, ia kembali menjamah bibir Seungwoo yang sekarang telah merah karena ulahnya.

Beberapa saat setelah itu, Seungyoun melepaskan Seungwoo dari dekapannya, merapikan baju mereka berdua.

“Yuk, turun. Bagian serunya pas di Mykonos aja, ya?” katanya, nyengir. Seungwoo yang masih terengah karena kegiatan mereka beberapa saat lalu hanya manggut-manggut.

Dengan itu, mereka pun menaiki lift menuju salah satu lantai di hotel yang telah direserve untuk event malam ini.

Memasuki venue, terlihat jelas bahwa gala ini bukanlah gala biasa. Penjaga ada di mana-mana dengan senjata lengkap, mereka pun harus melalui serangkaian body check dan pemeriksaan lainnya. Terlihat orang-orang bersetelan rapi dan bergaun indah berlalu lalang, menenteng koper yang entah isinya apa, memainkan gadget, atau berdiskusi dengan orang lainnya. Dari figur dan gerak-gerik mereka sudah jelas bukan orang sembarangan, bahkan Seungwoo bisa mengenali beberapa pejabat dan pebisnis yang pernah dilihatnya.

Seungyoun dan Seungwoo mengambil champagne yang diedarkan, lalu berkeliling venue. Mereka berjalan, mengobrol, lalu mendatangi sekumpulan pria yang sedang mengobrol di pojok ruangan.

“Oi, Seungyoun!” salah satu orang yang ada di situ memanggil sang bos, tangannya membuat gestur mengajak Seungyoun untuk bergabung. Yang dipanggil pun tersenyum dan menghampiri mereka, Seungwoo mengikuti di sampingnya.

“Hoi! Lama nggak ketemu ya, kita?” kata Seungyoun seraya menjabat tangan pria itu dan beberapa orang lain yang berada di sekeliling mereka.

“Lama nggak liat lo, sekarang udah ada gandengan aja.” salah satu dari mereka berceletuk, nyengir sambil menatap Seungwoo yang balas tersenyum malu.

“Ah iya, gue lupa,” Seungyoun mendaratkan tangannya di pinggang Seungwoo, merengkuhnya dengan cukup erat. “Seungwoo, these are my colleagues. Yang tadi nyapa aku—“ Seungyoun menunjuk orang yang tadi menyapanya—“Dia kepala polisi di daerah X, Minsik. Sebelahnya ada jaksa, Kiseok, terus yang bilang kamu gandengan aku itu produser musik, Christian. Boys, meet my date, Seungwoo.”

Mereka pun menyapa satu sama lain, dan masing-masing mengambil giliran untuk bertanya pada Seungwoo.

What do you do for a living, Seungwoo?” tanya Minsik, diikuti tatapan penasaran dari yang lain.

I am a model, and a drag queen at night,” jawabnya. Dan seorang courtesan, tapi, yah, TMI.

“Oh wow! Siapa nama panggungmu? Aku kenal dengan beberapa drag queen.” Christian menyahut.

“Han,” sambar Seungyoun, “His drag name is Han.”

Oh, that’s a very pretty name.” Christian tersenyum sambil mengangkat alisnya dengan sugestif, yang disambut tatapan tajam Seungyoun.

Careful, Ian. Someone’s watching you like a hawk.” Kiseok tertawa melihat Seungyoun yang matanya berkilat seakan ingin memakan seseorang.

“Haha, bercanda kok. I have my own waiting at home.” sahut Christian santai. “Oh iya, Seungwoo, kamu disini berarti kamu tahu kan kita nggak cuma... polisi, jaksa dan produser, hm?”

Seungwoo mengangguk. “Tahu, kok.”

Alright, then we can go on.

“Nah, ngomong-ngomong soal itu,” Kiseok maju dan membuka file di ponselnya, “Ada klien dari US yang nawarin bisnis. They got drugs, human organs, and alcohol. Yang dia mau adalah kita jadi perantara buat distribusi barang-barang dia ke customersnya di Asia. Sounds good?”

Seungyoun mengangguk. “Bisa, asal transportnya dia juga yang urus. Nanti gue sama lo bisa urus alurnya ke sini, terus Minsik sama Ian bisa handle bagian ke pelanggannya.”

Semuanya mengangguk.

