Sekarang mereka bertiga sudah sampai di dekat rumah Eric, masih terlihat ramai, banyak orang yang masih berbincang-bincang disana.
Changmin dengan cepat melangkah kearah pintu masuk halaman depan, namun langkahnya berhenti ketika namanya dipanggil.
“Cil, sini.”
Itu Juyeon, Changmin menghembuskan nafasnya lagi.
“Apaan, gue mau masuk juyoooo,” rengeknya, terlihat manja tapi gaapa, walaupun kemudian sedikit malu karena dia lupa ada satu orang lagi selain dirinya dan Juyeon.
Juyeon menyikut pinggang orang disebelahnya yang dibalas kekehan pelan.
“Changminnya gue pinjam dulu ya, Juyeon,” ucap orang itu masih dengan senyumnya, menjengkelkan menurut Changmin.
“Iya pinjam aja, lo berdua belum ngomong satu sama lain kan dari tadi, bilang aja kangen deh.” Lalu Juyeon tertawa, yang mana membuat Changmin merengut.
“Dikira gue apaan dipinjam-pimjam.”
“Jangan ngembek dong Adek kecil, enggak gue tinggal kok.” Juyeon dengan gemas mengusak surai hitam legat Changmin, wajah Changmin mulai memerah!
“Duh, terus ini rencana gue berjalan kapan dah,” ini batin Juyeon.
Abai dengan suara hatinya, Juyeon melangkah menjauh dari dua lelaki yang tampak canggung disana.
Sebelum sepenuhnya menghilang dari sana, Juyeon berucap kembali, aelah rewel mulu.
“Jangan baku hantam ya lo Cil, lawan lo si jagoan,
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Kevin.”
Kevin, lelaki yang sedari tadi Changmin hindari kini terduduk santai di sampingnya seperti tidak terjadi apa-apa.
Sumpah, ini benar-benar awkward buat Changmin, tolong Changmin sekarang juga!
Lagi-lagi Changmin membuang nafasnya kasar, lelaki di sebelahnya ini tak kunjung membuka suara, dia sendiri pun terlalu malas untuk berbincang bersama Kevin.
“Lo ngajak gue kesini buat ngomong ato adu tekanan batin?” Ucap Changmin dengan kesal, ya dari tadi diem doang bukannya ngomong, marah.
“Haha, maaf.” Kevin tertawa pelan.
Perasaan hangat sedikit muncul di dalam dada Changmin, sudah sangat lama dia tida mendengar tawa itu.
“Udah lama ya, hai lagi, sayang..?” Cerocos Kevin begitu saja.
Pukulan keras didapatkan Kevin dipundaknya, meringis kesakitan lau kembali tertawa karena reaksi Changmin yang menurutnya sangat menggemaskan.
“Mulutnya dijaga, punya hak apa lo manggil gue sayang kayak gitu?” Tatapan Changmin menajam, mungkin saking tajamnya bisa menusuk Kevin sampai semua dosanya mengikut.
Tapi, tanpa merasa takut akan tatapan Changmin, Kevin kembali membuka suara.
“Tapi lo kangen gue kan?”
Pertanyaannya out of topic tapi enggak bisa dipungkiri lagi, jujur saja, Changmin merindukan si mantan yang menghilang tiba-tiba saja dari hidupnya lalu kembali membawa perasaan hangat di dalam dada.
Kini mata Changmin menatap lekat kearah manik bundar milik Kevin, bibirnya mulai melengkung kebawah menahan dirinya agar tidak mengeluarkan isakan, memalukan.
“Uhm!” Changmin mengangguk mengiyakan pertanyaan Kevin sebelumnya.
Kemudian tangan Kevin terbuka, Changmin yang melihat tindakan Kevin langsung menubrukkan badannya ke badan Kevin.
Ah, Kevinnya sudah makin besar, badannya terbentuk keren— sebentar, Kevinnya?
“Lo mikirin apa Changmin! orang gila, katanya move on,” ucap Changmin dalam hati.
