Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dari arah pintu keluar belakang, itu Juyeon yang lagi bingung nyariin Ji Changmin yang entah hilang kemana.
“Aduh, dasar anak kecil, bikin orang khawatir aja.”
Juyeon mendesah panjang karena setelah 10 menit lamanya belum juga melihat batang hidung milik Changmin, nomornya di telfon juga tidak ada respon dari sebrang.
Setelah mengelilingi daerah di dekat tempat berkumpulnya tadi, akhirnya Juyeon terpikir untuk melihat satu tempat yang mungkin Ia bisa menemukan Changmin disana. Ya, siapa tau aja.
Kenapa dicariin di sekitar taman doang tadi? pikir Juyeon tadi Changmin bisa aja takut keluar, pergi jauh-jauh sendirian terus ngumpet, atau mungkin di culik wewe?
Ditepisnya segala pikiran buruknya itu lalu berjalan menuju gapura, tersenyum menyapa satpam yang berjaga disana, kemudian lanjut keluar dari komplek itu.
Beberapa penjual kaki lima masih berjejer di pinggir trotoar, dan matanya menatap satu gerobak yang berada dekat dari tempatnya berdiri sekarang.
Bibirnya tertarik keatas, jika diteruskan mungkin bisa menerobos sampe ke mata.
Kakinya perlahan berjalan menuju gerobak yang betuliskan “Es Cendol” itu.
“Mang percaya napa deh, gue bohong juga buat apa? tinggal minta Mama bikinin se tangki air juga bisa, ayolah Mang bentar doang,” ucap seseorang sembari menggosok-gosokan kedua tangannya berharap sang penjual es cendol mendengar permohonannya.
“Enak aja dek, kamu emang langganan disini tapi emoh ah, rese kamu tu,” balas sang penjual yang membuat si pemohon tadi merengek lucu, mati-matian Juyeon menahan tawanya karena, hei! mana mungkin dia tidak gemas dengan pemandangan di depannya sekarang?
“Aelah Mamangnya tu yang rese, gue kalo bohong juga bakal dikejar satpam noh, masi ga percaya? nih henpong gue, gue taroh disini, mau ambil fulus dulu!” Nadanya terdengar sangat kesal.
Baru saja orang tadi berdiri untuk kembali mengambil uangnya tiba-tiba lengan panjang terulur dan memberikan Mamangnya uang untuk membayar cendol milik Adek kecil di depannya.
Lantas orang itu menatap ke sang pemilik lengan, dan betapa terkejutnya dia, alay.
“Makannya Adek kecil, kalo mau kabur itu bawa uang dulu.” Jari telunjuk Juyeon tergerak untuk menoel hidung milik si Adek kecil, Changmin.
Yang di toel hidungnya hanya bisa mencebikkan bibirnya, lihat Juyeon jadi keingat kejadian di taman belakang tadi.
Changmin kembali duduk lalu membanting kepalanya ke meja di depannya, sampe bergetar kayak abis ada gempa, untung si cendol masih oke di tempat.
Juyeon mengernyit, terheran apakah jidat Changmin tidak sakit?
“Heh dek jangan sok iye kamu ya, ini meja mahhal,” ucap si Mamang dengan menekan kata mahal.
“Iyeee Mang, sotoy bener.” Ini Changmin yang masih nenggelamin kepalanya di lipetan tangannya sendiri.
“Aduh maaf Mang dia lagi betmut kayak kodok.” Tiba-tiba Juyeon bersuara yang mana membuat Changmin langsung mengangkat kepalanya, apa katanya? kayak kodok?
“Gak apa atuh mas juy, udah biasa saya mah.” Mang penjual es cendol ini— atau bisa kita panggil aja Mang Oja.
Mang Oja mengibaskan tangannya tanda agar Juyeon santai saja akan kegaduhan tadi, setelahnya satu es cendol kembali di berikan di hadapan Juyeon dan Changmin.
“Mak— AW!” Teriak Juyeon yang tidak tahan akan kesakitan dari cubitan handal Changmin. “Marah sama gue kah lo?”
“Salah siapa lo ngatain gue kayak kodok tadi? wajah tampan nan mempesona gini, semuanya takluk,” cibir Changmin.
“Iya, gue salah satunya,” Juyeon berucap dengan pelan, benar-benar pelan yang pastinya bakal membuat Changmin hah hoh doang kek penjual keong.