Okay, all set. Nanti gue infoin lagi ya. That’s it, boys. Now enjoy the party, and be safe.” dengan itu, mereka berpisah dari satu sama lain.

Seungyoun menuntun Seungwoo ke meja bar yang berada di pinggir ruangan, duduk dan memesan minuman mereka masing-masing.

“Kenapa, sayang? Kok diem aja daritadi, hm?” tanya Seungyoun, alisnya berkerut tanda khawatir. Seungwoo menyesap minumannya, menghela napas panjang.

“Nggak apa-apa kok. Cuma ya... selama ini aku kerja di dunia malam, kirain udah lihat sebagian besar, lah. Tapi ternyata dunia kamu lebih luas lagi.” jawabnya.

Seungyoun mengangguk. “Iya, aku aja kadang masih takjub kok, ngeliat seberapa banyak yang ternyata selama ini aku nggak tau. Tapi serunya disitu juga.”

“Bener sih. Kayak... aku ngeliat hal-hal yang kalian jadikan profit, dan aku tahu secara akal sehat pasti itu salah. Tapi di saat yang bersamaan, aku ngerti dan terima, walaupun terlarang. Then again, aku juga udah berkecimpung lama di ranah ini, and everyone needs money.” Seungwoo tersenyum miris.

“Iya, kan? Aku juga dulu kaget, tapi mau gimana lagi. That’s how the world works. Udah, yuk nikmatin aja partynya. Let’s dance after this, shall we?”

Sure!

———

i’d do anything for you, i’d stand out in the rain anything you want me to do, don't let it slip away

———

Setelah menginap satu malam di Italia, kedua insan itu pun langsung melanjutkan perjalanan ke Mykonos, Yunani. Di sana mereka menghuni sebuah penginapan kecil berupa rumah dengan pemandangan laut tengah yang indah.

Mereka berdua berjalan menyusuri pantai, sarapan di restoran setempat, dan mengunjungi berbagai tempat menarik.

Dan tak lupa serangkaian kegiatan panas yang sekarang sedang berlangsung untuk kesekian kalinya di kasur.... yang berada di atas kolam renang resort pribadi mereka.

Seungyoun menghujam anal Seungwoo tanpa ampun, mengenai prostat sang drag queen setiap kali pinggangnya bergerak maju. Seungwoo sendiri terkulai di bawah Seungyoun, rambut hitamnya mekar bagai surai yang kontras dengan kasur putih. Kakinya terbuka lebar, mulutnya tak henti mengeluarkan desahan erotis yang membuat Seungyoun semakin sulit menahan ritmenya tetap stabil.

Feels good, baby, hm? You like being pounded like this?” Seungyoun terengah, menyeringai saat Seungwoo membuka matanya dengan susah payah, mulutnya membuka dan menutup namun tidak ada kata-kata koheren yang keluar, hanya gumaman yang bercampur desah.

Seungyoun meletakkan tangannya di leher jenjang Seungwoo, menekan di sekitar area jugular pria itu. Mata Seungwoo menutup sedikit, menyisakan bagian putihnya dan desahannya berhenti, berganti dengan napas yang lebih dalam dari biasanya karena ia berusaha menarik udara lebih keras dari biasanya. Penis Seungwoo mengeluarkan lebih banyak precum, membasahi perutnya. Tangannya menggenggam erat lengan Seungyoun yang masih mencekiknya.

Setelah dua detik, Seungyoun melepas tekanannya, membuat Seungwoo tersentak dan menarik napas panjang karena pernapasannya kembali bebas. Seungyoun mengulang tekanannya selama beberapa kali, membuat Seungwoo semakin tenggelam dalam ekstasi. Ia mengeluarkan desah pelan, saliva mengaliri mulutnya yang daritadi masih terbuka menuju dagu dan lehernya.

“Warna kamu, sayang?”

“H-hij—hijau.”

“Yakin?”

“I-iya—ah—ah!” Seungwoo kembali melolong saat Seungyoun mempercepat gerakannya, mengangkat kaki Seungwoo sampai lututnya menyentuh dada sehingga badannya bagaikan terlipat dua.

Seungyoun mendekatkan bibirnya pada Seungwoo, menyentuhkannya pada bibir lawannya. Merasakan napas mereka beradu satu sama lain, memburu klimaks yang sebentar lagi mereka capai.