“Min, maaf ya.” Kevin menetralkan nafasnya sebentar lau lanjut. “Gue pergi tiba-tiba gitu aja, pasti lo kecewa ya?”
“Iya, gue sakit empat hari, mau curhat ke Juyo tapi dulu kita itu, b-backstreet.” Dada Changmin terasa sakit, tangannya meremat kaos yang digunakan Kevin, mengingat kata backstreet membuat pikirannya terpenuhi oleh Sunwoo.
“Lo, sama Juyeon, pacaran ya?”
“UHUK!”
Tenggorokannya tercekat, dia? dan Juyeon? pacaran? Changmin belum pernah memikirkan hal itu.
Kevin yang tidak mendapat respon mengerti. “Kena friendzone nih? siapa duluan yang kena?” Ejeknya dengan tawa diakhir.
“Jangan ngejekkk!” Rengek Changmin, rasanya pengen gigit Kevin aja.
“Hahaha, suka sama Juyeon?” Tanya Kevin lagi.
Demi apapun! apakah Kevin akan mengetahui segala perasaannya yang terpendam selama ini?
Changmin menganggukkan kepalanya tanda menyetujui perkataan Kevin, usakan dikepala di dapatkannya.
Kalau boleh jujur, jantung Changmin sekarang sedang berdetak dengan begitu kencang, namun tidak seperti dulu. Dulu jatungnya rasanya akan merosot ke lambung, bersamaan dengan itu, perasaannya juga acak-acakan dan Changmin sadar, saat itu dia menyukai Kevin.
“Juyeonnya suka sama lo, gak?” Satu pertanyaan menohok.
“Kira-kira Juyeon bakal nerima enggak kalo lo nembak? kan lo rese, Min.” Dua pertanyaan menohok.
“Atau kalian ini udah saling suka, tapi gengsi?” Tiga pertanyaan menohok.
Changmin melepaskan pelukannya dengan Kevin tadi, mendengus sebal, ini dia lagi ada di studio mamah dan aa atau gimana sih?
“Gatau ah, lo nya yang rese, bukan gue.” Changmin berdiri dan berniat untuk pergi dari sana, siapa tau Juyeon mencarinya.
Namum pergelangan tangannya ditarik, membuat keseimbangan Changmin tidak stabil dan tangannya refleks berpegangan di salah satu tangan bangku, dan bahu Kevin.
Sip! posisi yang terlihat ambigu.
Dan juga muncul sosok Juyeon yang ingin menjemput Changmin dan Kevin, tapi sepertinya waktunya tidak tepat?
“Juyo bentar! dengerin gue deh jangan kayak bocil tangkis!” Teriak Changmin yang masih setia mengejar Juyeon.
“Juy.. gue gigit mau?” Dengan begitu langkah Juyeon terhenti, membalikkan badannya, menghadap Changmin dengan senyuman giginya.
Sama kayak tadi, serem tapi demen.
Puk!
Tangan Changmin mendarat di kedua bahu Juyeon, menggoyang-goyangkan badan Juyeon agar lelaki itu sadar.
“Lo sadar gak? SADAR GAK JUYOOOOOO?”
Rasanya telinga Juyeon akan copot saat itu juga, teriakan Changmin endak main-main men.
Tangannya kini menggenggam tangan Changmin yang semula berada di bahunya, agar Changmin stop menggoyangkan badannya.
“Iya ini sadar, kecil.”
Gatau kenapa tapi muka Changmin sekarang jadi panas kayak abis digoreng.
“O-oh jadi, tadi—”
“Yang jelas napa, manisss.”
Juyeon gila. Changmin ikut gila. Hatinya belum siap.
“Huh.. tadi lo tanya apa aja?”
“Lo sama Kevin hubungannya apa, tadi kok kayak mau ciuman?” Balas Juyeon langsung.
Changmin kembali malu mengingat kejadian tidak senonoh tadi. “Gue, gue mantanan sama Kevin..”
Mata juyeon melotot, sekarang giliran tangannya yang bertengger di kedua bahu Changmin, menggoyangkannya seperti meminta penjelasan.
