lyubimaya

Lalalala

write.as Posts Senin, pukul 15.47 sore.

Lumine keluar dari lift dan mengambil jalan ke kiri untuk menuju lorong dosen Kelompok Keilmuan Farmasetika—jenis KK yang dia ambil untuk tugas akhir. Setelah sampai dia berhenti di depan pintu dengan papan nama yang masih kinclong.

Apt. Ajax Tartaglia, S.Si., M.Si., Ph.D.

Tok tok tok

“Silakan masuk.”

Lumine mendorong pintu dan menampilkan senyum terbaiknya.

“Sore, Pak.”

“Sore, silakan duduk Lumine.”

Ajax tersenyum dan membuat Lumine merasa ini akan jadi sore yang lancar untuknya.

“Tadi ada praktikum?”

“Ada, Pak. Solida.”

“Oh, udah kenalan sama mesin-mesinnya?”

Lumine mengangguk walau tidak paham arah pembicaraan.

“Siapa nama mesin kempa di ruang tengah?”

Hah?

“Nama? Nama mesin kempa? Ya ... mesin kempa?”

“TLB551 itu, haduh. Ada di pantat mesinnya yang menghadap tembok. Usianya udah 10 tahun, selama 10 tahun nilainya udah turun dari 100 ke 0. Harusnya kampus kita udah ganti yang baru.”

Orang gila.

“O-oh gitu ya, Pak.”

Ajax mengambil kopi dari mesin di sebelah mejanya. “Gimana, sudah ada rancangan ide baru?”

Lumine berusaha tidak tersenyum terlalu lebar dan mengeluarkan berkas pertamanya.

“Ini Pak,” katanya. “Saya mempertimbangkan untuk memformulasikan ekstrak Marrubium vulgare sebagai antioksidan, namun dienkapsulasi dalam bentuk NLC.”

Ajax mengangguk. “Oh, bagus,” pujinya, dan Lumine merasa sangat pede. “Tapi saya rasa masih ada ide lain yang bisa dikembangkan.”

Rasa pede Lumine hilang.

“Tunggu Pak,” dia mengangkat kedua tangannya. “S-saya masih punya beberapa ide lain. Ini ide kedua, bagaimana jika saya melakukan sintesis nanopartikel perak dari Coffea arabica.”

Ajax tersenyum tipis. Kebetulan dia sedang menyeruput kopinya. “Dan itu untuk?”

“Antimikroba, Pak.”

Ajax membolak-balik proposal yang Lumine serahkan. Lalu menyimpannya kembali ke meja.

“Menarik, oke, ada lagi?”

BAPAAAAAK???!!!

Lumine berusaha tidak menatap sekesal itu, walau dia tidak yakin ekspresi wajahnya.

“Ada, Pak,” Lumine mengeluarkan semua proposalnya dan menjejerkan di meja. “Ada ide untuk formulasi nanoemulsi ekstrak kulit kayu haru.”

“Untuk?”

“Antihiperglikemia.”

“Oke, lanjut ide lain.”

“Matriks hidrogel PVA-kitosan-asam galat?”

Ajax tertawa. “Ada lagi yang kamu punya?”

“Nano egg shell, Pak.”

“Kulit telur? Buat apa?”

“Dia punya FPS, mungkin berpotensi jadi tabir surya....”

Tawa Ajax semakin kencang, membuat Lumine ingin nabok sekencengnya.

“Maaf, saya bukan ngetawain kamu, kok. Beneran,” Ajax menyenderkan punggungnya ke kursi. “Keren, keren. Saya jadi gemes sama kamu.”

Lumine tidak mempedulikan kalimat terakhir. “Bagaimana Pak, apa ada yang sekiranya bisa saya lanjutkan untuk penelitian?”

Pls acc, pls acc, pls acc...

Ajax cuma tersenyum.

Lumine mau nangis rasanya.