“Youn, a-aku gakuat, please, ga—ga tahan-“ Seungwoo meronta, pinggulnya bergerak menemui tusukan Seungyoun.

“Iya, sayang. Come on, baby, you did good. Come now. Come for me.” Seungyoun berkata lembut di hadapan Seungwoo, menatap lekat-lekat saat pria itu akhirnya orgasme dan menumpahkan sperma ke torso mereka masing-masing, menyimpannya di memori bagaimana wajah cantik itu merasakan nikmat—mata Seungwoo yang terpejam, rambutnya yang acak-acakan dan menempel di dahi karena keringat, bibir merah yang terbuka tanpa ada suara yang keluar, serta rona merah muda yang menghiasi pipi putihnya.

Cantik. Seungwoo terlihat sangat elok, sangat indah di matanya. Dan mengetahui bahwa dirinyalah yang bisa membuat Seungwoo seperti ini—Seungyoun tersenyum bangga.

Ia pun klimaks tak lama kemudian dengan desahnya yang ditelan ciuman dari Seungwoo, mengeluarkan cairannya di kondom yang ia pakai.

Perlahan, ia mengeluarkan penisnya yang diikuti desahan lemah Seungwoo yang kaget karena liangnya sekarang kosong. Seungyoun mengikat kondom tersebut dan melemparnya ke tempat sampah sebelah kasur, lalu membaringkan dirinya di samping Seungwoo yang menyelimuti mereka berdua dengan mantel handuk yang sebetulnya tidak menutupi seluruh tubuh mereka.

Seungwoo mengelus pipi Seungyoun dengan lembut, cahaya matahari senja yang mulai meredup membuat muka Seungyoun terlihat sangat tampan, bagaikan melihat seorang malaikat—yang mana ia tahu, dalamnya tidak menyerupai malaikat sama sekali.

Kecuali untuk dirinya, mungkin?

———

you’ve got the biggest heart sometimes i think you're just too good for me every day is christmas, and every night is new year's eve

———

“Seungwoo,” panggilan Seungyoun membuyarkan pikirannya, tangan pria itu diletakkan di atas tangannya.

“Hm?”

“Kamu seneng nggak, bareng aku?”

Seungwoo tertegun. “Maksudnya?”

“Ya, pergi berdua kayak gini, going to gala together, the sex,” Seungyoun menjawab.

“Oh.... You really need to ask? Of course I really enjoy it. Being with you feels like an adventure full of surprises.

Seungyoun menurunkan tangannya, beringsut dan merengkuh Seungwoo dalam pelukan hangat. Mata mereka menatap satu sama lain, berbicara tanpa kata-kata.

“Kamu mau nggak ikut sama aku?” tanya Seungyoun pelan.

“Hah?” Seungwoo balik bertanya, bingung.

“Maksudnya,” Seungyoun menelan ludah, “Kamu pergi sama aku gini. Tinggal sama aku juga. You can still do drag shows, but you don’t need to be a courtesan anymore. I’m sure you’ll find more gigs, your modeling career is going well too.”

Seungwoo mengerjap. Ingat, putuskan dengan cermat, batinnya berkata. Kamu bermain dengan api, Han Seungwoo.

I know I’m obviously not the nicest person around,” Seungyoun nyengir, “Tapi aku bakal jagain kamu. Nggak akan mengekang kamu, selama kamu selamat. Dan aku tahu kita pasti nggak akan dapat hidup yang benar-benar tenang, tapi kalau bareng sama kamu, I can go through it. I’ve never felt like this—I have fallen in love with you, Han Seungwoo, and I don’t think it’s gonna change at all.

“Oh, Youn,” Seungwoo menghela napas. Ia telah memikirkan ini selama beberapa saat—melepaskan dirinya dari kehidupan pekerja seks, meniti karirnya dengan tekun, dan menjelajahi dunia.

Dengan Seungyoun.

Walaupun apa yang ia lakukan adalah tabu. Walaupun Seungwoo dan Seungyoun sendiri adalah kumpulan dari hal yang tabu pula. Iya, tabu. Tapi manis, dan nikmat, dan rasanya sepadan. Ia pun telah jatuh cinta, dan mungkin—mungkin selama ini jiwanya telah siap mengikuti Seungyoun ke seluruh penjuru dunia.

“Iya,” Seungwoo berkata jelas. “I want to be with you, Cho Seungyoun. I will be by your side, until the universe doesn’t want me to. Even though I’ll fight it anyways.