“Sejak kapan?”
“Seminggu sebelum lo pindah kesini sampe Kevin pergi.”
“Kenapa putus?”
“Kevin pergi.”
“Lebih spesifik.”
“Dia gabisa ldr an takut ngecewain, padahal pergi tiba-tiba tanpa ngabarin aja udaha ngecewain, tai ayam.”
“Kok gue gatau? temen-temen yang lain tau?”
“Enggak, gue backstreet, yang tau cuma Eric.”
“Berarti lo sakit empat hari pas itu gegara Kevin pergi?”
“Gue malu ngakuin tapi, iya.”
Juyeon benar-benar tidak menyangka, mulutnya masih terbuka lebar, kalo Changmin tidak menutupnya mungkin Juyeon sudah memakan lalat hidup-hidup.
“Lo beneran pernah pacaran sama Kevin?”
“Iya.”
“Lo capek gak backstreet gitu?”
“Iya.”
“Jadi, 2 tahun backstreet?”
“Iya.”
“Masih belum move on?”
“Iya, dikit doang.”
“Lo suka sama seseorang?”
...
“Iya.”
“Gue?”
“Iya, gue suka sama l— HAH?!”
Hening, hening, hening, semuanya hening, jangkrik pun ikut berhenti membuat suara bising.
Detak jantung keduanya terlampau tidak stabil, sama-sama takut jika ada yang mendengar detak jantung mereka yang terdengar keras.
“A-anu J-juy, gak gitu—” Ucapan Changmin terpotong lagi.
“Gak gitu gimana? Enggak naksir Juyeon nih?” Juyeon mulai iseng, lampu hijau sudah nyala, sekarang saatnya bergerak semaunya.
“BUKAN GITU!”
“Loh, bukan? Naksir gue nih berarti?” Juyeon menaik turunkan alisnya yang sangat-sangat menjengkelkan, dan seperti biasa, tapi demen.
“Ah! gatau! POKOKNYA GUE GASUKA SAMA JUYEON, DIA BANYAK BACOT.” Sepertinya Changmin bisa menjadi rapper saat ini juga.
Juyeon terkekeh, lalu menjadi mode serius.
Mau seriusin cemin yha? adoh remaja..
“Changmin, gue udah nunggu momen ini dari dulu, dimana keberanian gue terkumpul buat ngucapin semuanya.” Juyeon mencari tangan Changmin untuk digenggam dan mengelusnya perlahan, hal itu membuat kupu-kupu di perut Changmin terbang bebas.
“Tadi gue sempet mau mundur lagi karena liat lo sama Kevin, hehe.”
“Dan disini gue sekarang, Juyeon akan ngungkapin perasaannya kepada Crush nya yang sempet memberi gelar friendzone ke hubungan mereka.” Juyeon menarik nafas, lalu kembali menatap mata Changmin yang indah, seperti ada galaksi di dalam sana.
“Changmin.. gue suka— mungkin saking terlalu suka nya sekarang jadi sayang? Changmin gue sayang sama lo, mau jadi pacar gue?”
Cengeng, rasanya Changmin akan menangis sekarang JUGA. Dunia seakan sedang melaksanakan hari mengejutkan sedunia, seharian hidup Changmin penuh dengan kejutan-kejutan tidak terduga.
Tidak sanggup bersuara, tubuhnya jatuh dalam dekapan yang lebih tinggi, mengangguk dengan agresif lalu berteriak.
“IYA! IYA! JI CHANGMIN MAU JADI PACAR LEE JUYEON!”
Pelukan direnggangkan, lalu jangkrik yang terdiam tadi kembali bersuara karena menjadi saksi kedua ranum sepasang sahabat— ralat, maksudnya kedua ranum sepasang kekasih itu menyatu, memberi kehangatan kepada satu sama lain.
“Jangan pergi tiba-tiba ya, gue takut.”
“Gak akan kok, Adek kecil.”
Ya.. Kisah kasih remaja.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[].