“Hah? ngomong apa lo?” Yakan.
“Muka lo kek orang galau.”
Satu pukulan mendarat di leher bagian belakang milik Juyeon.
Si empu udah meringis kesakitan sedangkan pelakunya hanya tertawa kencang, agak serem tapi Juyeon demen.
“Lo udah tau tentang Hyunjae sama.. Sunwoo?” Tanya Juyeon setelah sakit di lehernya mereda.
Changmin yang baru saja ingin meminum kembali es cendolnya tiba-tiba terhenti karena pertanyaan dadakan dari Juyeon, kayak tahu bulat.
“Udah, orang gue ngegep mereka ciuman,” jawab Changmin dengan lesu, lalu kembali meminum es cendol kesayangannya biar enggak galau katanya.
“Demi apa?!” Juyeon terkejut, suaranya lumayan keras yang mana membuat Changmin langsung membekap mulut Juyeon.
“Hus, lambemu, iya gue lihat mereka tadi, CIPOKAN.”
Juyeon ya masih terkejut dong, pasalnya tadi Hyunjae cuma bilang kalo Changmin lihat, tau Hyunjae sama Sunwoo pacaran bukan cipokan.
“Huh.. mereka backstreet ya? kenapa sih pake backstreet segala,” ucap Changmin setelah menghembuskan nafasnya.
“Mungkin belum siap?”
“Belum siap kenapa dah, gak ada yang ngehalang juga.”
“Lah lo yang naksir si Hyunjae itu bukannya lumayan menghalang?”
Nafas Changmin tercekat, iya juga ya, dia blak-blakan bilang kalo dia naksir Hyunjae, ke Adeknya sendiri yang notabenya adalah pacar Hyunjae.
Baru saja Changmin ingin membenturkan kepalanya ke meja lagi, namun dengan cepat tangan Juyeon menahannya.
“Jangan dibenturin mulu, nanti tambah bego gue gak mau ngurus.”
“AH NGESELIN.” Lagi-lagi helaan nafas terdengar dari arah Changmin. “Backstreet itu gak enak tau, nanti kalo endingnya gak sesuai ekspektasi mereka gimana, kayak gue dulu..” Perkataannya perlahan menjadi lirih, kalimat terakhir tidak begitu terdengar di telinga Juyeon.
“Heh? lo kenapa?”
Changmin sadar dan langsung gelagapan kayak abis ditangkap basah mencuri sesuatu.
“Enggak kok, makannya kuping dibersihin.”
“Ngaca cil, ngaca noh.”
Changmin malas membalas perkataan Juyeon setelah itu, hari ini benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling.
Tiba-tiba mata Changmin menangkap Juyeon yang melamun menatap wajahnya, dengan cepat dirabanya wajah gantengnya sendiri, takut ada cendol belepotan nempel di pipi, tapi gaada.
“Hoy, lo kenapa deh natepin gue mulu, wajah lo kek orang kasmaran.”
Ucapan Changmin lantas membuat Juyeon yang tadi sedang melamun dan meminum cendolnya jadi tersedak!
Cendol yang tidak terkunyah lantas masuk berseluncur kedalam perut Juyeon, waduh ini Changmin tau apa gimana kalo Juyeon lagi kasmaran, sama orang yang ada di depannya.
“Uhuk! uhuk!”
“Aduh lo mah, lemah,” begitulah perkataan Changmin sebelum menepuk keras punggung Juyeon seperti yang biasa dilakukan kepada orang yang tersedak.
“Uda belum kes—”
“Oy! dicariin loh.”
Perkataan Changmin terpotong karena panggilan seseorang dari arah samping, suara yang familiar, lagi.
Lantas Juyeon dan Changmin menolehkan kepalanya kearah asal suara.
“Eh maaf, iya ini balik!” Balas Juyeon juga dengen berteriak. “Ayo?”
“Ehm, g-gue agak nantian aj—”
“Gak menerima penolakan, gue seret lo.” Tangan Changmin di genggam begitu saja membuat si empu terpaksa ikut.
Dengan tidak sengaja tatapannya bertemu dengan manik milik orang yang memanggil mereka tadi, lalu orang itu tersenyum lembut.
Tidak peduli, Changmin mengalihkan pandangannya.
Suasananya sekarang bisa dibilang canggung, buat Changmin seorang sih.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[].