Seungyoun membelalak, mata gelapnya tajam mencari kesungguhan dalam netra Seungwoo.

“Serius?” Seungwoo mengangguk.

Seungyoun tersenyum lebar, mendaratkan kecupan manis di bibir Seungwoo. Matanya menyipit membentuk bulan sabit, seperti bulan asli yang muncul seiring lenyapnya senja di sekitar mereka.

You brought out the best in me, Seungwoo. It’s now you and me. It’s us.

Yes,” bisik Seungwoo, senyum terpatri di wajahnya. “It’s us.

Mereka pun masuk ke dalam, bebersih diri lalu berbaring di kasur dalam ruangan yang diselimuti gelapnya malam. Bercumbu mesra sebelum fajar menyapa, kemudian tidur dalam pelukan masing-masing, mengarungi dunia mimpi—sebelum melewati dunia nyata penuh misteri yang menunggu mereka.

Segala tentang Seungwoo dan Seungyoun adalah tabu. Tabu yang manis dan indah. Namun paling tidak, mereka bersama, dan tak ada yang lebih penting daripada fakta bahwa mereka saling mencinta.

—fin.

“Seungwoo- ah! harder!

Gema desahan dan suara kulit bertemu kulit memenuhi ruangan, seraya dua insan yang berada di tempat itu bergerak untuk memuaskan nafsu mereka.

Seungyoun bergerak naik turun di pangkuan Seungwoo, analnya terisi penuh oleh penis kekasihnya. Sheer nightgown berwarna merah yang digunakannya melekat di badannya karena keringat yang mulai muncul karena gerakan yang ia lakukan sedari tadi. Dada mereka hampir bersentuhan, hickeys bertebaran di tubuh satu sama lain.

“Youn, ah, you feel so good,” Seungwoo menyahut, tangannya menahan pinggang Seungyoun di tempat lalu mulai menggerakkan pinggangnya ke atas, menusuk Seungyoun tanpa ampun.

Bola mata Seungyoun berbalik ke atas, seiring prostatnya dihujam oleh Seungwoo. Badannya membusur ke arah kekasihnya, yang disambut Seungwoo dengan mulutnya yang sekarang sibuk menandai lehernya.

“Hyung, hyung—there! right there! ah—” Seungyoun mulai bergerak lagi, bertemu di tengah dengan gerakan Seungwoo. Tak lama kemudian ritme mereka jadi berantakan, suara desahan Seungyoun dan Seungwoo saling beradu.

“Hyung—Seungwoo hyung, I’m gonna—I’m—” Seungyoun bahkan tidak dapat menyelesaikan kalimatnya, badannya terus bergerak bersamaan dengan Seungwoo. Pandangannya tak fokus, rambutnya menempel ke wajah karena keringat, dan lidahnya menjulur keluar seraya desahan keluar dari mulutnya.

“Bareng, sayang. Ayo,” Seungwoo membalas singkat, mengecup bibir Seungyoun dan mempercepat ritmenya.

“Seungwoo hy—ah!” suara Seungyoun yang melengking dan pecah di akhir bersamaan dengan Seungwoo yang mendesah rendah kembali mengisi ruangan tersebut. Seungwoo mendorong penisnya jauh ke dalam liang Seungyoun; mengisi kekasihnya tersebut dengan spermanya. Sedangkan Seungyoun sendiri klimaks dan cairan putih miliknya mengenai nightgown-nya dan kemeja Seungwoo.

Selama beberapa detik mereka terdiam dan terengah, menenggelamkan diri dalam sensasi pasca klimaks mereka.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan salah satu tangan kanan Seungwoo, Hangyul, memasuki ruangan.

“Han, ada mobil aneh diluar– WOY!”

Hangyul terbelalak, sontak menutup matanya melihat Seungwoo yang sedang memangku Seungyoun dengan penis yang masih berada di dalam lubang kekasihnya.

Seungwoo hanya melotot sedikit, sedangkan Seungyoun bahkan tidak bereaksi. Ia malah memanggil Hangyul dan menunjuk kamera polaroid yang berada di meja.

“Gyul,” katanya dengan suara serak, “fotoin dong,”

“Hah?!” Hangyul membalas, matanya menyipit karena berusaha untuk menghindari pemandangan di depannya. “Beres-beres dulu lah Cho, tolong,”

“Udah turutin aja,” sahut Seungwoo sambil menyalakan rokok yang entah sejak kapan ia ambil.

Seungyoun tersenyum manis, matanya menatap Hangyul memelas. “Ayo dong, ya?”

Fine! Buruan pose,” Hangyul menghela napas dan mengambil polaroid di depannya. Seungwoo merapikan nightgown Seungyoun sehingga menutupi badan mereka yang masih terhubung, lalu tersenyum sambil memegang rokok di depan mulutnya. Seungyoun sendiri menyandarkan kepalanya di kepala Seungwoo, bibirnya menyunggingkan senyum lembut.

“Oke, 1, 2, 3, udah ya,” tanpa basa-basi, Hangyul langsung memotret mereka dan mengeluarkan foto polaroidnya, meletakkannya di meja, lalu bergegas ke luar ruangan. “Sletingin celana lo, Han! Gue mau lo liat mobil aneh di luar.” Katanya sambil lalu.

Seungwoo menggelengkan kepala. “Manggilnya sih sopan, pake marga. Tapi sisanya gaada malunya sama sekali,” ia mengisap rokoknya.

“Yah, namanya juga temenan dari kecil,” ujar Seungyoun, namun sebelum Seungwoo sempat membalasnya, suara tembakan bertubi-tubi terdengar dari luar.

“Han!” suara Hangyul terdengar dari handy talkie yang ada di meja, suara baku tembak di sekelilingnya. “Ada serangan! Gue sama anak-anak ngurusin yang diluar dulu, tapi tadi ada segerombolan yang masuk!” dengan itu, suaranya hilang.

Seketika itu juga, pintu menjeblak terbuka dan beberapa orang berpakaian hitam dengan pistol memasuki ruangan. Seseorang dengan jas dan sepatu pantofel berjalan maju, tersenyum meremehkan.

“Pantas aja mudah banget dijebol, daritadi sama selirnya ternyata,” orang itu tertawa.

Seungwoo hanya memutar bola matanya sambil mengisap rokok. “Yury,” mulainya, “Ruangan ini emang nggak pernah dikunci. Selain karena saya percaya saya nggak perlu dijaga, dia-“ ia melirik Seungyoun yang sekarang melihat Yury dengan tatapan merendahkan, “-yah, agak suka pamer, lah.”

“Apaan sih, eh, tapi bener sih,” Seungyoun membalas, mengerucutkan bibirnya.

“Gue gak peduli! Sekarang gue dapat kesempatan untuk bunuh lo, dan gak akan gue sia-siakan.” dengan kata-kata dari Yury itu, anak buahnya mengarahkan pistol ke arah Seungwoo.

Any last words, Han Seungwoo? Maybe a goodbye message to your slut?” Yury berujar.

Seungwoo mengangkat alisnya. “Nope.”

“Oke, tem-“

“Halah, berisik,”

DOR!

DOR!

DOR!

Secepat kilat, Seungyoun mengambil pistol di yang berada di holster di pahanya, berbalik dan menembak anak buah Yury satu persatu dengan akurat di kepala mereka masing-masing.

Yury terbelalak, mulutnya terbuka tanpa mengeluarkan suara. Kakinya perlahan bergerak mundur seiring ia melihat anak buahnya yang tergeletak tak bernyawa di lantai karena ulah Seungyoun. Saat itu juga, Hangyul mengabari di handy talkie kalau ancaman di luar sudah selesai ditangani.

Seungyoun lalu berdiri—mengeluarkan penis Seungwoo dari liangnya, disambut dengan erangan Seungwoo yang terkejut karena hilangnya rasa hangat yang sedari tadi menyelimuti kejantanannya itu—mengambil rokok dari tangan Seungwoo—yang juga disambut dengan seruan “Hoi! Rokok aku!” dari Seungwoo—lalu berjalan ke arah Yury. Nightgown berenda merahnya jatuh menutupi bagian bawahnya, namun sperma Seungwoo yang sejak tadi tertahan mulai mengaliri paha putihnya.

Stiletto berwarna hitam yang Seungyoun pakai berketok-ketok di lantai kayu seraya ia menghampiri pria yang sekarang gemetaran di tempat, rencananya hancur lebur.

Tanpa ba-bi-bu, Seungyoun menembak kedua pergelangan kaki Yury, membuat sang empunya mengerang dan jatuh terduduk di atas lantai. Ia mengisap rokoknya, mendekatkan wajahnya ke wajah Yury dan menghembuskan asap dari mulutnya tepat ke muka pria itu.

“Kamu nonton aja, ya,” katanya sambil tersenyum manis, menatap Yury yang berusaha kabur sambil menyeret kakinya, lalu berjalan ke pintu dan menguncinya.

“Biasanya nggak dikunci sih, tapi kali ini khusus,” Seungyoun tertawa kecil, lalu melangkahkan kakinya ke arah Seungwoo dan mendudukkan dirinya kembali di pangkuan kekasihnya yang langsung melingkarkan lengan di sekeliling pinggang Seungyoun. Namun berbeda dengan posisi sebelumnya, sekarang Seungyoun menghadap depan sehingga punggungnya bertemu dengan dada bidang Seungwoo.

Seungwoo yang dari tadi duduk hanya tersenyum melihat tingkah kekasih gilanya itu. Iya, gila. Tapi Seungwoo cinta segalanya tentang Seungyoun, dan ia paling senang melihat kekasihnya menunjukkan ke orang lain bahwa ia tidak dalam league yang sama dengan mereka.

Seungyoun mengedipkan satu matanya ke arah Yury yang terduduk di lantai dengan genangan darah di sekitar kakinya, lalu menyibakkan nightgown-nya, memperlihatkan penisnya yang sudah kembali berdiri dengan semburat pink di ujungnya. Ia menengok, ganti menatap Seungwoo yang membalas tatapannya dengan intens.

Round two, ya?” ujarnya manis.

—fin.

you think i’d leave your side, baby? you know me better than that you think i’d leave you down when you’re down on your knees? i wouldn’t do that

Seungwoo melangkahkan kakinya cepat setelah keluar dari bus, mengekori adik-adiknya yang sudah berada di depan. Ia pun menyusul masuk ke hotel tempat mereka bermalam di Thailand sebelum acara KCON esok hari.

Sorot mata yang lelah dan badan yang letih menghiasi figur adik-adiknya. Hal itu jelas terlihat dari mata Seungwoo, dan ia pun yakin dirinya tak terlihat jauh berbeda.

Apalagi dengan kejadian yang belakangan ini menimpa mereka.

Setelah kamar dibagikan, Seungwoo pun melangkah menuju kamarnya yang dibagi dengan Seungyoun, request pribadi dari kekasihnya yang lebih muda dua tahun itu. Ia pun membuka kunci kamar dan masuk, menaruh kopernya di tepi ruangan dan duduk di kasur, menundukkan kepalanya.

Rasanya ia ingin menghilang saja.

Seungwoo menangkupkan tangannya di pangkuan dan merelakan beberapa tetes air mata untuk jatuh seiring dengan isak tertahan yang keluar dari tenggorokannya.

Kenapa? Yang ia inginkan hanyalah kesempatan kedua dan awal yang baik, membimbing adik-adiknya dan melewati kurang lebih lima tahun bersama dengan lancar sambil mengembangkan dirinya.

Yang dia dapat? Tuduhan, perundungan, dan kata-kata tanpa belas kasihan.

Tolong, ia hanya ingin melindungi adik-adiknya. Mereka tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini.

Namun ia adalah leader—dan karena tugasnya secara tidak tertulis adalah untuk melindungi, untuk menjadi tameng, ia harus kuat.

Seungwoo harus kuat.

Tetapi, jadi kuat itu melelahkan.

Hanya pada saat-saat seperti inilah akhirnya Seungwoo dapat melepaskan sejenak peran tameng-nya, dan menangis walaupun tertahan.

Kamu leader, suara kecil di hatinya berkata. Kamu harus kuat.

Apa itu kuat?

Suara itu membalas lagi, artinya kamu tidak boleh sendu lama-lama. Nangis itu lemah.

Tenggelam dalam sendunya, Seungwoo tidak sadar pintu kamar menceklak terbuka dan seseorang duduk di sebelahnya. Seseorang itu rupanya Seungyoun yang baru masuk, dan sekarang menatap dirinya dengan sorot mata yang khawatir. Ia sampai tidak mendengar anak itu menggeret kopernya ke tepi ruangan, sebelah koper miliknya.

Seungwoo termenung, berusaha menghilangkan isakannya.

when you're on the outside baby and you can't get in i will show you, you're so much better than you know when you're lost and you're alone and you cant get back again i will find you darling and I will bring you home

and if you want to cry i am here to dry your eyes and in no time, you'll be fine

“Hyung,” kekasihnya itu memulai.

“Apa?” Seungwoo menjawab lemah, wajahnya merunduk sayu ke bawah sambil memainkan tangannya.

Seungyoun meletakkan tangannya di atas tangan Seungwoo, membuat yang lebih tua menghentikan gerakannya. Seungyoun kemudian menundukkan kepalanya dan menatap mata Seungwoo yang sendu dari balik poninya. Ia mengelus tangan leadernya lembut.

“Kamu tau kan kamu bisa cerita ke aku?” tanya Seungyoun, hampir berbisik.

Seungwoo terdiam beberapa saat, kemudian menghela napas panjang. Ia mengernyitkan mukanya saat dirasa air matanya mulai menggenang lagi.

“Iya,” jawabnya pelan, bibirnya menyunggingkan senyum pilu, “Aku nggak tau lagi, Youn-ah. Aku capek. We don’t deserve this. You don’t deserve this. Dan aku? Aku gagal. Aku nggak bisa lindungin kalian dari—“ ia menelan ludah, menahan isakan yang lagi-lagi ingin keluar, “—dari orang-orang itu. Leader- leader macam apa aku?”

Seketika Seungyoun merengut, alisnya menukik ke atas, tanda marah. “Oh, gitu?” sahutnya.

Seungwoo terdiam.

“Aku-“ Seungyoun menghela napas, menenangkan diri. Suaranya mulai bergetar, menggantikan amarahnya, “Kalau begitu, aku juga gagal, hyung. Kita bertiga, sama Wooseok-ie, udah janjian, kan? Bakal jadi pilar buat semuanya? Dan aku bakal jadi pilar kamu, juga sebaliknya?” Lawan bicaranya mengangguk, menoleh ke arahnya dengan mata sembab.

“Aku juga gagal, kalau kamu bilang begitu. Aku gagal jadi pilar, jadi support system, jadi tameng yang kuat buat semuanya,” lanjut Seungyoun, air mata ikut meleleh di pipi putihnya. Ia meremas tangan Seungwoo, mendekatkan mukanya ke leadernya itu dan mendaratkan kecupan lembut di bibir yang lebih tua.

Seungyoun tersenyum, seiring kedua tangan mereka yang menggenggam erat satu sama lain, keduanya terisak bersama.

“Tapi kita nggak gagal, hyung. Kita nggak gagal. Kita masih pilar buat mereka, dan kita masih jadi pilar satu sama lain. Nggak selamanya kita harus kuat, kok. Hari ini mungkin akhirnya jiwa kamu bilang, oke, cukup, kamu harus istirahat. Kamu harus bebasin diri dari apa yang membelenggu kamu. Nggak apa-apa, hyung, sekarang nangis dulu, jangan biarin ego kamu mengalahkan jiwa kamu itu. I can do the strong part huge enough to cover your part. Take your time, and I’ll be here when you get back. I’ll always be here to walk, run and crawl with you. Please know that. It’s not your fault at all, hyung. Kita bangkit sama-sama, ya?”

Seungwoo mengangguk, bendungan air matanya meleleh dan mulai mengaliri pipinya yang telah ditandai streak dari tangisan sebelumnya. “Iya,” ia berbisik, sesenggukan, “Iya, sama-sama.”

oh when you're cold, i’ll be there hold you tight to me oh when you're low i’ll be there by your side baby

Bibir Seungyoun perlahan membentuk senyum manis, matanya menyipit seraya ia melingkarkan tangannya di sekitar pinggang Seungwoo, menyandarkan kepalanya di bahu leadernya itu. Ia mendongak, mendaratkan kecupan penuh kasih di pipi kekasihnya.

Tak lama kemudian, Seungwoo tersenyum kecil, membalas kecupan Seungyoun dengan menciumnya di rambutnya yang sekarang berwarna hitam dengan blonde streak.

“Sama-sama ya, Kak. I’ll be here always, when it gets worse, then better, worse again, so on and so forth. By your side.”

“Iya, Youn. I promise. Sama-sama.”